LAPORAN MINIPRO
Disusun Oleh :
dr. Meitri Wijaya Kusuma
Pendamping :
dr. Hj. Ermilda Sriwastuti, MARS
LAPORAN MINIPROJECT
untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Internsip
di Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi
Disusun Oleh :
dr. Meitri Wijaya Kusuma
Pendamping :
dr. Hj. Ermilda Sriwastuti, MARS
1
HALAMAN PENGESAHAN
Mini Project
Disusun Oleh :
dr. Meitri Wijaya Kusuma
Telah dilaksanakan pada Oktober 2020 sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan berkat
sehingga laporan minipro ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan minipro ini
disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan program internsip di
Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi. Terima Kasih kepada dr. Hj. Ermilda
Sriwastuti, MARS selaku pembimbing yang telah membantu dalam menyelesaikan
Laporan ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaaat Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus 3
2.2 Faktor Resiko Diabetes Melitus 3
2.3 Patogenesis Diabetes Melitus 3
2.4 Diagnosis 5
2.5 Penatalaksanaan 6
2.6 Komplikasi 14
BAB III PROFIL PUSKESMAS SIMPANG KAWAT
3.1 Letak Geografis, Kependudukan dan Pemerintahan 18
3.2 Data Khusus 21
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian 25
4.2 Populasi dan Sampel 25
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian 25
4.4 Sumber Data 25
4
4.5 Instrumen Penellitian 26
4.6 Penelitian 26
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Tabel dan Diagram Distribusi Pengetahuan 27
5.2 Tabel dan Diagram Distribusi Rutin atau Tidak Memeriksa GDP 28
5.3 Tabel dan Diagram Distribusi Kepatuhan terhadap obat 28
5.4 Tabel dan Diagram Distribusi Aktivitas Fisik 29
5.4 Permasalahan dan Pemecahan Masalah 30
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan 32
6.2 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 34
5
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang baik akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam upaya
penatalaksanaan DM guna mencapai hasil yang lebih baik.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
"relatif" terhadap tingkat keparahan resistansi insulin, konsentrasi insulin plasma
tidak cukup untuk mempertahankan homeostasis glukosa normal. Mengingat
hubungan antara sekresi insulin dan sensitivitas aksi hormon dalam control kompleks
homeostasis glukosa, secara praktis tidak mungkin untuk memisahkan kontribusi
masing-masing terhadap etiopatogenesis DM tipe II. Resistensi insulin dan
hiperinsulinemia akhirnya menyebabkan gangguan toleransi glukosa. Kecuali untuk
diabetes dewasa onset muda (MODY), cara pewarisan diabetes melitus tipe 2 tidak
jelas. MODY, yang diwarisi sebagai sifat dominan autosomal, dapat dihasilkan dari
mutasi pada gen glukokinase pada kromosom 7p. MODY didefinisikan sebagai
hiperglikemia yang didiagnosis sebelum usia dua puluh lima tahun dan dapat diobati
selama lebih dari lima tahun tanpa insulin dalam kasus di mana sel islet antibodi
(ICA) negatif.6
Resistensi insulin
Kejadian primer diyakini merupakan defisit awal sekresi insulin dan pada
banyak pasien kekurangan insulin relatif terkait dengan resistensi insulin perifer.
Resistensi terhadap aksi insulin akan mengakibatkan gangguan pengambilan glukosa
insulin dimediasi di perifer (oleh otot dan lemak), penekanan glukosa hepatik yang
tidak sempurna dan penurunan trigliserida akibat lemak. Untuk mengatasi resistensi
insulin, sel β pulau Langehans akan meningkatkan jumlah insulin yang disekresikan.
