Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

PERFORASI GASTER

Disusun oleh:
AZAN FARISCY

Pembimbing:
dr. DELIDIOS ARIMBI, Sp.B

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB


KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
RSUD DUMAI
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Perforasi Gaster”.
Adapun tujuan penulisan referat ini untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh
kegiatan Kepaniteraan Klinik Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab di
RSUD Dumai. Penulis juga berterima kasih kepada dr. Delidios Arimbi Sp. B yang telah
membimbing dalam penyusunan referat ini. Penulis menyadari bahwa referat ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis memohon maaf
jika ada penulisan yang kurang berkenan. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari segala pihak sebagai masukan agar menjadi lebih baik di waktu mendatang.
Akhir kata, semoga referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Terlepas dari
segala kekurangan yang ada penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.

Dumai, 10 Juni 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2

1. Anatomi Gaster 2
2. Fisiologi Gaster 4
3. Definisi Perforasi Gaster 5
4. Epidemiologi Perforasi Gaster 5
5. Etiologi Perforasi Gaster 5
6. Patofisiologi Perforasi Gaster 7
7. Manifestasi Klinis Perforasi Gaster 8
8. Diagnosis Perforasi Gaster 9
9. Diagnosis Banding Perforasi Gaster 14
10. Penatalaksanaan Perforasi Gaster 14
11. Komplikasi Perforasi Gaster 16
12. Prognosis Perforasi Gaster 16

BAB III KESIMPULAN 17

DAFTAR PUSTAKA 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Perforasi gaster adalah trauma seluruh dinding organ. Karena peritoneum


sepenuhnya menutupi gaster, perforasi dinding menyebabkan adanya hubungan antara lumen
gaster dan rongga peritoneum. Jika perforasi terjadi secara akut, tidak ada waktu bagi reaksi
inflamasi menutup perforasi, dan isi gaster bebas masuk ke rongga peritoneum umum,
menyebabkan peritonitis kimia. Perforasi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat ditahan
secara lokal oleh reaksi inflamasi. Perforasi dapat disuspek berdasarkan manifestasi klinis
pasien, atau diagnosis menjadi jelas adanya "free-air" ekstraluminal pada pencitraan
diagnostik yang dilakukan untuk mengevaluasi nyeri perut atau gejala lain. Terapinya dapat
berupa tindakan bedah. Selama pembedahan, sebagian besar perforasi berbentuk linier dan
ditemukan pada abdomen bagian atas dan di sepanjang kurvatura mayor. Perforasi biasanya
ditutup dengan bagian dari omentum atau daerah yang berlubang dapat dilakukan reseksi
baji.1,2,3
Perforasi dalam bentuk apapun yang terjadi dan mengenai saluran pencernaan
merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan terutama dalam kegawatan bedah.
Penatalaksanaan bedah yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah laparatomi
eksplorasi.4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Gaster
Gaster merupakan bagian traktus gastrointestinal yang paling berdilatasi dan
memiliki bentuk seperti huruf J. Gaster terletak diantara esophagus pars abdominalis
dan intestinum tenue. Gaster berada di region epigastrium, umbilicalis dan
hipokondrium sinistra abdomen.5
Dinding gaster terdiri dari 4 lapisan, yaitu mukos, submukosa, muskularis dan
serosa. Bagian terdalam adalah mukosa yang terdiri atas epitel kolumner yang
mengandung sel goblet. Sel goblet berfungsi untuk memproduksi mucus yang
melindungi mukosa terhadap asam dan enzim pencernaan. Sel parietal tersebar
sepanjang bagian leher berfungsi memproduksi HCl dan factor intrinsic yang penting
untuk absorbs vitamin B12 di usus halus. Sel chief, berfungsi untuk menyekresi
pepsinogen yang akan diaktifkan menjadi pepsin.6

Gambar 1. Anatomi Gaster

Gaster dibagi menjadi 4 regio6 :


 Pars cardiac, yang mengelilingi lubang esophagus kedalam gaster
 Fundus gastricus, yang merupakan area diatas ostium cardium
 Corpus gastricum, yang merupakan daerah terluas dari gaster
 Pars pyloric, yang terbagi menjadi antrum pyloricum dan canalis pyloricum
danmerupakan ujung distal dari gaster

