Anda di halaman 1dari 36

Kegunaan dan Efektivitas

Biaya Apendektomi
Interval untuk Apendisitis
Komplikata
LATAR BELAKANG
1. Manajemen apendisitis yang membentuk
abses, termasuk apendektomi interval, masih
kontroversial.
2. Pembedahan darurat untuk yang membentuk
abses dapat menyebabkan operasi yang
diperluas, yang dikaitkan dengan banyak
komplikasi perioperatif.
3. Pencegah komplikasi, memperkenalkan
protokol Apendektomi Interval (protokol AI)
dan memeriksa efikasi dibandingkan dengan
apendektomi darurat.
METODE
• Pasien dirawat karena apendisitis komplikata di
rumah sakit kami dari Januari 2010 hingga Januari
2018 secara berurutan.
• diklasifikasikan menjadi dua kelompok
1. kelompok apendektomi darurat (kelompok AD,
sebelum April 2014) dan
2. kelompok apendektomi interval (kelompok AI,
setelah April 2014).
• Membandingkan hasil treatment perioperatif dan
memeriksa kebutuhan untuk operasi elektif,
dengan fokus pada hasil patologis pasca operasi
dari kelompok AI.
HASIL
1. Dari 49 pasien berturut-turut dengan apendisitis
komplikata yang dirawat.
2. Protokol AI diterapkan pada 38 pasien; 32 pasien
menyelesaikan protokol ini dan dimasukkan ke
dalam kelompok AI.
3. Karakteristik pasien tidak berbeda secara signifikan
antara kelompok AI dan AD.
4. Kelompok AI memiliki komplikasi pasca operasi
yang jauh lebih sedikit (p=0,002) dan biaya medis
(p=0,01).
5. Inflamasi sisa pada apendiks diamati pada 16 kasus
(50%) secara patologis.
KESIMPULAN
1. Apendektomi interval untuk apendisitis
komplikata dikaitkan dengan insiden
komplikasi perioperatif yang rendah dan
efektif dalam hal biaya.
2. Apendektomi interval tampaknya diperlukan
untuk mencegah apendisitis berulang,
mengingat inflamasi itu tetap pada
pemeriksaan patologis.

Kata kunci: Apendiktomi Interval, Apendisitis


Komplikata, Komplikasi Perioperatif,
Efektivitas Biaya
PENGANTAR
1. Sekitar 2 hingga 6% apendisitis membentuk massa
atau abses, dan apendisitis ini disebut apendisitis
komplikata.
2. Pembedahan darurat untuk apendisitis yang
membentuk abses menyebabkan operasi yang
diperluas.
3. yang dikaitkan dengan banyak komplikasi
perioperatif. Dilaporkan pada pasien yang menjalani
apendektomi darurat untuk apendisitis komplikata
berkisar antara 5 sampai 10% .
4. Studi sebelumnya di pediatri menunjukkan bahwa
apendektomi interval efektif dan memiliki sedikit
komplikasi.
1. Efektivitasnya untuk apendisitis komplikata
pada orang dewasa masih belum jelas, dan
kebutuhan untuk operasi elektif setelah
treatment konservatif masih kontroversial.
2. Untuk mencegah transisi ke operasi yang
diperluas dan komplikasi pasca operasi, kami
memperkenalkan protokol Apendektomi
Interval (protokol AI) untuk apendisitis
komplikata dari April 2014.
1. Dalam penelitian ini, kami menyelidiki
apendektomi interval, dibandingkan
dengan apendektomi darurat,
2. Untuk apendisitis yang membentuk abses
di orang dewasa dalam hal hasil medis dan
ekonomi, dan berfokus pada perlunya
operasi elektif dari sudut pandang
patologis.
BAHAN DAN METODE
Pasien yang dirawat karena apendisitis komplikata
di rumah sakit dari Januari 2010 hingga Januari
2018 secara berurutan terdaftar dalam penelitian ini.
Kriteria kelayakan untuk protokol AI kami
meliputi:
1. Retensi cairan atau pembentukan tumor yang
terlokalisasi 1 cm atau lebih di sekitar apendiks
seperti yang dicatat oleh computed tomography
(CT)
2. Peritonitis non-umum (Gambar 1); ada atau tidak
adanya koprolit dan usia pasien tidak
dipertimbangkan.
Pasien dikeluarkan jika:
1. Tanda-tanda vital tidak stabil
2. Pasien memiliki penyakit penyerta/kondisi yang
membuat pembedahan menjadi prioritas seperti
gagal ginjal kronis atau kehamilan; dan
3. Benda buatan ditempatkan di dalam tubuh
seperti stent intravaskular, port vena sentral, atau
alat pacu jantung.
1. Protokol AI terdiri dari langkah-langkah berikut
(Gambar 2).
2. Pada langkah pertama, pasien dirawat secara
konservatif dengan pemberian antibiotik dan drainase
perkutan dalam kasus yang mungkin terjadi.
3. Setelah keluar, melakukan kolonoskopi untuk
menyingkirkan keganasan, dan tindak lanjut CT untuk
memeriksa hilangnya abses.
4. Tiga bulan kemudian (dua bulan dalam kasus
koprolit), dilakukan apendektomi.
5. Protokol penelitian telah disetujui oleh Dewan
Peninjau Kelembagaan Kota Kobe Rumah Sakit
Umum Pusat Medis. Persetujuan tertulis diperoleh dari
semua pasien yang menjalani.
1. Dalam penelitian ini, Menyelidiki apendektomi
interval, dibandingkan dengan apendektomi
darurat,
2. Untuk apendisitis yang membentuk abses di
orang dewasa dalam hal hasil medis dan
ekonomi, dan berfokus pada perlunya operasi
elektif dari sudut pandang patologis.
Kriteria Kelayakan Apendisitis akut
(Gambar 1)
Panperitonitis Peritonitis
terlokalisasi