Produksi glukosa endogen dipercepat pada pasien diabetes tipe II atau glukosa puasa
yang terganggu. Karena kenaikan ini terjadi dengan adanya hiperinsulinemia,
setidaknya pada tahap awal dan menengah, resistensi insulin di hati adalah kekuatan
pendorong hiperglikemia diabetes tipe II.6
Menurut PERKENI 2015 secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh
delapan hal (omnious octet) berikut:
4
2.4 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Berbagai
keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:2,7
● Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
● Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
5
● Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
● Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4% (39-47 mmol/mol)
Pada keadaan yang tidak memungkinkan dan tidak tersedia fasilitas pemeriksaan
TTGO, maka pemeriksaan penyaring dengan mengunakan pemeriksaan glukosa
darah kapiler, diperbolehkan untuk patokan diagnosis DM. Dalam hal ini harus
diperhatikan adanya perbedaan hasil pemeriksaan glukosa darah plasma vena dan
glukosa darah kapiler seperti pada table di bawah ini.
2.5 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes. Adapun tujuan khusus dari penatalaksanaan pada DM adalah:2
a. Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa
nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah.
b. Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah,
tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara
holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
Pilar utama pengelolaan DM:2
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi
tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.
a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan
Primer yang meliputi:
6
o Materi tentang perjalanan penyakit DM.
o Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan.
o Penyulit DM dan risikonya.
o Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target
pengobatan.
o Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain.
o Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa
darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah
mandiri tidak tersedia).
o Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.
o Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
o Pentingnya perawatan kaki.
o Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Pada penyandang diabetes mellitus perlu ditekankan pentingnya
keteraturan jadwal makan, jenis, dan jumlah kandungan kalori, terutama pada
mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau
terapi insulin itu sendiri.
A. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
▪ Karbohidrat
o Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.
o Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan.
o Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan
makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian
dari kebutuhan kalori sehari.
▪ Lemak
o Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan
tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
o Komposisi yang dianjurkan:
▪ lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori.
▪ lemak tidak jenuh ganda < 10 % selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal.
7
o Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
▪ Protein
o Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi.
o Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
kacang-kacangan, tahu dan tempe.
▪ Natrium
o Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan
orang sehat yaitu <2300 mg perhari
o Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan
pengurangan natrium secara individual
o Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,
dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
▪ Serat
o Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari
kacangkacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat
yang tinggi serat.
o Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal dari
berbagai sumber bahan makanan.
B. Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori
basal yang besarnya 25-30 kal/kgBB. Jumlah kebutuhan tersebut
ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu: jenis
kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan lain-lain.
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain:
- Jenis Kelamin: Kebutuhan kalori perempuan sebesar 25 kal/kgBB,
laki-laki sebesar 30 kal/kgBB.
- Umur: 40-59 tahun dikurangi 5%, 60-69 tahun dikurangi 10%, > 70
tahun dikurangi 20%
- Aktivitas Fisik atau Pekerjaan: penambahan 10% pada keadaan
istirahat, 20% aktivitas ringan, 30% aktivitas sedang, 50% aktivitas
sangat berat.
- Berat badan: bila gemuk, dikurangi sekitar 20-30% tergantung tingkat
kegemukan. Bila kurus, ditambah sekitar 20-30% sesuai kebutuhan.
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-5
hari seminggu selama sekitar 30-45 menit), dengan total 150 menit
8
perminggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan termasuk dalam latihan
jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani
yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan
intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti: jalan cepat,
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas latihan
jasmani pada penyandang DM yang relatif sehat bisa ditingkatkan, sedangkan
pada penyandang DM yang disertai komplikasi intesitas latihan perlu
dikurangi dan disesuaikan dengan masing-masing individu.
4. Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
Latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral
dan bentuk suntikan.
1) Obat Antihiperglikemia Oral
a. Pemacu sekresi insulin (Insulin Secretagogue)
- Sulfonilurea
- Glinid : Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat
fenilalanin).
b. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin
- Metformin
- Tiazolidindion (TZD) : Pioglitazone.
c. Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan:
- Penghambat Alfa Glukosidase : Acarbose.
d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV) : Sitagliptin dan
Linagliptin.
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2) :
Canagliflozin, Empagliflozin, Dapagliflozin, Ipragliflozin.