2
Bagian paling distal dari pars pyloric gaster adalah pylorus. Pylorus terlihat pada
permukaan gaster dengan adanya konstriksi pyloricus yang berisi suatu cincin
musculorum gaster yang menebal, sphincter pyloricum yang mengelilingi lubang dital
gaster, ostium pyloricum berada tepat di sisi kanan garis tengah pada suatu bidang
yang melewati tepi bawah vertebra LI (planum traspyloricum.6

Ciri-ciri lain dari gaster meliputi5 :


 Curvatura mayor, yang merupakan suatu tempat perlekatan ligamentum
gastrosplenicum/gastrolienale dan omentum majus
 Curvatura minor, yang merupakan suatu tempat perlekatan omentum minus
 Incisura cardiaca, yang membentuk sudut superior saat esophagus
memasuki gaster
 Incisura angularis, merupakan sudut pada curvatura minor

Gaster memiliki peradaran darah yang sangat kaya yang berasal dari beberapa arteri
besar, yaitu5,6 :

Gambar 2. Vaskularisasi Gaster


 Arteri gastric sinistra dari truncus coeliacus
 Arteri gastric dextra dari arteri hepatica propria
 Arteri gastro-omentalis (epiploica) dextra dari arteri gastroduodenalis
 Arteri gastro-omentalis (epiploica) dextra dari arteri lienalis
3
 Arteri gastric posterior dari arteri lienalis yang tidak selalu dapat ditemukan
Persarafan simpatis gaster dibawa oleh serabut saraf yang menyertai arteri.
Impuls nyeri dihantarkan melalui serabut aferen saraf simpatis. Serabut parasimpatis
berasal dari n.Vagus dan mempersarafi sel parietal di fundus dan korpus gaster.6

2.2 Fisiologi Gaster


a. Motilitas
Fungsi lambung yang berkaitan dengan gerakan adalah penyimpanan dan
pencampuran makanan, serta pengosongan lambung. Kemampuan lambung
menampung makanan mencapai 1500mL, karena lambung dapat menyesuaikan
ukuran dengan kenaikan tekanan intraluminal tanpa peregangan dinding (relaksasi
reseptif). Fungsi ini diatur oleh n.vagus sehingga vagotomi menghilangkan fungsi ini.
Peristaltik terjadi bila lambung mengembang karena adanya makanan dan minuman.
Kontraksi antrum yang kuat mencampur makanan dengan enzim lambung kemudian
mengosongkannya ke duodenum secara bertahap.6
b. Cairan Lambung
Cairan lambung yang jumlahnya 500-1500mL/hari mengandung lender,
pepsinogen, factor intrinsik dan elektrolit terutama larutan HCl.Produksi HCl
lambung dibagi menjadi 3 proses, yaitu6 :
a. Fase sefalik
Rangsang yang timbul akibat melihat, menghirup, merasakan bahkan berfikir
tentang makanan akan meningkatkan produksi asam melalui aktivasi n.vagus
b. Fase gastric
Distensi lambung akibat adanya makanan atau zat kimia seperti kalsium, asam
amino dan peptide dalam makanan akan merangsang produksi gastrin, reflex
vagus, dan refleks kolinergik intramural. Semua itu akan merangsang sel
parietal untuk memproduksi asam lambung
c. Fase intestinal
Hormone entero-oksitin merangsang produksi asam lambung setelah makanan
sampai di usus halus. Cairan lambung bertindak untuk menghambat sekresinya
sendiri berdasarkan prinsip umpan balik. Keasaman yang tinggi didaerah antrum
akan menghambat produksi gastrin oleh sel G, sehingga sekresi fase gastrik
akan berkurang. Pada pH dibawah 2.5 produksi gastrin mulai dihambat

4
2.3 Definisi Perforasi Gaster
Perforasi gaster merupakan kebocoran dari dinding mukosa gaster. Perforasi
dari gaster dapat menyebabkan adanya hubungan antara lumen gaster dengan rongga
peritoneum. Jika perforasi terjadi secara akut, tidak ada waktu untuk reaksi inflamasi
umtuk menutup daerah yang mengalami perforasi, sehingga isi lambung dengan bebas
memasuki rongga peritoneum dan dapat menyebabkan terjadinya peritonitis kimiawi.7

