Anda di halaman 1dari 44

GAMBARAN MASALAH PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH PUASA

PADA PASIEN DM TIPE 2 DENGAN KADAR GULA DARAH TIDAK


TERKONTROL DI PUSKESMAS SIMPANG KAWAT KOTA JAMBI
TAHUN 2020

LAPORAN MINIPRO

Disusun Oleh :
dr. Meitri Wijaya Kusuma

Pendamping :
dr. Hj. Ermilda Sriwastuti, MARS

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PUSKESMAS SIMPANG KAWAT JAMBI
2020
GAMBARAN MASALAH PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH PUASA
PADA PASIEN DM TIPE 2 DENGAN KADAR GULA DARAH TIDAK
TERKONTROL DI PUSKESMAS SIMPANG KAWAT KOTA JAMBI
TAHUN 2020

LAPORAN MINIPROJECT
untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Internsip
di Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi

Disusun Oleh :
dr. Meitri Wijaya Kusuma

Pendamping :
dr. Hj. Ermilda Sriwastuti, MARS

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PUSKESMAS SIMPANG KAWAT JAMBI
2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

Mini Project

GAMBARAN MASALAH PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH PUASA


PADA PASIEN DM TIPE 2 DENGAN KADAR GULA DARAH TIDAK
TERKONTROL DI PUSKESMAS SIMPANG KAWAT KOTA JAMBI TAHUN
2020

Disusun Oleh :
dr. Meitri Wijaya Kusuma

Telah dilaksanakan pada Oktober 2020 sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan

Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi

Jambi, Oktober 2020


Pembimbing

dr. Hj. Ermilda Sriwastuti, MARS

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan berkat
sehingga laporan minipro ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan minipro ini
disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan program internsip di
Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi. Terima Kasih kepada dr. Hj. Ermilda
Sriwastuti, MARS selaku pembimbing yang telah membantu dalam menyelesaikan
Laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan dalam


penulisan maupun pembahasan, Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat
untuk para pembaca dan Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi.

Jambi, 27 Oktober 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaaat Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus 3
2.2 Faktor Resiko Diabetes Melitus 3
2.3 Patogenesis Diabetes Melitus 3
2.4 Diagnosis 5
2.5 Penatalaksanaan 6
2.6 Komplikasi 14
BAB III PROFIL PUSKESMAS SIMPANG KAWAT
3.1 Letak Geografis, Kependudukan dan Pemerintahan 18
3.2 Data Khusus 21
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian 25
4.2 Populasi dan Sampel 25
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian 25
4.4 Sumber Data 25

4
4.5 Instrumen Penellitian 26
4.6 Penelitian 26
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Tabel dan Diagram Distribusi Pengetahuan 27
5.2 Tabel dan Diagram Distribusi Rutin atau Tidak Memeriksa GDP 28
5.3 Tabel dan Diagram Distribusi Kepatuhan terhadap obat 28
5.4 Tabel dan Diagram Distribusi Aktivitas Fisik 29
5.4 Permasalahan dan Pemecahan Masalah 30
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan 32
6.2 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 34

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa
dalam darah melebihi batas normal. Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas
penyakit diabetes mellitus (DM), meskipun juga mungkin didapatkan pada beberapa
keadaan yang lain. 1
Diabetes Melitus (DM) tipe 2 merupakan kelainan metabolisme
kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah disertai dengan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak akibat kurang insulin baik karena
disfungsi pankreas ataupun disfungsi insulin absolut. Kecurigaan adanya DM perlu
mendapatkan perhatian bila ada keluhan klasik DM berupa poliuria, polidipsia,
polifagia, dan terjadi penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.2
Saat ini penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia.
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini menunjukkan
adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035.
Sedangkan International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan
jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta
pada tahun 2035. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa
prevalensi DM berdasarkan pemeriksaan darah pada umur ≥15 tahun pada tahun 2013
terdapat 6,9% kemudian meningkat pada tahun 2018 menjadi 8,5%. Dengan
prevalensi tertinggi yaitu 1,7% di Aceh, dan terendah di Papua 0,8%, dan Jambi
menempati urutan ke lima yaitu 1,0%.2,3,4
DM merupakan penyakit menahun yang akan disandang seumur hidup.
Pengelolaan penyakit ini memerlukan peran serta dokter, perawat, ahli gizi, dan
tenaga kesehatan lain. Pasien dan keluarga juga mempunyai peran yang penting,
sehingga perlu mendapatkan edukasi untuk memberikan pemahaman mengenai
perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM. Pemahaman

1
yang baik akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam upaya
penatalaksanaan DM guna mencapai hasil yang lebih baik.2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas,maka rumusan masalah yang penulis
ambil adalah bagaimana pemahaman penderita DM tipe 2 dengan kadar gula darah
puasa tidak terkontrol yang rutin berobat di Puskesmas Simpang Kawat mengenai
pengetahuan tentang penyakit DM, kontrol asupan makanan, aktivitas fisik dan
kepatuhan terhadap obat secara bersama-sama akan mempengaruhi keberhasilan
pengendalian DM tipe 2, sehingga menjadi penting untuk melakukan evaluasi
penerepan manajemen pengelolaan DM.

