PERFORASI GASTER
Disusun oleh:
AZAN FARISCY
Pembimbing:
dr. DELIDIOS ARIMBI, Sp.B
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Perforasi Gaster”.
Adapun tujuan penulisan referat ini untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh
kegiatan Kepaniteraan Klinik Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab di
RSUD Dumai. Penulis juga berterima kasih kepada dr. Delidios Arimbi Sp. B yang telah
membimbing dalam penyusunan referat ini. Penulis menyadari bahwa referat ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis memohon maaf
jika ada penulisan yang kurang berkenan. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari segala pihak sebagai masukan agar menjadi lebih baik di waktu mendatang.
Akhir kata, semoga referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Terlepas dari
segala kekurangan yang ada penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Anatomi Gaster 2
2. Fisiologi Gaster 4
3. Definisi Perforasi Gaster 5
4. Epidemiologi Perforasi Gaster 5
5. Etiologi Perforasi Gaster 5
6. Patofisiologi Perforasi Gaster 7
7. Manifestasi Klinis Perforasi Gaster 8
8. Diagnosis Perforasi Gaster 9
9. Diagnosis Banding Perforasi Gaster 14
10. Penatalaksanaan Perforasi Gaster 14
11. Komplikasi Perforasi Gaster 16
12. Prognosis Perforasi Gaster 16
DAFTAR PUSTAKA 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Gaster
Gaster merupakan bagian traktus gastrointestinal yang paling berdilatasi dan
memiliki bentuk seperti huruf J. Gaster terletak diantara esophagus pars abdominalis
dan intestinum tenue. Gaster berada di region epigastrium, umbilicalis dan
hipokondrium sinistra abdomen.5
Dinding gaster terdiri dari 4 lapisan, yaitu mukos, submukosa, muskularis dan
serosa. Bagian terdalam adalah mukosa yang terdiri atas epitel kolumner yang
mengandung sel goblet. Sel goblet berfungsi untuk memproduksi mucus yang
melindungi mukosa terhadap asam dan enzim pencernaan. Sel parietal tersebar
sepanjang bagian leher berfungsi memproduksi HCl dan factor intrinsic yang penting
untuk absorbs vitamin B12 di usus halus. Sel chief, berfungsi untuk menyekresi
pepsinogen yang akan diaktifkan menjadi pepsin.6
2
Bagian paling distal dari pars pyloric gaster adalah pylorus. Pylorus terlihat pada
permukaan gaster dengan adanya konstriksi pyloricus yang berisi suatu cincin
musculorum gaster yang menebal, sphincter pyloricum yang mengelilingi lubang dital
gaster, ostium pyloricum berada tepat di sisi kanan garis tengah pada suatu bidang
yang melewati tepi bawah vertebra LI (planum traspyloricum.6
Gaster memiliki peradaran darah yang sangat kaya yang berasal dari beberapa arteri
besar, yaitu5,6 :
4
2.3 Definisi Perforasi Gaster
Perforasi gaster merupakan kebocoran dari dinding mukosa gaster. Perforasi
dari gaster dapat menyebabkan adanya hubungan antara lumen gaster dengan rongga
peritoneum. Jika perforasi terjadi secara akut, tidak ada waktu untuk reaksi inflamasi
umtuk menutup daerah yang mengalami perforasi, sehingga isi lambung dengan bebas
memasuki rongga peritoneum dan dapat menyebabkan terjadinya peritonitis kimiawi.7
5
rendah, yang cenderung membatasi peritonitis. Pasien biasanya datang dengan
gejala yang kurang jelas.
c. Trauma
Perforasi traumatik lebih sering terjadi akibat cedera tembus pada lambung,
meskipun perforasi dan ruptur organ dapat terjadi pada trauma tumpul abdomen
yang parah. Cedera lambung dapat terjadi sehubungan dengan trauma tembus
perut, seperti luka tembak dan tusukan. Jenis luka lambung yang dihasilkan oleh
peluru atau alat tajam dipengaruhi ukuran, bentuk, arah, dan kecepatan peluru.
Dengan luka tembus, baik dinding anterior dan posterior lambung dapat terluka,
dan dinding posterior organ dapat terlihat pada saat pembedahan. Trauma
tumpul pada daerah perut bagian atas dapat menyebabkan laserasi lambung, atau
jika ruptur organ akan terisi dan distensi pada saat benturan. Lambung
merupakan organ berongga intra-abdomen ketiga yang paling sering mengalami
cedera setelah usus halus dan usus besar dan kemudian lambung, dikarenakan
terproteksi oleh lokasi anatomisnya.
e. Iatrogenik
Lambung dapat terluka dalam beberapa prosedur. Endoskopi pencernaan bagian
atas adalah penyebab utama perforasi iatrogenik. Lambung bagian proksimal
6
paling berisiko karena dindingnya paling tipis. Perforasi iatrogenik lebih sering
terjadi pada pasien dengan penyakit lambung yang sudah ada sebelumnya.
Perforasi gaster terjadi akibat kebocoran lapisan mukosa saluran usus yang
mengakibatkan tumpahnya udara dan isi pencernaan ke dalam rongga peritoneum. Isi
7
ini dapat berkisar dari isi lambung yang sangat asam di perforasi usus yang lebih
proksimal, hingga isi dari daerah perforasi yang lebih distal. Erosi parsial dapat
menjadi robekan dinding gaster seiring waktu, atau cedera fisik tertentu dapat
menyebabkan pecah secara spontan. Gejala nyeri perut biasanya timbul bertahap atau
tiba-tiba, tetapi biasanya berkembang semakin parah. Dapat timbul distensi abdomen
dan tanda-tanda kekakuan otot abdomen yang mewakili peritonitis. Dalam kasus
obstruksi intestinal, terutama usus (kecil atau besar) distensi fisik dari dinding usus
menyebabkan penurunan perfusi. Hal ini pada akhirnya menyebabkan nekrosis
dinding ketebalan penuh dan perforasi berikutnya.6
8
Tanda dan gejala dapat mencakup anoreksia, muntah, dan penurunan aktivitas.