2.4 Epidemiologi Perforasi Gaster


Pada anak-anak, sebagian besar perforasi gaster berhubungan dengan trauma.
Berdasarkan data yang ada, kejadian perforasi meningkat dari trauma tumpul dan
tembus. Pada orang dewasa, penyebab paling umum adalah riwayat penyakit tukak
lambung atau ulkus peptikum. Namun, sejak adanya obat-obatan seperti proton pump
inhibitors, kejadian perforasi menjadi sangat jarang. Secara keseluruhan, perforasi
duodenum lebih sering terjadi daripada perforasi gaster. Setidaknya 30% dari
perforasi gaster berhubungan dengan keganasan.8
Penyebab umum perforasi gaster di rumah sakit saat ini berhubungan dengan
endoskopi. Jumlah pastinya tidak diketahui karena diagnosis perforasi biasanya
berubah dan dinyatakan sebagai penyakit ulkus peptikum.8

2.5 Etiologi Perforasi Gaster


Etiologi dari perforasi gaster sebagian besarnya adalah penyakit ulkus
peptikum, tetapi juga dapat disebabkan oleh trauma, keganasan, prosedur intervensi,
dan faktor intrinsik lambung atau dapat terjadi secara spontan pada bayi baru lahir.7

Berikut adalah beberapa etiologi perforasi gaster7 :


a. Penyakit Ulkus Peptikum
Ulkus Peptikum adalah penyebab tersering dari perforasi gaster. Karena
perkembangan manajemen medis;insidensi perforasi gaster berkurang 10% pada
pasien lanjut usia yang menggunakan NSAID dan pada pasien yang
mengonsumsi alkohol berlebih. Perforasi dari tukak lambung atau tukak
duodenum ke dalam rongga peritoneum menyebabkan peritonitis kimiawi yang
berbeda dengan peritonitis bakterial, perforasi usus yang lebih distal. Jika ulkus
lambung dinding posterior perforasi, isi lambung bocor ke bagian yang lebih

5
rendah, yang cenderung membatasi peritonitis. Pasien biasanya datang dengan
gejala yang kurang jelas.

b. Perforasi Gaster Spontan


Perforasi gaster yang terjadi secara spontan adalah kejadian yang terlihat pada
periode neonatal, beberapa hari pertama kehidupan, sebagai etiologi dari
pneumoperitoneum. Di luar itu, insidensinya jarang terjadi dan biasanya
sekunder akibat trauma, pembedahan, atau ulkus peptikum.

c. Trauma
Perforasi traumatik lebih sering terjadi akibat cedera tembus pada lambung,
meskipun perforasi dan ruptur organ dapat terjadi pada trauma tumpul abdomen
yang parah. Cedera lambung dapat terjadi sehubungan dengan trauma tembus
perut, seperti luka tembak dan tusukan. Jenis luka lambung yang dihasilkan oleh
peluru atau alat tajam dipengaruhi ukuran, bentuk, arah, dan kecepatan peluru.
Dengan luka tembus, baik dinding anterior dan posterior lambung dapat terluka,
dan dinding posterior organ dapat terlihat pada saat pembedahan. Trauma
tumpul pada daerah perut bagian atas dapat menyebabkan laserasi lambung, atau
jika ruptur organ akan terisi dan distensi pada saat benturan. Lambung
merupakan organ berongga intra-abdomen ketiga yang paling sering mengalami
cedera setelah usus halus dan usus besar dan kemudian lambung, dikarenakan
terproteksi oleh lokasi anatomisnya.

d. Perforasi Gaster Terkait Keganasan


Perforasi dai neoplasma dapat terjadi karena penetrasi langsung dan nekrosis,
atau dengan menjadi obstruksi. Perforasi yang berhubungan dengan tumor juga
dapat terjadi secara spontan, setelah kemoterapi atau akibat dari radioterapi. Hal
ini dapat dikaitkan juga dengan intervensi seperti penempatan stent atau ring
untuk obstruksi saluran outlet gaster maligna.

e. Iatrogenik
Lambung dapat terluka dalam beberapa prosedur. Endoskopi pencernaan bagian
atas adalah penyebab utama perforasi iatrogenik. Lambung bagian proksimal

6
paling berisiko karena dindingnya paling tipis. Perforasi iatrogenik lebih sering
terjadi pada pasien dengan penyakit lambung yang sudah ada sebelumnya.