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui pemahaman penderita DM tipe 2 dengan kadar gula darah puasa
tidak terkontrol yang rutin berobat di Puskesmas Simpang Kawat mengenai
pengetahuan tentang penyakit DM dan pengelolaannya, aktivitas fisik dan kepatuhan
terhadap obat.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama proses
penyusunan dan diharapkan menjadi sumber ilmu dan informasi untuk penulis
selanjutnya.
b. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan yang menyajikan informasi dan menjadi bahan acuan
mengenai peningkatan penatalaksanan pasien Dm yang tidak terkontrol.
c. Bagi Pembaca
Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam melakukan penilitian/penulisan
lebih lanjut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh karena
pankreas memproduksi insulin yang tidak adekuat bagi tubuh, atau tubuh tidak dapat
secara efektif memakai insulin yang ada, atau keduanya.5 Hal tersebut akan membuat
kadar glukosa dalam darah meningkat.DM tipe 2 (DM 2) adalah DM yang
disebabkan oleh karena tubuh tidak bisa menggunakan insulin secara efektif atau
biasa dikenal dengan resisten insulin.2
2.2 Faktor Risiko
1. Kelompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT] ≥23 kg/m2)
yang disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik yang kurang.
b. First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM dalam keluarga).
c. Kelompok ras/etnis tertentu.
d. Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan BBL >4 kg
atau mempunyai riwayat diabetes melitus gestasional (DMG).
e. Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi untuk
hipertensi).
f. HDL <35 mg/dL dan atau trigliserida >250 mg/dL.
g. Wanita dengan sindrom polikistik ovarium.
h. Riwayat prediabetes.
i. Obesitas berat, akantosis nigrikans.
j. Riwayat penyakit kardiovaskular.
2. Usia >45 tahun tanpa faktor risiko di atas.

2.3 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 2


Pada diabetes tipe 2, mekanismenya rusak, dengan konsekuensi bahwa dua
defek patologis utama pada diabetes tipe 2 adalah gangguan sekresi insulin melalui
disfungsi sel β pankreas, dan tindakan insulin yang terganggu melalui resistensi
insulin. Dalam situasi di mana resistensi terhadap insulin mendominasi, massa sel β
mengalami transformasi yang mampu meningkatkan suplai insulin dan
mengkompensasi permintaan berlebihan dan anomali. Secara absolut, konsentrasi
insulin plasma (baik puasa dan stimulasi makanan) biasanya meningkat, walaupun

3
"relatif" terhadap tingkat keparahan resistansi insulin, konsentrasi insulin plasma
tidak cukup untuk mempertahankan homeostasis glukosa normal. Mengingat
hubungan antara sekresi insulin dan sensitivitas aksi hormon dalam control kompleks
homeostasis glukosa, secara praktis tidak mungkin untuk memisahkan kontribusi
masing-masing terhadap etiopatogenesis DM tipe II. Resistensi insulin dan
hiperinsulinemia akhirnya menyebabkan gangguan toleransi glukosa. Kecuali untuk
diabetes dewasa onset muda (MODY), cara pewarisan diabetes melitus tipe 2 tidak
jelas. MODY, yang diwarisi sebagai sifat dominan autosomal, dapat dihasilkan dari
mutasi pada gen glukokinase pada kromosom 7p. MODY didefinisikan sebagai
hiperglikemia yang didiagnosis sebelum usia dua puluh lima tahun dan dapat diobati
selama lebih dari lima tahun tanpa insulin dalam kasus di mana sel islet antibodi
(ICA) negatif.6

Resistensi insulin
Kejadian primer diyakini merupakan defisit awal sekresi insulin dan pada
banyak pasien kekurangan insulin relatif terkait dengan resistensi insulin perifer.
Resistensi terhadap aksi insulin akan mengakibatkan gangguan pengambilan glukosa
insulin dimediasi di perifer (oleh otot dan lemak), penekanan glukosa hepatik yang
tidak sempurna dan penurunan trigliserida akibat lemak. Untuk mengatasi resistensi
insulin, sel β pulau Langehans akan meningkatkan jumlah insulin yang disekresikan.
Produksi glukosa endogen dipercepat pada pasien diabetes tipe II atau glukosa puasa
yang terganggu. Karena kenaikan ini terjadi dengan adanya hiperinsulinemia,
setidaknya pada tahap awal dan menengah, resistensi insulin di hati adalah kekuatan
pendorong hiperglikemia diabetes tipe II.6
Menurut PERKENI 2015 secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh
delapan hal (omnious octet) berikut:

4
2.4 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Berbagai
keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:2,7
● Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
● Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus2,8


Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik.
Atau
Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM


digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi glukosa
terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
● Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma
puasa antara 100-125 mg/dl (5,6- 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO
glukosa plasma 2-jam <140 mg/dl;
● Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2
jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl (7,8 – 11,0 mmol/L) dan glukosa
plasma puasa <100 mg/dl;

5
● Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
● Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4% (39-47 mmol/mol)
Pada keadaan yang tidak memungkinkan dan tidak tersedia fasilitas pemeriksaan
TTGO, maka pemeriksaan penyaring dengan mengunakan pemeriksaan glukosa
darah kapiler, diperbolehkan untuk patokan diagnosis DM. Dalam hal ini harus
diperhatikan adanya perbedaan hasil pemeriksaan glukosa darah plasma vena dan
glukosa darah kapiler seperti pada table di bawah ini.

Kadar Tes Laboratorium Darah untuk Diagnosis Diabetes dan Prediabetes


HbA1c (%) Glukosa darah Glukosa plasma 2 jam

puasa (mg/dL) setelah TTGO (mg/dL)

Diabetes > 6,5 > 126 mg/dL > 200 mg/dL

Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199

Normal < 5,7 < 100 < 100

2.5 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes. Adapun tujuan khusus dari penatalaksanaan pada DM adalah:2
a. Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa
nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah.
b. Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah,
tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara
holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
Pilar utama pengelolaan DM:2
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi
tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.
a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan
Primer yang meliputi:

6
o Materi tentang perjalanan penyakit DM.
o Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan.
o Penyulit DM dan risikonya.
o Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target
pengobatan.
o Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain.
o Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa
darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah
mandiri tidak tersedia).
o Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.
o Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
o Pentingnya perawatan kaki.
o Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Pada penyandang diabetes mellitus perlu ditekankan pentingnya
keteraturan jadwal makan, jenis, dan jumlah kandungan kalori, terutama pada
mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau
terapi insulin itu sendiri.
A. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
▪ Karbohidrat
o Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.
o Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan.
o Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan
makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian
dari kebutuhan kalori sehari.
▪ Lemak
o Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan
tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
o Komposisi yang dianjurkan:
▪ lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori.
▪ lemak tidak jenuh ganda < 10 % selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal.

7
o Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
▪ Protein
o Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi.
o Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
kacang-kacangan, tahu dan tempe.
▪ Natrium
o Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan
orang sehat yaitu <2300 mg perhari
o Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan
pengurangan natrium secara individual
o Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,
dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
▪ Serat
o Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari
kacangkacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat
yang tinggi serat.
o Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal dari
berbagai sumber bahan makanan.
B. Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori
basal yang besarnya 25-30 kal/kgBB. Jumlah kebutuhan tersebut
ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu: jenis
kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan lain-lain.
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain:
- Jenis Kelamin: Kebutuhan kalori perempuan sebesar 25 kal/kgBB,
laki-laki sebesar 30 kal/kgBB.
- Umur: 40-59 tahun dikurangi 5%, 60-69 tahun dikurangi 10%, > 70
tahun dikurangi 20%
- Aktivitas Fisik atau Pekerjaan: penambahan 10% pada keadaan
istirahat, 20% aktivitas ringan, 30% aktivitas sedang, 50% aktivitas
sangat berat.
- Berat badan: bila gemuk, dikurangi sekitar 20-30% tergantung tingkat
kegemukan. Bila kurus, ditambah sekitar 20-30% sesuai kebutuhan.
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-5
hari seminggu selama sekitar 30-45 menit), dengan total 150 menit

8
perminggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan termasuk dalam latihan
jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani
yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan
intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti: jalan cepat,
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas latihan
jasmani pada penyandang DM yang relatif sehat bisa ditingkatkan, sedangkan
pada penyandang DM yang disertai komplikasi intesitas latihan perlu
dikurangi dan disesuaikan dengan masing-masing individu.
4. Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
Latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral
dan bentuk suntikan.
1) Obat Antihiperglikemia Oral
a. Pemacu sekresi insulin (Insulin Secretagogue)
- Sulfonilurea
- Glinid : Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat
fenilalanin).
b. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin
- Metformin
- Tiazolidindion (TZD) : Pioglitazone.
c. Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan:
- Penghambat Alfa Glukosidase : Acarbose.
d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV) : Sitagliptin dan
Linagliptin.
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2) :
Canagliflozin, Empagliflozin, Dapagliflozin, Ipragliflozin.

Profil obat antihiperglikemia oral yang tersedia di Indonesia

9
2) Obat Antihiperglikemia Suntik
Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan
kombinasi insulin dan agonis GLP-1.2,9
a. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
- HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik yang
ditandai antara lain dengan: gejala klasik diabetes dan penurunan
berat badan, glukosa darah puasa (GDP) > 250 mg/dL, glukosa
darah sewaktu > 300 mg/dL,
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Krisis Hiperglikemia
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut,
stroke)
- Kehamilan dengan DM/Diabetes mellitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO\
- Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
Jenis dan Lama Kerja Insulin
● Jenis insulin berdasarkan asal:

10
o Insulin manusia
o Insulin analog
● Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 5 jenis yakni:
o Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
o Insulin kerja pendek ( short acting insulin)
o Insulin kerja menengah (intermediate actinginsulin)
o Insulin kerja panjang (long acting insulin)
o Insulin kerja ultra panjang (ultra long-acting insulin)
o Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan
kerja cepat dengan menengah ( premixed insulin)
b. Agonis GLP-1/Incretin Mimetic
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan
pendekatan baru untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat bekerja
pada sel-beta sehingga terjadi peningkatan pelepasan insulin,
mempunyai efek menurunkan berat badan, menghambat pelepasan
glukagon, dan menghambat nafsu makan. Efek penurunan berat badan
agonis GLP-1 juga digunakan untuk indikasi menurunkan berat badan
pada pasien DM dengan obesitas. Efek samping yang timbul pada
pemberian obat ini antara lain rasa sebah dan muntah. Obat yang
termasuk golongan ini adalah: Liraglutide, Exenatide, Albiglutide, dan
Lixisenatide.2
3) Terapi Kombinasi
Terapi dengan obat antihiperglikemia oral kombinasi baik secara
terpisah ataupun fixed dose combination dalam bentuk tablet tunggal,
harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme kerja yang
berbeda. Pada keadaan tertentu dapat terjadi sasaran kadar glukosa darah
yang belum tercapai, sehingga perlu diberikan kombinasi tiga obat
antihiperglikemia oral dari kelompok yang berbeda atau kombinasi obat
antihiperglikemia oral dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan
alasan klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi
dengan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral dapat menjadi pilihan.2

11
Algortitma penatalaksanaan DM Tipe 2 menurut PERKENI, 2015

12
5. Monitoring

13
Pada praktek sehari-hari, hasil pengobatan DMT2 harus dipantau secara
terencana dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Tujuan pemeriksaan glukosa darah:
- Mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai Melakukan
penyesuaian dosis obat, bila belum tercapai sasaran terapi
Waktu pelaksanaan pemeriksaan glukosa darah:
- Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
- Glukosa 2 jam setelah makan, atau
- Glukosa darah pada waktu yang lain secara berkala sesuai dengan
kebutuhan.
b. Pemeriksaan HbA1C
Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai
glikohemoglobin, atau hemoglobin glikosilasi (disingkat sebagai
HbA1C), merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek
perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya. Untuk melihat hasil terapi
dan rencana perubahan terapi, HbA1c diperiksa setiap 3 bulan atau
tiap bulan pada keadaan HbA1c yang sangat tinggi (> 10%). Pada
pasien yang telah mencapai sasran terapi disertai kendali glikemik
yang stabil HbA1C diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun.
HbA1C tidak dapat dipergunakan sebagai alat untuk evaluasi pada
kondisi tertentu seperti: anemia, hemoglobinopati, riwayat transfusi
darah 2-3 bulan terakhir, keadaan lain yang mempengaruhi umur
eritrosit dan gangguan fungsi ginjal
c. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)
Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan
menggunakan darah kapiler. Saat ini banyak didapatkan alat pengukur
kadar glukosa darah dengan menggunakan reagen kering yang
sederhana dan mudah dipakai. Waktu yang dianjurkan adalah pada
saat sebelum makan, 2 jam setelah makan (untuk menilai ekskursi
glukosa), menjelang waktu tidur (untuk menilai risiko hipoglikemia),
dan di antara siklus tidur (untuk menilai adanya hipoglikemia
nokturnal yang kadang tanpa gejala), atau ketika mengalami gejala
seperti hypoglycemic spells.
d. Glycated Albumin (GA)
Berdasarkan rekomendasi yang telah ada, monitor hasil strategi terapi
dan perkiraan prognostik diabetes saat ini sangat didasarkan kepada
hasil dua riwayat pemeriksaan yaitu glukosa plasma (kapiler) dan

14
HbA1C. Kedua pemeriksaan ini memiliki kekurangan dan
keterbatasan. HbA1C mempunyai keterbatasan pada berbagai keadaan
yang mempengaruhi umur sel darah merah. Saat ini terdapat cara lain
seperti pemeriksaan (GA) yang dapat dipergunakan dalam monitoring.
GA dapat digunakan untuk menilai indeks control glikemik yang tidak
dipengaruhi oleh gangguan metabolisme hemoglobin dan masa hidup
eritrosit seperti HbA1c. HbA1c merupakan indeks control glikemik
jangka panjang (2-3 bulan). Sedangkan proses metabolik albumin
terjadi lebih cepat daripada hemoglobin dengan perkiraan 15 – 20 hari
sehingga GA merupakan indeks kontrol glikemik jangka pendek.

6. Kriteria Pengendalian DM
Kriteria pengendalian diasarkan pada hasil pemeriksaan kadar glukosa, kadar
HbA1C, dan profil lipid. Definisi DM yang terkendali baik adalah apabila
kadar glukosa darah, kadar lipid, dan HbA1c mencapai kadar yang
diharapkan, serta status gizi maupun tekanan darah sesuai target yang
ditentukan.

Kriteria keberhasilan pengendalian DM

2.6 Komplikasi 2
2.6.1 Penyulit Akut
1. Krisis Hiperglikemia
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah komplikasi akut diabetes yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai
tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma

15
meningkat (300-320 mOs/ml) dan terjadi peningkatan anion gap. Status
Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH) adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dl), tanpa tanda dan
gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/ml),
plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat.
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah < 70 mg/dl.
Hipoglikemia adalah penurunan konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa
adanya gejala-gejala sistem otonom, seperti adanya whipple’s triad:
- Terdapat gejala-gejala hipoglikemia
- Kadar glukosa darah yang rendah
- Gejala berkurang dengan pengobatan.
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan sulfonilurea dan
insulin. Pengawasan glukosa darah pasien harus dilakukan selama 24-72 jam,
terutama pada pasien dengan gagal ginjal kronik atau yang mendapatkan
terapi dengan OHO kerja panjang.
Pasien dengan resiko hipoglikemi harus diperiksa mengenai kemungkinan
hipoglikemia simtomatik ataupun asimtomatik pada setiap kesempatan.

Tanda dan Gejala Hipoglikemia pada orang dewasa

Hipoglikemia dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian terakit


dengan derajat keparahannya, yaitu :
- Hipoglikemia berat: Pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk
pemberian karbohidrat, glukagon, atau resusitasi lainnya.
- Hipoglikemia simtomatik apabila GDS < 70mg/dL disertai gejala
hipoglikemia.
- Hipoglikemia asimtomatik apabila GDS <70mg/dL tanpa gejala hipoglikemia.
- Hipoglikemia relatif apabila GDS > 70mg/dL dengan gejala hipoglikemia.
- Probable hipoglikemia apabila gejala hipogllikemia tanpa pemeriksaan GDS.

2.6.2 Penyulit Menahun2

16
1. Makroangiopati
- Pembuluh darah jantung: penyakit jantung coroner
- Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer yang sering terjadi pada
penyandang DM. Gejala tipikal yang biasa muncul pertama kali adalah
nyeri pada saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat (claudicatio
intermittent), namun sering juga tanpa disertai gejala. Ulkus iskemik
pada kaki merupakan kelainan yang dapat ditemukan pada penderita.
- Pembuluh darah otak: stroke iskemik atau stroke hemoragik
2. Mikroangiopati
- Retinopati diabetic
- Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko
atau memperlambat progresi retinopati. Terapi aspirin tidak mencegah
timbulnya retinopati
- Nefropati diabetik
o Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi
risiko atau memperlambat progress inefropati.
o Untuk penderita penyakit ginjal diabetik, menurunkan asupan
protein sampai di bawah 0.8gram/kgBB/hari tidak
direkomendasikan karena tidak memperbaiki risiko kardiovaskuler
dan menurunkan GFR. ginjal.
- Neuropati
o Pada neuropati perifer, hilangnya sensasi distal merupakan faktor
penting yang berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki yang
meningkatkan risiko amputasi.
o Gejala yang sering dirasakan berupa kaki terasa terbakar dan
bergetar sendiri, dan terasa lebih sakit di malam hari
o Setelah diagnosis DMT2 ditegakkan, pada setiap pasien perlu
dilakukan skrinning untuk mendeteksi adanya polineuropati distal
yang simetris dengan melakukan pemeriksaan neurologi sederhana
(menggunakan monofilament 10 gram). Pemeriksaan ini
kemudian diulang paling sedikit setiap tahun.
o Pada keadaan polineuropati distal perlu dilakukan perawatan kaki
yang memadai untuk menurunkan risiko terjadinya ulkus dan
amputasi
o Pemberian terapi antidepresan trisiklik, gabapentin atau pregabalin
dapat mengurangi rasa sakit.

17
o Semua penyandang DM yang disertai neuropati perifer harus
diberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus
kaki.
o Untuk pelaksanaan penyulit ini seringkali diperlukan kerja sama
dengan bidang/disiplin ilmu lain.

Gambar. Komplikasi Mayor pada Diabetes10

18
BAB III
PROFIL PUSKESMAS SIMPANG KAWAT

3.1 Letak Geografis, Kependudukan dan Pemerintahan


3.1.1 Letak Geografis
UPTD Puskesmas Simpang Kawat terletak di Kelurahan Payo Lebar Kec.
Jelutung Kota Jambi dengan luas wilayah 4,03 km 2 dengan batas wilayah sebagai
berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Selamat, sebelah timur berbatasan
dengan kelurahan Sungai Asam dan Kelurahan Beringin, sebelah selatan
berbatasan dengan Kelurahan Sungai Asam, sebelah barat berbatasan dengan
Kelurahan Jelutung.
3.1.2 Kependudukan
Penduduk yang jumlahnya besar disuatu daerah merupakan suatu potensi atau
menjadi beban bagi pembangunan daerah tersebut, bila penduduk memiliki
kualitas yang baik, maka merupakan modal utama bagi pembangunan.
Tabel 3.1.
Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan di Wilayah Kaerja UPTD Puskesmas
Simpang Kawat Kota Jambi
NO. KELURAHAN JUMLAH KEPADATAN
PENDUDUK PENDUDUK
1. Lebak Bandung 10.851 Jiwa 0,12/ Km2
2. Payo Lebar 9.100 Jiwa 0,13/ Km2
3. Cempaka Putih 6.832 Jiwa 0,09/ Km2
4. Talang Jauh 3.078 Jiwa 0,03/ Km2
Puskesmas Simpang Kawat 29.861 Jiwa 8,460/ Km2
Sumber: UPTD Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi Tahun 2018

Penduduk UPTD Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi tercatat 29.861Jiwa


dengan kepadatan rata-rata 8,460/ Km2. Terlihat Kelurahan Lebak Bandung
memiliki kepadatan penduduk tertinggi 0,14 / Km2 dengan jumlah penduduk
13.015 Jiwa. Sedangkan Kelurahan Talang Jauh memiliki kepadatan penduduk
terendah 0,03/ Km2 dengan jumlah penduduk 3.544 Jiwa.
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur terlihat dari
kelompok umur 15-44 tahun jenis kelamin perempuan terbanyak di bandingkan

19
dengan laki-laki. Rumah tangga terbanyak berada di kelurahan Lebak Bandung
(40 RT) dan jumlah rumah tangga yang paling sedikit berada di kelurahan Talang
Jauh (11 RT) dengan rata-rata rasio beban tanggungan adalah 722 rata-rata rasio
jenis kelamin 103,97.
Peta 3.1
Jumlah RT Tiap Kelurahan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Simpang Kawat
Kota Jambi

Kelurahan yang mempunyai RT terbanyak adalah keluarahan Lebak Bandung


(40 RT) dari empat kelurahan sedangkan kelurahan yang mempunyai RT
terkecil adalah kelurahan Talang Jauh (11 RT) yang membawahi empat
kelurahan.

20
3.1.3 Struktur Organisasi Puskesmas Simpang Kawat

21
3.1.4 Pemerintahan
Puskesmas Simpang Kawat merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota
Jambi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan
Kota Jambi, mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan, pembinaan,
pengendalian, pengawasan, pelayanan dan pengembangan di bidang kesehatan
yang meliputi:
✔ Upaya Pelayanan Kesehatan
✔ Upaya Pengendalian Masalah Kesehatan
✔ Upaya Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
✔ Upaya Jaminan Kesehatan, Sarana dan Prasarana dan Sistem Informasi
Kesehatan
3.2 Data Khusus
1. Kelembagaan UPTD Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi
Struktur organisasi UPTD Puskesmas Simpang Kawat Kesehatan Kota Jambi
terdiri dari : Kepala Puskesmas Simpang Kawat, 2 ( Dua ) dokter umum,
kelompok Jabatan Fungsional, dengan rincian sebagai berikut:
o Kepala Puskesmas
o Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari :
✔ Dokter
✔ Dokter Gigi
✔ Bidan
✔ Perawat
✔ Kesehatan Lingkungan
✔ Analisis Kimia
✔ Perawat Gigi
✔ Sanitarian
✔ Asisten Apoteker
✔ Pekarya Kesehatan
✔ Pengatur Gizi

2. Sumber Daya Tenaga


Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi memiliki sumber daya
aparatur sebanyak 46 orang Pegawai Negeri Sipil, 6 orang tenaga kontrak, 10
orang TKS. Dimana sebanyak 58 orang (89,1%) bertugas puskesmas induk
dan 6 orang (10,9%) bertugas di Puskesmas pembantu.

22
Grafik 3.1.
Distribusi Sumber Daya Petugas Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi
Berdasarkan Tempat Bertugas Tahun 2018

10.90%

Induk
Pemabantu

89.10%

Berdasarkan analisis beban kerja, jumlah pegawai sudah cukup


memadai untuk kebutuhan, sedangkan ditinjau dari kualitas dan keterampilan
masih perlu adanya peningkatan pengembangan wawasan dan keterampilan
dengan mengikut sertakan staff dalam pendidikan dan pelatihan-pelatihan di
masa yang akan datang. Distribusi proporsi ketenagaan pada Dinas Kesehatan
sebagaimana pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.2.
Distribusi Proporsi Ketenagaan Pada Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi
Tahun 2018

NO. URAIAN KEPEGAWAIAN JUMLAH PERSENTASE(%)


1. Jenis
1. PNS
✔ Dokter 2
✔ Dokter Gigi 2
✔ Bidan 16
2. Kontrak 6
3. Tenaga Kerja Sukarela 10

Kota Jambi

Sumber: Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi tahun 2018

NO. URAIAN KEPEGAWAIAN JUMLAH PERSENTASE

23
(%)
1. Jenjang Pendidikan
▪ Strata 2
▪ Strata 1
● Medis 8
● Non Medis 1
▪ Diploma 3
● Medis 33
● Non Medis 0
▪ SLTA
● Medis 1
● Non Medis 3
▪ SLTP
● Pekarya 0
Kesehatan
● Umum 0
▪ SD
Puskesmas Simpang Kawat 4

Sumber: Bagian Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi tahun 2018


Dari tabel ini terlihat bahwa sebagaian besar pegawai merupakan pendidikan
medis setara Diploma 3.

3. Sumber Daya Sarana


Dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Puskesmas Simpang
Kawat Kota Jambi menempati 3 (unit) sarana gedung diantaranya :
a) Gedung Puskesmas Simpang Kawat Jl. Buton kelurahan Payo lebar
b) Gedung Pustu Lebak Bandung di Kelurahan lebak Bandung.
c) Pustu Cempaka Putih di Kelurahan Cempaka Putih.
d) Jenis UKBM yang ada di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Muara Kumpeh

N NAMA UKBM JUMLAH KET


O
1 Posyandu balita 24 posyandu
2 Posyandu lansia / POSBINDU 6 posyndu
3 Kelas Ibu Hamil 3 kelas
4 Kelompok skizofrenia 1 kelompok

24
Bangunan gedung Puskesmas Simpang Kawat untuk pelayanan dan kegiatan
program terdiri Sebagai berikut :

NO NAMA RUANG JUMLAH


1 Ruang pelayanan rawat jalan 11 unit
2 Pelayanan Gawat Darurat 1 unit
5 Gudang Obat 1 unit
6 Ruang penyimpanan vaksin 1 unit
7 Ruang Kepala Puskesmas 1 unit
8 Ruang Tata Usaha 1 unit
9 Ruang rapat / Aula 1 unit
10 Tempat parkir karyawan / dokter / pasien 1 unit

Untuk menunjang kelancaran dari penyelenggaraan upaya kesehatan,


Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi dilengkapi oleh beberapa sarana, baik yang
ada pada Puskesmas Simpang Kawat maupun pada Pustu diantaranya :
✔ Kendaraan roda 2 (dua) sebanyak : 7 unit
✔ Kendaraan roda 4 (empat) sebanyak : 2 unit
✔ Komputer / Laptop : 16 unit

4. Visi, Misi dan Tata nilai Puskesmas


Visi : Puskesmas dengan pelayanan bermutu menuju masyarakat masyarakat
cerdas, sehat dan mandiri.
Misi :
1. Membangun masyarakat yang berwawasan kesehatan
2. Meningkatkan kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan adil
3. Menjalin hubungan kerja dengan masyarakat dibidang kesehatan
4. Membangun kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat
⮚ Tata Nilai
4 AS (AKU BISA)
KERJA CERDAS
KERJA IKHLAS
KERJA BERKUALITAS
KERJA TUNTAS

25
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif kuantitatif yaitu
suatu penelitian untuk melihat masalah yang terjadi pada penderita DM tipe 2 dengan
kadar glukosa darah tidak terkontrol yang rutin berobat di Puskesmas Simpang Kawat
mengenai pengetahuan tentang penyakit DM dan pengelolaannya, pemeriksaan GDP,
aktivitas fisik dan kepatuhan terhadap obat.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah penderi DM tipe 2 yang rutin berobat di
Puskesmas Simpang Kawat.
4.2.2 Sampel
Penderita DM tipe 2 yang rutin berobat dengan kadar gula darah puasa tidak
terkontrol di Puskesmas Simpang Kawat.
4.2.3 Besar Sampel
Besar sampel sebanyak 20 orang penderita DM tipe 2 dengan kadar gula darah tidak
terkntrol di Puskesmas Simpang Kawat.
4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini pada saat pelayanan di poli Usila dengan
melihat kadar gula darah puasa pasien yang tidak terkontrol.
4.3 Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Poli Usila Puskesmas Simpang Kawat pada saat pelayanan.
4.4 Sumber Data
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan melihat kadar gula darah puasa
pasien DM tipe 2 pada data rekam medik pasien yang berkunjung ke poli Usila
Puskesmas Simpang Kawat.
Data pengetahuan tentang DM dan pengelolaannya didapatkan dari kuesioner yang
disusun oleh peneliti.

26
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan mengenai
pengetahuan tentang DM dan pengelolaannya, Kontrol GDP, dan aktivitas fisik.
4.6 Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap penelitian adalah:
1. Pengisian kuesioner
Pengisian kuesioner diberikan kepada penderita DM dengan kadar gula darah
tidak terkontrol.
2. Penyuluhan
Setelah penelitian selesai di lakukan penyuluhan mengenai masalah-masalah
yang menyebabkan kadar gula darah tidak terkontrol yang di dapatkan dari
hasil penelitian.

27
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Tabel dan Diagram Distribusi Pengetahuan


Tabel dan Diagram 5.1
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang Diabetes Militus di
wilayah kerja Puskesmas Simpang Kawat bulan Oktober Tahun 2020

JAWABAN JUMLAH PERSENTASE %


A Baik ( benar 6 – 8 soal ) 4 20%
B Sedang ( benar 4 soal- 5 soal ) 12 60%
C Kurang ( benar <4 soal ) 4 20%
Jumlah 20 100 %

Baik
Sedang
Kurang

Keterangan dari tabel dan diagram 5.1


Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa (60%) pengetahuan
responden masih kategori sedang untuk pengetahuan tentang Diabetes Militus, namun
pengetahuan responden yang baik dan kurang sama-sama 4%.

5.2 Tabel dan Diagram Distribusi Rutin atau tidak memeriksa Gula Darah
Puasa

28
Tabel dan Diagram 5.2
Distribusi responden berdasarkan Rutin atau tidak memeriksa Gula Darah
Puasa di wilayah kerja Puskesmas Simpang Kawat bulan Oktober Tahun 2020

JAWABAN JUMLAH PERSENTASE %


A Rutin 20 100%
B Tidak Rutin 0 0%
Jumlah 20 100 %

Rutin
Tidak Rutin

Keterangan dari tabel dan diagram 5.2

Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui seluruh responden (100%) Rutin
memeriksa Gula Darah di Puskesmas Simpang Kawat.
5.3 Tabel dan Diagram Distribusi Kepatuhan terhadap obat
Tabel dan Diagram 5.3
Distribusi responden berdasarkan Kepatuhan terhadap obat di wilayah kerja
Puskesmas Simpang Kawat bulan Oktober Tahun 2020
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE %
A Kepatuhan Tinggi (benar 8) 1 5%
B Kepatuhan Sedang (benar 6-7) 4 20%
C Kepatuhan Rendah (benar <6) 15 75%
Jumlah 20 100 %

29
Tinggi
Sedang
Rendah

Keterangan dari tabel dan diagram 5.3


Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (75%)
responden memiliki tingkat kepatuhan masih rendah, sedangkan responden yang
memiliki tingkat kepatuhan tinggi hanya 5%.

5.4 Tabel dan Diagram Distribusi Aktivitas Fisik


Tabel dan Diagram 5.4
Distribusi responden berdasarkan Aktivitas Fisik di wilayah kerja Puskesmas
Simpang Kawat bulan Oktober Tahun 2020

JAWABAN JUMLAH PERSENTASE %


B Aktivitas Fisik Ringan 19 95%
C Aktivitas Fisik Sedang 1 5%
D Aktivitas Fisik Berat 0 0%
Jumlah 20 100 %

Ringan
Sedamg
Berat

Keterangan dari tabel dan diagram 5.4


Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar 95%
responden menjalani aktivitas fisik ringan. Sedangkan yang melakukan aktivitas fisik
sedang hanya 5%.

30
5.5. Permasalahan dan Pemecahan Masalah

No Permasalahan Pemecahan Masalah

1. Masih ada (20 %) responden ● Memberikan penyuluhan tentang diabetes


yang kurang mengetahui tentang militus kepada responden maupun keluarga
Diabetes militus. responden.
● Memberikan leaflet kepada responden
● Meletakkan poster diabetes militus didepan
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kawat.

2. Masih ada (75 %) responden ● Memberikan penyuluhan kepada responden


dengan tingkat kepatuhan obat tentang pentingnya pengobatan DM untuk
masih rendah. mengontrol kadar gula dara dan mencegah
komplikasinya.
● Melibatkan keluarga responden dalam
pengobatan DM sebagai Pemantau Minum Obat
agar pengobatan rutin dijalankan sehingga kadar
gula darah terkontrol.

3. Hanya (5 %) responden ● Memberikan edukasi kepada responden untuk


menjalani aktivitas fisik sedang melakukan aktivitas secara teratur seperti senam
minimal 3-4 kali dalam seminggu selama kurang
lebih 30 menit.
● Petugas kesehatan harus terus berupaya untuk
terus meningkatkan kesadaran masyarakat dan
memfasilitasi kegiatan aktivitas fisik secara rutin
dan teratur.

Sasaran dari pengendalian DM adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi


kronik pada penderita. Dari pilar pengelolaan DM, yaitu edukasi tentang DM,
pengaturan makan, aktivitas fisik dan regimen pengobatan yang tepat. Pada hasil
diatas masih terdapat 20% pengetahuan tentang diabetes militus masih kurang.
Karena pengetahuan yang kurang tentang penyakitnya, wajar bila pengendalian dan
pengelolaan DM yang dilakukan belum maksimal. Hal ini mendasari untuk
memberikan penyuluhan kepada penderita agar terjadi perubahan perilaku untuk
pengelolaan DM yang lebih baik. Pengetahuan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi perilaku, karena dengan didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan
sikap positif, maka perilaku akan bertahan lama.

31
pada penderita DM menjadi faktor yang menentukan keberhasilan pengendalian DM.
Pada penyandang DM perlu ditekankan pentingnya mengontrol asupan makanan yang
dikonsumsi dan keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah
makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau
insulin.
Keberhasilan pengendalian DM juga dilihat dari aktivitas/latihan fisik secara
teratur (minimal 3-4 kali dalam seminggu selama kurang lebih 30 menit) telah diakui
manfaatnya, tapi dalam pelaksanaannya sulit diaplikasikan oleh penderita secara
teratur. Salah satu bentuk aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh penderita DM
adalah senam aerobik. Senam aerobik dengan prinsip frekuensi 3-5 kali/ minggu,
intensitas sedang, dan waktu minimal 30 menit dapat menurunkan kadar gula darah
penderita DM tipe 2. Hal ini dapat terjadi karena meningkatnya sensitivitas reseptor
insulin di otot dan bertambahnya jumlah reseptor yang aktif akibat pembuluh kapiler
yang terbuka saat latihan. Petugas kesehatan harus terus berupaya untuk terus
meningkatkan kesadaran masyarakat dan memfasilitasi kegiatan aktivitas fisik secara
teratur.
Kepatuhan terhadap pengobatan juga merupakan hal yang harus diperhatikan dalam
pengendalian DM. dari hasil penelitian table 5.3 menunjukkan kepatuhan terhadap
obat pada penderita mayoritas pada kategori rendah. Sebuah studi mengungkapkan
bahwa orang yang mempunyai kepatuhan minum obat mempunyai risiko 4 kali untuk
berhasil dalam pengelolaan DM tipe 2 dibandingkan dengan yang tidak patuh.
Obat Anti Diabetes (OAD) diberikan dengan harapan bahwa diabetes dapat
terkontrol dengan baik. Pengobatan jangka panjang yang memaksa untuk merubah
kebiasaan-kebiasaan seperti mengurangi kalori makanan atau komponen tertentu
dalam diet sehari-hari, tidak mengonsumsi obat-obatan sesuai instruksi dokter
memberi kesan atau sikap negatif bagi pasien sehingga cenderung untuk tidak patuh.
Rekomendasi yang paling baik adalah penderita mengikuti dan mentaati pengobatan
yang direncanakan dokternya.

32
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sebanyak
60% responden mempunyai pengetahuan sedang tentang diabetes militus, sedangkan
20% responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang diabetes militus. 100%
responden rutin memeriksa gula darah puasa. Kemudian 75% responden memiliki
tingkat kepatuhan masih rendah, sedangkan responden yang memiliki tingkat
kepatuhan tinggi hanya 5%. Serta 95% responden menjalani aktivitas fisik ringan
sehari-harinya. Tetapi untuk pengetahuhan dan kepatuhan terhadap obat masih belum
mencapai 75% dari responden yang mengetahui hal tersebut dengan baik. Sehingga
diperlukan sosialisasi kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan dan
pemberian leaflet serta pemasangan poster di wilayah kerja Puskemas Simpang
kawat.