Operasi darurat
Abses apendiks
atau massa
Ya Tidak
Apendektomi Operasi darurat atau
interval terapi konservatif
Bulan 0 Pemberian pertama
Antibiotik ± drainase Protokol Apendektomi
perkutan
Interval (Gambar 2)
Kondisi perut membaik 
meninggalkan RS

Bulan 1 Kolonoskopi
Tindak lanjut CT sebelum
pemberian kembali
Bulan 3 Pemberian kedua
Operasi Apendektomi
Interval
Sebelum menerapkan protokol AI, pasien dengan
komplikasi usus buntu menjalani operasi darurat.
Setelah April 2014 ketika protokol AI dimulai,
semua pasien yang menderita radang usus buntu
dengan pembentukan abses dimasukkan dalam
protokol ini. Klasifikasikan pasien ini menjadi dua
kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok apendektomi darurat (kelompok AD)
2. Kelompok apendektomi interval (kelompok AI).
1. Membandingkan hasil perawatan perioperatif
seperti
2. waktu operasi, kehilangan darah, metode operasi,
komplikasi pasca operasi, rawat inap di rumah
sakit, dan total biaya medis antara kedua
kelompok.
3. Selanjutnya memeriksa perlunya operasi elektif
yang berfokus pada hasil patologis pasca operasi
dari kelompok AI.
1. Variabel kontinu disajikan sebagai [rentang]
median, dan variabel kategorikal sebagai
jumlah dan persentase.
2. Melakukan analisis retrospektif efikasi
protokol AI kami. Analisis statistik
dilakukan dengan menggunakan uji Fisher
dan uji U Mann-Whitney.
3. Semua analisis statistik dilakukan oleh salah
satu dokter yang berpartisipasi dalam
penelitian (RY) menggunakan JMP versi 12
(SAS Institute Inc., Cary, NC, USA).
4. Nilai p < 0,05 dianggap menunjukkan
perbedaan yang signifikan secara statistik.
HASIL
1. 49 pasien berturut-turut dengan apendisitis komplikata yang dirawat
selama masa penelitian ini.
2. Sebelum memulai protokol AI, 11 pasien menjalani operasi darurat
dan dimasukkan ke dalam kelompok AD.
3. Protokol AI diterapkan pada 38 pasien, tetapi 4 pasien keluar dari
protokol ini dan beralih dari treatment konservatif ke operasi darurat
karena 3 pasien menunjukkan temuan abdomen eksaserbasi dan
respon inflamasi yang memburuk pada pemeriksaan darah, dan 1
pasien mengalami apendisitis berulang sebagai pasien rawat jalan
setelah treatment konservatif berhasil.
4. Kolonoskopi yang dilakukan sebelum operasi elektif
mengungkapkan kanker cecal dan apendiks pada 2 pasien, jadi 32
pasien menyelesaikan protokol ini dan dimasukkan ke dalam
kelompok AI. Pemilihan pasien ditunjukkan pada Gambar 3.
Pemilihan pasien Apendisitis akut dengan abses atau massa 49
kasus
(Gambar 3)
Operasi darurat 11 kasus Protokol treatment AI
(kelompok AD)