Penyebab Perforasi Gaster Terkait Endoskopi7 :


• Polipektomi
• Dilatasi striktur anastomosis
• Barotrauma
• Obat-obatan, benda asing: obat atau zat tertelan lainnya (luka kaustik) dan
benda asing seperti benda tajam (tusuk gigi), makanan dengan permukaan
tajam, misalnya tulang ayam, atau ikan.

2.6 Patofisiologi Perforasi Gaster


Secara fisiologis, gaster relatif bebas dari bakteri dan mikroorganisme lainnya
karena keasaman yang tinggi. Kebanyakan orang yang mengalami trauma abdominal
memiliki fungsi gaster yang normal dan tidak berada pada resiko kontaminasi bakteri
yang mengikuti perforasi gaster. Bagaimana pun juga mereka yang memiliki masalah
gaster sebelumnya berada pada resiko kontaminasi peritoneal pada perforasi gaster.6

Gambar 3. Patofisiologi Perforasi Gaster

Perforasi gaster terjadi akibat kebocoran lapisan mukosa saluran usus yang
mengakibatkan tumpahnya udara dan isi pencernaan ke dalam rongga peritoneum. Isi

7
ini dapat berkisar dari isi lambung yang sangat asam di perforasi usus yang lebih
proksimal, hingga isi dari daerah perforasi yang lebih distal. Erosi parsial dapat
menjadi robekan dinding gaster seiring waktu, atau cedera fisik tertentu dapat
menyebabkan pecah secara spontan. Gejala nyeri perut biasanya timbul bertahap atau
tiba-tiba, tetapi biasanya berkembang semakin parah. Dapat timbul distensi abdomen
dan tanda-tanda kekakuan otot abdomen yang mewakili peritonitis. Dalam kasus
obstruksi intestinal, terutama usus (kecil atau besar) distensi fisik dari dinding usus
menyebabkan penurunan perfusi. Hal ini pada akhirnya menyebabkan nekrosis
dinding ketebalan penuh dan perforasi berikutnya.6

Kebocoran asam lambung ke dalam rongga peritoneum sering menimbulkan


peritonitis kimia. Bila kebocoran tidak ditutup dan partikel makanan mengenai
rongga peritoneum, peritonitis kimia akan diperparah oleh perkembangan yang
bertahap dari peritonitis bakterial. Pasien dapat asimptomatik untuk beberapa jam
antara peritonitis kimia awal dan peritonitis bakterial lanjut. Mikrobiologi dari usus
kecil berubah dari proksimal sampai ke distalnya. Beberapa bakteri menempati
bagian proksimal dari usus kecil dimana, pada bagian distal dari usus kecil (jejunum
dan ileum) ditempati oleh bakteri aerob (E. coli) dan anaerob (Bacteriodes fragilis
(lebih banyak)). Kecenderungan infeksi intraabdominal atau luka meningkat pada
perforasi usus bagian distal. Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang
masuknya sel-sel inflamasi akut. Omentum dan organ-oragan viceral cenderung
melokalisir proses peradangan menghasilkan phlegmon (biasa terjadi pada perforasi
kolon). Hipoksia yang diakibatkannya di daerah itu memfasilisasi tumbuhnya bakteri
anaerob dan menggangu aktifitas bakterisidal dari granulosit yang mana mengarah
pada peningkatan aktifitas fagosit daripada granulosit, degradasi sel-sel, dan
pengentalan cairan sehingga membentuk abses, efek osmotik, pergeseran cairan yang
lebih banyak ke lokasi abses, dan diikuti pembesaran absespada perut. Jika tidak
ditangani terjadi bakteriemia, sepsis, multiple organ failure, dan shock.6