6.2 Saran
1. Bagi masyarakat
- Bagi masyarakat hendaknya mencari pengetahuan tentang diabetes militus dengan
membaca poster atau leaflet yang ada di fasilitas kesehatan dan datang ke
penyuluhan yang dilakukan oleh petugas puskesmas.
2. Bagi instansi kesehatan
- Bagi Puskesmas Simpang Kawat agar tetap memberikan penyuluhan mengenai
diabetes militus oleh petugas kesehatan yang berkompeten di Puskesmas Simpang
Kawat.
- Melibatkan keluarga responden dalam pengobatan diabetes militus sebagai
pementau minum obat.
3. Bagi peneliti lain
- Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai diabetes
militus.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan


Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015. Jakarta: PB PERKENI, 2015.
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2011. Jakarta: PB PERKENI, 2011
3. International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas 8th edn. International
Diabetes Federation, 2017.
4. Kementerian Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Kementeriaan Kesehatan, Republik Indonesia,
2018.
5. World Health Organization, 2014. WHO : Diabetes [online] Diunduh dari
http://who.int/mediacentre/ [diakses tanggal 20 september 2020]
6. Baynes HW. Classification, Pathophysiology, Diagnosis and Management of
Diabetes Mellitus. J Diabetes Metab, 2015;6:541.
7. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing, 2014.
8. American Diabetes Association. Standards of Medical Care In Diabetes – 2018.
Diabetes Care, 2018;41
9. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Penggunaan Insulin. Jakarta:
PB PERKENI, 2015.
10. Jiang, Jennifer., Dutta, Shuchismita. Complication of Diabetes Mellitus. US:
Research Colllaboratory for Structural Bioinformatics, 2017.

34
Lampiran
KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DAN PENGELOLAANNYA PADA
PENDERITA DM TIDAK TERKONTROL DI PUSKESMAS SIMPANG
KAWAT
Nomor Responden :
Tanggal Pengambilan :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :

Berilah tanda (X) pada jawaban yang menurut anda benar.


1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Diabetes Mellitus?
a. Penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah
b. Penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam urin
c. Penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah dan urin
2. Faktor risiko penyakit diabetes melitus yang dapat diubah
a. Riwayat Keluarga DM
b. Kegemukan (Obesitas)
c. Usia
3. Gejala umum penderita Diabetes melitus adalah
a. Lemah, pusing, dan muntah
b. Sering tidur dan sering pingsan
c. Sering makan, sering minum dan sering buang air kecil
4. Berapa kadar gula normal pada saat gula darah puasa?
a. Kurang dari 126 mg/dl
b. Lebih dari 126 mg/dl
c. Kurang dari 100 mg/dl
5. Prinsip diet atau pola makan pada penderita Diabetes Mellitus adalah
a. Banyak, beragam dan menyenangkan
b. Tepat jadwal, jenis, dan jumlah konsumsi gizinya
c. Tergantung pada keinginan dan tanpa batasan

35
6. Berapa kali frekuensi makan (meliputi makanan lengkap dan makanan
selingan atau Snack) dalam sehari yang di anjurkan bagi penderita Diabetes
Melitus?
a. 4 kali (3 kali makan lengkap dan 1 kali makan Snack)
b. 5 kali (3 kali makan lengkap dan 2 kali makan Snack)
c. 6 kali (3 kali makan lengkap dan 3 kali makan Snack)
7. Ukuran porsi sayur untuk diet diabetes melitus seusai dengan konsep piring T
adalah
a. Jumlah sayur 2 kali lipat dari bahan makanan sumber karbohidrat
b. Jumlah sayur seperempat dari bahan makanan sumber karbohidrat
c. Jumlah sayur setengah dari bahan makanan sumber karbohidrat
8. Ukuran porsi nasi dalam sepiring yang dianjurkan untuk pasien Diabetes
melitus tiap kali makan adalah
a. Seperempat porsi piring untuk tiap kali makan besar
b. Setengah porsi piring untuk setiap kali makan besar
c. Satu porsi piring penuh nasi
9. Apakah anda memeriksakan kadar gula darah
□ Ya, Rutin
□ Ya, Kadang-kadang
□ Tidak pernah
10. Apakah anda kadang-kadang lupa minum obat untuk penyakit diabetes Anda
□ Ya
□ Tidak
11. Orang kadang-kadang tidak sempat minum obat bukan karena lupa. Selama 2
pekan terakhir ini, pernahkah Anda dengan sengaja tidak meminum obat?
□ Ya
□ Tidak
12. Pernakah anda mengurangi atau berhenti minum obat tanpa memberitahu
dokter Anda karena Anda merasa kondisi Anda bertambah parah ketika
meminum obat tersebut ?
□ Ya
□ Tidak
13. Ketika anda pergi berpergian atau meninggalkan rumah, apakah Anda
kadang-kadang lupa membawa obat Anda ?
□ Ya
□ Tidak
14. Apakah kemarin Anda minum obat ?
□ Ya
□ Tidak

36
15. Ketika Anda merasa sehat, apakah Anda juga kadang berhenti meminum
obat ?
□ Ya
□ Tidak
16. Minum obat setiap hari merupakan hal yang tidak menyenangkan bagi
sebagian orang. Apakah anda pernah merasa terganggu dengan kewajiban
anda terhadap pengobatan yang harus anda jalani ?
□ Ya
□ Tidak
17. Seberapa sering anda mengalami kesulitan minum semua obat anda ? a. Tidak
pernah/jarang b. Beberapa kali c. Kadang kala d. Sering e. Selalu Tulis : Ya
(bila memilih: b/c/d/e; Tidak (bila memilih:a)
□ Ya
□ Tidak
18. Apakah anda sering berolahraga?
□ Ya
□ Tidak
19. Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan olahraga?
□ ………../minggu
20. Biasanya dalam sehari berapa lama anda berolahraga
□ ………. Jam
□ ……….. Menit

DOKUMENTASI

37
38

Anda mungkin juga menyukai