9
2) Obat Antihiperglikemia Suntik
Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan
kombinasi insulin dan agonis GLP-1.2,9
a. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
- HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik yang
ditandai antara lain dengan: gejala klasik diabetes dan penurunan
berat badan, glukosa darah puasa (GDP) > 250 mg/dL, glukosa
darah sewaktu > 300 mg/dL,
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Krisis Hiperglikemia
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut,
stroke)
- Kehamilan dengan DM/Diabetes mellitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO\
- Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
Jenis dan Lama Kerja Insulin
● Jenis insulin berdasarkan asal:
10
o Insulin manusia
o Insulin analog
● Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 5 jenis yakni:
o Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
o Insulin kerja pendek ( short acting insulin)
o Insulin kerja menengah (intermediate actinginsulin)
o Insulin kerja panjang (long acting insulin)
o Insulin kerja ultra panjang (ultra long-acting insulin)
o Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan
kerja cepat dengan menengah ( premixed insulin)
b. Agonis GLP-1/Incretin Mimetic
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan
pendekatan baru untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat bekerja
pada sel-beta sehingga terjadi peningkatan pelepasan insulin,
mempunyai efek menurunkan berat badan, menghambat pelepasan
glukagon, dan menghambat nafsu makan. Efek penurunan berat badan
agonis GLP-1 juga digunakan untuk indikasi menurunkan berat badan
pada pasien DM dengan obesitas. Efek samping yang timbul pada
pemberian obat ini antara lain rasa sebah dan muntah. Obat yang
termasuk golongan ini adalah: Liraglutide, Exenatide, Albiglutide, dan
Lixisenatide.2
3) Terapi Kombinasi
Terapi dengan obat antihiperglikemia oral kombinasi baik secara
terpisah ataupun fixed dose combination dalam bentuk tablet tunggal,
harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme kerja yang
berbeda. Pada keadaan tertentu dapat terjadi sasaran kadar glukosa darah
yang belum tercapai, sehingga perlu diberikan kombinasi tiga obat
antihiperglikemia oral dari kelompok yang berbeda atau kombinasi obat
antihiperglikemia oral dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan
alasan klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi
dengan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral dapat menjadi pilihan.2
11
Algortitma penatalaksanaan DM Tipe 2 menurut PERKENI, 2015
12
5. Monitoring
13
Pada praktek sehari-hari, hasil pengobatan DMT2 harus dipantau secara
terencana dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Tujuan pemeriksaan glukosa darah:
- Mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai Melakukan
penyesuaian dosis obat, bila belum tercapai sasaran terapi
Waktu pelaksanaan pemeriksaan glukosa darah:
- Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
- Glukosa 2 jam setelah makan, atau
- Glukosa darah pada waktu yang lain secara berkala sesuai dengan
kebutuhan.
b. Pemeriksaan HbA1C
Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai
glikohemoglobin, atau hemoglobin glikosilasi (disingkat sebagai
HbA1C), merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek
perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya. Untuk melihat hasil terapi
dan rencana perubahan terapi, HbA1c diperiksa setiap 3 bulan atau
tiap bulan pada keadaan HbA1c yang sangat tinggi (> 10%). Pada
pasien yang telah mencapai sasran terapi disertai kendali glikemik
yang stabil HbA1C diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun.
HbA1C tidak dapat dipergunakan sebagai alat untuk evaluasi pada
kondisi tertentu seperti: anemia, hemoglobinopati, riwayat transfusi
darah 2-3 bulan terakhir, keadaan lain yang mempengaruhi umur
eritrosit dan gangguan fungsi ginjal
c. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)
Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan
menggunakan darah kapiler. Saat ini banyak didapatkan alat pengukur
kadar glukosa darah dengan menggunakan reagen kering yang
sederhana dan mudah dipakai. Waktu yang dianjurkan adalah pada
saat sebelum makan, 2 jam setelah makan (untuk menilai ekskursi
glukosa), menjelang waktu tidur (untuk menilai risiko hipoglikemia),
dan di antara siklus tidur (untuk menilai adanya hipoglikemia
nokturnal yang kadang tanpa gejala), atau ketika mengalami gejala
seperti hypoglycemic spells.
d. Glycated Albumin (GA)
Berdasarkan rekomendasi yang telah ada, monitor hasil strategi terapi
dan perkiraan prognostik diabetes saat ini sangat didasarkan kepada
hasil dua riwayat pemeriksaan yaitu glukosa plasma (kapiler) dan
14
HbA1C. Kedua pemeriksaan ini memiliki kekurangan dan
keterbatasan. HbA1C mempunyai keterbatasan pada berbagai keadaan
yang mempengaruhi umur sel darah merah. Saat ini terdapat cara lain
seperti pemeriksaan (GA) yang dapat dipergunakan dalam monitoring.
GA dapat digunakan untuk menilai indeks control glikemik yang tidak
dipengaruhi oleh gangguan metabolisme hemoglobin dan masa hidup
eritrosit seperti HbA1c. HbA1c merupakan indeks control glikemik
jangka panjang (2-3 bulan). Sedangkan proses metabolik albumin
terjadi lebih cepat daripada hemoglobin dengan perkiraan 15 – 20 hari
sehingga GA merupakan indeks kontrol glikemik jangka pendek.
6. Kriteria Pengendalian DM
Kriteria pengendalian diasarkan pada hasil pemeriksaan kadar glukosa, kadar
HbA1C, dan profil lipid. Definisi DM yang terkendali baik adalah apabila
kadar glukosa darah, kadar lipid, dan HbA1c mencapai kadar yang
diharapkan, serta status gizi maupun tekanan darah sesuai target yang
ditentukan.
2.6 Komplikasi 2
2.6.1 Penyulit Akut
1. Krisis Hiperglikemia
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah komplikasi akut diabetes yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai
tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma
15
meningkat (300-320 mOs/ml) dan terjadi peningkatan anion gap. Status
Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH) adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dl), tanpa tanda dan
gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/ml),
plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat.
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah < 70 mg/dl.
Hipoglikemia adalah penurunan konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa
adanya gejala-gejala sistem otonom, seperti adanya whipple’s triad:
- Terdapat gejala-gejala hipoglikemia
- Kadar glukosa darah yang rendah
- Gejala berkurang dengan pengobatan.
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan sulfonilurea dan
insulin. Pengawasan glukosa darah pasien harus dilakukan selama 24-72 jam,
terutama pada pasien dengan gagal ginjal kronik atau yang mendapatkan
terapi dengan OHO kerja panjang.
Pasien dengan resiko hipoglikemi harus diperiksa mengenai kemungkinan
hipoglikemia simtomatik ataupun asimtomatik pada setiap kesempatan.
16
1. Makroangiopati
- Pembuluh darah jantung: penyakit jantung coroner
- Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer yang sering terjadi pada
penyandang DM. Gejala tipikal yang biasa muncul pertama kali adalah
nyeri pada saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat (claudicatio
intermittent), namun sering juga tanpa disertai gejala. Ulkus iskemik
pada kaki merupakan kelainan yang dapat ditemukan pada penderita.
- Pembuluh darah otak: stroke iskemik atau stroke hemoragik
2. Mikroangiopati
- Retinopati diabetic
- Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko
atau memperlambat progresi retinopati. Terapi aspirin tidak mencegah
timbulnya retinopati
- Nefropati diabetik
o Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi
risiko atau memperlambat progress inefropati.
o Untuk penderita penyakit ginjal diabetik, menurunkan asupan
protein sampai di bawah 0.8gram/kgBB/hari tidak
direkomendasikan karena tidak memperbaiki risiko kardiovaskuler
dan menurunkan GFR. ginjal.
- Neuropati
o Pada neuropati perifer, hilangnya sensasi distal merupakan faktor
penting yang berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki yang
meningkatkan risiko amputasi.
o Gejala yang sering dirasakan berupa kaki terasa terbakar dan
bergetar sendiri, dan terasa lebih sakit di malam hari
o Setelah diagnosis DMT2 ditegakkan, pada setiap pasien perlu
dilakukan skrinning untuk mendeteksi adanya polineuropati distal
yang simetris dengan melakukan pemeriksaan neurologi sederhana
(menggunakan monofilament 10 gram). Pemeriksaan ini
kemudian diulang paling sedikit setiap tahun.
o Pada keadaan polineuropati distal perlu dilakukan perawatan kaki
yang memadai untuk menurunkan risiko terjadinya ulkus dan
amputasi
o Pemberian terapi antidepresan trisiklik, gabapentin atau pregabalin
dapat mengurangi rasa sakit.