2.7 Manifestasi Klinis Perforasi Gaster


Manifestasi klinis dari setiap cedera perforasi lambung tergantung pada
ukuran luka, kehilangan darah dan ada tidaknya cedera yang menyertai, gejala klinis
dapat berkisar dari nyeri lokal ringan hingga tanda-tanda peritonitis dan syok.7

8
Tanda dan gejala dapat mencakup anoreksia, muntah, dan penurunan aktivitas.
Manifestasi klinis yang tersering adalah distensi dan nyeri perut yang tiba-tiba; gejala
yang jarang adalah ileus, respiratory distress, demam, emesis, hematemesis, atau
hematochezia.7
Pasien dengan perforasi selalu mengeluhkan nyeri perut yang berat atau nyeri
dada. Nyeri dada atau perut yang berat pasca dilakukan instrumentasi (nasogastric
tube, endoskopi) sebelumnya harus dilihat dan curiga kearah perforasi lambung.
Pasien yang menggunakan obat-obatan agen imunosupresif atau anti-inflamasi
kemungkinan untuk terasa nyeri dan dilakukan penekanan dapat menjadi bias rasa
nyerinya. Diafragma dapat teriritasi dan menyebabkan nyeri menjalar ke bahu. Pada
pasien yang imunokompromais, lansia, dan memiliki komorbid penyakit lain,
kemampuan peritoneum parietal untuk menahan perforasi dapat terganggu.7

2.8 Diagnosis Perforasi Gaster


Diagnosis dari perforasi gaster dengan dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penjang7,9 :
a. Anamnesis
Anamnesis penting dalam mengevaluasi pasien dengan nyeri leher, dada, dan
abdomen. Pernyataan-pernyataan yang dapat diberikan terkait serangan nyeri
perut atau dada sebelumnya, instrumentasi sebelumnya (nasogastric tube,
endoskopi), trauma sebelumnya, operasi sebelumnya, keganasan, kemungkinan
menelan benda asing, kondisi medis (ulkus peptikum) dan obat-obatan (NSAID,
glukokortikoid).
b. Pemeriksaan Fisik
Mencakup tanda-tanda vital, pemeriksaan abdomen menyeluruh. Kebanyakan
pasien mengalami takikardia, takipnea, demam, dan nyeri abdomen generalisata.
Bising usus dapat menghilang dan dapat terjadi nyeri tekan dan lepas saat
dipalpasi, defans muscular bias terjadi.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan Radiologi
 Foto Polos Abdomen

9
Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan pencitraan radiologis yang menunjukkan
udara bebas pada intraperitoneal. Tanda lain yang mendukung adalah
berkurangnya air-fluid level di abdomen pada posisi horizontal dan gas di usus
distal relatif berkurang. Pendekatan diagnostik pada pasien dengan nyeri perut
dimulai dengan foto polos. Sensitivitas foto biasa untuk mendeteksi free air
ekstra luminal berkisar antara 50% hingga 70%.

Gambar 4. Foto Polos Abdomen menunjukan (a). posisi erek dengan air fluid
levels dan free air di bawah hemidiafragma kanan (ana panah), (b). posisi
supine dengan dilatasi loop usus yang signifikan

10
Gambar 5. Foto polos abdomen posisi erek menunjukan gambaran
pneumoperitoneum pada perforasi gaster

 Ultrasonografi (US) juga telah dipelajari dan menunjukkan potensi yang


sangat baik untuk mengidentifikasi pneumoperitoneum.
 CT-Scan
Modalitas pencitraan yang paling berguna adalah CT scan yang sangat sensitif
dan spesifik untuk udara bebas.
Temuan CT-Scan untuk kasus perforasi :
Pneumoperitoneum
 Udara mesenterika
 Diskontinuitas dinding usus

Gambar 6. CT-Scan menunjukan diskontinuitas dari dinding usus


 Kontras enterik ekstraluminal

11
Gambar 7. CT-Scan menunjukan kontras enteric dari ekstraluminal dan
intraluminal
 Free intraabdominal fluid

Gambar 8. CT-Scan menunjukan free intrabdominal fluid


 Kontras intravena ekstravasasi

12
Gambar 9. CT-Scan menunjukan kontras intravena ekstravasasi
 Penebalan dinding usus atau edema

Gambar 10. CT-Scan menunjukan penebalan dari dinding usus


 Hematom mesenterika.

