Anda di halaman 1dari 118

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS PADA KLIEN Ny.

F
DI RUANG TULIP IIIC RSUD. ULIN BANJARMASIN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
YULIA AGUS TINA
1614401120196

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2018
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS PADA NY. F DIRUANG
TULIP IIIC RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Pada Program Studi D.3 Keperawatan

Oleh :
Yulia Agus Tina
NPM. 1614401120196

UNIVERSITAS MUHAMMADIAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D.3 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
karya tulis ilmiah ini dalam rangka memenuhi persyaratan untuk kelulusan Program
Studi Diploma 3 Keperawatan dan mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan.
Dalam penyusunan karya tulis ini dengan segala keterbatasan waktu, tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak M. Syafwani, M. Kep. Sp. Jiwa, Dekan Fakultas Keperawatan dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Ibu Noor Amaliah, Ns., M. Kep, Ketua Program Studi D.3 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Ibu Nurhikmah, SST, MPH, Pembimbing 1 yang juga banyak memberikan
masukan dalam keberhasilan laporan Karya Tulis Ilmiah ini sekaligus
sebagai penguji 1.
4. Bapak M. Syafwani, SKp., M. Kep. Sp. Jiwa, Pembimbing Sistematik
Penulisan sekaligus sebagai penguji 2.
5. Seluruh dosen pengajar Program Studi D.3 Keperawatan Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
yang selama ini telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat bagi
kelancaran penyusunan laporan.
6. Seluruh staf Keperawatan RSUD Ulin Banjarmasin khususnya Ruang
Penyakit Dalam Wanita (Tulip IIIB) yang telah memberikan izin kepada
penulis dinas di ruang tersebut untuk pengambilan kasus guna
menyelesaikan laporan ini.
7. Karyawan Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin dan
daerah Banjarmasin yang berkenan meminjamkan buku sebagai bahan studi
kasus.
8. Ayah dan ibu, keluarga tercinta serta saudara yang penulis sayangi tak henti-
hentinya dalam memberi motivasi dan menghaturkan doa serta materi yang
tak ternilai harganya.
9. Teman-teman satu almameter Angkatan XX (Tahun 2015) D.3
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin khususnya kelas B
yang turut membantu dalam pengumpulan data dan informasi.
10. Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan
satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah
ini tidak lepas dari segala kekurangan, untuk ini penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan karya tulis ini. Besar harapan penulis semoga karya tulis ini
dapat berguna bagi teman-teman dan pembaca pada umumnya untuk
digunakan sebaik-baiknya.

Banjarmasin, Juni 2018


Penulis

Yulia Agus Tina


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI iii
KATA PENGANTAR iv
DARTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viv
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Umum 4
1.3 Tujuan Khusus 4
1.4 Manfaat Penulisan 4
1.5 Metode Ilmiah Penulisan 6
1.6 Sistematiaka Penulisan 6

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 7


2.1 Konsep Penyakit Diabetes Melitus 7
2.1.1 Anatomi Fisiologi . 7
2.1.2 Definisi 12
2.1.3 Klasifikasi 13
2.1.4 Etiologi 18
2.1.5 Manifestasi Klinik 19
2.1.6 Patofisiologi 19
2.1.7 Patway 27
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 28
2.1.9 Penatalaksanaan 30
2.2 Tinjauan Teoritis Keperawatan Diabetes Melitus 38
2.2.1 Pengkajian 38
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 42
2.2.3 Intervensi Keperawatan 43
2.2.4 Implementasi Keperawatan 54
2.2.5 Evaluasi Keperawatan 54

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN 60


3.1 Gambaran Kasus 60
3.2 Data Fokus 72
3.3 Analisa Data 73
3.4 Rencana Keperawatan 75
3.5 Implementasi Keperawatan 78
3.6 Evaluasi Keperawatan 82
3.7 Catatan Perkembangan 85

BAB 4 PENUTUP 103


4.1 Kesimpulan 103
4.2 Saran 104
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi dan Karakteristik Diabetes Melitus 13

Tabel 2.2. Perbedaan DM Tipe-1 dan Tipe-2 16

Tabel 2.3. Sistem Klasifikasi Ulkus Wagner 17

Tabel 2.4. Sistem Klasifikasi Ulkus University of Texas 17

Tabel 2.5. Dosis Pemberian Insulin Subkutan 35

Tabel 2.6. Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus 35

Tabel 2.7. Intervensi Kepetawatan 43

Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium 68

Tabel 3.2. Terapi Farmakologi 70

Tabel 3.3. Analisa Data 73

Tabel 3.4. Rencana Keperawatan 75

Tabel 3.5. Implementasi Keperawatan 78

Tabel 3.6. Evaluasi Keperawatan 82

Tabel 3.7. Catatan Perkembangan 85


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3. Anatomi Pankreas 7


Gambar 2.2.Struktur Pulau Langerhans 9
Gambar 2.3 . The ominous octet, delapan organ yang berperan
dalam patogenesis hiperglikemia pada DM tipe 2 21
Gambar 2.4. Pathway Diabetic Foot 28
Gambar 2.5. Langkah-langkah diagnostik DM dan toleransi
glukosa terganggu. 29
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tingkat Kesadaran


Lampiran 2. Skala Koma Glasgow (Gcs)
Lampiran 3. Skala Kekuatan Otot
Lampiran 4. Skala Aktivitas
Lampiran 5. Skala Intensitas Nyeri
Lampiran 6. Lembar Kehadiran Mahasiswa
Lampiran 7. Lembar Konsultasi
Lampiran 8. Riwayat Hidup
Lampiran 9. Surat Bimbingan
Lampiran 10. Surat Permohonan Pengambilan Data
Lampiran 11. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Millitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh
kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif.
Pada umumnya ada 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan
diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin), tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan
yang biasa disebut diabetes gastointestinal. Kasus diabetes dilaporkan mengalami
peningkatan di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia (Suyono, 2009).

Distribusi penyakit ini juga menyebar pada semua tingkatan masyarakat dari tingkat
sosial ekonomi rendah sampai tinggi, pada setiap ras, golongan etnis dan daerah
geografis. Gejala DM yang bervariasi dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga
penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang lebih banyak,
buang air kecil lebih sering, mudah lapar, serta berat badan menurun. Gejala tersebut
berlangsung lama tanpa memperhatikan diet, olah raga, dan pengobatan sampai
orang tersebut memeriksakan kadar gula darahnya (Murwani, 2009).

Jika Diabetes Millitus tidak segera ditangani akan menimbulkan berbagai komplikasi
organ tubuh seperti pada mata, ginjal, jantung, pembuluh darah, syaraf dan lain lain.
Penderita Diabetes Millitus dibandingkan dengan penderita non Diabetes Millitus
mempunyai kecenderungan 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit jantung
koroner, 7 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali menderita ulkus diabetikum
(Kozier, 2010).
Beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa diabetes mellitus adalah
penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang dapat
menimbulkan komplikasi mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.

Penyakit Diabetes Melitus atau sakit gula masih menjadi persoalan bersama. Bahkan
di Indonesia, penyakit ini masih berada di posisi keempat sebagai negara dengan
jumlah penduduk terbesar yang menderita penyakit Diabetes setelah Amerika Serikat,
China,dan India. Bahkan jumlah pengidap diabetes terus mengalami peningkatan
tahun ketahun, data WHO memperkirakan penderita diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia akan meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang
(WHO,2011).

WHO pada tahun 2012 dalam profil statistik Indonesia secara resmi merilis 10
penyakit penyebab kematian paling tinggi di Indonesia. Termasuk diabetes mellitus
yang menempati peringkat ke-3, setelah stroke dan Ischemic Heart Desease.

Prevalensi diabetes di Indonesia cenderung meningkat, yaitu dari 5,7 % tahun 2007,
menjadi 6,9 % pada tahun 2013 dan perkiraan terus meningkat, banyak faktor yang
mempengaruhi baik dari umur, pola hidup, jenis kelamin. (Kemenkes,2014).

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan (Balitbangkes) kementrian kesehatan


telah melakukan survei yang disebut sample registration survey (SRS). Datanya
dikumpulkan dari sampel yang mewakili indonesia, meliputi 41.590 kematian
sepanjang 2014 didapatkan diabetes menempati urutan ke-3 penyebab kematian di
indonesia setelah stroke dan penyakit jantung iskemik (Balitbangkes, 2015).
Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013 melakukan
wawancara untuk menghitung proporsi diabetes melitus pada usia 15 tahun ke atas.
Definisinya, sebagai diabetes, jika pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh
dokter atau belum pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter tetapi
dalam sebulan terakhir mengalami gejala sering lapar, sering haus, sering buang air
kecil dalam jumlah yang banyak dan berat badan turun. Hasilnya, tahun 2013
meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007 diperkirakan sekitar 6,9%
persentasenya dengan perkiraan jumlah 12.191.564 juta kasus dengan estimasi jumlah
penduduk 176.689.336 juta penduduk. Prevalansi Diabetes di Kalimantan menempati
urutan ke-13, khususnya di Kalimantan Selatan menempati urutan ke-2 setelah
Kalimantan Barat (Riskesdas,2013).

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, dari data prevalensi penyakit
tidak menular pada tahun 2017 terdapat 54.746 kasus penyakit diabetes mellitus. Dari
data tersebut ditemukan bahwa penyakit diabetes mellitus menempati urutan ke-2 dari
10 penyakit terbanyak di kota Banjarmasin pada tahun 2017 (Dinkes Provinsi
Kalimantan Selatan, 2018)

Berdasarkan data yang didapatkan dari Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin
didapatkan 189 kasus pada pasien laki-laki dan perempuan dengan diabetes melitus
pada tahun 2015, dan 269 kasus dengan diabetes melitus pada tahun 2016, dan pada
tahun 2017 kasus diabetes melitus semakin meningkat yaitu 297 kasus dengan
diabetes melitus, hingga sekarang pada tahun 2018 priode januari-april yaitu
didapatkan 64 kasus dengan diabetes melitus. Sedangkan di Ruang Tulip III C
(penyakit dalam wanita) diabetes mellitus menempati urutan kedua dari 10 penyakit
terbanyak. Pada periode januari-maret 2018 didapatkan data bahwa sebanyak 42 orang
menderita penyakit Diabetes Mellitus (Rekammedik RSUD Ulin Banjarmasin, 2018)

Berkaitan dengan data tersebut di atas penulis tertarik untuk dengan memberikan
asuhan keperawatan untuk ”Asuhan Keperawatan Pada Ny. F Dengan Diabetes
Mellitus Tipe II dan Diabetic Food“ dengan pendekatan proses keperawatan bio-
psiko-sosial-spritual.
1.2. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu penulis mampu memaham
konsep penyakit Diabetes Melitus dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Diabetes Mellitus.

1.3. Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah yaitu penulis mampu
menggambarkan, mengetahui, menentukan, memahami, menjelaskan, dan
mendiskripsikan :
1.3.1. Pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus.
1.3.2. Penentuan diagnosa atau masalah keperawatan yang muncul pada pasien
dengan Diabetes Mellitus.
1.3.3. Penyusunan intervensi keperawatan secara tepat pada pasien dengan Diabetes
Mellitus.
1.3.4. Implementasi keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus
1.3.5. Evaluasi dan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan
Diabetes Mellitus.

1.4. Manfaat Penulisan


1.4.1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahan bagi pembaca agar dapat melakukan pencegahan
untuk diri sendiri dan orang disekitarnya agar tidak terkena diabetes mellitus,
bahwa diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dngan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, maskrovaskuler, dan neuropati
(Murwani,2009).
Penulisan karya tulis ini juga berfungsi untuk mengetahui antara teori dan kasus
nyata yang terjadi dilapangan sesuai atau tidak, karena dalam teori yang sudah
ada tidak sesuai dengan kasus yang terjadi sehingga disusunlah karya tulis
ilmiah ini.
1.4.2. Manfaat Praktisi
1.4.2.1. Bagi Perawat
Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
menambah wacana keilmuan bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Diabetes Millitus.
1.4.2.2. Bagi Rumah Sakit
Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan salah satu contoh hasil dalam
melakukan tindakan keperawatan bagi pasien khususnya dengan
gangguan sistem endokrin Diabetes Militus.
1.4.2.3. Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat praktis bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan sebagai
referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Militus.
1.4.2.4. Bagi Pasien dan Keluarga
Manfaat karya tulis ilmiah ini bagi pasien dan keluarga yaitu agar
pasien dan keluarga mengetahui tentang penyakit Diabetes Militus
serta perawatan yang benar agar klien mendapat perawatan yang
tepat.
1.4.2.5. Bagi Pembaca
Manfaat penulisan karya ilimah bagi pembaca yaitu menjadi sumber
referensi dan informasi bagi orang yang membaca karya tulis ini
menjadi lebih mengetahui dan memahami bagaimana cara merawat
pasien yangsakit Diabetes Militus.
1.5. Metode Ilmiah Penulisan
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode studi kasus dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pendokumentasian. Studi
kepustakaan dengan cara mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan kasus
yang diangkat sebagai judul. Sedangkan metode pengumpulan data dengan cara
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

1.6. Sistematika Penulisan


Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai karya tulis ilmiah ini, penulis
menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu :
1.6.1. BAB 1 : Pendahuluan, yaitu meliputi latar belakang, tujuan umum, tujuan
khusus, manfaat penulisan, metode ilmiah penulisan, sistematika
penulisan.
1.6.2. BAB 2 : Konsep penyakit , yaitu meliputi pengertian, anatomi dan fisiologi,
klasifikasi, etiologi, patofisiologi, pathways keperawatan, manifestasi
klinik, penatalaksanaan, komplikasi, pengkajian fokus, fokus intervensi dan
rasional.
1.6.3. BAB 3 : Hasil asuhan keperawatan, yaitu meliputi gambaran kasus, analisa
data dan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi,
evaluasi dan catatan perkembanagan.
1.6.4. BAB 4 : Kesimpulan dan saran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep penyakit Diabetes Melitus


2.1.1. Anatomi dan Fisiologi
2.1.1.1. Anatomi

Gambar 1.1. Anatomi Pankreas


Sumber:http://repository.ump.ac.id/195/3/BAB%20II_Aulia%20R
ahman.pdf (diakses pada hari Rabu 2 Mei 2018)

Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan


panjang dan ±12,5 cm dan tebal ± 2,5 cm. Pankreas terbentang
dari atas sampai kelengkungan besar dari perut dan biasanya
dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari)
organ ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu
kelenjar endokrin dan eksokrin.
a. Struktur Pankreas terdiri dari :
1) Kepala pankreas
Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah
kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum
dan yang praktis melingkarinya.
2) Badan pankreas
Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di
belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis
pertama.
3) Ekor pankreas
Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang
sebenarnya menyentuh limfa.
b. Saluran Pankreas
Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil
sekresi pankreas ke dalam duodenum :
1) Ductus Wirsung, yang bersatu dengan ductus
choledukus, kemudian masuk ke dalam duodenum
melalui sphincter oddi
2) Ductus Sartonni, yang lebih kecil langsung masuk ke
dalam duodenum di sebelah atas sphincter oddi.
c. Jaringan pankreas
Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas :
1) Asim berfungsi untuk mensekresi getah pencernaan
dalam duodenum
2) Pulau langerhans
d. Pulau-pulau langerhans

Gambar.2 Struktur Pulau Langerhans


Sumber :
http://repository.ump.ac.id/195/3/BAB%20II_Aulia%20Rahman
.pdf (diakses pada hari Rabu 2 Mei 2018)

1) Hormon-hormon yang dihasilkan


a) Insulin
Adalah suatu poliptida mengandung dua rantai asam
amino yang dihubungkan oleh gambaran disulfide.
b) Enzim utama yang berperan adalah insulin protease,
suatu enzim dimembran sel yang mengalami
internalisasi bersama insulin
c) Efek faali insulin yang bersifat luas dan kompleks

2) Efek-efek tersebut biasanya dibagi:


a) Efek cepat (detik)
Peningkatan transport glukosa, asam amino dan k+ ke
dalam sel peka insulin.
b) Efek menengah (menit)
Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan
protein, pengaktifan glikogen sintesa dan enzim-
enzim glikolitik.
c) Efek lambat (jam)
3) Peningkatan Massenger Ribonucleic Acid (MRNA)
enzim lipogenik dan enzim lain. Pengaturan fisiologi
kadar glukosa darah sebagian besar tergantung dari:
a) Ekstraksi glukosa
b) Sintesis glikogen
c) Glikogenesis

4) Glukogen
Molekul glukogen adalah polipeptida rantai lurus yang
mengandung 29 n residu asam amino dan memiliki 3485
glukogen merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang
mempunyai prinsip aktivitas fisiologi meningkatkan
kadar glukosa darah.
a) Somatostatin
Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukogen
dan polipeptida pankreas dan mungkin bekerja di
dalam pulau-pulau pankreas.
b) Polipeptida pankreas
Polipeptida pankreas manusia merupakan suatu
polipeptida linear yang dibentuk oleh sel pulau
langerhans.

2.1.1.2. Fisiologi
a. Fungsi eksokrin pankreas:
Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan
ketiga jenis makanan utama, protein, karbohidrat dan lemak. la
juga mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang
memegang peranan penting dalam menetralkan timus asam
yang dikeluarkan oleh lambung ke dalam duodenum.

Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kemotripsin, karboksi,


peptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease. Tiga enzim
pertama memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein
yang dicernakan, sedangkan nuclease memecahkan kedua jenis
asam nukleat, asam ribonukleat dan deoksinukleat.
Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amylase pankreas,
yang menghidrolisis pati, glikogen dan sebagian besar
karbohidrat lain kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat,
sedangkan enzim-enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase
pankreas yang menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol,
asam lemak dan kolesterol esterase yang menyebabkan
hidrolisis ester-ester kolesterol.

1) Pancreatic juice
Sodium bicarboinat memberikan sedikit pH alkalin (7,1 - 8,2)
pada pancreatic juice sehingga menghentikan gerak pepsin dari
lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan
enzim-enzim dalam usus halus.
2) Pengaturan sekresi pankreas ada 2 yaitu :
a) Pengaturan saraf
b) Pengaturan hormonal

b. Fungsi endokrin pankreas


Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompok-
kelompok sel epithelium yang jelas, terpisah dan nyata.
Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil / kepulauan langerhans
yang bersama-sama membentuk organ endokrin.
2.1.2. Definisi Penyakit
Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Ada 4
klasifikasi diabetes mellitus yaitu : diabetes mellitus tipe I (IDDM),
diabetes mellitus tipe II (NIDDM), diabetes mellitus dengan kehamilan
(DGM) dan diabetes mellitus tipe lain (Adhiarta 2011 dan Perkeni 2011).

Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit gangguan


metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin
yang terjadi melalui 3 cara yaitu rusaknya sel-sel B pankreas karena
pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll), penurunan reseptor glukosa pada
kelenjar pankreas, atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
Penderita diabetes melitus biasanya mengeluhkan gejala khas seperti
poliphagia (banyak makan), polidipsia (banyak minum), poliuria (banyak
kencing/sering kencing di malam hari) nafsu makan bertambah namun
berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu)
mudah lelah, dan kesemutan (Fatimah, 2015).

Dalam perjalanan penyakitnya, pasien yang menderita diabetes mellitus


akan rentan mengalami komplikasi karena ketidakstabilan kadar gula
darah. Komplikasi tersebut meliputi komplikasi akut dan kronik.
Koplikasi akut meliputi ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non ketotik
dan hipoglikemia. Sedangkan komplikasi kronik meliputi
makroangiopati, mikroangiopati dan neuropatik diabetik atau kaki
diabetik (Perkeni 2011).