17
o Semua penyandang DM yang disertai neuropati perifer harus
diberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus
kaki.
o Untuk pelaksanaan penyulit ini seringkali diperlukan kerja sama
dengan bidang/disiplin ilmu lain.
18
BAB III
PROFIL PUSKESMAS SIMPANG KAWAT
19
dengan laki-laki. Rumah tangga terbanyak berada di kelurahan Lebak Bandung
(40 RT) dan jumlah rumah tangga yang paling sedikit berada di kelurahan Talang
Jauh (11 RT) dengan rata-rata rasio beban tanggungan adalah 722 rata-rata rasio
jenis kelamin 103,97.
Peta 3.1
Jumlah RT Tiap Kelurahan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Simpang Kawat
Kota Jambi
20
3.1.3 Struktur Organisasi Puskesmas Simpang Kawat
21
3.1.4 Pemerintahan
Puskesmas Simpang Kawat merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota
Jambi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan
Kota Jambi, mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan, pembinaan,
pengendalian, pengawasan, pelayanan dan pengembangan di bidang kesehatan
yang meliputi:
✔ Upaya Pelayanan Kesehatan
✔ Upaya Pengendalian Masalah Kesehatan
✔ Upaya Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
✔ Upaya Jaminan Kesehatan, Sarana dan Prasarana dan Sistem Informasi
Kesehatan
3.2 Data Khusus
1. Kelembagaan UPTD Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi
Struktur organisasi UPTD Puskesmas Simpang Kawat Kesehatan Kota Jambi
terdiri dari : Kepala Puskesmas Simpang Kawat, 2 ( Dua ) dokter umum,
kelompok Jabatan Fungsional, dengan rincian sebagai berikut:
o Kepala Puskesmas
o Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari :
✔ Dokter
✔ Dokter Gigi
✔ Bidan
✔ Perawat
✔ Kesehatan Lingkungan
✔ Analisis Kimia
✔ Perawat Gigi
✔ Sanitarian
✔ Asisten Apoteker
✔ Pekarya Kesehatan
✔ Pengatur Gizi
22
Grafik 3.1.
Distribusi Sumber Daya Petugas Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi
Berdasarkan Tempat Bertugas Tahun 2018
10.90%
Induk
Pemabantu
89.10%
Tabel 3.2.
Distribusi Proporsi Ketenagaan Pada Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi
Tahun 2018
Kota Jambi
23
(%)
1. Jenjang Pendidikan
▪ Strata 2
▪ Strata 1
● Medis 8
● Non Medis 1
▪ Diploma 3
● Medis 33
● Non Medis 0
▪ SLTA
● Medis 1
● Non Medis 3
▪ SLTP
● Pekarya 0
Kesehatan
● Umum 0
▪ SD
Puskesmas Simpang Kawat 4
24
Bangunan gedung Puskesmas Simpang Kawat untuk pelayanan dan kegiatan
program terdiri Sebagai berikut :
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
26
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan mengenai
pengetahuan tentang DM dan pengelolaannya, Kontrol GDP, dan aktivitas fisik.
4.6 Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap penelitian adalah:
1. Pengisian kuesioner
Pengisian kuesioner diberikan kepada penderita DM dengan kadar gula darah
tidak terkontrol.
2. Penyuluhan
Setelah penelitian selesai di lakukan penyuluhan mengenai masalah-masalah
yang menyebabkan kadar gula darah tidak terkontrol yang di dapatkan dari
hasil penelitian.
27
BAB V
PEMBAHASAN
Baik
Sedang
Kurang
5.2 Tabel dan Diagram Distribusi Rutin atau tidak memeriksa Gula Darah
Puasa
28
Tabel dan Diagram 5.2
Distribusi responden berdasarkan Rutin atau tidak memeriksa Gula Darah
Puasa di wilayah kerja Puskesmas Simpang Kawat bulan Oktober Tahun 2020
Rutin
Tidak Rutin
Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui seluruh responden (100%) Rutin
memeriksa Gula Darah di Puskesmas Simpang Kawat.
5.3 Tabel dan Diagram Distribusi Kepatuhan terhadap obat
Tabel dan Diagram 5.3
Distribusi responden berdasarkan Kepatuhan terhadap obat di wilayah kerja
Puskesmas Simpang Kawat bulan Oktober Tahun 2020
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE %
A Kepatuhan Tinggi (benar 8) 1 5%
B Kepatuhan Sedang (benar 6-7) 4 20%
C Kepatuhan Rendah (benar <6) 15 75%
Jumlah 20 100 %
29
Tinggi
Sedang
Rendah
Ringan
Sedamg
Berat
30
5.5. Permasalahan dan Pemecahan Masalah
31
pada penderita DM menjadi faktor yang menentukan keberhasilan pengendalian DM.
Pada penyandang DM perlu ditekankan pentingnya mengontrol asupan makanan yang
dikonsumsi dan keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah
makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau
insulin.
Keberhasilan pengendalian DM juga dilihat dari aktivitas/latihan fisik secara
teratur (minimal 3-4 kali dalam seminggu selama kurang lebih 30 menit) telah diakui
manfaatnya, tapi dalam pelaksanaannya sulit diaplikasikan oleh penderita secara
teratur. Salah satu bentuk aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh penderita DM
adalah senam aerobik. Senam aerobik dengan prinsip frekuensi 3-5 kali/ minggu,
intensitas sedang, dan waktu minimal 30 menit dapat menurunkan kadar gula darah
penderita DM tipe 2. Hal ini dapat terjadi karena meningkatnya sensitivitas reseptor
insulin di otot dan bertambahnya jumlah reseptor yang aktif akibat pembuluh kapiler
yang terbuka saat latihan. Petugas kesehatan harus terus berupaya untuk terus
meningkatkan kesadaran masyarakat dan memfasilitasi kegiatan aktivitas fisik secara
teratur.
Kepatuhan terhadap pengobatan juga merupakan hal yang harus diperhatikan dalam
pengendalian DM. dari hasil penelitian table 5.3 menunjukkan kepatuhan terhadap
obat pada penderita mayoritas pada kategori rendah. Sebuah studi mengungkapkan
bahwa orang yang mempunyai kepatuhan minum obat mempunyai risiko 4 kali untuk
berhasil dalam pengelolaan DM tipe 2 dibandingkan dengan yang tidak patuh.
Obat Anti Diabetes (OAD) diberikan dengan harapan bahwa diabetes dapat
terkontrol dengan baik. Pengobatan jangka panjang yang memaksa untuk merubah
kebiasaan-kebiasaan seperti mengurangi kalori makanan atau komponen tertentu
dalam diet sehari-hari, tidak mengonsumsi obat-obatan sesuai instruksi dokter
memberi kesan atau sikap negatif bagi pasien sehingga cenderung untuk tidak patuh.
Rekomendasi yang paling baik adalah penderita mengikuti dan mentaati pengobatan
yang direncanakan dokternya.
32
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sebanyak
60% responden mempunyai pengetahuan sedang tentang diabetes militus, sedangkan
20% responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang diabetes militus. 100%
responden rutin memeriksa gula darah puasa. Kemudian 75% responden memiliki
tingkat kepatuhan masih rendah, sedangkan responden yang memiliki tingkat
kepatuhan tinggi hanya 5%. Serta 95% responden menjalani aktivitas fisik ringan
sehari-harinya. Tetapi untuk pengetahuhan dan kepatuhan terhadap obat masih belum
mencapai 75% dari responden yang mengetahui hal tersebut dengan baik. Sehingga
diperlukan sosialisasi kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan dan
pemberian leaflet serta pemasangan poster di wilayah kerja Puskemas Simpang
kawat.