13
Gambar 11. CT-Scan menunjukan gambaran hematom pada mesenterika
Dalam kasus yang kompleks, mungkin perlu melakukan laparoskopi diagnostik untuk
menentukan penyebab dan mendapatkan cairan untuk kultur dan biokimia.7

2.9 Diagnosis Banding Perforasi Gaster


Diagnosis banding untuk nyeri perut onset mendadak yang terlihat dengan perforasi
lambung luas dan termasuk tetapi tidak terbatas pada7:
 Ulkus peptikum
 Ulkus duodenum
 Penyakit bilier
 Infark limpa
 Insufisiensi mesenterika embolik
 Gastritis
 Perforasi esofagus
 Ruptur aneurisma aorta abdomen

2.10 Penatalaksanaan Perforasi Gaster

14
Penatalaksanaan awal perforasi gaster meliputi resusitasi, terapi oksigen,
pemberian cairan intravena, dan antibiotik spektrum luas (metronidazol dan
sefalosporin). Pemasangan Nasogastric tube (NGT) juga dilakukan. Pemberian
analgesik intravena, dan PPI sesuai dengan indikasi. Pemasangan kateter urin
dilakukan untuk memantau urin output. Manajemen bedah merupakan managemen
untuk sebagian besar perforasi gaster dan harus dilakukan sedini mungkin. Operasi
untuk perforasi gaster dapat dilakukan secara laparaskopi dan laparotomi dengan hasil
yang sama, dilaporkan komplikasi yang minim dari teknik laparaskopi berupa infeksi
luka operasi.7

Terapi Bedah7
Tujuan utama terapi bedah pada kasus perforasi gaster adalah7 :

 Koreksi masalah anatomi yang mendasari.


 Koreksi penyebab terjadinya peritonitis.
 Mengeluarkan benda-benda asing di bagian rongga peritoneum yang dapat
menghambat fungsi leukosit dan mendorong pertumbuhan dari bakteri.

Penatalaksanaan tergantung penyakit yang mendasarinya. Intervensi bedah


hampir selalu dibutuhkan dalam bentuk laparotomi explorasi dan penutupan perforasi
dan pembersihan pada rongga peritoneum. Terapi konservatif di indikasikan pada
kasus pasien yang secara klinis keadaan umumnya stabil dan biasanya diberikan
cairan intravena, antibiotik, aspirasi NGT dengan dipuasakan terlebih dahulu.7

Pre-Operatif7

1. Koreksi ketidakseimbangan cairan atau elektrolit. Ganti kehilangan cairan


ekstraseluler dengan cairan yang mempunyai komposisi elektrolit sama seperti
plasma.
2. Antibiotik sistemik seperti ampisilin, gentamisin dan metronidazole.
3. Pemasangan kateter urin untuk menghitung output cairan.
4. Analgetik seperti morfin dengan dosis kecil dianjurkan secara continous infusion.

Intra-Operatif7

15
Managemen operasi tergantung kepada kausa dari perforasi. Semua materi nekrosis
dan cairan yang terkontaminasi harus dibuang dan diteruskan dengan levase
pemberian antibiotik (tetrasiklin).7

Beberapa metode pembedahan untuk terapi perforasi ulkus peptikum diantaranya7 :

 Omenplasty simple.
 Penjahitan perforasi dengan vagotomy, biasanya vagotomy perforasi gaster
proksimal (PGV).
 Trunkal vagotomy dengan gastroenteric anastomosis jika terjadi stenosis.
 Eksisi perforasi tanpa vagotomy.
 Gastrektomi parsial pada pasien dengan risiko operasi yang rendah.

Post-Operatif7

1. Menggantikan cairan secara intravena.


2. Drainase nasogastric.
3. Antibiotik.
4. Analgesik.

2.11 Komplikasi Perforasi Gaster


Komplikasi perforasi gaster meliputi7 :

1. Infeksi luka
2. Sepsis
3. Malnutrisi
4. Kegagalan multiorgan
5. Adhesi dan obstruksi usus
6. Delirium

Hal yang dapat meningkatkan risiko komplikasi perforasi gaster7 :

1. Usia lanjut
2. Demensia
3. Sepsis
4. Kelainan elektrolit dan metabolisme

16
5. Hipoksia

2.12 Prognosis Perforasi Gaster


Selama 3 tahun terakhir, prognosis pasien dengan perforasi gaster mengalami
peningkatan. Apabila tindakan operasi dan pemberian antibiotik berspektrum luas segera
dilakukan maka prognosisnya dubia ad bonam. Tetapi apabila terjadi keterlambatan dalam
diagnosis dan pengobatan maka prognosisnya dubia ada malam hingga dapat
menyebabkan kematian.7

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan risiko kematian7 :

1. Adanya penyakit penyerta seperti : Diabetes Melitus, Hipertensi


2. Usia lanjut
3. Malnutrisi
4. Terdapat komplikasi
5. Jenis dan lokasi terjadinya perforasi

BAB III
KESIMPULAN
Perforasi gaster merupakan kebocoran dari dinding mukosa gaster. Perforasi gaster
dapat disebabkan oleh beberapa sebab seperti tukak gaster, trauma, keganasan dan iatrogenik.
Manifestasi klinis dari perforasi gaster tergantung pada ukuran luka, kehilangan darah dan
ada tidaknya cedera yang menyertai, Gejala klinis dapat berkisar dari nyeri lokal ringan
hingga tanda-tanda peritonitis dan syok.

Penegakan diagnosis perforasi gastre perlu dilakukan anamnesa terkait gejala dan
faktor resiko yang mengarah ke perforasi gaster, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan radiologi. Tatalaksana perforasi gaster yaitu dengan
pembedahan yang dapat dilakukan dengan laparaskopi atau pembedahan terbuka. Prognosis
dari perforasi gaster tergantung kecepatan dan ketepatan penanganannya. apabila tindakan
operasi dan pemberian antibiotik berspektrum luas segera dilakukan maka prognosisnya akan
lebih baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Zagzag J, Cohen NA, Fielding G, Saunders J, Sinha P, Parikh M, Shah P, Hindman N,


Ren-Fielding C. Lack of Diagnosis of Pneumoperitoneum in Perforated Duodenal
Ulcer After RYGB: a Short Case Series and Review of the Literature. Obes
Surg. 2018 Sep;28(9):2976-2978. [PubMed]
2. Emamhadi MA, Najari F, Hedayatshode MJ, Sharif S. Sudden Death Following Oral
Intake of Metal Objects (Acuphagia): a Case Report. Emerg
(Tehran). 2018;6(1):e16. [PMC free article] [PubMed]
3. Espinet-Coll E, Nebreda-Durán J, López-Nava Breviere G., Coordinadores del Grupo
Español de Trabajo para el Tratamiento Endoscópico del Metabolismo y la Obesidad
(GETTEMO). Gastric perforation by intragastric balloon in a patient with Nissen
fundoplication. Response of the Spanish Bariatric Endoscopy Group. Gastroenterol
Hepatol. 2018 Nov;41(9):583-584. [PubMed]
4. Warsinggih, et.al. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Memprediksi Mortalitas pada
Pasien Perforasi Ulkus Peptik. FK Hassanudin: Makassar. 2018
5. Drake R, Volg W, Mitchell A. Gray’s Basic Anatomy. New York : Mc Graw Hill.
2012. hlm 154
6. Sjamsuhidajat R, De Jong W, Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong.
Sistem Organ dan Tindak Bedahnya. 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2017.
7. Sigmon DF, Tuma F, Kamel BG, et al. Gastric Perforation. In: StatPearls. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519554/
8. Zulfiqar M, Shetty A, Shetty V, Menias C. Computed Tomography Imaging of Non-
Neoplastic and Neoplastic Benign Gastric Disease. Curr Probl Diagn Radiol. 2019
Jan;48(1):75-96.
9. Herring, W. Learning Radiology, Recognizing the Basics 3rd Edition. Elsevier:
Philadelpia. 2015

18

Anda mungkin juga menyukai