Diabetic Foot Ulcer ( DFU ) didefenisikan sebagai erosi pada kulit yang
meluas dari lapisan dermis sampai kejaringan yang lebih dalam, akibat
dari bermacam-macam faktor dan ditandai dengan ketidakmampuan
jaringan yang luka untuk memperbaiki diri tepat pada waktunya. ( Nur
Aini & Ledy, 2016 hal. 46)

2.1.3. Klasifikasi
Secara umum diabetes melitus dibagi menjadi empat, yaitu diabetes tipe
I, diabetes tipe II, diabetes tipe lain,serta diabetes karena kehamilan. (
Nur Aini & Ledy, 2016 hal.19)
Tabel 2.1 Klasifikasi dan Karakteristik Diabetes Melitus
No Jenis Klasifikasi Karakteristik
1. DM tipe 1 a. Diperantai Sel beta rusak, biasanya
imun menyebabkan kehilangan
insulin absolut. Penanda
kerusakan imun sel beta
mencakup autoantibodi sel
islet ( islet cel
autoantibodies, ICA) dan
autoantibodi insulin
(insulin antibodies, IAA).
Laju kerusakan sel beta
berbeda-beda, biasanya
lebih cepat pada bayi dan
anak-anak dan lebih lamban
pada dewasa. Kerusakan sel
beta memiliki predisposisi
genetika dan juga dikaitkan
dengan fakktor lingkungan
yang belum jelas.
b. Idiopatik Tidak memiliki penyebab
etiologik. Sebagian besar
pasien adalah keturunan
Afrika atau Asia.
Diwariskan dengan kuat.
Perlu insulin Intermiten.
2. DM tipe 2 Dapat berbeda-beda mulai
dari resistensi insulin mayor
dengan resistensi insulin
relatif hingga kelainan
sekretorik mayor dengan
resistensi insulin. Tidak ada
kerusakan imun pada sel
beta. Awalnya, dan pada
beberapa kasus untuk
seumur hidup, insulin tidak
diperlukan. Sebagian besar
penyandang DM ini
biasanya gemuk, atau
mengalami peningkatan
jumlah lemak abdomen.
Resiko perkembangan
penyakit mencakup
pertambahan usia,
kegemukan, dan gaya hidup
tidak banyak bergerak.
Terjadi lebih sering pada
wanita yang pernah
mengalami gangguan lipid
atau hipertensi. Terdapat
predisposisi genetika yang
kuat.
3. Tipe Spesifik lain a. Kelainan Hiperglikemia terjadi pada
genetika usia muda (biasanya
pada sel sebelum 25 tahun). Tipe ini
beta disebut dengan DM dengan
awitan maturitas pada anak-
anak (maturity-onset DM of
the Young, MODY).

b. Kelainan Ditentukan secara genetika.


genetika Disfungsi dapat berkisar
pada dari hiperinsulinemia
kinerja hingga DM berat.
insulin.

c. Pemyakit Proses dapatan yang


pankreas- menyebabkan DM
eksokrin mencakup
pankreastitis,trauma,
infeksi, pankreatektomi,
dan kanker pankreas.
Bentuk parah dari fibrosis
kistik dan hemokromatosis
juga dapat merusak sel beta
dan merusak sekresi insulin.

d. Gangguan Kelebihan jumlah hormon


endokrin (mis., hormon
pertumbuhan, kortisol,
glukagon, dan epinefrin)
merusak sekresi insulin,
yang mengakibatkan DM
pada orang yang mengalami
sindrom Cushing,
akromegali, dan
feokromositoma.

e. Diinduksi Banyak obat-obatan


obt atau merusak sekresi, yang
bahan memicu DM pada orang
kimia dengan predisposisi
resistensi insulin.
Contoknya adalah asam
nikotinat, glukokotikoid,
hormon tiroid, tiazid, dan
fenitoin.

f. Infeksi Virus tertentu dapat


mengakibatkan kerusakan
sel beta, termasuk campak
kongenital,
sitomegalovirus,
adenovirus, dan gondong.
4. Diabetes melitus Diabetes ini disebabkan
gestasional katera terjadi resistensi
(GestationalDiabetes insulin selama kehamilan
Melitus, GDM) dan biasanya kerja insulin
akan kembali normal
setelah melahirkan
Sumber : Priscilla et al., (2016)

Tabel 2.2. Perbedaan DM Tipe-1 dan DM Tipe-2


No. Permasalahan DM Tipe-1 DM Tipe-2
1. Awitan usia < 40 tahun >40tahun
2. Habitus Tubuh Normal-kurus Gemuk
3. Insulin plasma Rendah-negatif Normal-tinggi
4. Genetika lukos Kromosom 6 Kromosom 11
(terapi masih belum jelas
dan dipertanyakan )
5. Komlikasi akut Koma ketoasidosis Koma hiperosmolar
nonketotik
6. Terapi insulin Responsif Responsif-resistan
7. Obat oral Tidak responsif Responsif
Sumber : Nur & Ledy (2016)

Penilaian dan klasifikasi ulkus diabetes sangatlah penting untuk


membantu perencanaan terapi dari berbagai pendekatan. Beberapa sistem
klasifikasi telah dibuat berdasarkan pada beberapa parameter yaitu
luasnya infeksi, neuropati, iskemia, kedalaman dan luasnya luka, dan
lokasi. Ada beberapa sitem klasifikasi namun yang paling umum
digunakan adalah Wagner-Ulcer Classification dan the University of
Texas Wound Classification.
Tabel 2.3. Sistem Klasifikasi Ulkus Wagner
Grade Keterangan
Grade 0 Tidak ada luka terbuka,mungkin terdapat
depormitas atau selulitis.
Grade 1 Ulkus diabetes superfisial (parsial atau full
thickness), tetapi belum mengenai jaringan.

Grade 2 Ulkus meluas sampai ligamen, tendon kapsula


sendi atau fasia dalam tanpa abses atau
osteomedalis.

Grade 3 Ulkus dalam dengan abses, osteomedalis, atau


sepsis sendi.

Grade 4 Gangren yang terbatas pada kaki bagian depan atau


tumit.

Grade 5 Gangren yang meluas meliputi seluruh kaki.

Table 2.4 sistem klasifikasi ulkus university of texas

Stage Grade
0 1 2 3
A Pre-ulserasi Luka superfisial Luka Luka
atau post- yang mencapai menembus menembus
ulserasi,luka epidermis atau tendon atau tulang atau
telah dermis atau kapsul sendi sendi
mengalami keduanya.akan tetapi belum
epitelisasi tetapi belum mencapai
penuh menembus tulang/sendi
tendon,kapsul
sendi,atau tulang
B Infeksi Infeksi Infeksi Infeksi
C Iskemik Iskemik Iskemik Iskemik
D Infeksi dan Infeksi dan Infeksi dan Infeksi dan
iskemik iskemik iskemik iskemik
2.1.4. Etiologi
Diabetes tipe-2 atau ( Non- Insulin Dependent Diabetes Mellitus
[NIDDM]) Diabetes tipe ini merupakan bentuk diabetes yang paling
umum. Penyebabnya bervariasi mulai dominan resitansi insulin disertai
difisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin. Penyebab resistensi insulin sebenarnya belum begitu jelas, tetapi
faktor yang banyak berperan antara lain sebagai berikut :
a. Kelainan Genetik
b. Usia
Umumnya manusia akan mengalami penurunan fisiologis yang
secara dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.
Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin
pankreas untuk memproduksi insulin.
c. Gaya hidup dan stress
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
cepat saji kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh
besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja
metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akna sumber energi yang
berakibt pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat
pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.
d. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan
resiko terkena diabetes.
e. Obesitas (terutama pada abdomen)
Obesitas mengakibatkan sel-sel β pankreas mengalami hipertrofi
sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.
Peningkatan BB 10 kg pada pria dan 8 kg pada wanita dari batas
normal IMT (indeks masa tubuh) akan meningkatkan resiko DM tipe
2 (Camacho, P.M., dkk., 2007).
f. Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat
rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan
fungsi pankreas.
2.1.5. Manifestasi Klinik
Data-data pengkajian yang sering dijumpai pada penderita diabetes
melitus sebagai berikut ( Sukarmin dan S. Riyadi, 2008; Camacho, PM
et al., 2007; Baradero, M dkk. 2009 ).
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine), terjadi karena diuresis dan
hiperglikemia.
b. Polidsi (peningkatan rasa haus).
Poliuri menyebabkan hilangnya glukosa, elektrolit (Na, klorida, dan
kalium) dan air sehingga pasien merasa sering haus.
c. Polifagi (peningkatan rasa lapar)
Sel-sel tubuh mengalami kekurangan energi karena glukosa tidak
dapat masuk ke sel, akibatnya pasien meras sering lapar.
Keluhan lain yang tidak khas pada diabetes melitus adalah lemah,
kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya (Rani, 2009)

2.1.6. Patofisiologi
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin
dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat
kimia,dll).
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
c. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.

Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan


yaitu :
a. Resistensi insulin
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai
“resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari
obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.
b. Disfungsi sel B pancreas
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin
gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani
dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan
sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara
progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin,sehingga
akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita
diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor
tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.

Menurut ADA tahun 2014, kondisi ini disebabkan oleh kekurangan


insulin namun tidak mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang
ditandai dengan kurangnya sel beta atau defisiensi insulin resistensi
insulin perifer (ADA, 2014). Resistensi insulin perifer berarti terjadi
kerusakan pada reseptor-reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin
menjadi kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia menuju sel-sel
(CDA, 2013). Dalam kebanyakan kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat
oral gagal untuk merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka
pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi alternatif.

Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas
telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2.
Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan
lebih berat dari pada yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan
sel beta, organ lain sepert jaringan lemak (meningkatnya lipolisis),
gastrointestinal (defisiensi incretin), sel alpha pancreas
(hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak
(resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan
terjadinya gangguan toleransi glukosa pada DM tipe-2.
DeFronzo pada tahun 2009 menyampaikan, bahwa tidak hanya otot, liver
dan sel beta pankreas saja yang berperan sentral dalam pathogenesis
penderita DM tipe-2 tetapi terdapat organ lain yang berperan yang
disebutnya sebagai the ominous octet
Gambar 2.2 . The ominous octet, delapan organ yang berperan dalam
patogenesis hiperglikemia pada DM tipe 2

(Ralph A. DeFronzo. From the Triumvirate to the Ominous Octet: A


NewParadigm for the Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus. Diabetes.
2009;58: 773-795)

Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh delapan


hal (omnious octet) berikut :
a. Kegagalan sel beta pancreas
Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan, fungsi sel beta sudah
sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini
adalah sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4 inhibitor.
b. Liver
Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan
memicu gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan
basal oleh liver (HGP=hepatic glucose production) meningkat. Obat
yang bekerja melalui jalur ini adalah metformin, yang menekan
proses gluconeogenesis.
c. Otot
Pada penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja insulin yang
multiple di intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin
sehingga timbul gangguan transport glukosa dalam sel otot,
penurunan sintesis glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa. Obat
yang bekerja di jalur ini adalah metformin, dan tiazolidindion.
d. Sel lemak
Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,
menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak
bebas (FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFA akan
merangsang proses glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi
insulin di liver dan otot. FFA juga akan mengganggu sekresi insulin.
Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai
lipotoxocity. Obat yang bekerja dijalur ini adalah tiazolidindion.
e. Usus
Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar
dibanding kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal
sebagai efek incretin ini diperankan oleh 2 hormon GLP-1 (glucagon-
like polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent insulinotrophic
polypeptide atau disebut juga gastric inhibitory polypeptide). Pada
penderita DM tipe-2 didapatkan defisiensi GLP-1 dan resisten
terhadap GIP. Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh
keberadaan ensim DPP-4, sehingga hanya bekerja dalam beberapa
menit. Obat yang bekerja menghambat kinerja DPP-4 adalah
kelompok DPP-4 inhibitor. Saluran pencernaan juga mempunyai
peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim alfa-
glukosidase yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang
kemudian diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa
darah setelah makan. Obat yang bekerja untuk menghambat kinerja
ensim alfa-glukosidase adalah akarbosa. (Restyana,2015).
f. Sel Alpha Pancreas
Sel B pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam
hiperglikemia dan sudah diketahui sejak 1970. Sel berfungsi dalam
sintesis glukagon yang dalam keadaan puasa kadarnya di dalam
plasma akan meningkat. Peningkatan ini menyebabkan HGP dalam
keadaan basal meningkat secara signifikan dibanding individu yang
normal. Obat yang menghambat sekresi glukagon atau menghambat
reseptor glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP-4 inhibitor dan
amylin.
g. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam pathogenesis
DM tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari.
Sembilan puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap
kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose co-Transporter)
pada bagian convulated tubulus proksimal. Sedang 10% sisanya akan
di absorbsi melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan
asenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada
penderita DM terjadi peningkatan ekspresi gen SGLT-2. Obat yang
menghambat kinerja SGLT-2 ini akan menghambat penyerapan
kembali glukosa di tubulus ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan
lewat urine. Dapaglifozin adalah salah satu contoh obatnya.
h. Otak
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu
yang obes baik yang DM maupun non-DM, didapatkan
hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme kompensasi dari
resistensi insulin.

Diabetic foot ulcer (DFU) ditandai dengan trias klasik,yaitu


neuropati,iskemia,dan infeksi.oleh karena ada mekanisme gangguan
metabolisme pada DM,maka terjadi peningkatan risiko infeksi dan
penyembuhan luka yang buruk akibat respons sel dan faktor
pertumbuhan menurun,berkurangnya aliran darah perifer,dan penurunan
angiogenesis local, dengan demikian kaki cenderung mengalami
penyakit vaskular perifer,kerusakan nervus perifer,ulserasi,dan
gangrene.terjadinya DFU adalah multifaktoral,dapat dijelaskan sebagai
berikut (Fryberg, R,2002;singh,S.,dkk.,2013).
1. Neuropati.
DFU sebagian besar (60%) disebabkan oleh neuropati.neuropati
diabetik cenderung terjadi sekitar 10 tahun setelah menderita
diabetes, sehingga kelainan kaki diabetic dan alkus diabetes dapat
terjadi setelah waktu itu,kenaikan kadar glukosa darah
menyebabkan penigkatan produksi enzim seperti reduktase aldosa
dan sorbitol dehidrogenase.enzim ini mengubah glukosa menjadi
sorbitol dan frukosa,peningkatan produk gula mengakibatkan
sintesis sel saraf menurun dan mempengaruhi konduksi
saraf.selanjudnya,hiperglikemia yang diinduksi mikroangiopati
menyebabkan metabolisme reversibel,cedera imunologi serta
iskemik saraf otonom ,motor,dan sensorik. Semua kondisi tersebut
akan menyebabkan penurunan sensasi perifer dan kerusakan
inervasi saraf pada otot kaki dan kontrol vasomotor kaki.ketika
saraf terluka,pasien beresiko tinggi mendapat cedera ringan tanpa
disadari,sampai akhirnya cedera tersebut menjadi ulkus
(ulcer).risiko perkembangannya DFU pada pasien diabetes dengan
gangguan sensori meningkat tujuh kali lipat dibandingkan dengan
pasien diabetes yang tidak mengalami neuropati.
2. Vaskulopati
Hiperglikemia menyebabkan disfungsi endotel dan kelainan pada
sel-sel halus dalam arteri perifer. Sel endotel berfungsi menyintesis
nitrat oksida yang menyebabkan vasodilatasi dan melindungi
pembuluh darah dari cedera endogen. Dengan adanya
hiperglikimia,maka akan ada gangguan sifat fisiologis nitrat oksida
yang biasa nya mengatur homeostasis endotel,antikoagulan,adhesi
leukosit,proliferasi sel otot,dan kapasitas antioksidan.oleh karena
itu,kerusakan sel endotel akan memicu terjadinya konstriksi
pembuluh darah dan aterosklerosis,dan akhirnya menyebabkan
iskemik.iskemik dapat terjadi,walaupun pulsasi arteri (denyut nadi
) daerah kaki dapat teraba dengan palpasi.hiperglikemia pada DM
juga berhubungan dengan peningkatan tromboksan A2 yang
mengarah ke hiperkoagulabilitas . secara klinis pasien mungkin
memiliki tanda-tanda insufisiensi vaskular seperti
klaudikasio,nyeri kaki pada malam hari atau saat istirahat,tidak
adanya denyut perifer,penipisan kulit,dan hilangnya rambut
ekstremitas .
3. Imunopati
Sistem imun pasien diabetes lebih lemah dari pada orang sehat.oleh
karena itu,infeksi pada kaki pasien diabetes merupakan kundisi
yang mengancam.mikroorganisme dominan pada diabetic foot
adalah s,aureus dan β-hemolitik streptokokus.kondisi
hiperglikemia menyebabkan peningkatan sitokin proinflamasi dan
kerusakan sel polimorfonuklear seperti kemotaksis,fagositosis,dan
intracellularkilling.selain itu,tingginya glukosa darah juga
merupakan media yang baik pagi pertumbuhan bakteri.jaringan
lunak kaki seperti plantar aponeurosis,tendon,otot,dan fasia tidak
bisa menahan infeksi.selain itu,beberapa kompartemen di kaki
saling berhubungan dan tidak bias membatsi penyebaran infeksi
dari satu ke yang lain . infeksi pada jaringan lunak,dengan cepat
dapat senyebar ke tulang.jadi ulkus sederhana pada kaki dapat
dengan mudah mengakibatkan komplikasi seperti osteitis atau
osteomielitis dan gangren jika tidak dilakukan dengan perawatan
baik.
4. Stres mekanik
Kerusakan inervasi pada otot kaki akan mempengarungi gerakan
fleksi dan ekstensi .secara bertahap ,ini akan menyebabkan
perubahan anatomi kaki dan defomitas kaki.deformitas
menyebabkan pembentukan tonjolan tulang abnolmal dan titik-titik
tekanan yang merupakan predisposisi terbentuknya ulkus.biasanya
ulkus terjadi pada ibu jari dan tumit,namun ukuran sepatu yang
tidak sesuai merupakan faktor tersering timbulnya ulkas.
5. Neuroartropati
Charcot neuroarthopathy (CN) adalah kondisi muskulosketelal
progresif yang ditandai dengan dislokasi sendi,fraktur
patologis,dan deformitas,ini berdampak pada kerusakan tulang dan
jaringan lunak . CN dapat terjadi pada semua sendi,terutama
ekstemitas bawah,kaki ,dan pergelangan kaki.dua teori utama
mengenai patofisiologi terjadi hal ini adalah (a)teori
neurotraumatik,menjelaskan bahwa CN disebabkan oleh trauma
yang tidak disadari atau luka pada kaki yang mati rasa.adanya
neuropati sensori membuat pasien tidak menyadari bahwa terjadi
kersakan tulang progesif pada tulanng dan sendi (b)teori
neurovascular,menurut teori ini,gangguan sisitem saraf otonom
pada diabetes menyebabkan peningkatan suplai darah local dan
aliran darah saat istirahat jauh lebih tinggi dari pada pasien
nolmal.peningkatan aliran darah yang terjadi secara mendadak ini
menyebabkan pemecahan kalsium, memicu aktivitas osteoklas
tulang sehingga terjadi kerusakan tulang. Teori lain menyebutkan
bahwa troma minor tulang yang berulang pada sendi dapat
menyebabkan praktur dan disintegrasi (Nur&ledy 2016).
2.1.7. Pathway
Pathway Diabetes Melitus
Etiologi

Penurunan insulin Penurunan glukagon


peningkatan insulin

Lipolisis Glikogenolisis Insufisiensi glukosa Katabolisme protein


Peningkatan Penurunan
glikogenesis glikogenesis
Oksidasi lemak Hiperglikemia Resiko Ketidakstabilan Retinopati
Guloksa darah diabetik Glukonea  BUN Pelepasan
genesis kt dari ICS
Peningkatan badan Melebihi ambang ginjal Hipoglikemia
keton dalam darah Penglihatan
Kulit gatal-gatal,
Glukosuria Diuresis Nefropati kering - Kulit dingin
Keton urea osmotik diabetik Katarak - Pucat
- Takikardi
Keseimbangan - Gelisah
Acidosis Gangguan kalori negatif Poliuri Polidipsi Peningkatan Gangguan Kerusakan integritas
persepsi sensori - Penurunan kesadaran
keseimbangan pH ureum, kreatinin kulit
(visual)
Koma diabetik BB menurun Dehidrasi
Kerusakan Lemas, mudah mual Perubahan Perfusi Jaringan
pertukaran gas Pusing, pe
ADL dibantu Kehilangan kalori Kekurangan Syok kesadaran
volume cairan Defisiensi Ansietas
Defisit perawatan Hipoksia perifer Rasa lapar yang besar Hipoksia jaringan Luka pengetahuan
diri
Nefropati Nyeri Akut Gangguan Pola Tidur
Kelemahan dan Polipagia diabetik Diabetik foot
keletihan
Parestesia, gelisah, rasa Kerusakan Keterangan :
Perubahan nutrisi Amputasi integritas kulit
terbakar, rasa baal, penurunan Manifestasi klinis
Intoleranti aktivitas kurang / lebih dari debridement
kesadaran, gangguan persepsi Menimbulkan diagnosa
kebutuhan
Diagnosa yang
Gangguan konsep Resiko infeksi
ditimbulkan
Resiko cedera diri = citra tubuh
Patway Diabetic Foot

Gambar 2.3. Patway Diabetic Foot


Sumber : https://www.scribd.com/document/251419710/Pathway-Dm

2.1.8. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang menurut American Diabetes Association (2010)
:
a. 𝐴1 𝐶 atau Hb𝐴1 𝑐 > 6,5 %
Kadar 𝐴1 𝐶 mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata didalam
jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan.tujuan dan mamfaat
pemeriksaan ini adalah menilai kualitas pengendalian DM dan
memperkirakan resiko perkembangannya komplikasi diabetes.
b. Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L). Puasa
diartikan pasien tidak mendapatkan kalori tambahan sedikitnya 8
jam.
c. Pasien dengan keluhan klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemia
dengan glukosa darah sewaktu > 200mg/dL (11,1 mmol/L).
d. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL (11,1
mmol/L). Cara melakukan TTGO yaitu pasien puasa sedikitnya 8
jam kemudian diperiksa gula darahnya puasanya. Setelah ini
diberikan 75 g glukosa yang dilarutkan didalam 250 ml air dan
diminum dalam waktu 5 menit, dan 2 jam kemudian diperiksa gula
darahnya. Meskipun TTGO lebih spesifik dibandingkan dengan
pemeriksaan dlukosa plasma puasa, namun memiliki keterbtasan
tersendiri yaitu sulit dilakukan berulang-ulang dan dalam praktik
sangat jarang dilakukan.

Gambar 2.4. Langkah-langkah diagnostik DM dan toleransi


glukosa terganggu.
Sumber : Buku Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin
dengan pendekatan Nanda NIC-NOC
Menurut hariani L, dan Perdanakusuma ,D ., (2015)pemeriksaan
diabetes melitus meliputi beberapa hal berikut :

1. Tanda neuropati perifer,meliputi hilangnya sensasi rasa getar dan


posisis,hilangnya repleks tendon dalam,ulserasi tropik , foot
drop,atropi otot,dan pembentukan kalkus hipertropik khususnya
pada daerah penekanan misalnya pada tumit.

2. Status neurologis dapat diperiksa dengan menggunakan


monofilamentsemmes-weinsten untuk mengetahui apakah
penderita masih memiliki sensasi profektif pemeriksaan
menunjukan hasil abnormal jika penderita tidak dapat merasakan
sentuhan monofilamen ketika ditekankan pada kaki dengan
tekanan yang cukup sampai monofilamen bengkok.

3. Hasil pemeriksaan darah menunjukan leokositosis yang mungkin


menandakan adanya abses atau infeksi lainnya pada
kaki.penyembuhan luka dihambat oleh adanya anemia.adanya
insufisiensi arterial yang telah ada,keadaan anemia menimbulkan
nyeri saat istirahat.

4. Pemeriksaan profil metabolik yang meliputi pengukuran kadar


glukosa darah,glikohemoglobin,dan kreatinin serum dapat
membantu dalam menentukan kecukupan regulasi glukosa dan
fungsi ginjal.

5. Pemeriksaan foto polos pada kaki diabetik dapat menunjukan


demineralisasi dan sendi charcot serta adanya osteomyelitis.

2.1.9. Penatalaksanaan
Tatalaksana DM tipe-2 memerlukan terapi agresif untuk mencapai
kendali glikemik dan kendali faktor risiko kardiovaskular. Hal ini
dilakukan karena banyaknya komplikasi kronik yang terjadi. Dalam
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia 2011,
penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan pada 4 pilar
penatalaksanaan DM, yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani
dan intervensi farmakologis.
a. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat
yang memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien.
Upaya edukasi dilakukan secara komphrehensif dan berupaya
meningkatkan motivasi pasien untuk memiliki perilaku sehat.Tujuan
dari edukasi diabetes adalah mendukung usaha pasien penyandang
diabetes untuk mengerti perjalanan alami penyakitnya dan
pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan/ komplikasi yang
mungkin timbul secara dini/ saat masih reversible, ketaatan perilaku
pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan perubahan
perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan. Edukasi pada
penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri,
perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok,
meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet
tinggi lemak.
b. Terapi Gizi Medis
Pada umumnya, diet untuk penderita diabetes diatur berdasarkan 3J
yaitu jumlah (kalori), jenis, dan jadwal. Prinsip pengaturan makan
pada penyandang diabetes yaitu makanan yang seimbang, sesuai
dengan kebutuhan kalori masing-masing individu, dengan
memperhatikan keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah
makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari
karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, Natrium
kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar 25g/hari.
c. Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing
selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang
bersifat aerobik seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan
berenang. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga
dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitifitas insulin.
d. Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan
pengetahuan pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi
farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. Obat yang
saat ini ada antara lain:
1) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan kerja OHO dibagi menjadi empat golongan berikut
( Perkeni, 2006 ).
a) Pemicu sekresi insulin ( insulin secretagogue).
(1) Sulfonilurea
(a) Efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas.
(b) Pilihan utama untuk pasien berat badan normal atau
kurang.
(c) Sulfonilurea kerja panjang tidak dianjurkan pada
orang tua, gangguan faal hati dan ginjal serta
malnutrisi.
(2) Glinid
(a) Terdiri dari repaglinid dan nateglinid
(b) Cara kerja sama dengan sulfonilurea, namun lebih
ditekankan pada sekresi insulin fase pertama.
(c) Obat ini baik untuk mengatasi hiperglikemia
postprandial
2) Peningkat sensitivitas insulin
a) Biguanid
(1) Golongan biguanid yang paling banyak digunakan
adalah Metformin.
(2) Metformin menurunkan glukosa darah melalui
(3) pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat seluler,
distal reseptor insulin, dan menurunkan produksi glukosa
hati.
(4) Metformin merupakan pilihan utama untuk penderita
diabetes gemuk, disertai dislipidemia, dan disertai
resistensi insulin.
b) Tiazolidindion
(1) Menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan
jumlah protein pengangkut glukosa sehingga
meningkatkan ambilan glukosa perifer.
(2) Tiazolidindion dikontraindikasikan pada gagal jantung
karena meningkatkan retensi cairan.
3) Penghambat glukoneogenesis:
a) Biguanid (Metformin).
(1) Selain menurunkan resistensi insulin, Metformin juga
mengurangi produksi glukosa hati.
(2) Metformin dikontraindikasikan pada gangguan fungsi
ginjal dengan kreatinin serum > 1,5 mg/dL, gangguan
fungsi hati, serta pasien dengan kecenderungan
hipoksemia seperti pada sepsis
(3) Metformin tidak mempunyai efek samping hipoglikemia
seperti golongan sulfonylurea.
(4) Metformin mempunyai efek samping pada saluran cerna
(mual) namun bisa diatasi dengan pemberian sesudah
makan.
4) Penghambat glukosidase alfa :
a) Acarbose
(1) Bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus
halus.
(2) Acarbose juga tidak mempunyai efek samping
hipoglikemia seperti golongan sulfonilurea. Acarbose
mempunyai efek samping pada saluran cerna yaitu
kembung dan flatulens.
(3) Penghambat dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) Glucagon-
like peptide-1 (GLP-1) merupakan suatu hormone
peptide yang dihasilkan ole sel L di mukosa usus.
Peptida ini disekresi bila ada makanan yang masuk.
GLP-1 merupakan perangsang kuat bagi insulin dan
penghambat glukagon. Namun GLP-1 secara cepat
diubah menjadi metabolit yang tidak aktif oleh enzim
DPP-4. Penghambat DPP-4 dapat meningkatkan
penglepasan insulin dan menghambat penglepasan
glukagon.
2) Obat Suntikan
a) Insulin
Berdasarkan pada penelitian klinis, insulin selain dapat
memperbaiki status metabolik dengan cepat ( terutama kadar
glukosa darah), juga memiliki efek lain yang bermamfaat
antara lain perbaikan inflamasi. Pada pasien DM Tipe-2
dapat menggunakan hasil konsensus PARKENI 2006 yaitu
jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik (
𝐴1 𝐶 > 65% ) dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat
oral, maka sudah ada indikasi untuk memulai terapi
kombinasi obat antiabetik oral dan insulin.

Tabel 2.5 Dosis Pemberian Insulin Subkutan


Glargine 10 U sebelum tidur
5 U pada keadaan yang dikwatirkan terjadi
hipoglikemia
15 U pada pasien DM Tipe-2, obesitas,
infeksi, luka terbuka, dalam terapi steroid,
dan pasca-CABG
Insulin 0,1 U/kg tiap makan
short/rapid Sesuaikan atau berikan setelah makan pada
acting pola makan yang tidak teratur.
Periksa glukosa saat makan dan sebelum tidur-insulin tambahan
200-299 mg/Dl Tambah insulin rapid acting 0,075 U/kgBB
>300 mg/dL Tambah insulin rapid acting 0,1 U/kgBB
Sesuaikan dosis glargine untuk mempertahankan glukosa darah
puasa 80-110 mg/dL
Jika tercapai Sesuaikan insulin rapid acting untuk
mencapai kadar glukosa darah sebelum
makan dan sebelum tidur 120-200 mg/dL

*Jika protokol dimulai dengan pemberian NPH (bukan


glargine/determir), maka dosis yang diberikan 0,25 U/kgBB
NPH pada saat makan pagi dan sebelum tidur.
Tabel 2.6 Kriteria Pengendalian DM
Baik Sedang Buruk
GDP (mg/dl) 80-109 110-125 >260
GD 2 jam PP (mg/dl) 80-144 145-179 >180
Kolesterol total (mg/dl) <65 6,5-8 >8
Kolesterol LDL (mg/dl) <200 200-239 >240
Kolesterol HDL (mg/dl) >45
Trigliserida (mg/dl) <150 150-199 >200
IMT (Kg/m) 18,5- 23-25 >25
22,9
Tekana Darah (mmHg) <130/80 130 − 140 >140/90
80 − 90

Pengawasan dan perawatan penyakit diabetes dapat mencegah


ulkus diabetes,regulasi kadar gula darah dapat mencegah neuropati
perifer atau mencegah keadaan yang lebih buruk, penderita
diabetes harus memeriksa kakinya setiap hari,menjaga kakinya
tetap bersih dengan sabun dan air,serta menjaga kelembapan kaki
dengan pelembap topikal. Sepatu dan alas kaki harus dipilih secara
khusus untuk mencegah adanya gesekan atau tekanan pada
kaki.cara melakukan perawatan kaki pada pasien diabetes adalah
sebagai berikut (katsilambros,..,N ..,dkk .,2010;regina,2013).
1. Mencuci kaki dengan sabun dan air hangat (kaki tidak boleh
direndam,karena akan mudah infeksi) kemudian keringkan sampai
ke sela-sela jari kaki.
2. Berikan pelembap untuk mencegah kaki kering (tetapi jangan
mengoleskan pelembap pada sela-sela jari kaki)
3. Saat melakukan perawatan kaki,perhatikan kondisi kaki (misalnya
apakah ada kemerahan,kapalan/kulit mengeras,luka,kondisi
kuku,dan warna kulit kaki.warna kulit kaki biru /hitam
menandakan aliran darah buruk).
4. Guntig kuku jari dengan arah lurus,kikir ujung-ujung kuku yang
tajam dengan pengikir kuku dan jangan mengunting kutikula kuku.
5. Memakai alas kaki yang nyaman (tidak boleh kebesaran/kekecilan
karena kan menyebabkan kaki lecet), baik di dalam maupun diluar
rumah.pasien tidak boleh berjalan tanpa alas kaki.tidak boleh
memakai sepatu tanpa kaos kaki.sepatu baru tidak boleh dipakai
lebih dari satu jam dalam sehari dan kaki harus diperiksa setelah
memakia sepatu baru.bila ada tanda-tanda iritasi,maka harus
dilaporkan ketenaga kesehatan.sepatu yang baik untuk pasien
diabetes adalah sepatu bagisn depannya yang lebar,untuk
mencegah gesekan dan tekanan pada jari kaki.pasien tidak boleh
memakai sepatu hak tinggi,karena beban tubuh akan berada di kaki
depan dan meningkatkan tekanan pada metatar sal.
6. Agar aliran darah ke kaki baik,angkat kaki saat duduk.lalu gerakan
jari-jari kaki dan pergelangan kaki ke atas dan bawah selama 5
menit sebanyak 2-3 kali sehari,dan jangan melipat kaki dalam
waktu lama.
Tujuan utama dalam penatalaksanaan ulkus diabetes adalah penutupan
luka.regulasi glukosa darah perlu dilakukan.hal ini disebabkan fungsi
leukosit terganggu pada pasien dengan hiperglikemia kronik.menurut
hariani ,..,L..,dan perdanakusuma,D..,(2015)perawatan ulkus diabetes
meliputi har berikut.
1. Debridement
Debridement menjadi salah satu tindakan yang terpenting dalam
perawatan luka.
Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan
nekrosis,kalus,dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang
sekitar 2-3 mm dari tepi luka kejaringan sehat. Debridement
meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan yang membantu
proses penyembuhan luka.ketika infeksi telah merusak fungsi kaki
atau membahayakan jiwa pasien,amputasi diperlukan untuk
memungkinkan kontrol infeksi,dan penutupan luka selanjudnya
2. Perawatan luka
Penggunaan balutan yang efektif dan tepat menjadi bagian yang
penting untuk memastikan penanganan ulkus diabetes yang
optimal.keuntungan pendekatan ini yaitu mencegah dehidrasi
jaringan dan kematian sel.akselerasi angiogenesis,dan
memungkinkan interaksi antara faktor pertumbuhan dengan sel
target.beberapa jenis balutan telah banyak digunakan pada
perawatan luka serta didesain untuk mencegah infeksi pada ulkus
(antibiotika), membantu depridement (enzim ),dan mempercepat
penyembuhan luka.
3. Terapi tekanan negatif dan terapi oksigen hiperbarik
Penggunaan terapi tekanan negatif berguna pada perawatan
diabetik ulkus karena dapat mengurangi adema,membuang produk
bakteri,dan mendekatan tepi luka sehingga mempercepat
penutupan luka.terapi oksigen hiperbarik juga dapat dilakukan,hal
itu dibuktikan dengan berkurangnya angka amputasi pada pasien
dengan ulkus diabetes .

2.2.Tinjauan Teoritis Keperawatan Diabetes Melitus


2.2.1. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian
perlu di data biodata pasiennya dan data-data lain untuk menunjang diagnosa. Data-
data tersebut harus yang seakurat-akuratnya, agar dapat di gunakan dalam tahp
berikutnya. Misalnya meliputi nama pasien, umur, keluhan utama, dan masih
banyak lainnya.

2.2.1.1. Riwayat Kesehatan


a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung, Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan,
lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung
seperti Infart miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM

2.2.1.2. Pengkajian Pola Gordon


a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari 6 juta dari penderita DM
tidak menyadari akan terjadinya resiko Kaki diabetik bahkan mereka takut
akan terjadinya amputasi (Debra Clair, journal februari 2011).

b. Pola nutrisi metabolik


Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor
kulit jelek, mual/muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan
sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga
klien mengalami kesulitan tidur.
f. Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh,
lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga ( self esteem ).
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu
dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Adanya
peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria. risiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan
dengan nefropati.(Chin-Hsiao Tseng on journal, Maret 2011)
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping
yang konstruktif / adaptif.
k. Nilai keprercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah penderita.
2.2.1.3. Pemeriksaan Fisik
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
a. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,
lensa mata keruh.
b. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
c. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
d. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
e. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
f. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
g. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
h. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami penyakit
diabetes militus:
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani.
b. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d kurang pengetahuan tentang
manajemen diabetes
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke perifer,
proses penyakit (DM).
d. Kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik.
e. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka
gengrene).
f. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan akibat hipoksia perifer.
g. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes mellitus).
h. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan dan keletihan
i. Resiko cidera b.d nefropati diabetik
j. Gangguan citra tubuh b.d amputasi
k. Gangguan pola tidur b.d nyeri akut
l. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan b.d kurangnya informasi
m. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
2.2.3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.7. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Ketidakseimban Ketidakseimbangan nutrisi, Manajemen Nutrisi
gan nutrisi, kurang dari kebutuhan (1100)
kurang dari tubuh Definisi : menyediakan dan
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan asuhan meningkatkan intake
(00002) keperawatan, diharapkan nutrisi yang seimbang
nutrisi pasien terpenuhi. Aktivitas :
(1004) Status Nutrisi 1. Instruksikan kepada
1. Asupan makanan dan pasien mengenai
cairan dari skala 2 kebutuhan nutrisi
(banyak menyimpang dari 2. Tentukan jumlah
rentang normal) kalori dan jenis nutrisi
ditingkatkan menjadi yang dibutuhkan oleh
skala 4 (sedikit pasien untuk
menyimpang dari rentang memenuhi kebutuhan
normal) gizi
(1622) Perilaku patuh : diet 3. Ciptakan lingkungan
yang disarankan yang optimal pada saat
1. Memilih makanan yang mengkonsumsi
sesuai dengan diet yang makanan
ditentukan dari skala 2 4. Monitor kalori dan
(jarang menunjukkan) asupan makanan
ditingkatkan menjadi pasien
skala 4 (sering 5. Monitor
menunjukkan) kecenderungan
2. Memilih minuman yang terjadinya kenaikan
sesuai dengan diet yang atau penurunan berat
ditentukan dari skala 2 badan pada pasien
(jarang menunjukkan)
ditingkatka menjadi skala
4 (sering menunjukkan)
(1854) Pengetahuan : diet
yang sehat
1. Intake nutrisi yang sesuai
dengan kebutuhan
individu dari skala 2
(pengetahuan terbatas)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (pengetahuan
banyak)
2 Resiko (00002) Resiko Manajemen Hiperglikemi
ketidakstabilan ketidakstabilan kadar glukosa (2120)
kadar glukosa darah 1. Monitor kadar gula
darah (00179) daraah, sesuai indikasi
Setelah dilakukan asuhan 2. Monitor tanda dan
keperawatan, diharapkan gejala hiperglikemi:
ketidakstabilan kadar glukosa poliuria, polidipsi,
darah normal. polifagi, kelemahan,
(2300) Kadar glukosa darah latergi, malaise,
1. Glukosa darah dari skala 2 pandangan kabur atau
(deviasi yang cukup besar dari sakit kepala.
kisaran normal) ditingkatkan
menjadi skala 4(deviasi ringan 3. Monitor ketourin,
sedang dari kisaran normal) sesuai indikasi.
(2111) Keparahan 4. Brikan insulin sesuai
Hiperglikemia resep
1. Peningkatan glukosa darah 5. Dorong asupan cairan
dari skala 2 (berat) oral
ditingkatkan menjadi skala 4 6. Batasi aktivitas ketika
(ringan) kadar glukosa darah
(1619) Manajemen diri : lebih dari 250mg/dl,
diabetes khusus jika ketourin
1. Memantau glukosa darah terjadi
dari skala 2 (jarang 7. Dorong pemantauan
menunjukkan) ditingkatkan sendiri kadar glukosa
menjadi skala 4 (sering darah
menunjukkan) 8. Intruksikan pada pasien
dan keluarga mengenai
manajemen diabetes
9. Fasilitasi kepatuhan
terhadap diet dan
regimen latihan
Pengajaran: Peresepan
Diet (5614)
1. Kaji tingkat
pengetahuan pasien
mengenai diet yang
disarankan
2. Kaji pola makan pasien
saat ini dan
sebelumnya, termasuk
makanan yang di sukai
3. Ajarkan pasien
membuat diary
makanan yang
dikonsumsi
4. Sediakan contoh menu
makanan yang sesuai
5. Libatkan pasien dan
keluarga
3 Ketidakefektifan (00204) Ketidakefektifan Pengecekan Kulit
perfusi jaringan perfusi jaringan perifer (3590)
perifer (00204) 1. Gunakan alat
Setelah dilakukan asuhan pengkajian untuk
keperawatan, diharapkan mengidentifikasi
ketidakefektifan perfusi jaringan pasien yang berisiko
perifer pasien dapat berkurang. mengalami kerusakan
(0401) Status sirkulasi kulit.
1. Parestesia dari skala 2 2. Monitor warna dan
(cukup berat) ditingkatkan suhu kulit
menjadi skala 4 (ringan) 3. Periksa pakaian yang
2. Asites dari skala 2 (cukup terlalu ketat
berat) ditingkatkan 4. Monitor kulit dan
menjadi skala 4 (ringan) selaput lendir terhadap
area perubahan warna,
memar, dan pecah.
(0407) Perfusi jaringan : 5. Ajarkan anggota
perifer kelurga/pemberi
1. Parestsia dari skala 2 asuhan mengenai
(cukup berat) ditingkatkan tanda-tanda kerusakan
menjadi skala 4 (ringan) kulit, dengan tepat.
(0409) Koagulasi darah Manajemen Sensasi
1. Pembentukan bekuan dari Perifer (2660)
skala 2 (deviasi cukup besar 1. Monitor sensasi tumpul
dari kisaran normal) atau tajam dan panas
ditingkatkan menjadi skala 4 dan dingin (yang
(deviasi ringan dari kisaran dirasakan pasien)
normal) 2. Monitor adanya
(0802) Tanda-tanda vital Parasthesia dengan
1. Suhu tubuh dari skala 2 tepat
(deviasi cukup besar dari 3. Intruksikan pasien dan
kisaran normal) ditingkatkan keluarga untuk
menjadi skala 4 (deviasi memeriksa kulit setiap
ringan dari kisaran normal) harinya
4. Letakkan bantalan
pada bagian tubuh
yang terganggu
untuk melindungi
area tersebut
Perawatan Kaki (1660)
1. Diskusikan dengan
pasien dan keluarga
mengenai perawatan
kaki rutin
2. Anjurkan pasien dan
keluarga mengenai
pentingnya perawatan
kaki
3. Periksa kulit untuk
mengetahui adanya
iritasi, retak, lesi, dll
4. Keringkan pada sela-
sela jari dengan
seksama
4. Kekuranga 1. Fluid balance 1. Pertahankan catatan
Volume cairan 2. Hydration intake dan output yang
3. Nutrition akurat
Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor status hidrasi (
keperawatan kelembaban membran
selama….. defisit volume mukosa, nadi adekuat,
cairan teratasi dengan kriteria tekanan darah
hasil: ortostatik ), jika
1. Mempertahankan urine diperlukan
output sesuai dengan usia 3. Monitor hasil lab yang
dan BB, BJ urine normal. sesuai dengan retensi
2. Tekanan darah, nadi, suhu cairan (BUN , Hmt ,
tubuh dalam batas norma. osmolalitas urin,
3. Tidak ada tanda tanda albumin, total protein )
dehidrasi, Elastisitas 4. Monitor vital sign
turgor kulit baik, membran setiap 15menit – 1 jam
mukosa lembab, tidak ada 5. Kolaborasi pemberian
rasa haus yang berlebihan cairan IV
4. Orientasi terhadap waktu 6. Monitor status nutrisi
dan tempat baik Berikan cairan oral.
5. Jumlah dan irama 7. Berikan penggantian
pernapasan dalam batas nasogatrik sesuai
normal output (50 –
100cc/jam)
8. Dorong keluarga untuk
membantu pasien
makan
9. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
10. Atur kemungkinan
tranfusi
11. Persiapan untuk
tranfusi
12. Pasang kateter jika
perlu
13. Monitor intake dan urin
output setiap 8 jam
5 Kerusakan (00044) Kerusakan integritas Pengecekan kulit (3590)
integritas jaringan jaringan 1. Gunakan alat
(000444) Setelah dilakukan asuhan pengkajian untuk
keperawatan, diharapkan mengidentifikasi
kerusakan integritas jaringan pasien yang berisiko
dapat berkurang. mengalami kerusakan
(0401) Status sirkulasi kulit.
1. Kekuatan nadi dorsal pedis 2. Monitor warna dan
kanan dari skala 2 (deviasi suhu kulit
cukup besar dari kisaran 3. Periksa pakaian yang
normal) ditingkatkan menjadi terlalu ketat
skala 4 (deviasi ringan dari 4. Monitor kulit dan
kisaran normal) selaput lendir terhadap
2. Kekuatan nadi dorsal pedis area perubahan warna,
kiri dari skala 2 (deviasi cukup memar, dan pecah.
besar dari kisaran normal) 5. Ajarkan anggota
ditingkatkan menjadi skala 4 kelurga/pemberi
(deviasi ringan dari kisaran asuhan mengenai
normal) tanda-tanda kerusakan
kulit, dengan tepat.
(0407) Perfusi jaringan :
perifer
1. Pengisian kapiler jari dari
skala 2 (deviasi yang cukup
besar dari kisaran normal)
ditingkatkan menjadi skala 4
(deviasi ringan dari kisaran
normal)
2. Pengisian kapiler jari-jari
kaki dari skala 2 (deviasi yang
cukup besar dari kisaran
normal) ditingkatkan menjadi
skala 4 (deviasi ringan dari
kisaran normal)
(1101) Integritas jaringan :
kulit dan membran mukosa
1. Perfusi jaringan dari skala 2
(banyak terganggu)
ditingkatkan menjadi skala 4
(sedikit terganggu)
2. Integritas kulit dari skala 2
(banyak terganggu)
ditingkatkan menjadi skala 4
(sedikit terganggu)
(1102) Penyembuhan luka :
primer
1. Memperkirakan kondisi
tepi luka dari skala 2 (terbatas)
dotingkatkan menajdi skala 4
(besar)
6. Nyeri Akut (00132) Nyeri akut Manajemen Nyeri (1400)
(00132) Definisi : Pengurangan atau
Setelah dilakukan asuhan reduksi nyeri sampai pada
keperawatan, diharapkan tingkat kenyamanan yang
nyeri akut pada pasien dapat diterima oleh pasien.
berkurang. Aktivitas :
(1605) Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian
1. Mengenali kapan nyeri nyeri secara
terjadi dari skala 2 (jarang komprehensif
menunjukkan) ditingkatkan terhadap pasien
menjadi skala 4 (sering 2. Observasi adanya
menunjukkan) petunjuk nonverbal
2. Menggambarkan faktor mengenai
penyebab dari skala 2 (jarang ketidakanyamanan
menunjukkan) ditingkatkan 3. Gali pengetahuan dan
menjadi skala 4 (sering kepercayaan pasien
menunjukkan) mengenai nyeri
(3016) Kepuasan klien : 4. Evaluasi pengalaman
Manajemen nyeri nyeri pasien di masa
1. Nyeri terkontrol dari skala 2 lalu yang meliputi
(agak puas ) ditingkatkan riwayat nyeri kronik
menjadi skala 4 (sangat puas ) pasien ataupun
2. Tingkat nyeri dipantau keluarga
secara reguler dari skala 2 5. Tentukan kebutuhan
(agak puas ) ditingkatkan frekuensi untuk
menjadi skala 4 (sangat puas ) melakukan pengkajian
ketidaknyamanan
pasien
6. Kurangi faktor yang
dapat meningkatkan
nyeri pada pasien
7. Gunakan tindakan
pengontrol nyeri
sebelum nyeri pada
pasien bertambah berat
8. Dukung pasien untuk
istirahat atau tidur
untuk menurunkan
rasa nyeri.

7 Resiko infeksi (00004) Resiko infeksi Kontrol Infeksi (6540)


(00004) Definisi: Meminimalkan
Setelah dilakukan asuhan Infeksi
keperawatan, diharapkan 1. Ganti peralatan
tidak terjadi infeksi pada perawatan per pasien
pasien. sesuai protokol
(1908) Deteksi risiko institusi
1. Mengenali tanda dan gejala 2. Anjurkan pasien
yang mengindikasikan risiki mengenai teknik
dari skala 2 (jarang mencuci tangan dengan
mnunjukkan) ditingkatkan tepat
menjadi skala 4 (sering 3. Pastikan penanganan
menunjukkan) aseptik dari semua
2. Memonitor perubahan saluran IV
status kesehatan skala 2 Perlindungan Infeksi
(jarang mnunjukkan) (6550)
ditingkatkan menjadi skala 4 Definisi: Pencegahan dan
(sering menunjukkan). deteksi dini infeksi pada
pasien beresiko
1. Monitor kerentanan
(1902) Kontrol risiko terhadap infeksi
1. Mengidentifikasi faktor 2. Berikan perawatan klit
risiko dari skala 2 (jarang yang tepat Periksa kulit
mnunjukkan) ditingkatkan dan selaput lendir
menjadi skala 4 (sering untuk adanya
menunjukkan) kemerahan,
2. Mengenali faktor risiki kehangatan ektrim,
skala 2 (jarang mnunjukkan) atau drainase
ditingkatkan menjadi skala 4 3. Ajarkan pasien dan
(sering menunjukkan) keluarga bagaimana
cara menghindari
infeksi.
8. Intoleransi · Energy conservation Activity Therapy
Aktivitas · Activity tolerance 1. Kolaborasikan dengan
· Self Care : ADLs tenaga rehabilitasi
Kriteria Hasil : medik dalam
 Berpartisipasi dalam merencanakan program
aktivitas fisik tanpa terapi yang tepat
disertai peningkatan 2. Bantu klien untuk
tekanan darah, nadi dan mengidentifikasi
RR aktivitas yang mampu
 Mampu melakukan dilakukan
aktivitas sehari-hari 3. Bantu untuk memilih
(ADLs) secara mandiri aktivitas konsisten
 Tanda-tanda vital normal yang sesuai dengan
 Energy psikomotor kemampuan fisik,
 Level kelemahan psikologi dan social
 Mampu berpindah: 4. Bantu untuk
dengan atau tanpa mengidentifikasi dan
bantuan alat mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
 Status kardiopulmunari
adekuat
 Sirkulasi status baik aktivitas yang
 · Status respirasi : diinginkan
pertukaran gas dan 5. Bantu untuk
ventilasi adekuat mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
6. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
11. · Monitor respon
fisik, emosi, social dan
spiritual
9. Resiko Cidera Risk Kontrol Environment Management
Kriteria Hasil : (Manajemen lingkungan)
 Klien terbebas dari 1. Sediakan Iingkungan
cedera yang aman untuk
 Klien mampu pasien
menjelaskan 2. Identifikasi kebutuhan
cara/metode untuk keamanan pasien,
mencegah injury/cedera sesuai dengan kondisi
 Klien mampu fisik dan fungsi
menjelaskan faktor kognitif pasien dan
resiko dari riwayat penyakit
lingkungan/perilaku terdahulu pasien
personal 3. Menghindarkan
 Mampu memodifikasi lingkungan yang
gaya hidup untuk berbahaya (misalnya
mencegah injury memindahkan
 Menggunakan fasilitas perabotan)
kesehatan yang ada 4. Memasang side rail
 · Mampu tempat tidur
mengenali perubahan 5. Menyediakan tempat
status kesehatan tidur yang nyaman dan
bersih
6. Menempatkan saklar
lampu ditempat yang
mudah dijangkau
pasien.
7. Membatasi
pengunjung
8. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani pasien.
9. Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
10. Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
11. Berikan penjelasan
pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.
10. Gangguan Citra  Body image Body image enhancement
tubuh  Self esteem 1. Kaji secara verbal
dan non verbal
Kriteria Hasil : respon klien terhadap
 Body image positif tubuhnya
 Mampu mengidentifikasi 2. Monitor frekuensi
kekuatan personal mengkritik dirinya
 Mendiskripsikan secara 3. Jelaskan tentang
faktual perubahan fungsi pengobatan,
tubuh perawatan, kemajuan
 · Mempertahankan dan prognosis
interaksi sosial penyakit
4. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
5. Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
6. Fasilitasi kontak
dengan individu lain
dalam kelompok
kecil
11. Gangguan Pola · Anxiety reduction Sleep Enhancement
Tidur · Comfort level 1. Determinasi efek-efek
· Pain level medikasi terhadap pola
· Rest : Extent and Pattern tidur
· Sleep : Extent an Pattern 2. Jelaskan pentingnya
tidur yang adekuat
Kriteria Hasil : 3. Fasilitas untuk
 Jumlah jam tidur dalam mempertahankan
batas normal 6-8 aktivitas sebelum tidur
jam/hari (membaca)
 Pola tidur, kualitas 4. Ciptakan lingkungan
dalam batas normal yang nyaman
 Perasaan segar sesudah 5. Kolaborasikan
tidur atau istirahat pemberian obat tidur
 · Mampu 6. Diskusikan dengan
mengidentifikasikan hal- pasien dan keluarga
hal yang meningkatkan tentang teknik tidur
tidur pasien
7. Instruksikan untuk
memonitor tidur pasien
8. Monitor waktu makan
dan minum dengan
waktu tidur
9. · Monitor/catat
kebutuhan tidur pasien
setiap hari dan jam
12 Defisiensi (00126) Defisiensi Fasilitasi Pembelajaran
pengetahuan pengetahuan (5520)
(00124) Setelah dilakukan asuhan 1. Tekankan pentingnya
keperawatan, diharapkan mengikuti evaluasi
pengetahuan pasien mengenai medik, dan kaji ulang
diabetes mellitus tipe 2 gejala yang
bertambah. memerlukan pelaporan
(1820) Pengetahuan : segera ke dokter
manajemen diabetes 2. Diskusikam
1.Pencegahan hiperglikemia tanda/gejala DM,
dari skala 2 (pengetahuan contoh polidipsia,
terbatas) ditingkatkan menjadi poliuria, kelemahan,
skala 4 (pengetahuan banyak) penurunan berat badan
2. Prosedur yang harus diikuti 3. Gunakan bahasa yang
dalam mengobati umum digunakan
hoperglikemia dari skala 2 4. Berikan informasi yang
(pengetahuan terbatas) sesuai dengan lokus
ditingkatkan menjadi skala 4 kontrol pasien
(pengetahuan banyak) 5. Berikan informasi
(1621) Perilaku patuh : diet sesuai tingkat
yang sehat perkembangan pasien
1. Mencari informasi tenyang Modifikasi Perilaku
panduan nutrisi baku dari (4360)
skala 2 (jarang dilakukan) 1. Tentukan motivasi
ditingkatkan menjadi skala 4 pasien untuk
(sering dilakukan) perubahan perilaku
(1622) Perilaku patuh : diet 2. Bantu pasien untuk
yang disarankan mengidentifikasi
1. Menggunakan informasi kekuatan
gizi pada label untuk 3. Dukung untuk
menentukan pilihan dari skala mengganti kebiasaan
2 (jarang menunjukkan) yang tidak diinginkan
ditingkatkan menjadi skala 4 dengan kebiasaan
(sering menunjukkan) yang diinginkan
2. Mengikuti rekomendasi 4. Tawarkan penguatan
untuk jumlah makanan per yang positif dalam
hari dari skala 2 (jarang pembuatan keputusan
menunjukkan) ditingkatkan mandiri pasien
menjadi skala 4 (sering
menunjukkan)

(1632) Perilaku patuh :


aktivitas yang disarankan
1. Membahas aktivitas
rekomendasi dengan
profesional kesehatan dari
skala 2 (jarang menunjukkan)
ditingkatkan menjadi skala 4
(sering menunjukkan)
13. Ansietas (00146) Ansietas Pengurangan kecemasan
(00146) (5820)
Setelah dilakukan asuhan Definisi: Mengurangi
keperawatan, diharapkan tekanan, ketakutan, firasat,
ansietas pasien berkurang. maupun ketidaknyamanan
(1211) Tingkat kecemasan terkait dengan sumber-
1. Tidak dapat beristirahat dari sumber bahaya yang tidak
skala 2 (cukup berat) teridentifikasi
ditingkatkan menjadi skala 4 Akivitas:
(ringan) 1. Gunakan pendekatan
2. Perasaan gelisah dari skala yang tenang dan
2 (cukup berat) ditingkatkan menyakinkan
menjadi skala 4 (ringan) 2. Nyatakan dengan jelas
3. Gangguan tidur dari skala 2 harapan terhadap
(cukup berat) ditingkatkan perilaku klien
menjadi skala 4 (ringan) 3. Pahami situasi krisis
(0907) Memproses yang terjadi dari
informasi perspektif klien
1. Menunjukkan proses pikir 4. Berikan informasi
yang terorganisir dari skala 2 faktual tekait diagnosa,
(banyak terganggu) perawatan dan
ditingkatkan menjadi skala 4 prognosis
(sedikit terganggu) 5. Berada disisi klien
(3009) Kepuasan klien : untuk meningkatkan
perawatan psikologis rasa aman dan
1. Informasi di berikan mengurangi ketakutan
tentang perjalanan penyakit 6. Dorong keluarga untuk
dari skala 2 (agak puas) mendampingi klien
ditingkatkan menjadi skala 4 dengan cara yang tepat
(sangat puas) 7. Berikan objek yang
2. Informasi di berikan menunjukkan perasaan
mengenai respon emosional aman
yang biasa terhadap penyakit 8. Puji/kuatkan perilaku
dari skala 2 (agak puas) yang baik secara tepat
ditingkatkan menjadi skala 4 9. Identifikasi saat
(sangat puas) terjadinya perubahan
tingkat kecemasan
10. Bantu klien
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
11. Dukung penggunaan
mekanisme koping
yang sesuai
12. Pertimbangkan
kemampuan klien
dalam mengambil
keputusan
13. Intruksikan klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
14. Kaji untuk tanda verbal
dan non verbal
kecemasan
Peningkatan koping
(5230)
Definisi : Fasilitasi usaha
kognitif untuk meneglola
stressor yang dirasakan,
perubahan, atu ancaman
yang mengganggu dalam
rangka memenuhi
kebutuhan hidup dan peran
Aktivitas:
1. Bantu pasien dalam
memecah tujuan
kompleks menjadi
lebih kecil, dan langkah
yang dapat dikelola
2. Dukung sikap pasien
terkait dengan harapan
yang realistis sebagai
upaya untuk mengatasi
perasaan
ketidakberdayaan
3. Cari jalan untuk
memahami prespektif
pasien terhadap situasi
4. Kenali latar belakang
budaya/spiritual pasien
5. Dukung pasien untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman
2.2.4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telahdisusun pada tahap perencanaan Setiadi (2012).

Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana


perawat memberikan intervensikeperawatan langsung dan tidak langsung
terhadap klien Potter & Perry (2009).

Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu


independent, dependent, interdependent. Tindakan keperawatan
secara independen adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawatn
tanpa petunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya,
kemudian dependent adalah tindakan yang sehubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis. Sedangkan interdependent adalah
tindakan keperawatn yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukah
suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya. Misalnya tenaga sosial,
ahli gizi dan dokter. Keterampilan yang harus dimiliki perawat dalam
melaksanakan tindaakn keperawtan yaitu kognitif dan
psikomotor (Suprajitno, 2009)

2.2.5. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untukmenentukan apakah intervensi keperawatan telah
berhasil meningkatkan kondisi klien Potter & Perry (2009).

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses kepweawatan


dengan cara melakukanidentifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak Hidayat A. Aziz Alimul (2007).
Evaluasi pada pasien Diabetes Melitus Sesuai dengan Intervensi yang ada :
2.2.6. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
Evaluasi :
a. Asupan makanan dan cairan dari skala 2 (banyak menyimpang dari
rentang normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (sedikit menyimpang
dari rentang normal).
b. Memilih makanan dan minuman yang sesuai dengan diet yang
ditentukan dari skala 2 (jarang menunjukkan) ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering menunjukkan)
c. Intake nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan individu dari skala 2
(pengetahuan terbatas) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan
banyak)

2.2.7. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah


Evaluasi :
a. Glukosa darah dari skala 2 (deviasi yang cukup besar dari kisaran
normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (deviasi ringan sedang dari
kisaran normal).
b. Peningkatan glukosa darah dari skala 2 (berat) ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)

2.2.8. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


Evaluasi :
a. Parestesia dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan menjadi skala 4
(ringan)
b. Asites dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan menjadi skala 4
(ringan).
c. Pembentukan bekuan dari skala 2 (deviasi cukup besar dari kisaran
normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (deviasi ringan dari kisaran
normal)
d. Suhu tubuh normal.
2.2.9. Kerusakan integritas jaringan
Evaluasi :
a. Kekuatan nadi dorsal pedis kanan dan kiri dari skala 2 (deviasi cukup
besar dari kisaran normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (deviasi
ringan dari kisaran normal).
b. Pengisian kapiler jari tangan dan kaki dari skala 2 (deviasi yang
cukup besar dari kisaran normal) ditingkatkan menjadi skala 4
(deviasi ringan dari kisaran normal)
c. Perfusi jaringan dari skala 2 (banyak terganggu) ditingkatkan
menjadi skala 4 (sedikit terganggu).
d. Integritas kulit dari skala 2 (banyak terganggu) ditingkatkan menjadi
skala 4 (sedikit terganggu)
e. Memperkirakan kondisi tepi luka dari skala 2 (terbatas) dotingkatkan
menajdi skala 4 (besar).

2.2.10. Nyeri Akut


Evaluasi :
a. Mengenali kapan nyeri terjadi dari skala 2 (jarang menunjukkan)
ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukkan).
b. Menggambarkan faktor penyebab dari skala 2 (jarang menunjukkan)
ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukkan).
c. Nyeri terkontrol dari skala 2 (agak puas ) ditingkatkan menjadi skala
4 (sangat puas ).

2.2.11. Resiko infeksi


Evaluasi :
a. Mengenali tanda dan gejala yang mengindikasikan resiko dari skala
2 (jarang mnunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering
menunjukkan)
b. Memonitor perubahan status kesehatan skala 2 (jarang mnunjukkan)
ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukkan).
c. Mengidentifikasi faktor risiko dari skala 2 (jarang mnunjukkan)
ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukkan).
d. Mengenali faktor risiko skala 2 (jarang mnunjukkan) ditingkatkan
menjadi skala 4 (sering menunjukkan).

2.2.12. Defisiensi pengetahuan


Evaluasi :
a. Pengetahuan pasien bertambah mengenai :
1. Pencegahan hiperglikemia dari skala 2 (pengetahuan terbatas)
ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak).
2. Prosedur yang harus diikuti dalam mengobati hoperglikemia dari
skala 2 (pengetahuan terbatas) ditingkatkan menjadi skala 4
(pengetahuan banyak).
3. Informasi tentang panduan nutrisi baku dari skala 2 (jarang
dilakukan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering dilakukan).
4. Informasi gizi pada label untuk menentukan pilihan dari skala 2
(jarang menunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering
menunjukkan).
5. Rekomendasi untuk jumlah makanan per hari dari skala 2 (jarang
menunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering
menunjukkan).
6. Membahas aktivitas rekomendasi dengan profesional kesehatan
dari skala 2 (jarang menunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4
(sering menunjukkan).
2.2.13. Ansietas
Evaluasi :
a. Ansietas pasien berkurang dengan tanda-tandanya :
1. Tidak dapat beristirahat dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan
menjadi skala 4 (ringan)
2. Perasaan gelisah dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)
3. Gangguan tidur dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)
4. Menunjukkan proses pikir yang terorganisir dari skala 2 (banyak
terganggu) ditingkatkan menjadi skala 4 (sedikit terganggu)

2.2.14. Intoleransi aktivitas


Evaluasi :
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
b. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
c. Tanda-tanda vital normal
d. Energy psikomotor
e. Level kelemahan
f. Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
g. Status kardiopulmunari adekuat
h. Sirkulasi status baik
i. Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
2.2.15. Resiko cidera
Evaluasi :
a. Klien terbebas dari cedera
b. Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah
injury/cedera
c. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan/perilaku
personal
d. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
f. Mampu mengenali perubahan status kesehatan.

2.2.16. Gangguan citra tubuh


Evaluasi :
a. Body image positif
b. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
c. Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
d. Mempertahankan interaksi sosial.

2.2.17. Gangguan pola tidur


Evaluasi :
a. Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari
b. Pola tidur, kualitas dalam batas normal
c. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
d. Mampu mengidentifikasikan hal-hal yang meningkatkan tidur
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.Gambaran Kasus
3.1.1 Identitas
3.1.1.1. Identitas Klien
Pasien bernama Ny. F berumur 59 tahun,berjenis kelamin
perempuan dengan alamat Jl. Kelayan Besar II,pasien
beragama islam,dengan suku Banjar bangsa Indonesia. Status
pendidikan terakhir pasien SD,dengan status perkawinan
janda,dan status pekerjaan swasta. Pasien masuk Rumah Sakit
pada tanggal 23 April 2018, rekam medik pasien 1-38-72-xx
dengan diagnosa Diabetes Melitus Tipe II dan Diabetik Food.

3.1.1.2. Identitas Penanggung Jawab


Tn. M berumur 26 tahun berjenis kelamin laki-laki status
pekerjaan swasta, dengan alamat Jl. Kelayan Besar II
hubungan dengan pasien adalah anak.

3.1.2. Riwayat Penyakit


3.1.2.1. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian pada tanggal 24 April 2018 pukul 13.00
wita,pasien mengeluh kakinya nyeri dan pusing berputar.

3.1.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan satu minggu sebelum masuk rumah sakit
pasien mengalami luka pada kaki sebelah kanan, luka tersebut
dirawat dirumah oleh pasien dan keluarga. Pada tanggal 22
april 2018 pasien mengeluh badannya demam dari malam hari
sampai siang hari pada tanggal 23 april 2018, pasien
mengatakan bahwa pasien sudah mencoba meminum obat
yang diberikan olah perawat setempat,yaitu obat
Paracetamol,tetapi sampai pada pukul 14.00 wita demam
pasien masih belum juga reda,dan keluarga pun berinisiatip
membawa pasien ke RS. Ulin Banjarmasin. Pada pukul 14.25
wita pasien tiba di IGD RS. Ulin Banjarmasin dan pasien
diberikan terapi infus NS 20 tpm, antrain 3x1 g,cefotaxim 2x1
g, metronidazole 3x500 mg, omeprazole 1x40 mg, dengan
diagnosa IGD Diabetic Food + Diabetes Melitus Tipe II On
OAD.Pada pukul 17.00 wita Pasien dibawa keruangan Tulip
III( Penyakit Dalam Wanita) dan dirawat sampai dengan
sekarang.

3.1.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan bahwa ia sudah ± 3 tahun terakhir
menderita Diabetes Melitus,sudah beberapa kali masuk RS
Bhayangkara Banjarmasin,terakhir masuk rumah sakit dengan
penyakit Diabetes melitus pada akhir tahun 2017. Pasien juga
mengatakan ± 1 tahun terakhir pasien menderita katarak.
Pasien juga menderita penyakit magh kronis 1 tahun lebih .
Dan pasien mengatakan tidak pernah menderita
hipertensi,penyakit jantung,hepatitis dan penyakit menular
lainnya.

3.1.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan bahwa seluruh keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit yang sama dengannya.
Genogram

Gambar 3.1 Genogram


Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Pasien
Tinggal satu rumah

Pasien anak ke 2 berjenis kelamin perempuan usia 59 tahun , tinggal


satu rumah dengan anak bungsunya, pasien anak ke 2 dari 4 bersaudara.

3.1.3. Pemeriksaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan umum
Keadaan umum pasien sakit sedang,pasien terlihat lemah
dengan kesadaran compos mentis,GCS 15 E4 V5 M6,pasien
mengatakan badannya terasa lemas,pasien tampak memegangi
kepalanya dan berbaring ditempat tidur.
Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg S : 36,1 ° C
N : 80 x/m BB satu bulan sebelum sakit :60 Kg
BB saat dirumah sakit : 59 kg
R : 20 x/m TB : 152 cm
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔)
IMT = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑚)×𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)
59 𝑘𝑔
= 1.52 𝑚 ×1.52 𝑚 = 19.04 Berat badan klien ideal.

3.1.3.2 Kulit
Keadaan umum kulit baik,kebersihan cukup bersih,kulit teraba
hangat,warna kulit sawo matang dan kulit wajah nampak
pucat,turgor kulit < 2 detik, terdapat luka yang dibalut dengan
perban di kaki sebelah kanan.

3.1.3.3 Kepala dan Leher


Keadaan umum kepala simetris,tidak adanya kelainan pada
kepala,rambut pasien berwarna hitam sedikit uban,teraba
kasar. Pengkajian leher tidak ditemukan pembesaran vena
jugularis,dan pembesaran kelenjar tiroid.

3.1.3.4 Penglihatan dan Mata


Mata terlihat simetris antara kiri dan kanan,keadaan umum
mata cukup bersih,lensa mata berwarna keruh,konjungtiva
anemis, fungsi sistem penglihatan terganggu karena penyakit
katarak yang pasien derita, dibuktikan dengan pasien tidak
mampu melihat dengan jelas papan nama perawat dengan
jarak 1 meter.

3.1.3.5. Penciuman dan Hidung


Keadaan umum hidung bersih,bentuk hidung simetris,tidak
ada sumbatan,peradangan dan polip pada hidung,tidak
ditemukan pernafasan cuping hidung,dan pasien dapat
membedakan antara bau alkohol dengan minyak kayu putih
saat mata tertutup.
3.1.3.5 Pendengaran dan Telinga
Telinga simetris antara kiri dan kanan,bentuk telinga
normal,fungsi pendengaran baik dibuktikan dengan pasien
mampu menjawab semua pertanya perawat dengan benar
tanpa perlu diulang,pasien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.

3.1.3.6 Mulut dan Gigi


Bentuk mulut siemetris,keadaan umum mulut dan gigi cukup
bersih,mukosa mulut pucat dan kering,tidak ada gangguan saat
menelan,fungsi pencernaan bagian atas baik.

3.1.3.7 Dada, Pernafasan, Jantung dan Sirkulasi


DADA
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris,tidak
adanya otot bantu nafas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada,taktil
premitus normal
Perkusi : Terdengar bunyi sonor diseluruh lapang
paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler
PERNAFASAN : Pernafasan reguler,respirasi 20 x/m
JANTUNG
Inspeksi : bentuk perikardium simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ictus kordis teraba
Perkusi : terdengar pekak
Auskultasi : S1 S2 tunggal,tidak ada suara tambahan.
SIRKULASI : warna mukosa bibir pucat, danCRT<2
detik ,pasien mengeluh pusing,pandangan
kabur saat berubah posisi (duduk).
3.1.3.8 Abdomen
Inspeksi : Keadaan umum perut simetris,kebersihanabdomen
bersih,bentuk abdomendatar,pergerakan nafas
adomen normal,warna kulit abdomen sawo
matang,tidak didapatkan bekas luka disekitar kulit
abdomen.
Auskultasi: peristaltik usus 15 x/m
Palpasi : adanya nyeri tekan pada abdomen bagian kuadran
tengah atas,turgor kulit < 2 detik.
Perkusi : terdengar tympani diseluruh abdomen.

3.1.3.9 Genetalia dan Reproduksi


Pasien berjenis kelamin perempuan dan sudah menikah mempunyai
9 orang anak.

3.1.3.10 Ekstremitas atas dan bawah


Ekstermitas bawah dan atas normal,tidak ada kekakuan saat
digerakkan, pasien mengatakan nyeri pada ektermitas kanan bawah
apabila saat digerakkan/tertekan skala nyeri 2 (0-5), nyeri hilang
timbul,seperti digigit-gigit,terlihat ektermitas kiri atas terpasang
infus NaCL 20 tpm, terlihat luka gangren yang terbalut oleh kasa,
balutan terpasang dari IGD RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal
23 April 2018, terlihat bekas cairan nanah di kasa pasien,
ekstermitas kanan bawah terlihat bengkak.

Skala kekuatan otot :


5555 5555
4444 4444

Keterangan :
0 : tidak ada kontraksi otot
1 : kontraksi otot dapat dipalpasi tanpa gerakan persendiaan
2 : tidak mampu melawan gravitasi
3 : hanya mampu melawan gravitasi
4 : mampu menggerakkan persendian dengan gravitasi,mampu
melawan dengantahanan sedang
5 : mampu menggerakkan persedian dalam lingkup gerak
penuh,mampu melawan gravitasi,mampu melawan dengan
tahanan penuh.
Skala aktivitas 2 : memerlukan bantuan dan pengawasan oranglain.

3.1.4 Kebutuhan Fisik, Psikologi, Sosial dan Spritual


3.1.4.1 Aktivitas dan Istirahat
Dirumah : Pasien mengatakan aktivitasnya dirumah hanya
membereskan rumah, memasak, dan menonton. Pasien mengatakan
istirahat nya dalam 24 jam hanya 6-7 jam saja,dengan tidur siang 1
jam dan tidur malamtidak teratur kadang-kadang 5 jam saja, pasien
tidur pada pukul 23.00-04.00 wita.
Dirumah sakit : Pasien mengatakan aktivitasnya hanya berbaring
ditempat tidur. Istirahat pasien juga berkurang karena pada malam
hari pasien kurang tidur karena memikirkan penyakitnya, skala
aktivitas 2 dibantu oleh orang lain.

3.1.4.2 Personal Hygiene


Dirumah : Pasien mandi 3 x sehari dengan keramas 1 x dalam 2
hari,gosok gigi 2 x sehari.
Dirumah Sakit : Pasien terlihat cukup bersih,dan pasien
mengatakan setiap pagi anaknya selalu menyeka tubuhnya,untuk
perawatan diri sendiri dibantu oleh keluarga.

3.1.4.3 Nutrisi
Dirumah: Pasien Makan hanya 2xsehari,minum 7-8 x sehari,pasin
mengatakan ia tidak memiliki alergiterhadap makanan apapun.
DiRumah Sakit : pasien mengatakan bahwa ia makan 2x dalam
sehari ia hanya mampu menghabiskan 2 sendok makan dari satu
porsi makanan yang diberikan oleh rumah sakit,karenapasien
merasa mual dan ingin muntah, diet yang diberikan nasi bubur
diabetes melitus dengan 1.700 kalori.

3.1.4.4 Eliminasi
Dirumah : pasien mengatakan BAB 1 x pada pagi hari, BAK 7-8 x
dalam sehari,tidak ada keluhan saat BAB/BAK.
DiRumah Sakit : pasien mengatakan BAB hanya 1x selama
dirawat di RS, dan BAK 7-8 x sehari.

3.1.4.5 Psikososial
Hubungan pasien dengan keluarga,perawat,dokter dan tim medis
lainnya sangat baik,pasien menerima apa yang terjadi terhadap
dirinya,dan ia percaya ia akan cepat sembuh.

3.1.4.6 Seksualitas
Pasien seorang perempuan sudah menikah dan mempunyai 9 orang
anak.
3.1.4.7 Pengkajian spiritual
Pasien beragama islam dan pasien percaya penyakit yang diberikan
oleh Allah SWT adalah yang terbaik untuknya.

3.1.5 Pemeriksaan Penunjang


3.1.5.1 Laboratorium RSUD Ulin Banjarmasin (tanggal, 23 April 2018)
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN METODA
RUJUKAN
HEMATOLOGI
13.3 10.00 – g/dl Colometric
Hemoglobin
17.00
Lekosit 18.84 * 4.65 – 10.3 ribu/ul Impedance
Eritrosit 4.35 4.00 – 5.50 juta/ul Impedance
36.5 * 32.00 – vol% Analyzer
Hematokrit
44.00 Calculates
Trombosit 316 150 – 356 ribu/ul Impedance
15.4* 12.1 – 14.0 % Analyzer
RDW-CV
Calculates
MCV,MCH,MCHC
83.9 75.0 – 96.0 Fl Analyzer
MCV
Calculates
30.6 28.0 – 32.0 Pg Analyzer
MCH
Calculates
36.4 33.0 – 37.0 % Analyzer
MCHC
Calculates
KIMIA
GULA DARAH
Gula Darah 88 <200 mg/dl GOD/PAP
Sewaktu
HATI
SGOT 47 * 0-46 U/l IFCC
SGPT 39 0-45 U/l IFCC
Albumin 3.60 3.5-5.5 g/dl Buret
GINJAL
13 10-50 Mg/dl Modf-
Ureum
Berhelot
Cretinin 0.80 0.6-12 mg/dl Jaffe
ELEKTROLIT
Natrium 132* 135-146 mmol/l ISE
Kalium 3.6 3.4-5.4 mmol/l ISE
Chlorida 100 95-100 mmol/l ISE
URINALISA
Kuning- Kuning- Urinalysis
Warna kekeruhan
Keruh Jernih Strips
1.015 1.005-1.030 Urinalysis
BJ
Strips
6.5 5.0-6.5 Urinalysis
PH
Strips
Negative Negative Urinalysis
Keton
Strips
Negative Negative Urinalysis
Protein-Albumin
Strips
Negative Negative Urinalysis
Glukosa
Strips
Negative Negative Urinalysis
Bilirubin
Strips
Negative Negative Urinalysis
Darah Samar
Strips
Negative Negative Urinalysis
Nitrit
Strips
1.0 0.1-10 Urinalysis
Urobilinogen
Strips
1+ Negative Urinalysis
Leokosit
Strips
URINALISA (SEDIMEN)
5-10 0-30 Manual
Leokosit
Mikroskop
0-2 0-2 Manual
Eritrosit
Mikroskop
Negative Negative Manual
Silinder
Mikroskop
1+ 1+ Manual
Epithel
Mikroskop
Negative Negative Manual
Bakteri
Mikroskop
Negative Negative Manual
Kristal
Mikroskop
Negative Negative Manual
Dan Lain-lain
Mikroskop
KIMIA
ANALISA GAS DARAH
Suhu 38.3 Celsius
PH 7.48 * 7.350-7.450 mmhg
PCO2 34 * 35.0-45.0 mmhg
PO2 74 * 80.0-100.0 Mmol/l
HCO3 24.7 22.0-26.0 %
O2 Saturasi 94 75.00-99.0 Mmol/l
BE 2.2 -3.00-3.00 Mmol/l
Natrium Gas 130 * 135.0-148.0 Mmol/l
Darah
Kalium Gas Darah 2.6 * 3.50-4.50 Mmol/l
Ion Calsium Gas 0.80 * 1.120-1.320 Mmol/l
Darah

3.1.6 Terapi farmakologi (Obat-obatan)


Tabel 3.2 Terapi Farmakologi Ny. P
No Obat/terapi Dosis Rute Indikasi/Golongan
pemberian
1. Ceftriaxone 2x 1 g Intra Vena Golongan Antibiotik
cephalosporin yang
digunakan untuk
mengobati infeksi
bakteri seperti
pneumonia, sepsis,
meningitis.

2. NS 20 t/m IV infus Untuk mengganti cairan


dan kalori

3. Metronidazol 3 x 500 mg IV infus Metronidazole adalah


antibiotik untuk
mengobati berbagai
infeksi akibat bakteri.
Obat ini tergolong
dalam kelas antibiotik
yang dikenal dengan
nitroimidazoles. Cara
kerja metronidazole
adalah dengan
menghentikan
pertumbuhan bakteri
dan protozoa.
4. Antrain 3x 1 Amp IV Infus Antrain merupakan obat
anti nyeri dan anti
demam

5. Omeprazole 1 x 40 mg IV infus obat maag untuk


mengobati masalah-
masalah pada lambung
dan kerongkongan
(esofagus) akibat asam
lambung yang tinggi.
6. Metoclopramide 3 x 1 Amp IV infus obat yang digunakan
untuk
meredakan mual dan
muntah yang dapat
disebabkan
oleh migrain, efek
samping dari prosedur
bedah, kemoterapi,
atau radioterapi.

7. Valsartan 0-0-80 Oral obat dengan fungsi


untuk mengatasi
tekanan darah tinggi
(hipertensi) dan gagal
jantung.
8. Levemir 0-12 unit IM untuk
perawatan Diabetes tipe
2 pada orang
dewasa, Diabetes tipe 2
pada orang
dewasa, Diabetes tipe 1
pada orang dewasa dan
anak-anak yang berusia
minimal 2 tahun dan
kondisi lainnya

3.2. Data fokus


3.2.1. Data subjektif
3.2.1.1. Pasien mengatakan nyeri pada luka kaki sebelah kanan
P : saat tertekan/digerakkan
Q : seperti digigit-gigit
R : dikaki sebelah kanan bawah
S : 3 nyeri sedang (0-10)
T : hilang timbul (terutama pada malam hari)
3.2.1.2. Pasien mengatakan pusing berputar saat duduk atau berdiri
3.2.1.3. Pasien mengatakan ada nya luka dikaki sebelah kanan
3.2.1.4. Pasien mengatakan badan terasa lemas
3.2.1.5. Pasien mengatakan selama dirumah sakit ia makan 2x dan
hanya mampu menghabiskan 2 sendok makan saja.
3.2.1.6. Pasien mengatakan ingin mual dan muntah
3.2.1.7. Pasien mengatakan ada riwayat magh kronis 1 tahun lebih.

3.2.2. Data objektif


3.2.2.1. Inspeksi
a. Pasien lemah
b. Terlihat luka yang dibalut dengan perban di kaki sebelah
kanan.
c. Terlihat bekas cairan nanah dikasa luka pasien
d. Telihat kulit sekitar yang dibalut dengan perban bengkak
e. Wajah terlihat pucat
f. Pasien lesu
g. Terlihat sisa makanan didalam piring pasien
h. Lensa mata berwarna keruh
i. Konjugtiva anemis.
j. Pasien terlihat berbaring ditempat tidur

3.2.2.2. Auskultasi
-
3.2.2.3. Perkusi
-
3.2.2.4. Palpasi
a. Kulit pasien teraba hangat
Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg S : 36,1 ° C
N : 90 x/m
R : 20 x/m
3.2.2.5. Hasil Laboratorium
a. Leokosit : 18.84 ribu/ul
b. SGOT : 47 U/l
c. GDS : 88 mg/dl

3.3. Analisa Data


Tabel 3.3 Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. Data Subjektif : Kerusakan Gangren
a. Pasien mengatakan luka dikaki integritas Jaringan
dibagian bawah sebelah kanan ( D.00044 )
b. Pasien mengatakan nyeri pada luka
dikaki sebelah kanan bawah
P : saat bergerak/tertekan
Q : seperti digigit-gigit
R : luka dikaki sebelah kanan
S : 3 nyeri sedang (0-10)
T : hilang timbul (sering muncul
pada malam hari )
Data Objectif :
a. Pasien lemah
b. Terlihat luka yang dibalut disebelah kaki
kanan bawah.
c. Terlihat bekas cairan nanah dikasa luka
pasien
d. GDS : 88 mg/dl
e. Tanda-tanda Vital
TD : 100/70 mmHg
S : 36,1 ° C
N : 90 x/m
R : 20 x/m
2. Data subjektif : Mual Pengosongan
a. Pasien mengatakan mual dan muntah. (D.0076) lambung
b. Pasien mengatakan badannya terasa lebih lama
lemas
c. Pasien mengatakan selama dirumah
sakit ia makan 2x sehari dan hanya
mampu makan 2 sendok makan saja.
d. Pasien mengatakn ada riwayat magh
Kronis 1 tahun lebih
Data objectif :
a. Terlihat sisa makan yang masih banyak
dipiring pasien
b. Wajah pasien terlihat pucat
c. Pasien lemah
d. BB satu bulan sebelum sakit : 60 kg
e. BB saat dirumah sakit : 59 kg
f. TB : 152
g. IMT : 19.04 (BB klien ideal)
3. Data Subjectif : Intoleransi aktivitas Kelemahan
1. Pasien mengeluh badannya lemah ( D.0092 ) umum
2. Pasien mengatakan aktivitasnya dibantu
oleh keluarga.

Data Objectif :
1. Pasien lemah
2. Pasien berbaring ditempat tidur
3. Konjugtiva anemis
4. Skala aktivitas 2 dibantu orang lain
5. TTV :
TD : 100/70 mmHg
S : 36,1 ° C
N : 90 x/m
R : 20 x/m

3.3.1. Prioritas Masalah


3.3.1.1. Kerusakan integritas jaringan b.d Gangren
3.3.1.2. Mual b.d pengosongan lambung lebih lama
3.3.1.3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
3.4. Rencana Keperawatan
3.4.Tabel Rencana Keperawatan
Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Kerusakan Setelah dilakukan NIC Label >> 1. Mengevaluasi
integritas asuhan keperawatan Skin care: status
jaringan b.d selama 5x 24 jam Topical kerusakan kulit
faktor mekanik : diharapkan integritas treatments sehingga dapat
robekan jaringan tidak memberikan
mengalami kerusakan a) Pantau intervensi yang
lebih jauh, dengan perkembanga tepat.
kriteria hasil : n kerusakan
kulit klien 2. Keadaan yang
NOC Label >> setiap hari. lembab dapat
Tissue Integrity: meningkatkan
Skin & mucous b) Cegah perkembangbia
membrane penggunaan kan
linen mikroorganism
a) Temperatur kulit bertekstur e dan untuk
normal kasar dan mencegah
jaga agar terjadinya lesi
b) Sensasi kulit linen tetap
normal kulit akibat
bersih, tidak gesekan
lembab, dan dengan linen.
c) Kulit elastis
tidak kusut.
d) Hidrasi kulit 3. Untuk
c) Lakukan meningkatkan
adekuat perawatan proses
e) Warna kulit kulit secara penyembuhan
aseptik 2 kali lesi kulit serta
normal
sehari. mencegah
f) Bebas lesi terjadinya
jaringan infeksi
NIC Label >> sekunder.
g) Kulit intak (tidak Wound care
ada eritema dan 1. Memonitor
nekrosis) a) Monitor karakteristik
karakteristik luka dapat
NOC Label >> luka, meliputi membantu
Wound healing : warna, perawat dalam
primary intention ukuran, bau menentukan
dan perawatan luka
a) Tidak ada
pengeluaran dan penangan
perluasan tepi
pada luka yang sesuai
luka
untuk pasien
b) Bersihkan
Tidak ada eritema di
luka dengan 2. normal salin
daerah sekitar luka
normal salin adalah cairan
fisologis yang
c) Lakukan mirip dengan
pembalutan cairan tubuh
pada luka sehingga aman
sesuai digunakan
untuk
dengan membersihkan
kondisi luka dan merawat
luka.
d) Pertahankan
teknik steril 3. permbalutan
dalam luka dilakukan
perawatan untuk
luka pasien mempercepat
proses
penutupan
luka. Pemilihan
bahan dan cara
balutan
disesuaikan
dengan jenis
luka pasien..

4. perawatan luka
dengan tetap
menjaga
kesterilan
dapat
menghindarka
n pasien dari
infeksi

2. Mual b.d Setelah diberikan NIC Label >> NIC Label >>
pengosongan asuhan keperawatan Nausea Nausea
lambung lambat selama 1 x 15 jam Management Management
diharapkan tidak
terjadi mual dengan a. Lakukan a. Mengidentifik
kriteria hasil: pengkajian asi
lengkap rasa keefektifan
NOC Label >> mual intervensi
Nausea and termasuk yang
Vomiting Control frekuensi, diberikan
durasi, tingkat b. Mengidentifik
a. Pasien dapat mual, dan asi pengaruh
menghindari faktor yang mual terhadap
faktor penyebab menyebabkan kualitas hidup
nausea dengan pasien mual. pasien.
baik b. Evaluasi efek c. Memenuhi
b. Pasien mual terhadap kebutuhan
melakukan nafsu makan nutrisi pasien
acupressure pasien, dan menegah
point P6 untuk aktivitas mual
mencegah sehari-hari, d. Untuk
mengurangi dan pola tidur menghindari
mual pasien terjadinya
c. Anjurkan mual
NOC Label makan sedikit e. Untuk
>>Nausea tapi sering menghindari
&vomiting severity dan dalam efek mual
a. Pasien keadaan f. Membantu
mengatakan hangat mengurangi
tidak mual efek mual dan
b. Pasien d. Anjurkan menegah
mengatakan pasien muntah
tidak muntah mengurangi g. Menurangi
c. Tidak ada jumlah mual dengan
peningkatan makanan aksi
sekresi saliva yang bisa sentralnya
menimbulkan pada
mual. hipotalamus
e. Berikan
istirahat dan
tidur yang
adekuat untuk
mengurangi
mual
f. Kolaborasi
pemberian
antiemetik :
ondansentron
4 mg IV jika
mua

3. Intoleransi Setelah dilakukan Activity Therapy Activity Therapy


aktivitas b.d intervensi selama 3
kelemahan umum x24 jam diharapkan 1. Kolaborasi 1. Mengkaji
kondisi klien stabil dengan tim setiap aspek
saat aktivitas dengan kesehatan lain klien terhadap
KH: untuk terapi latihan
merencanakan , yang
Activity Tolerance monitoring dierencanakan.
program
a) Saturasi O2 saat aktivitasi klien. 2. Aktivitas yang
aktivitas dalam teralau berat
batas normal (95- 2. Bantu klien dan tidak
100%) memilih sesuai dengan
aktivitas yang kondisi klian
b) Nadi saat sesuai dengan dapat
aktivitas dalam kondisi. memperburuk
batas normal (60- toleransi
100x/mnt) 3. Bantu klien terhadap
untuk latihan.
c) RR saat aktivitas melakukan
dalam batas aktivitas/latiha 3. Melatih
normal (12- n fisik secara kekuatan dan
20x/mnt) teratur. irama jantung
selama
d) Tekanan darah 4. Mengobservasi aktivitas.
systole saat TTV sebelum
aktivitas dalam dan sesudah 4. Mengetahui
batas normal melakukan setiap
(100-120mmHg) aktivitas. perkembangan
yang muncul
e) Tekanan darah 5. Bantu pasien segera setelah
diastole saat untuk terapi
aktivitas dalam mengembangk aktivitas.
batas normal (60-
80mmHg)
f) Hasil EKG dalam an motivasi diri 5. Menambah
batas normal dan penguatan. semangat agar
cepat sembuh.
Fatigue Level 6. Kolaborasi
pemberian obat 6. Pemberian
a) Tidak nampak antihipertensi, obat
kelelahan obat-obatan antihipertensi
digitalis, digunakan
b) Tidak nampak diuretic dan untuk
lesu mengembalika
vasodilator.
n TD klien
c) Tidak ada
penurunan nafsu dbn, obat
digitalis untuk
makan
mengkoreksi
d) Tidak ada sakit kegagalan
kepala kontraksi
jantung pada
e) Kualitas tidur dan gambaran
istirahat dalam EKG, diuretic
batas normal dan
vasodilator
digunakan
untuk
mengeluarkan
kelebihan
cairan.
3.5. Implementasi Keperawatan
Tabel 3.5 Implementasi Keperawatan
No. Hari/Tgl Jam No. Implementasi Hasil tindakan Paraf
Dx Keperawatan

1. Selasa 12.30 I a. Memantau 1. Terlihat adanya D. Pagi


24 April wita perkembangan luka yang terbalut
2018 kerusakan kulit oleh perban,kulit Yulia
klien setiap hari. sekitar luka
12.30 bengkak.
wita I b. Memonitor
karakteristik 2. Terdapat adanya
luka, meliputi luka dikaki sebelah
warna, ukuran, kanan yang terbalut
bau dan oleh perban,terlihat
pengeluaran bekas cairan nanah
pada luka. di perban.

c. Mengobservasi 3. Pasien mengatakan


12.31 I reaksi nyeri di luka
wita ketidaknyaman ganggren dengan
secara nonverbal skla nyeri 3 (nyeri
sedang), nyeri
hilang timbul.

12.31 d. Melakukan 4. pasien mengatakan


II pengkajian mual terutama pada
Wita lengkap rasa
malam hari sampai
mual termasuk
pada waktu subuh,
frekuensi,
mual sering lebih
durasi, tingkat
dari 7 kali.
mual, dan faktor
yang 5. Pasien juga
menyebabkan
mengatakan nafsu
pasien mual.
makannya
12.31 menurun.
II e. Mengevaluasi
wita
efek mual 6. Pasien
terhadap nafsu
mendengarkan
makan pasien,
anjuran dari
aktivitas sehari-
perawat dengan
hari, dan pola
makan sedikit tapi
tidur pasien sering dan
diselingi dengan
f. Menganjurkan
II memakan roti
12.31 makan sedikit
tawar.
wita tapi sering dan
dalam keadaan
7. Pasien
hangat. mendengarkan
anjuran dari
perawat dengan
12.32 II g. Menganjurkan mengurangi
wita pasien memakan-makan
mengurangi
jumlah makanan pedas dan asam-
yang bisa asaman.
menimbulkan
mual. 8. Perawat dan
pasien memilih
12.32 III h. Bantu klien kegiatan senam
wita memilih aktivitas kaki diabetik
yang sesuai sesuai keinginan
dengan kondisi. pasien.
9. Perawat membantu
12.32 i. Bantu klien untuk
III pasien untuk
wita melakukan melakukan senam
aktivitas/latihan kaki diabetik.
fisik secara
teratur. 10. TTV
III TD : 100/70 mmHg
12.35 j. Mengobservasi S : 36,1 ° C
wita TTV sebelum dan N : 90 x/m
sesudah
melakukan R : 20 x/m
aktivitas.

12.00 k. Mengajarkan
I 11. Pasien terlihat
wita pasien tehnik
relaksasi napas menuruti anjuran
dalam untuk dari perawat dan
mengurangi akan beristirahat
nyerinya.

l. Memberikan 12. Pasien diberikan


II obat : Perawat
istirahat dan
tidur yang Omeprazole 1x40
adekuat untuk mg,
mengurangi Metoclopramide
mual 3x1 Ampl,
Valsartan (0-0-
I-III m. Kolaborasi 80), ceftriaxone,
pemberian obat- metronidazol,
obatan Antrain 3x 1 Amp

14.20 I a. Memantau 1. Terlihat adanya D.


wita perkembangan luka yang terbalut siang
kerusakan kulit oleh perban,kulit
klien setiap sekitar luka Perawat
hari. bengkak.
I
b. Memonitor 2. Terdapat adanya
karakteristik luka dikaki sebelah
luka, meliputi kanan yang terbalut
warna, ukuran, oleh perban,terlihat
Perawat
bau dan bekas cairan nanah
pengeluaran di perban.
pada luka.
3. Pasien mengatakan
I
c. Mengobservasi nyeri di luka
reaksi ganggren dengan
ketidaknyaman skla nyeri 3 (nyeri
secara sedang), nyeri
nonverbal hilang timbul.
II
d. Melakukan 4. pasien mengatakan
pengkajian mual terutama pada
lengkap rasa malam hari sampai
mual termasuk pada waktu subuh, Perawat
frekuensi, mual sering lebih
durasi, tingkat dari 7 kali.
mual, dan
faktor yang
menyebabkan 5. Pasien juga Perawat
pasien mual. mengatakan nafsu
makannya
e. Mengevaluasi menurun.
II
efek mual
terhadap nafsu 6. Pasien
makan pasien, mendengarkan
aktivitas anjuran dari
sehari-hari, dan perawat dengan
makan sedikit tapi Perawat
pola tidur
pasien. sering dan diselingi
dengan memakan
II f. Menganjurkan roti tawar.
makan sedikit
7. Pasien Perawat
tapi sering dan
dalam keadaan mendengarkan
hangat. anjuran dari
perawat dengan
g. Menganjurkan mengurangi
II memakan-makan Perawat
pasien
mengurangi pedas dan asam-
jumlah asaman.
makanan yang
bisa 8. Pasien terlihat
menimbulkan menuruti anjuran
mual. dari perawat dan
II akan beristirahat.
h. Memberikan
istirahat dan Perawat
tidur yang 9. Pasien diberikan
adekuat untuk obat :Omeprazole
mengurangi 1x40 mg,
mual. Metoclopramide
18.00 3x1 Ampl, dan
wita i. Kolaborasi antrain 3x 1 Amp
I-II pemberian obat
20.20 I a. Memantau 1. Terlihat adanya D.
wita perkembangan luka yang terbalut Malam
kerusakan kulit oleh perban,kulit
klien setiap sekitar luka Perawat
hari. bengkak.
I
b. Memonitor 2. Terdapat adanya
karakteristik luka dikaki sebelah
luka, meliputi kanan yang Perawat
warna, ukuran, terbalut oleh
bau dan perban,terlihat
pengeluaran bekas cairan nanah
pada luka. di perban.

c. Melakukan 3. pasien mengatakan


II pengkajian mual.
lengkap rasa
mual termasuk 4. Pasien juga
frekuensi, mengatakan nafsu
durasi, tingkat makannya
mual, dan menurun. Perawat
faktor yang
menyebabkan 5. Pasien
pasien mual. mendengarkan
anjuran dari
d. Mengevaluasi perawat dengan Perawat
efek mual makan sedikit tapi
II terhadap nafsu sering dan diselingi
makan pasien, dengan memakan
aktivitas roti tawar.
sehari-hari, dan
pola tidur 6. Pasien
pasien. mendengarkan Perawat
anjuran dari
e. Menganjurkan perawat dengan
II makan sedikit mengurangi
tapi sering dan memakan-makan
dalam keadaan pedas dan asam-
hangat. asaman.
Perawat
f. Menganjurkan 7. Pasien terlihat Perawat
pasien menuruti anjuran
II mengurangi dari perawat dan
jumlah akan beristirahat
makanan yang
bisa 8. Pasien diberikan
menimbulkan obat :
mual. Omeprazole 1x40
mg dan
g. Memberikan Metoclopramide Perawat
II istirahat dan 3x1 Ampl
tidur yang
adekuat untuk
mengurangi
mual.
h. Kolaborasi
21.00 II
pemberian
wita
antiemetik:
ondansentron 4
mg IV jika
mual
3.6. Evaluasi Keperawatan
3.6 Tabel Evaluasi Keperawatan
No Hari/Tanggal Jam No. Evaluasi Paraf
Diagnosa
1. Selasa 24 13.00 I S: Yulia
April 2018 wita a. Pasien mengatakan ada
luka dikaki kanannya
b. Pasien mengatakan nyeri
P : saat bergerak/tertekan
Q : seperti digigit-gigit
R : luka gangren pada kaki
sebelah kanan
S : 3 nyeri sedang ( 1-10)
T : hilang timbul
O:
1. Pasien terlihat memegangi
2. kakinya.
3. Nampak bekas cairan
diperban pasien.
4. Terdapat luka gangrent
yang
5. dibalut perban.
6. Tanda-tanda Vital
TD : 100/70 mmHg
S : 36,1 ° C
N : 90 x/m
R : 20 x/m

A : Kerusakan integritas jaringan


belum teratasi

P : lanjutkan Intervensi :

a. Monitor karakteristik luka,


meliputi warna, ukuran, bau
dan pengeluaran pada luka

b. Bersihkan luka dengan


normal salin

c. Lakukan pembalutan pada


luka sesuai dengan kondisi
luka

d. Pertahankan teknik steril


dalam perawatan luka pasien
e. Observasi reaksi
ketidaknyaman secara
nonverbal
f. Kaji Tanda- tanda vital
g. Berikan informasi tentang
nyeri termasuk penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan hilang,
antisipasi terhadap
ketidaknyamanan dari prosedur
h. Ajarkan cara penggunaan
terapi non farmakologi
(distraksi, guide
imagery,relaksasi)
i. Kolaborasi pemberian
analgesic dan antibiotik

2. Selasa 24 13.20 II S : pasien mengatakan mual dan Yulia


April 2018 Wita ingin muntah
O:
1. Pasien pucat
2. Tanda-tanda Vital
TD : 100/70 mmHg
S : 36,1 ° C
N : 90 x/m
R : 20 x/m
3. Pasien berbaring lemah
ditempat tidur.

A : Mual belum teratasi

P : lanjutkan intervensi :

a. Lakukan pengkajian
lengkap rasa mual termasuk
frekuensi, durasi, tingkat
mual, dan faktor yang
menyebabkan pasien mual.
b. Evaluasi efek mual
terhadap nafsu makan
pasien, aktivitas sehari-
hari, dan pola tidur pasien
c. Anjurkan makan sedikit
tapi sering dan dalam
keadaan hangat
d. Anjurkan pasien
mengurangi jumlah
makanan yang bisa
menimbulkan mual.
e. Berikan istirahat dan tidur
yang adekuat untuk
mengurangi mual
f. Kolaborasi pemberian
antiemetik
3. Selasa 24 13.30 III S : pasien mengatakan ia hanya Yulia
April 2018 Wita duduk dan berbaring ditempat
tidur.

O:
1. Pasien terlihat berbaring
ditempat tidur.
2. Pasien sakit sedang
3. Kesadaran compos mentis
GCS 15 E4 V5 M6
4. Skala aktivitas 2 : dibantu
orang lain.

A : Intoleransi aktivitas Belum


teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi

1. Kolaborasi dengan tim


kesehatan lain untuk
merencanakan , monitoring
program aktivitasi klien.
2. Bantu klien memilih aktivitas
yang sesuai dengan kondisi.
3. Bantu klien untuk melakukan
aktivitas/latihan fisik secara
teratur.

4. Mengobservasi TTV sebelum


dan sesudah melakukan
aktivitas.

5. Bantu pasien untuk


mengembangkan motivasi diri
dan penguatan.

6. Kolaborasi pemberian obat


antihipertensi, obat-obatan
digitalis, diuretic dan
vasodilator.
3.7. Catatan Perkembangan Keperawatan
3.7 Tabel Catatan Perekembangan

No Hari/ Jam No. Implementasi dan Evaluasi Hasil Paraf


Tgl Dx Evaluasi tindakan
1. Rabu 08.30 I a. Memantau S: D.Pagi
25 perkembangan
april Wita kerusakan kulit 1. Pasien mengatakan
klien setiap hari. adanya luka di kaki
2018
Hasil : Kulit kanannya.
sekitar 2. Pasien mengatakan
lukannya nyeri skala 3
perban/luka
(0-10)
pasien bengkak. 3. Pasien mengatakan ia
masih mual
b. Perawat 4. Pasien mengatakan
08.33 II mengajakan hanya diam ditempat
wita tehnik relaksasi tidur.
napas dalam
untuk mengurangi O:
nyeri pasien .
Hasil : pasien 1. Terlihat luka yang
mengerti apa yang kemerahan dengan luas
luka ± 4 cm, dan
disampaikan oleh
mengeluarkan nanah
perawat, dan bercampur darah,luka
mampu berada pada derajat 3
mengulang (1-5) dengan abses.
dengan sendiri 2. Terlihat kulit sekitar
Yulia
apa yang luka bengkak dan
diajarkan, kemerahan.
3. Terlihat luka yang
sudah dibersihkan.
c. Melakukan 4. Pasien terlihat lemah
08.40
III pengkajian 5. Pasien terlihat pucat
wita
lengkap rasa mual 6. Pasien terlihat
termasuk berbaring ditempat
frekuensi, durasi, tidur.
tingkat mual, dan 7. Keadaan umum pasien
faktor yang sakit sedang.
menyebabkan 8. Kesadaran compos
pasien mual. mentis.
Hasil : pasien 9. Pasien terlihat
mengatakan masih berbaring ditempat
mual terutama tidur.
pada malam hari, 10. TTV
terutama pada TD : 120/80 mmHg
malam hari N : 80 x/m
sampai waktu
subuh dan dengan R : 21 x/m
frekuensi 7 kali.
08.40 II d. Mengobservasi 11. Aktivitas masih
TTV sebelum dan dibantu oleh keluarga
wita sesudah melakukan pasien.
aktivitas.
A : Kerusakan integritas
jaringan, mual, dan
Hasil : intoleransi kativitas belum
teratasi.
TD : 120/80 mmHg

N : 80 x/m
P : intervensi
R : 21 x/m
Dilanjutkan:

Dx I :
08.40 II e. Mengevaluasi
efek mual a. Pantau
Wita terhadap nafsu perkembangan
makan pasien, kerusakan kulit klien
aktivitas sehari-
setiap hari.
hari, dan pola
tidur pasien. b. Cegah penggunaan
Hasil : pasien linen bertekstur kasar
mengatakan dan jaga agar linen
kurang nafsu tetap bersih, tidak
makan akibat lembab, dan tidak
mual yang ia kusut.
rasakan.
c. Lakukan perawatan
08.40 II kulit secara aseptik 2
f. Menganjurkan
kali sehari.
Wita makan sedikit tapi
sering dan dalam d. Monitor karakteristik
keadaan hangat. luka, meliputi warna,
Hasil : pasien
ukuran, bau dan
mendengarkan pengeluaran pada
apa anjuran dari luka
perawat.
e. Bersihkan luka
dengan normal salin
08.43 III g. Menganjurkan
pasien
wita f. Lakukan pembalutan
mengurangi
pada luka sesuai
jumlah makanan
yang bisa dengan kondisi luka
menimbulkan g. Pertahankan teknik
mual.
steril dalam
Hasil : pasien
perawatan luka
mendengarkan
pasien
anjuran dari
perawat.
08.43
wita III h. Bantu klien
memilih aktivitas
yang sesuai dengan Dx II
kondisi.
Hasil : perawat a. Lakukan pengkajian
membantu pasien lengkap rasa mual
melakukan termasuk frekuensi,
aktivitas seperti durasi, tingkat mual,
ketoilet. dan faktor yang
menyebabkan pasien
mual.
i. Bantu klien untuk b. Evaluasi efek mual
10.10 I melakukan terhadap nafsu makan
wita aktivitas/latihan pasien, aktivitas
fisik secara teratur. sehari-hari, dan pola
tidur pasien
Hasil : pasien
terbaring lemah dan c. Anjurkan makan
hanya diam sedikit tapi sering dan
ditempat tidur. dalam keadaan hangat
d. Anjurkan pasien
mengurangi jumlah
j. Memonitor makanan yang bisa
10.20 karakteristik luka, menimbulkan mual.
I
meliputi warna, e. Berikan istirahat dan
Wita
ukuran, bau dan tidur yang adekuat
pengeluaran pada untuk mengurangi
luka. mual.
Hasil : Luka
pasien berwarna Dx III :
kemerahan,ukura
n panjang ± 4 cm a. Kolaborasi dengan tim
dan lebar ± 4 cm, kesehatan lain untuk
luka merencanakan ,
mengeluarkan monitoring program
aktivitasi klien.
nanah bercampur
darah.(luka b. Bantu klien memilih
dibuka di Poli aktivitas yang sesuai
Kaki RSUD.Ulin dengan kondisi.
Banjarmasin).
c. Bantu klien untuk
10.25 melakukan
wita I k. Melakukan
aktivitas/latihan fisik
pembalutan pada
luka sesuai secara teratur.
dengan kondisi d. Mengobservasi TTV
luka.
sebelum dan sesudah
Hasil : Balutan
melakukan aktivitas.
luka diseluruh
telapak kaki e. Bantu pasien untuk
bagian kanan. mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan.
10.25 II l. Mempertahankan f. Kolaborasi pemberian
wita teknik steril obat antihipertensi,
dalam perawatan obat-obatan digitalis,
luka pasien diuretic dan
Hasil :Perawat vasodilator.
poli kaki
melakukan
pembersihan luka
dengan tehnik
steril.

m. Memberikan
istirahat dan tidur
12.00
I- yang adekuat
wita
III untuk mengurangi
mual.
Hasil : Pasien
terlihat berbaring
dan beristirahat

n. Kolaborasi
pemberian obat-
obatan
Hasil :
Omeprazole 1x40
mg,
Metoclopramide
3x1 Ampl,
Valsartan (0-0-
80), ceftriaxone,
metronidazol,
Antrain 3x 1 g
2. 14.40 I a. Memantau S: D.
wita perkembangan siang
kerusakan kulit 1. Pasien mengatakan
klien setiap hari. adanya luka dikaki
Hasil : terlihat kanan nya.
kulit sekitar luka 2. Pasien mengatakn
nyeri dikaki kanannya
bengkak
skla 1 (nyeri ringan)
14.40 3. Pasien mengatakan
I b. Memonitor masih mual tapi tidak
wita karakteristik terlalu sering.
luka, meliputi
warna, ukuran,
bau dan
pengeluaran pada
luka. O:
Hasil : terlihat
1. Terlihat luka yang
luka yang sudah dibalut dengan perban
bersih dan 2. Terlihat perban luka
dibalut dengan masih bersih.
perban. 3. Terlihat pasien
berbaring ditempat
c. Melakukan tidur.
14.42 II pengkajian 4. Wajah terlihat pucat.
wita lengkap rasa 5. Bibir kering
mual termasuk
frekuensi, durasi, A : kerusakan integritas
tingkat mual, dan
faktor yang jaringan dan mual
menyebabkan
pasien mual. belum teratasi
Hasil : pasien
mengatakan
masih mual tapi
tidak sering.
P : Lanjutkan intervensi
14.42 II d. Mengevaluasi Dx I :
wita efek mual Perawa
terhadap nafsu a. Pantau t
makan pasien, perkembangan
aktivitas sehari- kerusakan kulit klien
hari, dan pola setiap hari.
tidur pasien.
Hasil : pasien b. Cegah penggunaan
mengatakan ia linen bertekstur kasar
kurang nafsu dan jaga agar linen
makan akibat tetap bersih, tidak
dari mualnya lembab, dan tidak
kusut.

II e. Menganjurkan c. Lakukan perawatan


14.43 makan sedikit kulit secara aseptik 2
wita tapi sering dan
kali sehari.
dalam keadaan d. Monitor karakteristik
hangat. luka, meliputi warna,
Hasil : pasien ukuran, bau dan
mengikuti pengeluaran pada
anjuran dari luka
perawat
e. Bersihkan luka
dengan normal salin
f. Memberikan
14.44 II istirahat dan tidur f. Lakukan pembalutan
wita yang adekuat pada luka sesuai
untuk dengan kondisi luka
mengurangi
mual. g. Pertahankan teknik
hasil : pasien steril dalam
terlihat perawatan luka
beristirahat. pasien

g. Kolaborasi
18.00
I-II pemberian obat Dx II
wita
Hasil : Pasien
diberikan obat a. Lakukan pengkajian
:Omeprazole lengkap rasa mual
1x40 mg, termasuk frekuensi,
Metoclopramide durasi, tingkat mual,
3x1 Ampl, dan dan faktor yang
antrain 3x 1 menyebabkan pasien
Amp mual.
b. Evaluasi efek mual
terhadap nafsu makan
pasien, aktivitas sehari-
hari, dan pola tidur
pasien
c. Anjurkan makan
sedikit tapi sering dan
dalam keadaan hangat
d. Anjurkan pasien
mengurangi jumlah
makanan yang bisa
menimbulkan mual.
e. Berikan istirahat dan
tidur yang adekuat
untuk mengurangi
mual.

3. 20.20 I a. Memantau S: D.
wita perkembangan malam
kerusakan kulit 1. Pasien mengatakan
klien setiap hari. adanya luka dikaki
kanan nya.
Hasil : terlihat 2. Pasien mengatakn
kulit sekitar luka nyeri dikaki kanannya
bengkak skla 3 (nyeri sedang)
3. Pasien mengatakan
I b. Memonitor
masih mual tapi tidak
karakteristik luka,
20.20 terlalu sering.
meliputi warna,
wita ukuran, bau dan
pengeluaran pada
luka.
Hasil : terlihat O:
luka yang sudah
1. Terlihat luka yang
bersih dan dibalut
dibalut dengan perban
dengan perban. 2. Terlihat perban luka
masih bersih.
20.22 c. Melakukan 3. Terlihat pasien
wita II pengkajian berbaring ditempat
lengkap rasa mual tidur.
termasuk 4. Wajah terlihat pucat.
frekuensi, durasi, 5. Bibir kering
tingkat mual, dan
faktor yang
menyebabkan A : kerusakan integritas
pasien mual. Perawa
Hasil : pasien jaringan dan mual t
mengatakan belum teratasi
masih mual tapi
tidak sering.
20.22
wita II d. Mengevaluasi
efek mual P : Lanjutkan intervensi
terhadap nafsu
makan pasien, Dx I :
aktivitas sehari-
hari, dan pola a. Pantau
tidur pasien. perkembangan
Hasil : pasien kerusakan kulit klien
mengatakan ia setiap hari.
kurang nafsu b. Cegah penggunaan
makan akibat dari linen bertekstur kasar
mualnya dan jaga agar linen
tetap bersih, tidak
20.22 e. Menganjurkan lembab, dan tidak
II
wita makan sedikit tapi kusut.
sering dan dalam
keadaan hangat. c. Lakukan perawatan
Hasil : pasien kulit secara aseptik 2
mengikuti kali sehari.
anjuran dari
d. Monitor karakteristik
perawat luka, meliputi warna,
20.23
ukuran, bau dan
wita II f. Memberikan
istirahat dan tidur
yang adekuat pengeluaran pada
untuk luka
mengurangi mual.
hasil : pasien e. Bersihkan luka
terlihat dengan normal salin
beristirahat. f. Lakukan pembalutan
pada luka sesuai
g. Kolaborasi dengan kondisi luka
pemberian obat
Hasil : Pasien g. Pertahankan teknik
diberikan obat steril dalam
:Omeprazole perawatan luka
23.30
1x40 mg, pasien
wita
& I-II Metoclopramide
06.00 3x1 Ampl, dan
wita antrain 3x 1 Amp Dx II

a. Lakukan pengkajian
lengkap rasa mual
termasuk frekuensi,
durasi, tingkat mual,
dan faktor yang
menyebabkan pasien
mual.
b. Evaluasi efek mual
terhadap nafsu makan
pasien, aktivitas
sehari-hari, dan pola
tidur pasien
c. Anjurkan makan
sedikit tapi sering dan
dalam keadaan hangat
d. Anjurkan pasien
mengurangi jumlah
makanan yang bisa
menimbulkan mual.
e. Berikan istirahat dan
tidur yang adekuat
untuk mengurangi
mual.

4. Kamis 08.20 I a. Memantau S: D. Pagi


26 wita perkembangan
April kerusakan kulit 1. Pasien mengatakan
klien setiap hari. adanya luka di kaki
2018
Hasil : Kulit kanannya.
sekitar 2. Pasien mengatakan
lukannya nyeri skala 1
perban/luka
(0-5).
pasien bengkak. 3. Pasien mengatakan
mualnya berkurang.
08.20 I b. Memonitor 4. Pasien mengatakan
wita karakteristik luka, hanya diam ditempat
meliputi warna, tidur.
ukuran, bau dan O:
Yulia
pengeluaran pada
luka. 1. Terlihat luka yang
Hasil : Terlihat dibalut dengan perban.
luka yang terbalut 2. Perban berada
disepanjang telapak
oleh perban
kaki sampai
sepanjang telapak pergelangan kaki.
kaki kanan pasien 3. Terlihat kulit sekitar
sampai luka masih bengkak
pergelangan kaki. dan kemerahan.
4. Terlihat luka yang
c. Melakukan sudah dibersihkan.
I pembalutan pada 5. Pasien terlihat segar.
08.20 luka sesuai 6. Pasien terlihat duduk
wita dengan kondisi diatas tempat tidur.
luka. 7. Wajah tidak pucat
8. Keadaan umum pasien
Hasil : Balutan
sakit sedang.
luka diseluruh 9. Kesadaran compos
telapak kaki mentis.
bagian kanan. 10. Pasien terlihat
berbaring ditempat
d. Mempertahankan tidur.
08.20 I teknik steril dalam 11. TTV
wita perawatan luka TD : 110/90 mmHg
pasien.
Hasil :Pasien N : 80 x/m
dijadwalkan pada R : 21 x/m
hari sabtu tanggal
28 april ke poli 12. Aktivitas masih
dibantu oleh keluarga
kaki.
pasien.

08.20 II e. Melakukan
wita pengkajian A : Kerusakan
lengkap rasa mual
termasuk Integritas jaringan,
frekuensi, durasi,
tingkat mual, dan Intoleransi aktivitas
faktor yang belum teratasi, dan
menyebabkan
pasien mual. mual teratasi.
Hasil : pasien
mengatakan
mualnya
berkurang.

08.25 f. Mengobservasi
wita III TTV sebelum dan
sesudah melakukan P : Lanjutkan
aktivitas.
Intervensi
Hasil :
Dx I :
TD : 110/90 mmHg
N : 80 x/m a. Pantau perkembangan
R : 21 x/m kerusakan kulit klien
setiap hari.

b. Cegah penggunaan
g. Mengevaluasi linen bertekstur kasar
08.25 II
efek mual dan jaga agar linen
wita terhadap nafsu tetap bersih, tidak
makan pasien,
lembab, dan tidak
aktivitas sehari-
kusut.
hari, dan pola
tidur pasien. c. Lakukan perawatan
Hasil : pasien kulit secara aseptik 2
mengatakan kali sehari.
nafsu makan
membaik. d. Monitor karakteristik
luka, meliputi warna,
08.25 ukuran, bau dan
II h. Menganjurkan
wita makan sedikit tapi pengeluaran pada
sering dan dalam luka
keadaan hangat.
Hasil : pasien e. Bersihkan luka
dengan normal salin
mendengarkan
apa anjuran dari f. Lakukan pembalutan
perawat. pada luka sesuai
dengan kondisi luka.
i. Menganjurkan
pasien g. Pertahankan teknik
08.25 II
mengurangi steril dalam
wita jumlah makanan perawatan luka
yang bisa pasien
menimbulkan
mual.
Hasil : pasien
Dx III :
mendengarkan
anjuran dari a. Kolaborasi dengan tim
perawat. kesehatan lain untuk
merencanakan ,
j. Bantu klien monitoring program
08.30 III aktivitasi klien.
memilih aktivitas
wita yang sesuai dengan
b. Bantu klien memilih
kondisi.
Hasil : perawat aktivitas yang sesuai
dengan kondisi.
membantu pasien
melakukan aktivitas c. Bantu klien untuk
melakukan
seperti ketoilet dan aktivitas/latihan fisik
turun dari ranjang. secara teratur.

d. Mengobservasi TTV
sebelum dan sesudah
08.30 III k. Bantu klien untuk melakukan aktivitas.
wita melakukan
aktivitas/latihan e. Bantu pasien untuk
fisik secara teratur. mengembangkan
motivasi diri dan
Hasil : pasien penguatan.
terbaring lemah dan
f. Kolaborasi pemberian
hanya diam
obat antihipertensi,
ditempat tidur.
obat-obatan digitalis,
diuretic dan
vasodilator.
08.35 l. Memberikan
wita II
istirahat dan tidur
yang adekuat
untuk mengurangi
mual.
Hasil : Pasien
terlihat berbaring
dan beristirahat.

12.00 m. Perawat
wita melakukan
pemeriksaan GDP
dan 2jamPP
Hasil : GDP : 156
mg/dl , 2jamPP :
147 mg/dl

I- n. Kolaborasi
III pemberian obat-
obatan
Hasil :
Omeprazole 1x40
mg,
Metoclopramide
3x1 Ampl,
Valsartan (0-0-
80), ceftriaxone,
metronidazol,
Antrain 3x 1
Amp, Levemir 0-
12 unit.
5. 14.20 I a. Memantau S: D.
wita perkembangan Siang
kerusakan kulit 1. Pasien mengatakan
klien setiap hari. adanya luka di kaki
Hasil : Kulit kanannya.
sekitar 2. Pasien mengatakan
lukannya nyeri skala 2
perban/luka
(0-10).
pasien bengkak.