Manifestasi klinis yang tersering adalah distensi dan nyeri perut yang tiba-tiba; gejala
yang jarang adalah ileus, respiratory distress, demam, emesis, hematemesis, atau
hematochezia.7
Pasien dengan perforasi selalu mengeluhkan nyeri perut yang berat atau nyeri
dada. Nyeri dada atau perut yang berat pasca dilakukan instrumentasi (nasogastric
tube, endoskopi) sebelumnya harus dilihat dan curiga kearah perforasi lambung.
Pasien yang menggunakan obat-obatan agen imunosupresif atau anti-inflamasi
kemungkinan untuk terasa nyeri dan dilakukan penekanan dapat menjadi bias rasa
nyerinya. Diafragma dapat teriritasi dan menyebabkan nyeri menjalar ke bahu. Pada
pasien yang imunokompromais, lansia, dan memiliki komorbid penyakit lain,
kemampuan peritoneum parietal untuk menahan perforasi dapat terganggu.7
9
Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan pencitraan radiologis yang menunjukkan
udara bebas pada intraperitoneal. Tanda lain yang mendukung adalah
berkurangnya air-fluid level di abdomen pada posisi horizontal dan gas di usus
distal relatif berkurang. Pendekatan diagnostik pada pasien dengan nyeri perut
dimulai dengan foto polos. Sensitivitas foto biasa untuk mendeteksi free air
ekstra luminal berkisar antara 50% hingga 70%.
Gambar 4. Foto Polos Abdomen menunjukan (a). posisi erek dengan air fluid
levels dan free air di bawah hemidiafragma kanan (ana panah), (b). posisi
supine dengan dilatasi loop usus yang signifikan
10
Gambar 5. Foto polos abdomen posisi erek menunjukan gambaran
pneumoperitoneum pada perforasi gaster
11
Gambar 7. CT-Scan menunjukan kontras enteric dari ekstraluminal dan
intraluminal
Free intraabdominal fluid
12
Gambar 9. CT-Scan menunjukan kontras intravena ekstravasasi
Penebalan dinding usus atau edema
13
Gambar 11. CT-Scan menunjukan gambaran hematom pada mesenterika
Dalam kasus yang kompleks, mungkin perlu melakukan laparoskopi diagnostik untuk
menentukan penyebab dan mendapatkan cairan untuk kultur dan biokimia.7
14
Penatalaksanaan awal perforasi gaster meliputi resusitasi, terapi oksigen,
pemberian cairan intravena, dan antibiotik spektrum luas (metronidazol dan
sefalosporin). Pemasangan Nasogastric tube (NGT) juga dilakukan. Pemberian
analgesik intravena, dan PPI sesuai dengan indikasi. Pemasangan kateter urin
dilakukan untuk memantau urin output. Manajemen bedah merupakan managemen
untuk sebagian besar perforasi gaster dan harus dilakukan sedini mungkin. Operasi
untuk perforasi gaster dapat dilakukan secara laparaskopi dan laparotomi dengan hasil
yang sama, dilaporkan komplikasi yang minim dari teknik laparaskopi berupa infeksi
luka operasi.7
Terapi Bedah7
Tujuan utama terapi bedah pada kasus perforasi gaster adalah7 :
Pre-Operatif7
Intra-Operatif7
15
Managemen operasi tergantung kepada kausa dari perforasi. Semua materi nekrosis
dan cairan yang terkontaminasi harus dibuang dan diteruskan dengan levase
pemberian antibiotik (tetrasiklin).7
Omenplasty simple.
Penjahitan perforasi dengan vagotomy, biasanya vagotomy perforasi gaster
proksimal (PGV).
Trunkal vagotomy dengan gastroenteric anastomosis jika terjadi stenosis.
Eksisi perforasi tanpa vagotomy.
Gastrektomi parsial pada pasien dengan risiko operasi yang rendah.
Post-Operatif7
1. Infeksi luka
2. Sepsis
3. Malnutrisi
4. Kegagalan multiorgan
5. Adhesi dan obstruksi usus
6. Delirium
1. Usia lanjut
2. Demensia
3. Sepsis
4. Kelainan elektrolit dan metabolisme
16
5. Hipoksia
BAB III
KESIMPULAN
Perforasi gaster merupakan kebocoran dari dinding mukosa gaster. Perforasi gaster
dapat disebabkan oleh beberapa sebab seperti tukak gaster, trauma, keganasan dan iatrogenik.
Manifestasi klinis dari perforasi gaster tergantung pada ukuran luka, kehilangan darah dan
ada tidaknya cedera yang menyertai, Gejala klinis dapat berkisar dari nyeri lokal ringan
hingga tanda-tanda peritonitis dan syok.
Penegakan diagnosis perforasi gastre perlu dilakukan anamnesa terkait gejala dan
faktor resiko yang mengarah ke perforasi gaster, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan radiologi. Tatalaksana perforasi gaster yaitu dengan
pembedahan yang dapat dilakukan dengan laparaskopi atau pembedahan terbuka. Prognosis
dari perforasi gaster tergantung kecepatan dan ketepatan penanganannya. apabila tindakan
operasi dan pemberian antibiotik berspektrum luas segera dilakukan maka prognosisnya akan
lebih baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
18