F
DI RUANG TULIP IIIC RSUD. ULIN BANJARMASIN
Oleh :
YULIA AGUS TINA
1614401120196
Oleh :
Yulia Agus Tina
NPM. 1614401120196
HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI iii
KATA PENGANTAR iv
DARTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viv
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Umum 4
1.3 Tujuan Khusus 4
1.4 Manfaat Penulisan 4
1.5 Metode Ilmiah Penulisan 6
1.6 Sistematiaka Penulisan 6
Distribusi penyakit ini juga menyebar pada semua tingkatan masyarakat dari tingkat
sosial ekonomi rendah sampai tinggi, pada setiap ras, golongan etnis dan daerah
geografis. Gejala DM yang bervariasi dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga
penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang lebih banyak,
buang air kecil lebih sering, mudah lapar, serta berat badan menurun. Gejala tersebut
berlangsung lama tanpa memperhatikan diet, olah raga, dan pengobatan sampai
orang tersebut memeriksakan kadar gula darahnya (Murwani, 2009).
Jika Diabetes Millitus tidak segera ditangani akan menimbulkan berbagai komplikasi
organ tubuh seperti pada mata, ginjal, jantung, pembuluh darah, syaraf dan lain lain.
Penderita Diabetes Millitus dibandingkan dengan penderita non Diabetes Millitus
mempunyai kecenderungan 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit jantung
koroner, 7 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali menderita ulkus diabetikum
(Kozier, 2010).
Beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa diabetes mellitus adalah
penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang dapat
menimbulkan komplikasi mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
Penyakit Diabetes Melitus atau sakit gula masih menjadi persoalan bersama. Bahkan
di Indonesia, penyakit ini masih berada di posisi keempat sebagai negara dengan
jumlah penduduk terbesar yang menderita penyakit Diabetes setelah Amerika Serikat,
China,dan India. Bahkan jumlah pengidap diabetes terus mengalami peningkatan
tahun ketahun, data WHO memperkirakan penderita diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia akan meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang
(WHO,2011).
WHO pada tahun 2012 dalam profil statistik Indonesia secara resmi merilis 10
penyakit penyebab kematian paling tinggi di Indonesia. Termasuk diabetes mellitus
yang menempati peringkat ke-3, setelah stroke dan Ischemic Heart Desease.
Prevalensi diabetes di Indonesia cenderung meningkat, yaitu dari 5,7 % tahun 2007,
menjadi 6,9 % pada tahun 2013 dan perkiraan terus meningkat, banyak faktor yang
mempengaruhi baik dari umur, pola hidup, jenis kelamin. (Kemenkes,2014).
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, dari data prevalensi penyakit
tidak menular pada tahun 2017 terdapat 54.746 kasus penyakit diabetes mellitus. Dari
data tersebut ditemukan bahwa penyakit diabetes mellitus menempati urutan ke-2 dari
10 penyakit terbanyak di kota Banjarmasin pada tahun 2017 (Dinkes Provinsi
Kalimantan Selatan, 2018)
Berdasarkan data yang didapatkan dari Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin
didapatkan 189 kasus pada pasien laki-laki dan perempuan dengan diabetes melitus
pada tahun 2015, dan 269 kasus dengan diabetes melitus pada tahun 2016, dan pada
tahun 2017 kasus diabetes melitus semakin meningkat yaitu 297 kasus dengan
diabetes melitus, hingga sekarang pada tahun 2018 priode januari-april yaitu
didapatkan 64 kasus dengan diabetes melitus. Sedangkan di Ruang Tulip III C
(penyakit dalam wanita) diabetes mellitus menempati urutan kedua dari 10 penyakit
terbanyak. Pada periode januari-maret 2018 didapatkan data bahwa sebanyak 42 orang
menderita penyakit Diabetes Mellitus (Rekammedik RSUD Ulin Banjarmasin, 2018)
Berkaitan dengan data tersebut di atas penulis tertarik untuk dengan memberikan
asuhan keperawatan untuk ”Asuhan Keperawatan Pada Ny. F Dengan Diabetes
Mellitus Tipe II dan Diabetic Food“ dengan pendekatan proses keperawatan bio-
psiko-sosial-spritual.
1.2. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu penulis mampu memaham
konsep penyakit Diabetes Melitus dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Diabetes Mellitus.
4) Glukogen
Molekul glukogen adalah polipeptida rantai lurus yang
mengandung 29 n residu asam amino dan memiliki 3485
glukogen merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang
mempunyai prinsip aktivitas fisiologi meningkatkan
kadar glukosa darah.
a) Somatostatin
Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukogen
dan polipeptida pankreas dan mungkin bekerja di
dalam pulau-pulau pankreas.
b) Polipeptida pankreas
Polipeptida pankreas manusia merupakan suatu
polipeptida linear yang dibentuk oleh sel pulau
langerhans.
2.1.1.2. Fisiologi
a. Fungsi eksokrin pankreas:
Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan
ketiga jenis makanan utama, protein, karbohidrat dan lemak. la
juga mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang
memegang peranan penting dalam menetralkan timus asam
yang dikeluarkan oleh lambung ke dalam duodenum.
1) Pancreatic juice
Sodium bicarboinat memberikan sedikit pH alkalin (7,1 - 8,2)
pada pancreatic juice sehingga menghentikan gerak pepsin dari
lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan
enzim-enzim dalam usus halus.
2) Pengaturan sekresi pankreas ada 2 yaitu :
a) Pengaturan saraf
b) Pengaturan hormonal
Diabetic Foot Ulcer ( DFU ) didefenisikan sebagai erosi pada kulit yang
meluas dari lapisan dermis sampai kejaringan yang lebih dalam, akibat
dari bermacam-macam faktor dan ditandai dengan ketidakmampuan
jaringan yang luka untuk memperbaiki diri tepat pada waktunya. ( Nur
Aini & Ledy, 2016 hal. 46)
2.1.3. Klasifikasi
Secara umum diabetes melitus dibagi menjadi empat, yaitu diabetes tipe
I, diabetes tipe II, diabetes tipe lain,serta diabetes karena kehamilan. (
Nur Aini & Ledy, 2016 hal.19)
Tabel 2.1 Klasifikasi dan Karakteristik Diabetes Melitus
No Jenis Klasifikasi Karakteristik
1. DM tipe 1 a. Diperantai Sel beta rusak, biasanya
imun menyebabkan kehilangan
insulin absolut. Penanda
kerusakan imun sel beta
mencakup autoantibodi sel
islet ( islet cel
autoantibodies, ICA) dan
autoantibodi insulin
(insulin antibodies, IAA).