14.20 b. Memonitor O:
wita I karakteristik
luka, meliputi
warna, ukuran,
bau dan 1. Terlihat luka yang
pengeluaran pada dibalut dengan perban.
luka. 2. Perban berada
Hasil : Terlihat disepanjang telapak
kaki sampai
luka yang terbalut
pergelangan kaki.
oleh perban 3. Terlihat kulit sekitar
sepanjang telapak luka masih bengkak
kaki kanan pasien dan kemerahan.
sampai 4. Terlihat luka yang
pergelangan kaki. sudah dibersihkan.
5. Pasien terlihat segar.
c. Melakukan
14.20 I pembalutan pada A : Kerusakan Integritas
wita luka sesuai Perawt
dengan kondisi Jaringan belum
luka.
Hasil : Balutan teratasi
luka diseluruh
telapak kaki
bagian kanan. P : intervensi dilanjutkan

a. Pantau perkembangan
14.25 d. Mempertahankan kerusakan kulit klien
I teknik steril dalam
wita setiap hari.
perawatan luka
pasien. b. Cegah penggunaan
Hasil :Pasien linen bertekstur kasar
dijadwalkan pada dan jaga agar linen
hari sabtu tanggal tetap bersih, tidak
28 april ke poli lembab, dan tidak
kaki. kusut.

c. Lakukan perawatan
I- e. Kolaborasi
pemberian obat- kulit secara aseptik 2
18.00 III
obatan kali sehari.
wita
hasil : obat yang d. Monitor karakteristik
diberikan yaitu luka, meliputi warna,
Valsartan (0-0-
80), ceftriaxone,
metronidazol, ukuran, bau dan
Antrain 3x 1 pengeluaran pada luka
Amp
e. Bersihkan luka
dengan normal salin

f. Lakukan pembalutan
pada luka sesuai
dengan kondisi luka.

g. Pertahankan teknik
steril dalam
perawatan luka pasien

6. 20.20 I 1. Memantau S: D.
wita perkembangan malam
kerusakan kulit 1. Pasien mengatakan
klien setiap hari. adanya luka di kaki
Hasil : Kulit kanannya.
sekitar 2. Pasien mengatakan
lukannya nyeri skala 2
perban/luka
(0-10).
pasien terlihat
bengkaknya
berkurang. O:

20.20 1. Terlihat luka yang


I 2. Memonitor dibalut dengan perban.
wita karakteristik 2. Perban berada
luka, meliputi disepanjang telapak
warna, ukuran, kaki sampai
bau dan pergelangan kaki.
pengeluaran pada 3. Terlihat kulit sekitar
luka. luka bengkaknya
Hasil : Terlihat berkurang.
luka yang terbalut 4. Terlihat diperban ada
oleh perban bekas cairan berwarna
sepanjang telapak kuning.
kaki kanan pasien 5. Pasien terlihat segar.
6. TTV
sampai
TD : 120/90 mmHg
pergelangan kaki.
N : 90 x/m
Perawt
I 3. Melakukan
pembalutan pada R : 20 x/m
luka sesuai
dengan kondisi
luka. A : kerusakan
Hasil : Balutan
23.30 luka diseluruh integritas jaringan
wita telapak kaki
& belum teratasi
bagian kanan.
06.00
wita
I 4. Mempertahankan
teknik steril
dalam perawatan P : intervensi
luka pasien.
Hasil :Pasien dilanjutkan
dijadwalkan pada a. Pantau perkembangan
hari sabtu tanggal kerusakan kulit klien
28 april ke poli setiap hari.
kaki.
b. Cegah penggunaan
linen bertekstur kasar
5. Kolaborasi dan jaga agar linen
I- pemberian obat- tetap bersih, tidak
III obatan lembab, dan tidak
hasil : obat yang kusut.
diberikan yaitu
c. Lakukan perawatan
Valsartan (0-0- kulit secara aseptik 2
80), ceftriaxone, kali sehari.
metronidazol,
Antrain 3x 1 d. Monitor karakteristik
Amp luka, meliputi warna,
ukuran, bau dan
6. Obeservasi TTV pengeluaran pada luka
TTV e. Bersihkan luka
05.55 dengan normal salin
TD : 120/90 mmHg
wita
f. Lakukan pembalutan
N : 90 x/m
pada luka sesuai
R : 20 x/m dengan kondisi luka.

g. Pertahankan teknik
steril dalam
perawatan luka
pasien.

7. Jum’at 08.40 I 1. Memantau S: D. Pagi


wita perkembangan
27 kerusakan kulit 1. Pasien mengatakan
April klien setiap hari. adanya luka di kaki
2018 Hasil : Kulit kanannya.
sekitar 2. Pasien mengatakan ia
sudah berjalan ketoilet
perban/luka
sendiri.
pasien sudah
berkurang O:
bengkaknya.
1. Terlihat luka yang
08.40 dibalut dengan perban.
I 2. Memonitor
wita 2. Perban berada
karakteristik luka,
disepanjang telapak
meliputi warna,
kaki sampai
ukuran, bau dan
pergelangan kaki.
pengeluaran pada
3. Terlihat kulit sekitar
luka.
luka masih bengkaknya
Hasil : Terlihat
berkurang.
luka yang terbalut
oleh perban 4. Terlihat bekas cairan
sepanjang telapak yang kecoklatan
diperban pasien. Yulia
kaki kanan pasien
5. Keadaan umum pasien
sampai
sakit sedang.
pergelangan kaki. 6. Kesadaran compos
mentis.
08.44 I 3. Melakukan 7. Pasien terlihat duduk
wita pembalutan pada ditempat tidur.
luka sesuai 8. TTV
dengan kondisi TD : 120/90 mmHg
luka.
Hasil : Balutan N : 90 x/m
luka diseluruh
telapak kaki R : 20 x/m
bagian
9. Aktivitas masih
kanan,terlihat dibantu oleh keluarga
berkas cairan pasien.
berwarna
kecoklatan di A : Kerusakan
perban pasien. integritas

4. Mempertahankan Jaringan dan


08.50 teknik steril
wita I intoleransi aktivitas
dalam perawatan
luka pasien teratasi.
Hasil: Pasien
dijadwalkan pada
hari sabtu tanggal
P : lanjutkan Intervensi :
28 april ke poli
kaki. Dx I :

5. Mengobservasi a. Pantau perkembangan


klien untuk kerusakan kulit klien
08.55 III
melakukan setiap hari.
wita aktivitas/latihan
b. Cegah penggunaan
fisik secara
teratur. linen bertekstur kasar
Hasil : pasien bisa dan jaga agar linen
berjalan sendiri tetap bersih, tidak
seperti ke toilet. lembab, dan tidak
kusut.

6. Mengobservasi c. Lakukan perawatan


08.55 III kulit secara aseptik 2
TTV sebelum dan
wita kali sehari.
sesudah
melakukan
aktivitas. d. Monitor karakteristik
Hasil : TTV luka, meliputi warna,
sebelum ukuran, bau dan
melakukan pengeluaran pada luka
Kegiatan :
TD : 120/90 mmHg e. Bersihkan luka
dengan normal salin
N : 90 x/m
f. Lakukan pembalutan
R : 20 x/m pada luka sesuai
5 menit setelah dengan kondisi luka.
melakukan g. Pertahankan teknik
kegiatan : steril dalam
TD : 120/90 mmHg perawatan luka pasien

N : 90 x/m

R : 21 x/m. Dx III :

a. Kolaborasi dengan tim


kesehatan lain untuk
08.55 III 7. Membantu pasien merencanakan ,
wita untuk monitoring program
mengembangkan aktivitasi klien.
motivasi diri dan
penguatan. b. Bantu klien memilih
aktivitas yang sesuai
Hasil : Pasien dengan kondisi.
antusiah
mendengarkan dan c. Bantu klien untuk
mempraktekkan melakukan
apa yang di ajarkan aktivitas/latihan fisik
oleh perawat. secara teratur.

d. Mengobservasi TTV
sebelum dan sesudah
8. Kolaborasi melakukan aktivitas.
pemberian obat-
obatan e. Bantu pasien untuk
hasil : obat yang mengembangkan
I- diberikan yaitu motivasi diri dan
12.00 III Valsartan (0-0- penguatan.
wita 80), ceftriaxone, f. Kolaborasi pemberian
metronidazol, obat antihipertensi,
Antrain 3x 1 g. obat-obatan digitalis,
diuretic dan
vasodilator.

8. 14.10 I 1. Memantau S: D.
wita perkembangan Siang
kerusakan kulit 3. Pasien mengatakan
klien setiap hari. adanya luka di kaki
Hasil : Kulit kanannya.
sekitar O:
perban/luka 1. Terlihat luka yang
pasien sudah dibalut dengan perban.
berkurang 2. Perban berada
bengkaknya. disepanjang telapak
14.10 I 2. Memonitor kaki sampai
wita karakteristik luka, pergelangan kaki.
meliputi warna, 3. Terlihat kulit sekitar
ukuran, bau dan luka bengkaknya
pengeluaran pada berkurang.
luka. 4. Terlihat bekas cairan
Hasil : Terlihat yang kecoklatan
luka yang terbalut diperban pasien.
oleh perban
sepanjang telapak
A: Kerusakan integritas
kaki kanan pasien
sampai jaringan teratasi
pergelangan kaki.
sebagian.
14.15 3. Melakukan
wita I pembalutan pada
luka sesuai P : lanjutkan Intervensi
dengan kondisi
luka. a. Pantau perkembangan
Hasil : Balutan kerusakan kulit klien
luka diseluruh setiap hari.
telapak kaki b. Cegah penggunaan
bagian linen bertekstur kasar
kanan,terlihat dan jaga agar linen
berkas cairan tetap bersih, tidak
berwarna lembab, dan tidak
kecoklatan di kusut.
perban pasien.
c. Lakukan perawatan
kulit secara aseptik 2
I 4. Mempertahankan
14.20 kali sehari.
teknik steril
wita dalam perawatan d. Monitor karakteristik
luka pasien. luka, meliputi warna,
Hasil : perawat ukuran, bau dan
melakukan pengeluaran pada
perawatan dengan luka
tehnik steril dan
Pasien e. Bersihkan luka
dijadwalkan pada dengan normal salin
hari sabtu tanggal f. Lakukan pembalutan
28 april ke poli pada luka sesuai
kaki. dengan kondisi luka

5. Kolaborasi g. Pertahankan teknik


18.00 I- steril dalam
pemberian obat-
wita III perawatan luka
obatan
hasil : obat yang pasien.
diberikan yaitu
Valsartan (0-0-
80), ceftriaxone,
metronidazol,
Antrain 3x 1
Amp

9. 20.10 I 1. Memantau S: D.
wita perkembangan Malam
kerusakan kulit 1. Pasien mengatakan
klien setiap hari. adanya luka di kaki
Hasil : Kulit kanannya.
sekitar O:
perban/luka 1. Terlihat luka yang
pasien sudah dibalut dengan perban.
tidak lagi 2. Perban berada
20.10 bengkak. disepanjang telapak
I 2. Memonitor kaki sampai
wita
karakteristik pergelangan kaki.
luka, meliputi 3. Terlihat kulit sekitar
warna, ukuran, luka bengkaknya
bau dan berkurang.
pengeluaran pada 4. Terlihat bekas cairan
luka. yang kecoklatan
Hasil : Terlihat diperban pasien.
5. TTV
luka yang
TD : 120/90 mmHg
terbalut oleh
perban sepanjang N : 90 x/m
telapak kaki
R : 20 x/m
kanan pasien
sampai
pergelangan kaki.
A: Kerusakan integritas
I 3. Melakukan jaringan teratasi
20.15
pembalutan pada
wita luka sesuai sebagian.
dengan kondisi
luka.
Hasil : Balutan
luka diseluruh P : lanjutkan Intervensi
telapak kaki a. Pantau perkembangan
bagian kerusakan kulit klien
kanan,terlihat setiap hari.
berkas cairan
b. Cegah penggunaan
berwarna
linen bertekstur kasar
kecoklatan di
dan jaga agar linen
perban pasien.
tetap bersih, tidak
lembab, dan tidak
4. Mengobservasi kusut.
06.00 III TTV sebelum dan
sesudah c. Lakukan perawatan
Wita melakukan kulit secara aseptik 2
aktivitas. kali sehari.
hasil : TTV d. Monitor karakteristik
luka, meliputi warna,
TD : 120/90 mmHg ukuran, bau dan
pengeluaran pada
N : 90 x/m
luka
R : 20 x/m
e. Bersihkan luka
dengan normal salin
I 5. Mempertahankan f. Lakukan pembalutan
teknik steril pada luka sesuai
dalam perawatan dengan kondisi luka
06.00 luka pasien.
Hasil : perawat g. Pertahankan teknik
wita steril dalam
melakukan
perawatan perawatan luka
pasien.
dengan tehnik
steril dan Pasien
dijadwalkan pada
hari sabtu tanggal
28 april ke poli
kaki.

6. Kolaborasi
23.30 pemberian obat-
obatan
&
hasil : obat yang
06.00 I- diberikan yaitu
wita III Valsartan (0-0-
80), ceftriaxone,
metronidazol,
Antrain 3x 1 g

10. Sabtu 08.00 I 1. Memantau S: D.Pagi


wita perkembangan
28 kerusakan kulit 1. Pasien mengatakan
April klien setiap hari. adanya luka di kaki
2018 Hasil : Kulit kanannya.
sekitar 2. Pasien mengatakan ia
sudah berjalan ketoilet
perban/luka
sendiri.
pasien sudah
tidak bengkak
lagi. O:

08.05 1. Terlihat luka yang


I 2. Mengobservasi
wita kemerahan dan masih
klien untuk
mengeluarkan nanah
melakukan
bercampur darah
aktivitas/latihan
sedikit.
fisik secara teratur.
2. Perban berada
Hasil : pasien
disepanjang telapak
sudah mampu
berjalan sendiri kaki sampai
seperti ke toilet. pergelangan kaki.
3. Terlihat kulit sekitar
luka masih
08.10 III 3. Mengobservasi
bengkaknya
wita TTV sebelum dan
berkurang.
sesudah
4. Terlihat bekas cairan
melakukan
yang kecoklatan
aktivitas.
diperban pasien.
Hasil : TTV
5. Keadaan umum
sebelum
pasien sakit sedang.
melakukan 6. Kesadaran compos
Kegiatan: mentis.
TD : 120/90 7. Pasien terlihat duduk
mmHg ditempat tidur.
N : 90 x/m 8. TTV
R : 20 x/m TD : 120/90 mmHg
5 menit setelah N : 90 x/m
melakukan R : 20 x/m
kegiatan : 9. Aktivitas pasien
TD : 120/90 sudah bisa sendiri
meski perlu
mmHg
pengawasan.
N : 90 x/m
R : 21 x/m.
A: Kerusakan integritas
4. Membantu pasien
08.10 untuk jaringan dan
wita III mengembangkan
intoleransi aktivitas
motivasi diri dan
penguatan. teratasi
Hasil : Pasien
antusiah
mendengarkan dan
mempraktekkan
P : Intervensi dihentikan
apa yang di ajarkan
oleh perawat.

Pasien diperbolehkan
5. Memonitor
karakteristik pulang oleh dokter
08.15 I luka, meliputi
warna, ukuran, Poli kaki dan di
wita
bau dan anjurkan Kontrol 2x
pengeluaran
pada luka. dalam seminggu yaitu
Hasil : Terlihat
luka yang pada hari Rabu dan
kemerahan, dan Sabtu.
luas luka ± 4 cm,
luka tidak
mengeluarkan
08.20 nanah dan tidak
wita berbau.

I 6. Melakukan
pembalutan pada
luka sesuai
dengan kondisi
luka.
Hasil : Balutan
luka diseluruh
telapak kaki
bagian kanan.

I 7. Mempertahanka
n teknik steril
dalam perawatan
luka pasien
Hasil : Perawat
melakukan
tindakan dengan
tehnik aseptik.

11 Senin 10.00 Ho 1. Menanyakan S : pasien mengatakan tidak


30 Wita me keadaan dan ada keluhan
April visi keluhan pasien
Hasil :
2018 t O:
Pasien mengatakan
1. Pasien terlihat segar.
tidak ada keluhan, 2. Keadaan umum baik.
keadaan pasien 3. TTV
baik, dengan TD: 110/80 mmHg
kesadaraan compos N : 80 x/m
mentis. R : 20 x/m
4. GDP : 140 mg/dl
2. Melakukan P:
pemeriksaan TTV
Hasil : 1. Menganjurkan pasien
untuk mengatur pola
TD : 110 / 80
makan dengan
mmHg mengurangi asupan
N : 80 x/m yang manis-manis.
R : 20 x/m 2. Menganjurkan pasien
untuk berhati-hati
3. Melakukan terhadap luka pada
pengecekan GDP kakinya.
Hasil: 3. Menganjurkan pasien
140 mg/dL selalu menuruti
anjuran dari dokter.
4. Menganjurkan pasien
untuk selalu datang
ke Poliklinik RSUD
Ulin Banjarmasin
sesuai dengan jadwal
yang diberikan.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.1.1 Proses keperawatan pada klien Ny. F dengan diagnosa medis Diabetes
Melitus dilaksanakan pada tanggal 24 April 2018 sampai 30 April 2018 di
ruang Penyakit Dalam Wanita (Tulip IIIC) Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
Banjarmasin yang diawali dengan pengkajian, implementasi, evaluasi, dan
pendokumentasian yang dilakukan pengkajian secara head to toe mulai dari
aspek biopsikososial dan spiritual secara komprehensif.
4.1.2 Setelah dilakukan pengkajian didapatkan 3 diagnosis keperawatan yang
muncul yaitu kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangren,
mual berhubungan dengan pengosongan lambung yang lama, intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
4.1.3 Intervensi keperawatan disusun berdasarkan landasan teori serta mengacu
pada diagnosis keperawatan.
4.1.4 Implementasi keperawatan berdasarkan intervensi tersebut. Implementasi
dilakukan sejak tanggal 24 April 2018 sampai 30 April 2018.
4.1.5 Setelah dilakukan implementasi keperawatan selama enam hari perawatan,
hasil evaluasi keperawatan yang didapatkan pada diagnosis mual pada
pasien dapat teratasi dalam 3 hari perawatan, intoleransi aktivitas dapat
teratasi dalam 4 hari perawatan, sedangkan kerusakan integritas jaringan
tidak teratasi.
4.1.6 Proses pelaksanaan keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat selalu
didokumentasikan dalam catatan asuhan keperawatan dan ditanda tangani
oleh perawat.

4.1.7 Faktor yang mendukung dalam proses asuhan keperawatan pada Ny. F ini
antara lain pihak rumah sakit yang telah memberikan kemudahan dan
kepercayaan kepada penulis untuk melaksanakan proses Asuhan
Keperawatan Ny. F mulai dari pengkajian sampai dengan proses evaluasi.
4.1.8 Faktor penghambat dalam penulisan dan proses asuhan keperawatan pada
Ny. F ini antara lain minim nya waktu untuk melakukan proses keperawatan
sehingga tidak maksimalnya perawatan terhadap klien.

4.2 Saran
4.2.1 Untuk Rumah Sakit
Pihak rumah sakit diharapkan dapat selalu membantu mahasiswa yang
ingin belajar asuhan keperawatan dan pendokumentasiannya,
khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes melitus
dan pihak rumah sakit diharapkan selalu memperbaharui standar-
standar dalam pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan standar
yang dipakai sehingga kualitas dan kuantitas mutu pelayanan rumah
sakit juga dapat bersaing dengan rumah sakit lain yang berstandar
internasional.
4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Disarankan kepada Universitas Muhammadiyah Banjarmasin untuk
lebih banyak lagi memberikan waktu bagi mahasiswa untuk
menerapkan cara pemberian asuhan keperawatan di lahan praktik.
4.2.3 Untuk Perawat
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dari
pengkajian, mendiagnosis masalah, membuat intervensi, melakukan
implementasi dan melakukan evaluasi akhir dengan menggunakan
pendekatan keperawatan dengan memperlihatkan aspek
biopsikososial dan spiritual klien, sehingga masalah yang di hadapi
klien dapat diselesaikan secara menyeluruh.
DAFTAR RUJUKAN

American Diabetes Association (ADA). 2012.Diabetes Basics: Common Terms.


http://www.diabetes.org/diabetes-basics/commonterms/?loc=DropDownDBterms. [Sitasi
4 Mei 2018].

Ed. Herman T.H., & Komitsuru. S. 2014. Nanda Internasional Nursing Diagnosis,
Definition And Clasification 2015-2017. Egc. Jakarta.

Fatimah Restyana, 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Vol. 4 No. 5, Jakarta. Salemba
Medika

Hidayat A. Aziz Alimul 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta:


Salemba Medika.

Hurst, Marlene. 2015. Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.


Jakarta: Egc

Http://Repository.Ump.Ac.Id/195/3/Bab%20ii_Aulia%20rahman.Pdf

Https://Www.Scribd.Com/Doc/120249475/Pathway-Dm

Http://Www.Depkes.Go.Id/Resources/Download/Pusdatin/Infodatin/Infodatin-
Diabetes.Pdf

Http://Www.Searo.Who.Int/Indonesia/Topics/8-Whd2016-Diabetes-Facts-And-
Numbers-Indonesian.Pdf

Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik edisi VII Volume 1. Jakarta : EGC

Lemone, Priscllia Et Al. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2
Edisi 5. Jakarta : EGC

Nur & Ledy. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Sistem Endokrin Dengan
Pendekatan Nanda Nic-Noc. Jakarta: Salemba Medika.
Perkeni, 2011. Konsensus Pengendalian Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
Di Indonesia. Jakarta. Pb Parkemi

Potter & Perry. 2009. Fundamental Of Nursing 7 Th Edition. Yogyakarta : Egc

Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


DiIndonesia. Jakarta. Perkeni. http://pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf. [Sitasi 4
Mei 2018].

Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Suyono, S., Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I.,Setiati, S., Simadibrat, M., et al. 2009.
Diabetes Melitus Indonesia. Jakarta. IPD FKUI.

Taylor, C., Lillis, C., Lemone, P., Lynn, P. 2010.Fundamental Of Nursing: The Art And
Science Of Nursing Care (7th).Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.

WHO. 2011. The World Medicine Situation 2011 3ed. Rational Use Of Medicine.Geneva.
WHO.

Anda mungkin juga menyukai