Treatment konservatif
Deviasi protokol 4 kasus
berhasil

Kanker terdeteksi

Apendektomi interval 32 kasus


(kelompok AI)
Operasi radikal Operasi darurat
Perbandingan karakteristik kelompok AD dan IA
disajikan pada Tabel 1.
1. Kelompok AI cenderung lebih sedikit kasus
dengan koprolit, tetapi tidak ada perbedaan yang
signifikan di hampir semua karakteristik yang
dipertimbangkan.
2. Apendektomi interval dilakukan pada 97 hari
setelah pulang (kisaran, 55-319 hari).
Perbandingan Karakteristik Pasien Antar 2
Kelompok
Perbandingan
Hasil
Perioperatif
Antar 2
Kelompok
Perbandingan hasil perioperatif antara kelompok AD dan AI
ditunjukkan pada Tabel 2.
1. Total lama rawat inap adalah serupa antara kedua
kelompok (11 hari pada kelompok AD vs 13 hari pada
kelompok AI, p=0,367).
2. Mayoritas (81,8%) dari 11 operasi pada kelompok AD
adalah laparotomi atau konversi laparotomi (9 prosedur)
dan ada kecenderungan untuk operasi pembesaran
seperti reseksi ileosaekal.
3. Semua prosedur pada kelompok AI adalah laparoskopi
apendektomi. Oleh karena itu, waktu operasi dan
kehilangan darah secara signifikan lebih sedikit pada
kelompok AI (151 menit/317 mL pada kelompok AD.
88 menit/0 mL pada kelompok IA, p=0,001/<0,0001).
1. Hanya 2 pasien yang mengalami infeksi luka operasi
superfisial pada kelompok AI;
2. Kelompok AI memiliki komplikasi pasca operasi yang
secara signifikan lebih sedikit daripada kelompok AD
(p=0,002).
3. Bahkan, temuan patologis spesimen apendektomi pada
kelompok AI menunjukkan sisa inflamasi pada apendiks
pada 16 kasus (50%).
4. Limfosit dan sel plasma ditemukan sebagai pengganti
neutrofil, dan mereka berada dalam keadaan transisi ke
inflamasi kronis (Gambar 4).
5. Namun, dalam beberapa kasus, akumulasi neutrofil dan
kelangsungan hidup abses diamati (Gambar 5).
Gambar 4. Gambaran patologis spesimen
apendiks pada kelompok apendektomi interval
(Pewarnaan Hematoksilin-Eosin)
a) : Nekrosis lemak dan hiperplasia fibrosa
reaktif terjadi terutama di bagian subserosa
(x10)
b) : Terdapat sel limfosit dan sel plasma (x40)

Gambar 5. Gambaran patologis spesimen


apendiks pada kelompok apendektomi interval
(Pewarnaan Hematoksilin-Eosin)
a) : Sisa dari abses (x10)
b) : Terdapat akumulasi sel neutrophil (x40)
Pembahasan
 Meskipun terapi antibiotik sebagai pengobatan pertama
dianggap lebih efektif daripada apendektomi darurat untuk
apendisitis dengan pembentukan abses, manajemen apendisitis
dengan pembentukan abses termasuk apendektomi interval
masih menjadi kontroversi.
 insiden komplikasi perioperatif yang rendah untuk
apendektomi interval pada apendisitis komplikata  timing
yang pas dari operasi elektif; 3 bulan adalah waktu untuk
hilangnya adhesi yang mempersulit operasi dan menyebabkan
komplikasi pasca operasi.
Pembahasan

 4 kasus dropout penelitian  pembentukan abses di tempat


dimana drainase perkutan sulit dilakukan.
 Drainase abses dapat mengurangi penyebaran inflamasi di
sekitar area dan mencegah peritonitis generalisata. Drainase
dilakukan dan dipandu CT-Scan, dan drainase agresif dianggap
meningkatkan tingkat keberhasilan protokol ini.
 Kanker pada 2 kasus lainnya  dilakukan reseksi radikal
dengan colonoscopy setelah terapi konservatif.
Pembahasan

 Peradangan akut dan abses tetap ada bahkan setelah 3 bulan.