Laju kerusakan sel beta
berbeda-beda, biasanya
lebih cepat pada bayi dan
anak-anak dan lebih lamban
pada dewasa. Kerusakan sel
beta memiliki predisposisi
genetika dan juga dikaitkan
dengan fakktor lingkungan
yang belum jelas.
b. Idiopatik Tidak memiliki penyebab
etiologik. Sebagian besar
pasien adalah keturunan
Afrika atau Asia.
Diwariskan dengan kuat.
Perlu insulin Intermiten.
2. DM tipe 2 Dapat berbeda-beda mulai
dari resistensi insulin mayor
dengan resistensi insulin
relatif hingga kelainan
sekretorik mayor dengan
resistensi insulin. Tidak ada
kerusakan imun pada sel
beta. Awalnya, dan pada
beberapa kasus untuk
seumur hidup, insulin tidak
diperlukan. Sebagian besar
penyandang DM ini
biasanya gemuk, atau
mengalami peningkatan
jumlah lemak abdomen.
Resiko perkembangan
penyakit mencakup
pertambahan usia,
kegemukan, dan gaya hidup
tidak banyak bergerak.
Terjadi lebih sering pada
wanita yang pernah
mengalami gangguan lipid
atau hipertensi. Terdapat
predisposisi genetika yang
kuat.
3. Tipe Spesifik lain a. Kelainan Hiperglikemia terjadi pada
genetika usia muda (biasanya
pada sel sebelum 25 tahun). Tipe ini
beta disebut dengan DM dengan
awitan maturitas pada anak-
anak (maturity-onset DM of
the Young, MODY).
Stage Grade
0 1 2 3
A Pre-ulserasi Luka superfisial Luka Luka
atau post- yang mencapai menembus menembus
ulserasi,luka epidermis atau tendon atau tulang atau
telah dermis atau kapsul sendi sendi
mengalami keduanya.akan tetapi belum
epitelisasi tetapi belum mencapai
penuh menembus tulang/sendi
tendon,kapsul
sendi,atau tulang
B Infeksi Infeksi Infeksi Infeksi
C Iskemik Iskemik Iskemik Iskemik
D Infeksi dan Infeksi dan Infeksi dan Infeksi dan
iskemik iskemik iskemik iskemik
2.1.4. Etiologi
Diabetes tipe-2 atau ( Non- Insulin Dependent Diabetes Mellitus
[NIDDM]) Diabetes tipe ini merupakan bentuk diabetes yang paling
umum. Penyebabnya bervariasi mulai dominan resitansi insulin disertai
difisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin. Penyebab resistensi insulin sebenarnya belum begitu jelas, tetapi
faktor yang banyak berperan antara lain sebagai berikut :
a. Kelainan Genetik
b. Usia
Umumnya manusia akan mengalami penurunan fisiologis yang
secara dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.
Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin
pankreas untuk memproduksi insulin.
c. Gaya hidup dan stress
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
cepat saji kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh
besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja
metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akna sumber energi yang
berakibt pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat
pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.
d. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan
resiko terkena diabetes.
e. Obesitas (terutama pada abdomen)
Obesitas mengakibatkan sel-sel β pankreas mengalami hipertrofi
sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.
Peningkatan BB 10 kg pada pria dan 8 kg pada wanita dari batas
normal IMT (indeks masa tubuh) akan meningkatkan resiko DM tipe
2 (Camacho, P.M., dkk., 2007).
f. Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat
rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan
fungsi pankreas.
2.1.5. Manifestasi Klinik
Data-data pengkajian yang sering dijumpai pada penderita diabetes
melitus sebagai berikut ( Sukarmin dan S. Riyadi, 2008; Camacho, PM
et al., 2007; Baradero, M dkk. 2009 ).
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine), terjadi karena diuresis dan
hiperglikemia.
b. Polidsi (peningkatan rasa haus).
Poliuri menyebabkan hilangnya glukosa, elektrolit (Na, klorida, dan
kalium) dan air sehingga pasien merasa sering haus.
c. Polifagi (peningkatan rasa lapar)
Sel-sel tubuh mengalami kekurangan energi karena glukosa tidak
dapat masuk ke sel, akibatnya pasien meras sering lapar.
Keluhan lain yang tidak khas pada diabetes melitus adalah lemah,
kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya (Rani, 2009)
2.1.6. Patofisiologi
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin
dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat
kimia,dll).
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
c. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas
telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2.
Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan
lebih berat dari pada yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan
sel beta, organ lain sepert jaringan lemak (meningkatnya lipolisis),
gastrointestinal (defisiensi incretin), sel alpha pancreas
(hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak
(resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan
terjadinya gangguan toleransi glukosa pada DM tipe-2.
DeFronzo pada tahun 2009 menyampaikan, bahwa tidak hanya otot, liver
dan sel beta pankreas saja yang berperan sentral dalam pathogenesis
penderita DM tipe-2 tetapi terdapat organ lain yang berperan yang
disebutnya sebagai the ominous octet
Gambar 2.2 . The ominous octet, delapan organ yang berperan dalam
patogenesis hiperglikemia pada DM tipe 2
2.1.9. Penatalaksanaan
Tatalaksana DM tipe-2 memerlukan terapi agresif untuk mencapai
kendali glikemik dan kendali faktor risiko kardiovaskular. Hal ini
dilakukan karena banyaknya komplikasi kronik yang terjadi. Dalam
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia 2011,
penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan pada 4 pilar
penatalaksanaan DM, yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani
dan intervensi farmakologis.
a. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat
yang memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien.
Upaya edukasi dilakukan secara komphrehensif dan berupaya
meningkatkan motivasi pasien untuk memiliki perilaku sehat.Tujuan
dari edukasi diabetes adalah mendukung usaha pasien penyandang
diabetes untuk mengerti perjalanan alami penyakitnya dan
pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan/ komplikasi yang
mungkin timbul secara dini/ saat masih reversible, ketaatan perilaku
pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan perubahan
perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan. Edukasi pada
penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri,
perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok,
meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet
tinggi lemak.
b. Terapi Gizi Medis
Pada umumnya, diet untuk penderita diabetes diatur berdasarkan 3J
yaitu jumlah (kalori), jenis, dan jadwal. Prinsip pengaturan makan
pada penyandang diabetes yaitu makanan yang seimbang, sesuai
dengan kebutuhan kalori masing-masing individu, dengan
memperhatikan keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah
makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari
karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, Natrium
kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar 25g/hari.
c. Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing
selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang
bersifat aerobik seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan
berenang. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga
dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitifitas insulin.
d. Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan
pengetahuan pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi
farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. Obat yang
saat ini ada antara lain:
1) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan kerja OHO dibagi menjadi empat golongan berikut
( Perkeni, 2006 ).
a) Pemicu sekresi insulin ( insulin secretagogue).
(1) Sulfonilurea
(a) Efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas.
(b) Pilihan utama untuk pasien berat badan normal atau
kurang.
(c) Sulfonilurea kerja panjang tidak dianjurkan pada
orang tua, gangguan faal hati dan ginjal serta
malnutrisi.
(2) Glinid
(a) Terdiri dari repaglinid dan nateglinid
(b) Cara kerja sama dengan sulfonilurea, namun lebih
ditekankan pada sekresi insulin fase pertama.
(c) Obat ini baik untuk mengatasi hiperglikemia
postprandial
2) Peningkat sensitivitas insulin
a) Biguanid
(1) Golongan biguanid yang paling banyak digunakan
adalah Metformin.
(2) Metformin menurunkan glukosa darah melalui
(3) pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat seluler,
distal reseptor insulin, dan menurunkan produksi glukosa
hati.
(4) Metformin merupakan pilihan utama untuk penderita
diabetes gemuk, disertai dislipidemia, dan disertai
resistensi insulin.
b) Tiazolidindion
(1) Menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan
jumlah protein pengangkut glukosa sehingga
meningkatkan ambilan glukosa perifer.
(2) Tiazolidindion dikontraindikasikan pada gagal jantung
karena meningkatkan retensi cairan.
3) Penghambat glukoneogenesis:
a) Biguanid (Metformin).
(1) Selain menurunkan resistensi insulin, Metformin juga
mengurangi produksi glukosa hati.
(2) Metformin dikontraindikasikan pada gangguan fungsi
ginjal dengan kreatinin serum > 1,5 mg/dL, gangguan
fungsi hati, serta pasien dengan kecenderungan
hipoksemia seperti pada sepsis
(3) Metformin tidak mempunyai efek samping hipoglikemia
seperti golongan sulfonylurea.
(4) Metformin mempunyai efek samping pada saluran cerna
(mual) namun bisa diatasi dengan pemberian sesudah
makan.
4) Penghambat glukosidase alfa :
a) Acarbose
(1) Bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus
halus.
(2) Acarbose juga tidak mempunyai efek samping
hipoglikemia seperti golongan sulfonilurea. Acarbose
mempunyai efek samping pada saluran cerna yaitu
kembung dan flatulens.
(3) Penghambat dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) Glucagon-
like peptide-1 (GLP-1) merupakan suatu hormone
peptide yang dihasilkan ole sel L di mukosa usus.
Peptida ini disekresi bila ada makanan yang masuk.
GLP-1 merupakan perangsang kuat bagi insulin dan
penghambat glukagon. Namun GLP-1 secara cepat
diubah menjadi metabolit yang tidak aktif oleh enzim
DPP-4. Penghambat DPP-4 dapat meningkatkan
penglepasan insulin dan menghambat penglepasan
glukagon.
2) Obat Suntikan
a) Insulin
Berdasarkan pada penelitian klinis, insulin selain dapat
memperbaiki status metabolik dengan cepat ( terutama kadar
glukosa darah), juga memiliki efek lain yang bermamfaat
antara lain perbaikan inflamasi. Pada pasien DM Tipe-2
dapat menggunakan hasil konsensus PARKENI 2006 yaitu
jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik (
𝐴1 𝐶 > 65% ) dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat
oral, maka sudah ada indikasi untuk memulai terapi
kombinasi obat antiabetik oral dan insulin.
3.1.Gambaran Kasus
3.1.1 Identitas
3.1.1.1. Identitas Klien
Pasien bernama Ny. F berumur 59 tahun,berjenis kelamin
perempuan dengan alamat Jl. Kelayan Besar II,pasien
beragama islam,dengan suku Banjar bangsa Indonesia. Status
pendidikan terakhir pasien SD,dengan status perkawinan
janda,dan status pekerjaan swasta. Pasien masuk Rumah Sakit
pada tanggal 23 April 2018, rekam medik pasien 1-38-72-xx
dengan diagnosa Diabetes Melitus Tipe II dan Diabetik Food.
3.1.3.2 Kulit
Keadaan umum kulit baik,kebersihan cukup bersih,kulit teraba
hangat,warna kulit sawo matang dan kulit wajah nampak
pucat,turgor kulit < 2 detik, terdapat luka yang dibalut dengan
perban di kaki sebelah kanan.
Keterangan :
0 : tidak ada kontraksi otot
1 : kontraksi otot dapat dipalpasi tanpa gerakan persendiaan
2 : tidak mampu melawan gravitasi
3 : hanya mampu melawan gravitasi
4 : mampu menggerakkan persendian dengan gravitasi,mampu
melawan dengantahanan sedang
5 : mampu menggerakkan persedian dalam lingkup gerak
penuh,mampu melawan gravitasi,mampu melawan dengan
tahanan penuh.
Skala aktivitas 2 : memerlukan bantuan dan pengawasan oranglain.
3.1.4.3 Nutrisi
Dirumah: Pasien Makan hanya 2xsehari,minum 7-8 x sehari,pasin
mengatakan ia tidak memiliki alergiterhadap makanan apapun.
DiRumah Sakit : pasien mengatakan bahwa ia makan 2x dalam
sehari ia hanya mampu menghabiskan 2 sendok makan dari satu
porsi makanan yang diberikan oleh rumah sakit,karenapasien
merasa mual dan ingin muntah, diet yang diberikan nasi bubur
diabetes melitus dengan 1.700 kalori.
3.1.4.4 Eliminasi
Dirumah : pasien mengatakan BAB 1 x pada pagi hari, BAK 7-8 x
dalam sehari,tidak ada keluhan saat BAB/BAK.
DiRumah Sakit : pasien mengatakan BAB hanya 1x selama
dirawat di RS, dan BAK 7-8 x sehari.
3.1.4.5 Psikososial
Hubungan pasien dengan keluarga,perawat,dokter dan tim medis
lainnya sangat baik,pasien menerima apa yang terjadi terhadap
dirinya,dan ia percaya ia akan cepat sembuh.
3.1.4.6 Seksualitas
Pasien seorang perempuan sudah menikah dan mempunyai 9 orang
anak.
3.1.4.7 Pengkajian spiritual
Pasien beragama islam dan pasien percaya penyakit yang diberikan
oleh Allah SWT adalah yang terbaik untuknya.
3.2.2.2. Auskultasi
-
3.2.2.3. Perkusi
-
3.2.2.4. Palpasi
a. Kulit pasien teraba hangat
Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg S : 36,1 ° C
N : 90 x/m
R : 20 x/m
3.2.2.5. Hasil Laboratorium
a. Leokosit : 18.84 ribu/ul
b. SGOT : 47 U/l
c. GDS : 88 mg/dl
Data Objectif :
1. Pasien lemah
2. Pasien berbaring ditempat tidur
3. Konjugtiva anemis
4. Skala aktivitas 2 dibantu orang lain
5. TTV :
TD : 100/70 mmHg
S : 36,1 ° C
N : 90 x/m
R : 20 x/m
4. perawatan luka
dengan tetap
menjaga
kesterilan
dapat
menghindarka
n pasien dari
infeksi
2. Mual b.d Setelah diberikan NIC Label >> NIC Label >>
pengosongan asuhan keperawatan Nausea Nausea
lambung lambat selama 1 x 15 jam Management Management
diharapkan tidak
terjadi mual dengan a. Lakukan a. Mengidentifik
kriteria hasil: pengkajian asi
lengkap rasa keefektifan
NOC Label >> mual intervensi
Nausea and termasuk yang
Vomiting Control frekuensi, diberikan
durasi, tingkat b. Mengidentifik
a. Pasien dapat mual, dan asi pengaruh
menghindari faktor yang mual terhadap
faktor penyebab menyebabkan kualitas hidup
nausea dengan pasien mual. pasien.
baik b. Evaluasi efek c. Memenuhi
b. Pasien mual terhadap kebutuhan
melakukan nafsu makan nutrisi pasien
acupressure pasien, dan menegah
point P6 untuk aktivitas mual
mencegah sehari-hari, d. Untuk
mengurangi dan pola tidur menghindari
mual pasien terjadinya
c. Anjurkan mual
NOC Label makan sedikit e. Untuk
>>Nausea tapi sering menghindari
&vomiting severity dan dalam efek mual
a. Pasien keadaan f. Membantu
mengatakan hangat mengurangi
tidak mual efek mual dan
b. Pasien d. Anjurkan menegah
mengatakan pasien muntah
tidak muntah mengurangi g. Menurangi
c. Tidak ada jumlah mual dengan
peningkatan makanan aksi
sekresi saliva yang bisa sentralnya
menimbulkan pada
mual. hipotalamus
e. Berikan
istirahat dan
tidur yang
adekuat untuk
mengurangi
mual
f. Kolaborasi
pemberian
antiemetik :
ondansentron
4 mg IV jika
mua
12.00 k. Mengajarkan
I 11. Pasien terlihat
wita pasien tehnik
relaksasi napas menuruti anjuran
dalam untuk dari perawat dan
mengurangi akan beristirahat
nyerinya.
P : lanjutkan Intervensi :
P : lanjutkan intervensi :
a. Lakukan pengkajian
lengkap rasa mual termasuk
frekuensi, durasi, tingkat
mual, dan faktor yang
menyebabkan pasien mual.
b. Evaluasi efek mual
terhadap nafsu makan
pasien, aktivitas sehari-
hari, dan pola tidur pasien
c. Anjurkan makan sedikit
tapi sering dan dalam
keadaan hangat
d. Anjurkan pasien
mengurangi jumlah
makanan yang bisa
menimbulkan mual.
e. Berikan istirahat dan tidur
yang adekuat untuk
mengurangi mual
f. Kolaborasi pemberian
antiemetik
3. Selasa 24 13.30 III S : pasien mengatakan ia hanya Yulia
April 2018 Wita duduk dan berbaring ditempat
tidur.
O:
1. Pasien terlihat berbaring
ditempat tidur.
2. Pasien sakit sedang
3. Kesadaran compos mentis
GCS 15 E4 V5 M6
4. Skala aktivitas 2 : dibantu
orang lain.
P : Lanjutkan Intervensi
N : 80 x/m
P : intervensi
R : 21 x/m
Dilanjutkan:
Dx I :
08.40 II e. Mengevaluasi
efek mual a. Pantau
Wita terhadap nafsu perkembangan
makan pasien, kerusakan kulit klien
aktivitas sehari-
setiap hari.
hari, dan pola
tidur pasien. b. Cegah penggunaan
Hasil : pasien linen bertekstur kasar
mengatakan dan jaga agar linen
kurang nafsu tetap bersih, tidak
makan akibat lembab, dan tidak
mual yang ia kusut.
rasakan.
c. Lakukan perawatan
08.40 II kulit secara aseptik 2
f. Menganjurkan
kali sehari.
Wita makan sedikit tapi
sering dan dalam d. Monitor karakteristik
keadaan hangat. luka, meliputi warna,
Hasil : pasien
ukuran, bau dan
mendengarkan pengeluaran pada
apa anjuran dari luka
perawat.
e. Bersihkan luka
dengan normal salin
08.43 III g. Menganjurkan
pasien
wita f. Lakukan pembalutan
mengurangi
pada luka sesuai
jumlah makanan
yang bisa dengan kondisi luka
menimbulkan g. Pertahankan teknik
mual.
steril dalam
Hasil : pasien
perawatan luka
mendengarkan
pasien
anjuran dari
perawat.
08.43
wita III h. Bantu klien
memilih aktivitas
yang sesuai dengan Dx II
kondisi.
Hasil : perawat a. Lakukan pengkajian
membantu pasien lengkap rasa mual
melakukan termasuk frekuensi,
aktivitas seperti durasi, tingkat mual,
ketoilet. dan faktor yang
menyebabkan pasien
mual.
i. Bantu klien untuk b. Evaluasi efek mual
10.10 I melakukan terhadap nafsu makan
wita aktivitas/latihan pasien, aktivitas
fisik secara teratur. sehari-hari, dan pola
tidur pasien
Hasil : pasien
terbaring lemah dan c. Anjurkan makan
hanya diam sedikit tapi sering dan
ditempat tidur. dalam keadaan hangat
d. Anjurkan pasien
mengurangi jumlah
j. Memonitor makanan yang bisa
10.20 karakteristik luka, menimbulkan mual.
I
meliputi warna, e. Berikan istirahat dan
Wita
ukuran, bau dan tidur yang adekuat
pengeluaran pada untuk mengurangi
luka. mual.
Hasil : Luka
pasien berwarna Dx III :
kemerahan,ukura
n panjang ± 4 cm a. Kolaborasi dengan tim
dan lebar ± 4 cm, kesehatan lain untuk
luka merencanakan ,
mengeluarkan monitoring program
aktivitasi klien.
nanah bercampur
darah.(luka b. Bantu klien memilih
dibuka di Poli aktivitas yang sesuai
Kaki RSUD.Ulin dengan kondisi.
Banjarmasin).
c. Bantu klien untuk
10.25 melakukan
wita I k. Melakukan
aktivitas/latihan fisik
pembalutan pada
luka sesuai secara teratur.
dengan kondisi d. Mengobservasi TTV
luka.
sebelum dan sesudah
Hasil : Balutan
melakukan aktivitas.
luka diseluruh
telapak kaki e. Bantu pasien untuk
bagian kanan. mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan.
10.25 II l. Mempertahankan f. Kolaborasi pemberian
wita teknik steril obat antihipertensi,
dalam perawatan obat-obatan digitalis,
luka pasien diuretic dan
Hasil :Perawat vasodilator.
poli kaki
melakukan
pembersihan luka
dengan tehnik
steril.
m. Memberikan
istirahat dan tidur
12.00
I- yang adekuat
wita
III untuk mengurangi
mual.
Hasil : Pasien
terlihat berbaring
dan beristirahat
n. Kolaborasi
pemberian obat-
obatan
Hasil :
Omeprazole 1x40
mg,
Metoclopramide
3x1 Ampl,
Valsartan (0-0-
80), ceftriaxone,
metronidazol,
Antrain 3x 1 g
2. 14.40 I a. Memantau S: D.
wita perkembangan siang
kerusakan kulit 1. Pasien mengatakan
klien setiap hari. adanya luka dikaki
Hasil : terlihat kanan nya.
kulit sekitar luka 2. Pasien mengatakn
nyeri dikaki kanannya
bengkak
skla 1 (nyeri ringan)
14.40 3. Pasien mengatakan
I b. Memonitor masih mual tapi tidak
wita karakteristik terlalu sering.
luka, meliputi
warna, ukuran,
bau dan
pengeluaran pada
luka. O:
Hasil : terlihat
1. Terlihat luka yang
luka yang sudah dibalut dengan perban
bersih dan 2. Terlihat perban luka
dibalut dengan masih bersih.
perban. 3. Terlihat pasien
berbaring ditempat
c. Melakukan tidur.
14.42 II pengkajian 4. Wajah terlihat pucat.
wita lengkap rasa 5. Bibir kering
mual termasuk
frekuensi, durasi, A : kerusakan integritas
tingkat mual, dan
faktor yang jaringan dan mual
menyebabkan
pasien mual. belum teratasi
Hasil : pasien
mengatakan
masih mual tapi
tidak sering.
P : Lanjutkan intervensi
14.42 II d. Mengevaluasi Dx I :
wita efek mual Perawa
terhadap nafsu a. Pantau t
makan pasien, perkembangan
aktivitas sehari- kerusakan kulit klien
hari, dan pola setiap hari.
tidur pasien.
Hasil : pasien b. Cegah penggunaan
mengatakan ia linen bertekstur kasar
kurang nafsu dan jaga agar linen
makan akibat tetap bersih, tidak
dari mualnya lembab, dan tidak
kusut.
g. Kolaborasi
18.00
I-II pemberian obat Dx II
wita
Hasil : Pasien
diberikan obat a. Lakukan pengkajian
:Omeprazole lengkap rasa mual
1x40 mg, termasuk frekuensi,
Metoclopramide durasi, tingkat mual,
3x1 Ampl, dan dan faktor yang
antrain 3x 1 menyebabkan pasien
Amp mual.
b. Evaluasi efek mual
terhadap nafsu makan
pasien, aktivitas sehari-
hari, dan pola tidur
pasien
c. Anjurkan makan
sedikit tapi sering dan
dalam keadaan hangat
d. Anjurkan pasien
mengurangi jumlah
makanan yang bisa
menimbulkan mual.
e. Berikan istirahat dan
tidur yang adekuat
untuk mengurangi
mual.
3. 20.20 I a. Memantau S: D.
wita perkembangan malam
kerusakan kulit 1. Pasien mengatakan
klien setiap hari. adanya luka dikaki
kanan nya.
Hasil : terlihat 2. Pasien mengatakn
kulit sekitar luka nyeri dikaki kanannya
bengkak skla 3 (nyeri sedang)
3. Pasien mengatakan
I b. Memonitor
masih mual tapi tidak
karakteristik luka,
20.20 terlalu sering.
meliputi warna,
wita ukuran, bau dan
pengeluaran pada
luka.
Hasil : terlihat O:
luka yang sudah
1. Terlihat luka yang
bersih dan dibalut
dibalut dengan perban
dengan perban. 2. Terlihat perban luka
masih bersih.
20.22 c. Melakukan 3. Terlihat pasien
wita II pengkajian berbaring ditempat
lengkap rasa mual tidur.
termasuk 4. Wajah terlihat pucat.
frekuensi, durasi, 5. Bibir kering
tingkat mual, dan
faktor yang
menyebabkan A : kerusakan integritas
pasien mual. Perawa
Hasil : pasien jaringan dan mual t
mengatakan belum teratasi
masih mual tapi
tidak sering.
20.22
wita II d. Mengevaluasi
efek mual P : Lanjutkan intervensi
terhadap nafsu
makan pasien, Dx I :
aktivitas sehari-
hari, dan pola a. Pantau
tidur pasien. perkembangan
Hasil : pasien kerusakan kulit klien
mengatakan ia setiap hari.
kurang nafsu b. Cegah penggunaan
makan akibat dari linen bertekstur kasar
mualnya dan jaga agar linen
tetap bersih, tidak
20.22 e. Menganjurkan lembab, dan tidak
II
wita makan sedikit tapi kusut.
sering dan dalam
keadaan hangat. c. Lakukan perawatan
Hasil : pasien kulit secara aseptik 2
mengikuti kali sehari.
anjuran dari
d. Monitor karakteristik
perawat luka, meliputi warna,
20.23
ukuran, bau dan
wita II f. Memberikan
istirahat dan tidur
yang adekuat pengeluaran pada
untuk luka
mengurangi mual.
hasil : pasien e. Bersihkan luka
terlihat dengan normal salin
beristirahat. f. Lakukan pembalutan
pada luka sesuai
g. Kolaborasi dengan kondisi luka
pemberian obat
Hasil : Pasien g. Pertahankan teknik
diberikan obat steril dalam
:Omeprazole perawatan luka
23.30
1x40 mg, pasien
wita
& I-II Metoclopramide
06.00 3x1 Ampl, dan
wita antrain 3x 1 Amp Dx II
a. Lakukan pengkajian
lengkap rasa mual
termasuk frekuensi,
durasi, tingkat mual,
dan faktor yang
menyebabkan pasien
mual.
b. Evaluasi efek mual
terhadap nafsu makan
pasien, aktivitas
sehari-hari, dan pola
tidur pasien
c. Anjurkan makan
sedikit tapi sering dan
dalam keadaan hangat
d. Anjurkan pasien
mengurangi jumlah
makanan yang bisa
menimbulkan mual.
e. Berikan istirahat dan
tidur yang adekuat
untuk mengurangi
mual.
08.20 II e. Melakukan
wita pengkajian A : Kerusakan
lengkap rasa mual
termasuk Integritas jaringan,
frekuensi, durasi,
tingkat mual, dan Intoleransi aktivitas
faktor yang belum teratasi, dan
menyebabkan
pasien mual. mual teratasi.
Hasil : pasien
mengatakan
mualnya
berkurang.
08.25 f. Mengobservasi
wita III TTV sebelum dan
sesudah melakukan P : Lanjutkan
aktivitas.
Intervensi
Hasil :
Dx I :
TD : 110/90 mmHg
N : 80 x/m a. Pantau perkembangan
R : 21 x/m kerusakan kulit klien
setiap hari.
b. Cegah penggunaan
g. Mengevaluasi linen bertekstur kasar
08.25 II
efek mual dan jaga agar linen
wita terhadap nafsu tetap bersih, tidak
makan pasien,
lembab, dan tidak
aktivitas sehari-
kusut.
hari, dan pola
tidur pasien. c. Lakukan perawatan
Hasil : pasien kulit secara aseptik 2
mengatakan kali sehari.
nafsu makan
membaik. d. Monitor karakteristik
luka, meliputi warna,
08.25 ukuran, bau dan
II h. Menganjurkan
wita makan sedikit tapi pengeluaran pada
sering dan dalam luka
keadaan hangat.
Hasil : pasien e. Bersihkan luka
dengan normal salin
mendengarkan
apa anjuran dari f. Lakukan pembalutan
perawat. pada luka sesuai
dengan kondisi luka.
i. Menganjurkan
pasien g. Pertahankan teknik
08.25 II
mengurangi steril dalam
wita jumlah makanan perawatan luka
yang bisa pasien
menimbulkan
mual.
Hasil : pasien
Dx III :
mendengarkan
anjuran dari a. Kolaborasi dengan tim
perawat. kesehatan lain untuk
merencanakan ,
j. Bantu klien monitoring program
08.30 III aktivitasi klien.
memilih aktivitas
wita yang sesuai dengan
b. Bantu klien memilih
kondisi.
Hasil : perawat aktivitas yang sesuai
dengan kondisi.
membantu pasien
melakukan aktivitas c. Bantu klien untuk
melakukan
seperti ketoilet dan aktivitas/latihan fisik
turun dari ranjang. secara teratur.
d. Mengobservasi TTV
sebelum dan sesudah
08.30 III k. Bantu klien untuk melakukan aktivitas.
wita melakukan
aktivitas/latihan e. Bantu pasien untuk
fisik secara teratur. mengembangkan
motivasi diri dan
Hasil : pasien penguatan.
terbaring lemah dan
f. Kolaborasi pemberian
hanya diam
obat antihipertensi,
ditempat tidur.
obat-obatan digitalis,
diuretic dan
vasodilator.
08.35 l. Memberikan
wita II
istirahat dan tidur
yang adekuat
untuk mengurangi
mual.
Hasil : Pasien
terlihat berbaring
dan beristirahat.
12.00 m. Perawat
wita melakukan
pemeriksaan GDP
dan 2jamPP
Hasil : GDP : 156
mg/dl , 2jamPP :
147 mg/dl
I- n. Kolaborasi
III pemberian obat-
obatan
Hasil :
Omeprazole 1x40
mg,
Metoclopramide
3x1 Ampl,
Valsartan (0-0-
80), ceftriaxone,
metronidazol,
Antrain 3x 1
Amp, Levemir 0-
12 unit.
5. 14.20 I a. Memantau S: D.
wita perkembangan Siang
kerusakan kulit 1. Pasien mengatakan
klien setiap hari. adanya luka di kaki
Hasil : Kulit kanannya.
sekitar 2. Pasien mengatakan
lukannya nyeri skala 2
perban/luka
(0-10).
pasien bengkak.
14.20 b. Memonitor O:
wita I karakteristik
luka, meliputi
warna, ukuran,
bau dan 1. Terlihat luka yang
pengeluaran pada dibalut dengan perban.
luka. 2. Perban berada
Hasil : Terlihat disepanjang telapak
kaki sampai
luka yang terbalut
pergelangan kaki.
oleh perban 3. Terlihat kulit sekitar
sepanjang telapak luka masih bengkak
kaki kanan pasien dan kemerahan.
sampai 4. Terlihat luka yang
pergelangan kaki. sudah dibersihkan.
5. Pasien terlihat segar.
c. Melakukan
14.20 I pembalutan pada A : Kerusakan Integritas
wita luka sesuai Perawt
dengan kondisi Jaringan belum
luka.
Hasil : Balutan teratasi
luka diseluruh
telapak kaki
bagian kanan. P : intervensi dilanjutkan
a. Pantau perkembangan
14.25 d. Mempertahankan kerusakan kulit klien
I teknik steril dalam
wita setiap hari.
perawatan luka
pasien. b. Cegah penggunaan
Hasil :Pasien linen bertekstur kasar
dijadwalkan pada dan jaga agar linen
hari sabtu tanggal tetap bersih, tidak
28 april ke poli lembab, dan tidak
kaki. kusut.
c. Lakukan perawatan
I- e. Kolaborasi
pemberian obat- kulit secara aseptik 2
18.00 III
obatan kali sehari.
wita
hasil : obat yang d. Monitor karakteristik
diberikan yaitu luka, meliputi warna,
Valsartan (0-0-
80), ceftriaxone,
metronidazol, ukuran, bau dan
Antrain 3x 1 pengeluaran pada luka
Amp
e. Bersihkan luka
dengan normal salin
f. Lakukan pembalutan
pada luka sesuai
dengan kondisi luka.
g. Pertahankan teknik
steril dalam
perawatan luka pasien
6. 20.20 I 1. Memantau S: D.
wita perkembangan malam
kerusakan kulit 1. Pasien mengatakan
klien setiap hari. adanya luka di kaki
Hasil : Kulit kanannya.
sekitar 2. Pasien mengatakan
lukannya nyeri skala 2
perban/luka
(0-10).
pasien terlihat
bengkaknya
berkurang. O:
g. Pertahankan teknik
steril dalam
perawatan luka
pasien.
N : 90 x/m
R : 21 x/m. Dx III :
d. Mengobservasi TTV
sebelum dan sesudah
8. Kolaborasi melakukan aktivitas.
pemberian obat-
obatan e. Bantu pasien untuk
hasil : obat yang mengembangkan
I- diberikan yaitu motivasi diri dan
12.00 III Valsartan (0-0- penguatan.
wita 80), ceftriaxone, f. Kolaborasi pemberian
metronidazol, obat antihipertensi,
Antrain 3x 1 g. obat-obatan digitalis,
diuretic dan
vasodilator.
8. 14.10 I 1. Memantau S: D.
wita perkembangan Siang
kerusakan kulit 3. Pasien mengatakan
klien setiap hari. adanya luka di kaki
Hasil : Kulit kanannya.
sekitar O:
perban/luka 1. Terlihat luka yang
pasien sudah dibalut dengan perban.
berkurang 2. Perban berada
bengkaknya. disepanjang telapak
14.10 I 2. Memonitor kaki sampai
wita karakteristik luka, pergelangan kaki.
meliputi warna, 3. Terlihat kulit sekitar
ukuran, bau dan luka bengkaknya
pengeluaran pada berkurang.
luka. 4. Terlihat bekas cairan
Hasil : Terlihat yang kecoklatan
luka yang terbalut diperban pasien.
oleh perban
sepanjang telapak
A: Kerusakan integritas
kaki kanan pasien
sampai jaringan teratasi
pergelangan kaki.
sebagian.
14.15 3. Melakukan
wita I pembalutan pada
luka sesuai P : lanjutkan Intervensi
dengan kondisi
luka. a. Pantau perkembangan
Hasil : Balutan kerusakan kulit klien
luka diseluruh setiap hari.
telapak kaki b. Cegah penggunaan
bagian linen bertekstur kasar
kanan,terlihat dan jaga agar linen
berkas cairan tetap bersih, tidak
berwarna lembab, dan tidak
kecoklatan di kusut.
perban pasien.
c. Lakukan perawatan
kulit secara aseptik 2
I 4. Mempertahankan
14.20 kali sehari.
teknik steril
wita dalam perawatan d. Monitor karakteristik
luka pasien. luka, meliputi warna,
Hasil : perawat ukuran, bau dan
melakukan pengeluaran pada
perawatan dengan luka
tehnik steril dan
Pasien e. Bersihkan luka
dijadwalkan pada dengan normal salin
hari sabtu tanggal f. Lakukan pembalutan
28 april ke poli pada luka sesuai
kaki. dengan kondisi luka
9. 20.10 I 1. Memantau S: D.
wita perkembangan Malam
kerusakan kulit 1. Pasien mengatakan
klien setiap hari. adanya luka di kaki
Hasil : Kulit kanannya.
sekitar O:
perban/luka 1. Terlihat luka yang
pasien sudah dibalut dengan perban.
tidak lagi 2. Perban berada
20.10 bengkak. disepanjang telapak
I 2. Memonitor kaki sampai
wita
karakteristik pergelangan kaki.
luka, meliputi 3. Terlihat kulit sekitar
warna, ukuran, luka bengkaknya
bau dan berkurang.
pengeluaran pada 4. Terlihat bekas cairan
luka. yang kecoklatan
Hasil : Terlihat diperban pasien.
5. TTV
luka yang
TD : 120/90 mmHg
terbalut oleh
perban sepanjang N : 90 x/m
telapak kaki
R : 20 x/m
kanan pasien
sampai
pergelangan kaki.
A: Kerusakan integritas
I 3. Melakukan jaringan teratasi
20.15
pembalutan pada
wita luka sesuai sebagian.
dengan kondisi
luka.
Hasil : Balutan
luka diseluruh P : lanjutkan Intervensi
telapak kaki a. Pantau perkembangan
bagian kerusakan kulit klien
kanan,terlihat setiap hari.
berkas cairan
b. Cegah penggunaan
berwarna
linen bertekstur kasar
kecoklatan di
dan jaga agar linen
perban pasien.
tetap bersih, tidak
lembab, dan tidak
4. Mengobservasi kusut.
06.00 III TTV sebelum dan
sesudah c. Lakukan perawatan
Wita melakukan kulit secara aseptik 2
aktivitas. kali sehari.
hasil : TTV d. Monitor karakteristik
luka, meliputi warna,
TD : 120/90 mmHg ukuran, bau dan
pengeluaran pada
N : 90 x/m
luka
R : 20 x/m
e. Bersihkan luka
dengan normal salin
I 5. Mempertahankan f. Lakukan pembalutan
teknik steril pada luka sesuai
dalam perawatan dengan kondisi luka
06.00 luka pasien.
Hasil : perawat g. Pertahankan teknik
wita steril dalam
melakukan
perawatan perawatan luka
pasien.
dengan tehnik
steril dan Pasien
dijadwalkan pada
hari sabtu tanggal
28 april ke poli
kaki.
6. Kolaborasi
23.30 pemberian obat-
obatan
&
hasil : obat yang
06.00 I- diberikan yaitu
wita III Valsartan (0-0-
80), ceftriaxone,
metronidazol,
Antrain 3x 1 g
Pasien diperbolehkan
5. Memonitor
karakteristik pulang oleh dokter
08.15 I luka, meliputi
warna, ukuran, Poli kaki dan di
wita
bau dan anjurkan Kontrol 2x
pengeluaran
pada luka. dalam seminggu yaitu
Hasil : Terlihat
luka yang pada hari Rabu dan
kemerahan, dan Sabtu.
luas luka ± 4 cm,
luka tidak
mengeluarkan
08.20 nanah dan tidak
wita berbau.
I 6. Melakukan
pembalutan pada
luka sesuai
dengan kondisi
luka.
Hasil : Balutan
luka diseluruh
telapak kaki
bagian kanan.
I 7. Mempertahanka
n teknik steril
dalam perawatan
luka pasien
Hasil : Perawat
melakukan
tindakan dengan
tehnik aseptik.
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Proses keperawatan pada klien Ny. F dengan diagnosa medis Diabetes
Melitus dilaksanakan pada tanggal 24 April 2018 sampai 30 April 2018 di
ruang Penyakit Dalam Wanita (Tulip IIIC) Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
Banjarmasin yang diawali dengan pengkajian, implementasi, evaluasi, dan
pendokumentasian yang dilakukan pengkajian secara head to toe mulai dari
aspek biopsikososial dan spiritual secara komprehensif.
4.1.2 Setelah dilakukan pengkajian didapatkan 3 diagnosis keperawatan yang
muncul yaitu kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangren,
mual berhubungan dengan pengosongan lambung yang lama, intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
4.1.3 Intervensi keperawatan disusun berdasarkan landasan teori serta mengacu
pada diagnosis keperawatan.
4.1.4 Implementasi keperawatan berdasarkan intervensi tersebut. Implementasi
dilakukan sejak tanggal 24 April 2018 sampai 30 April 2018.
4.1.5 Setelah dilakukan implementasi keperawatan selama enam hari perawatan,
hasil evaluasi keperawatan yang didapatkan pada diagnosis mual pada
pasien dapat teratasi dalam 3 hari perawatan, intoleransi aktivitas dapat
teratasi dalam 4 hari perawatan, sedangkan kerusakan integritas jaringan
tidak teratasi.
4.1.6 Proses pelaksanaan keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat selalu
didokumentasikan dalam catatan asuhan keperawatan dan ditanda tangani
oleh perawat.
4.1.7 Faktor yang mendukung dalam proses asuhan keperawatan pada Ny. F ini
antara lain pihak rumah sakit yang telah memberikan kemudahan dan
kepercayaan kepada penulis untuk melaksanakan proses Asuhan
Keperawatan Ny. F mulai dari pengkajian sampai dengan proses evaluasi.
4.1.8 Faktor penghambat dalam penulisan dan proses asuhan keperawatan pada
Ny. F ini antara lain minim nya waktu untuk melakukan proses keperawatan
sehingga tidak maksimalnya perawatan terhadap klien.
4.2 Saran
4.2.1 Untuk Rumah Sakit
Pihak rumah sakit diharapkan dapat selalu membantu mahasiswa yang
ingin belajar asuhan keperawatan dan pendokumentasiannya,
khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes melitus
dan pihak rumah sakit diharapkan selalu memperbaharui standar-
standar dalam pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan standar
yang dipakai sehingga kualitas dan kuantitas mutu pelayanan rumah
sakit juga dapat bersaing dengan rumah sakit lain yang berstandar
internasional.
4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Disarankan kepada Universitas Muhammadiyah Banjarmasin untuk
lebih banyak lagi memberikan waktu bagi mahasiswa untuk
menerapkan cara pemberian asuhan keperawatan di lahan praktik.
4.2.3 Untuk Perawat
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dari
pengkajian, mendiagnosis masalah, membuat intervensi, melakukan
implementasi dan melakukan evaluasi akhir dengan menggunakan
pendekatan keperawatan dengan memperlihatkan aspek
biopsikososial dan spiritual klien, sehingga masalah yang di hadapi
klien dapat diselesaikan secara menyeluruh.
DAFTAR RUJUKAN
Ed. Herman T.H., & Komitsuru. S. 2014. Nanda Internasional Nursing Diagnosis,
Definition And Clasification 2015-2017. Egc. Jakarta.
Fatimah Restyana, 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Vol. 4 No. 5, Jakarta. Salemba
Medika
Http://Repository.Ump.Ac.Id/195/3/Bab%20ii_Aulia%20rahman.Pdf
Https://Www.Scribd.Com/Doc/120249475/Pathway-Dm
Http://Www.Depkes.Go.Id/Resources/Download/Pusdatin/Infodatin/Infodatin-
Diabetes.Pdf
Http://Www.Searo.Who.Int/Indonesia/Topics/8-Whd2016-Diabetes-Facts-And-
Numbers-Indonesian.Pdf
Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik edisi VII Volume 1. Jakarta : EGC
Lemone, Priscllia Et Al. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2
Edisi 5. Jakarta : EGC
Nur & Ledy. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Sistem Endokrin Dengan
Pendekatan Nanda Nic-Noc. Jakarta: Salemba Medika.
Perkeni, 2011. Konsensus Pengendalian Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
Di Indonesia. Jakarta. Pb Parkemi
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Suyono, S., Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I.,Setiati, S., Simadibrat, M., et al. 2009.
Diabetes Melitus Indonesia. Jakarta. IPD FKUI.
Taylor, C., Lillis, C., Lemone, P., Lynn, P. 2010.Fundamental Of Nursing: The Art And
Science Of Nursing Care (7th).Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.
WHO. 2011. The World Medicine Situation 2011 3ed. Rational Use Of Medicine.Geneva.
WHO.