6.2 Saran
1. Bagi masyarakat
- Bagi masyarakat hendaknya mencari pengetahuan tentang diabetes militus dengan
membaca poster atau leaflet yang ada di fasilitas kesehatan dan datang ke
penyuluhan yang dilakukan oleh petugas puskesmas.
2. Bagi instansi kesehatan
- Bagi Puskesmas Simpang Kawat agar tetap memberikan penyuluhan mengenai
diabetes militus oleh petugas kesehatan yang berkompeten di Puskesmas Simpang
Kawat.
- Melibatkan keluarga responden dalam pengobatan diabetes militus sebagai
pementau minum obat.
3. Bagi peneliti lain
- Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai diabetes
militus.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
Lampiran
KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DAN PENGELOLAANNYA PADA
PENDERITA DM TIDAK TERKONTROL DI PUSKESMAS SIMPANG
KAWAT
Nomor Responden :
Tanggal Pengambilan :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
35
6. Berapa kali frekuensi makan (meliputi makanan lengkap dan makanan
selingan atau Snack) dalam sehari yang di anjurkan bagi penderita Diabetes
Melitus?
a. 4 kali (3 kali makan lengkap dan 1 kali makan Snack)
b. 5 kali (3 kali makan lengkap dan 2 kali makan Snack)
c. 6 kali (3 kali makan lengkap dan 3 kali makan Snack)
7. Ukuran porsi sayur untuk diet diabetes melitus seusai dengan konsep piring T
adalah
a. Jumlah sayur 2 kali lipat dari bahan makanan sumber karbohidrat
b. Jumlah sayur seperempat dari bahan makanan sumber karbohidrat
c. Jumlah sayur setengah dari bahan makanan sumber karbohidrat
8. Ukuran porsi nasi dalam sepiring yang dianjurkan untuk pasien Diabetes
melitus tiap kali makan adalah
a. Seperempat porsi piring untuk tiap kali makan besar
b. Setengah porsi piring untuk setiap kali makan besar
c. Satu porsi piring penuh nasi
9. Apakah anda memeriksakan kadar gula darah
□ Ya, Rutin
□ Ya, Kadang-kadang
□ Tidak pernah
10. Apakah anda kadang-kadang lupa minum obat untuk penyakit diabetes Anda
□ Ya
□ Tidak
11. Orang kadang-kadang tidak sempat minum obat bukan karena lupa. Selama 2
pekan terakhir ini, pernahkah Anda dengan sengaja tidak meminum obat?
□ Ya
□ Tidak
12. Pernakah anda mengurangi atau berhenti minum obat tanpa memberitahu
dokter Anda karena Anda merasa kondisi Anda bertambah parah ketika
meminum obat tersebut ?
□ Ya
□ Tidak
13. Ketika anda pergi berpergian atau meninggalkan rumah, apakah Anda
kadang-kadang lupa membawa obat Anda ?
□ Ya
□ Tidak
14. Apakah kemarin Anda minum obat ?
□ Ya
□ Tidak
36
15. Ketika Anda merasa sehat, apakah Anda juga kadang berhenti meminum
obat ?
□ Ya
□ Tidak
16. Minum obat setiap hari merupakan hal yang tidak menyenangkan bagi
sebagian orang. Apakah anda pernah merasa terganggu dengan kewajiban
anda terhadap pengobatan yang harus anda jalani ?
□ Ya
□ Tidak
17. Seberapa sering anda mengalami kesulitan minum semua obat anda ? a. Tidak
pernah/jarang b. Beberapa kali c. Kadang kala d. Sering e. Selalu Tulis : Ya
(bila memilih: b/c/d/e; Tidak (bila memilih:a)
□ Ya
□ Tidak
18. Apakah anda sering berolahraga?
□ Ya
□ Tidak
19. Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan olahraga?
□ ………../minggu
20. Biasanya dalam sehari berapa lama anda berolahraga
□ ………. Jam
□ ……….. Menit
DOKUMENTASI
37
38