Peradangan tetap ada meski pemeriksaan darah dan pencitraan
normal.
 Peradangan yang persisten tingginya tingkat rekurensi
apendisitis, dan peradangan kronis  risiko keganasan.
 Apendektomi interval dianggap perlu untuk mengurangi risiko
kekambuhan dari apendisitis dan mencegah keganasan.
Pembahasan
Akumulasi lebih lanjut dari kasus dengan apendisitis komplikata
dan penelitian acak diharapkan dapat menyelidiki manfaat
apendektomi interval. Hal ini juga dianggap perlu untuk membahas
perbedaan inflamasi residual yang tergantung pada waktu dari
apendektomi interval.
Kesimpulan
Apendektomi interval menunjukan insiden komplikasi
perioperatif yang rendah. Pada saat yang sama, efektivitas
biaya apendektomi interval dibandingkan operasi darurat
juga didemonstrasikan.
Karena temuan ini dan sisa inflamasi di setengah kasus
pemeriksaan patologis, disarankan bahwa apendektomi
interval untuk apendisitis komplikata tepat dan
direkomendasikan.
Referensi
1. Barnes BA, Behringer GE, Wheelock FC, Wilkins EW. Treatment of appendicitis at the Massachusetts General Hospital
(1937-1959). JAMA. 1962; 180: 122-6.
2. Thomas DR. Conservative management of the appendix mass. Surgery 1973; 73: 677-80.
3. Bradley EL, III, Isaacs J. Appendiceal Abscess Revisited. Arch Surg. 1978; 113: 130-2.
4. Blakely ML, Williams R, Dassinger MS, Eubanks JW, 3rd, Fischer P, Huang EY, et al. Early vs interval appendectomy for
children with perforated appendicitis. Arch Surg. 2011; 146: 660-5.
5. St Peter SD, Aguayo P, Fraser JD, Keckler SJ, Sharp SW, Leys CM, et al. Initial laparoscopic appendectomy versus initial
nonoperative management and interval appendectomy for perforated appendicitis with abscess: a prospective, randomized
trial. J Pediatr Surg. 2010; 45: 236-40.
6. Armstrong J, Merritt N, Jones S, Scott L, Butter A. Non-operative management of early, acute appendicitis in children: is it
safe and effective? J Pediatr Surg. 2014; 49: 782-5.
7. Tiwari MM, Reynoso JF, Tsang AW, Oleynikov D. Comparison of outcomes of laparoscopic and open appendectomy in
management of uncomplicated and complicated appendicitis. Ann Surg 2011; 254: 927-32.
8. Rice-Townsend S, Hall M, Barnes JN, Baxter JK, Rangel SJ. Hospital readmission after management of appendicitis at
freestanding children's hospitals: contemporary trends and financial implications. J Pediatr Surg. 2012; 47: 1170-6.
9. Cash CL, Frazee RC, Abernathy SW, Childs EW, Davis ML, Hendricks JC, et al. A prospective treatment protocol for
outpatient laparoscopic appendectomy for acute appendicitis. J Am Coll Surg. 2012; 215: 101-5; discussion 105-6.
10. Mosegaard A, Nielsen OS. Interval appendectomy. A retrospective study. Acta Chir Scand. 1979; 145: 109-11.
11. Paull DL, Bloom GP. Appendiceal abscess. Arch Surg. 1982; 117: 1017-9.
Referensi
12. Al-Kurd A, Mizrahi I, Siam B, Kupietzky A, et al. Outcomes of interval appendectomy in comparison with appendectomy for acute
appendicitis. The Journal of surgical research 2018; 225: 90-94.
13. Cheng Y, Xiong X, Lu J, Wu S, Zhou R, Cheng N. Early versus delayed appendicectomy for appendiceal phlegmon or abscess.
Cochrane Database Syst Rev 2017; 6: Cd011670.
14. Talan DA, Saltzman DJ, Mower WR, Krishnadasan A, Jude CM, Amii R, et al. Antibiotics-first versus surgery for appendicitis: A
US pilot randomized controlled trial allowing outpatient antibiotic management. Ann Emerg Med 2017; 70: 1-11. e19.
15. Perez KS, Allen SR. Complicated appendicitis and considerations for interval appendectomy. journal of the American Academy of
Physician Assistants. 2018; 31 (9): 35-41.
16. Miyo M, Urabe S, Hyuga S, et al. Clinical outcomes of single-site laparoscopic interval appendectomy for severe complicated
appendicitis: Comparison to conventional emergency appendectomy. Annals of gastroenterological surgery 2019; 3 (5): 561-567.
17. Lai HW, Loong CC, Wu CW, Lui WY. Watchful waiting versus interval appendectomy for patients who recovered from acute
appendicitis with tumor formation: a cost-effectiveness analysis. J Chin Med Assoc 2005; 68: 431-4
18. Luo CC, Cheng KF, Huang CS, Lo HC, Wu SM, Huang HC, et al. Therapeutic effectiveness of percutaneous drainage and factors
for performing an interval appendectomy in pediatric appendiceal abscess. BMC Surg. 2016; 16: 72.
19. Tannoury J, Abboud B. Treatment options of inflammatory appendiceal masses in adults. World J Gastroenterol 2013; 19: 3942-50.
20. Dina Fouad, Jeremy D. Kauffman, Nicole M. Chandler. Pathology findings following interval appendectomy: Should it stay or go?
J Pediat Surg. 2020; 55 (4): 737-741.
21. Rosen M, Chalupka A, Butler K, et al. Pathologic findings suggest long-term abnormality after conservative management of
complex acute appendicitis. Am Surg. 2015; 81 (3): 297-299.
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai