Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KASUS PADA Tn A DENGAN TINDAKAN

HERNIOTOMY DI IBS RSU ISLAM KLATEN

DISUSUN OLEH :

Eka Agus Setyawan (P2105008)


Surya Alam (P2105033)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
2021
A. PENGERTIAN
Herniotomi adalah operasi pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kanto
ng hernia dibuka dan isi hernia dibebaskkan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setingggi mungkin lalu dipotong.
Herniotomi merupakan suatu tindakan pembedahan dengan cara memotong kanto
ng hernia, menutup defek. Benjolan di daerah inguinal dan dinding depan abdomen yang
masih bisa dimasukan kedalam cavum abdomen

B. INDIKASI
Herniotomi dilakukan pada pasien yang mengalami hernia dimana tidak dapat ke
mbali dengan terapi konservatif.

C. PROSES TINDAKAN HERNIOTOMI


Langkah-langkah untuk melakukan operasi ini adalah:
a. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum. Dapat ditambah dengan
kaudal blok.
b. Dilakukan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi
c. Lapangan operasi ditutup dengan doek steril
d. Dilakukan insisi transversal 1/3 tengah pada skin crease abdomino inguinal sejajar
ligamentum inguinale
e. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE
f. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam
g. Funikulus spermatikus diidentifikasi kemudian mencari kantong hernia di antromedial
h. Sisi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen
i. Kantong hernia dipotong pada jembatan kantong proximal dan distal. Kemudian
kantong proximal diikat setinggi lemak preperitonium
j. Perdarahan dirawat, dilanjutkan menutup luka operasi lapis demi lapis.
Gambaran Herniotomi

k. Sebelum pembedahan dijalankan,dokter anestesi haruslah melakukan anestesi spinal p


ada pasien.
l. Selama masa pembedahan,dokter bedah haruslah memastikan tiadanya perdarahan ya
ng berlaku. Kerjasama dengan dokter anestesi amat diperlukan bagi memonitor keada
an pasien.Sepanjang proses pembedahan,dokter anestesi haruslah memonitor kondisi
pasien. Tujuan monitoring pasien adalah untuk perkiraan kemungkinan terjadi kegawa
tan serta untuk mengevaluasi hasil suatu tindakan. Antara perkara yang harus dimonit
or oleh dokter anestesi adalah:
- Oksigenasi : Dilakukan dengan menggunakan alat analisa oksigen,pulse oximetry
dan analisa gas darah. Pada pemeriksaan fisik dilihat jenis pernapasan, retraksi, su
ara pernapasan tambahan, serta warna kulit.
- Ventilasi : Menggunakan alat kapnografi atau kapnometri,spektoskopi,dan respiro
meter.Pada pemeriksaan fisik dilihat pergerakan dinding dada,pergerakan reservoi
r bag dan auskultasi suara napas.
- Sirkulasi: menggunakan alat NIBP,IABP,EKG,USG,dan pulse oxymetry. Pada pe
meriksaan fisik dilihat palpasi denyut nadi,dan auskultasi jantung.
- Denyut nadi: dilakukan melalui palpasi arteri temporalis,radialis,femoralis,dan car
otis.Seterusnya auskultasi dengan stetoskop.
- Suhu tubuh:dengan meraba suhu kulit dan menggunakan alat thermometer,
- Central Venous pressure(CVP) : dilakukan bagi penanganan hipovolemia dan syo
k,jalur pemberian obat dengan osmolalitas tinggi,pasien dengan nutrisi parenteral,
aspirasi emboli udara,memasukkan pacing transkutaneous,serta akses intravena ba
gi [asien dengan akses perifer yang kurang baik.
- Produksi urin: dengan pemasangan kateter urin. Produksi urin normal adalah 0.5-1
cc/KgBB/jam.
- Perdarahan: melakukan penilaian terhadap warna darah.Jumlah perdarahan diukur
dengan cara

o Jumlah perdarahan = calorimeter terbaca X vol.pelarut (ml) 2


00 X kadar Hb (gr%)

PASCA OPERASI

Fase pasca operasi dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery room) da
n berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Pada fase ini foku
s pengkajian meliputi efek agen ana

stesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.

Observasi

Dokter bedah haruslah memonitor dan meperbaiki sekiranya terdapat hematoma tau apa-apa
kelainan selepas operasi.Monitoring pasien amat penting untuk dilakukan bagi mengelak seba
rang komplikasi akibat pembedahan.Tindakan yang harus dilakukan oleh dokter bedah bagi p
embedahan hernia inguinalis ini adalah seperti berikut:

a. Pemberian Infus RL
b. Bed rest total pada pasien
c. Pemberian obat Kalnex 3 x 1 amp, Kaltrofen 3 x 1 amp,dan Cefotaxim 2 x 1 amp
d. Memberitahu pada pasien kapan jahitan bisa dibuka semula
e. Menasihati pasien agar tidak melakukan aktivitas berat.
f. Setelah menjalani suatu bentuk operasi, seorang ahli anestesi masih mempunyai tangg
ung jawab terhadap perawatan pasien pada saat pemulihan yaitu dapat dilakukan deng
an cara monitoring pasien atau dengan kata lain dilakukan observasi. Tujuan dari obse
rvasi ini adalah deteksi sedini mungkin dari penyimpangan-penyimpangan fisiologis s
ehingga dapat dilakukan tindakan pengobatan sedini mungkin sehingga morbiditas da
n mortalitas dapat ditekan serendah mungkin.
g. Observasi utama dilakukan dengan mengukur nadi, tekanan darah dan frekuensi perna
fasan secara teratur dan perhatikan bila ada keadaan abnormal dan perdarahan yang be
rlanjut. Jam pertama setelah anestesi merupakan saat yang paling berbahaya bagi pasi
en.
h. Refleks perlindungan jalan nafas masih tertekan, walaupun pasien tampak sudah bang
un, dan efek sisa obat yang diberikan dapat mendepresi pernafasan. Ini dapat menyeba
bkan kematian karena hipoksia. Selain itu juga perlu dibuat pencatatan teknik yang di
gunakan dan setiap komplikasi yang terjadi. Hal tersebut dapat berguna bagi pasien di
masa mendatang.
i. Untuk mempermudah dalam melakukan observasi maka sistem tubuh dibagi atas 6B y
ang berurutan menurut prioritasnya, mulai dari yang paling berbahaya sampai yang ku
rang membahayakan bila terjadi kelainan-kelainan. Pembagian tersebut adalah :
B1 : Breath (Sistem Pernafasan)
B2 : Bleed (Sistem Kardiovaskuler)
B3 : Brain (Sistem Syaraf)
B4 : Bladder (Sistem Urogenital)
B5 : Bowel (Sistem Gastrointestinalis)
B6 : Bone (Sistem Skelet)
Observasi pada keenam sistem tersebut meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik diagno
stik, pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan dengan bantuan alat

D. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dapat terjadi pasca bedah. Komplikasi yang paling umum terjadi ad
alah:

a. Failure to awaken
b. Nausea-vomiting, kadang-kadang dipersulit oleh dehidrasi.
c. “Chest” atau komplikasi pada paru
d. Trombosis vena tungkai, kadang-kadang dipersulit oleh emboli
e. Retensi karbon dioksida
f. Nyeri Pasca Bedah
g. Trauma mekanis
h. Efek toksik lambat dari obat anasthesi
i. Hipertermi atau hipotermi
j. Agitation
k. Bleeding – hypovolemia
l. Hypertension
m. Hypervolemia
Oleh sebab beberapa komplikasi tersebut maka pasien pasca operasi harus memperhatika
n hal-hal berikut :

1. Pernafasan
Gangguan sistem pernafasan cepat menyebabkan kematian karena hipoksia, sehingga
harus diketahui sedini mungkin dan harus segera diatasi. Penyebab yang paling sering
dijumpai sebagai penyulit pernafasan adalah sisa obat anestetik (penderita tidak sadar
kembali) dan sisa obat pelemas otot yang belum dimetabolisme dengan sempurna. Dis
amping itu lidah yang jatuh kebelakang dapat menyebabkan obstruksi hipofaring.

2. Sirkulasi
Diagnosis penyulit sirkulasi juga harus dilakukan secara dini. Penyulit yang sering dij
umpai adalah hipotensi, syok dan aritmia.
3. Regurgitasi
Muntah dan regurgitasi disebabkan oleh hipoksia selama anestesi, anestesi yang terlal
u dalam, rangsang anestetik, misalnya pada eter, langsung pada pusat muntah di otak,
dan tekanan lambung yang tinggi karena lambung penuh atau karena tekanan dalam r
ongga perut yang tinggi misalnya karena ileus.

4. Gangguan faal lain


Pemanjangan masa pemulihan kesadaran dapat disebabkan oleh gangguan metabolism
e yang berpengaruh pada metabolisme otak seperti pada hipotermi, syok, gangguan fa
al hati, gangguan faal ginjal, dan hiponatremia.

5. Penanggulangan nyeri
Nyeri pasca bedah harus segera diatasi. Nyeri ini bersifat sangat individual.

6. Terapi cairan
Pengaruh hormonal yang masih menetap beberapa hari pasca bedah dan dapat mempe
ngaruhi keseimbangan air dan elektrolit harus diperhatikan dalam menentukan terapi c
airan tersebut. Bila penderita sudah dapat minum secepatnya diberikan peroral. Apabil
a penderita tidak boleh peroral, maka pemberian secara parenteral diteruskan

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual atau po
tensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten
untuk mengatasinya. Respon actual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkaj
ian, tinjauan literature yang berkaitan, catatan medis klien masa lalu, dan konsultasi deng
an professional lain.

Adapun diagnosa keperawatan yang timbul pada klien dengan post herniotomy adalah :

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah.


2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan hemorargi.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan pri
mer.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan d
engan ketidakmampuan mencerna makanan.
5. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

F. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan pada klien dengan post herniotomy yang sesuai dengan
diagnosa keperawatan secara teoritis menurut Doenges, E Marilynn, 2000 adalah sebagai
berikut :
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan Agen pencedera fisik (prosedur operasi)
Tujuan : Nyeri berkurang, hilang atau teratasi
Kriteria hasil : Keluhan nyeri klien menurun, tingkat kegelisahan pasien menurun dan
tidak meringis menahan nyeri
Intervensi :
a. Identifikasi lokasi, karkteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri, respons nyeri non verbal
c. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
d. Fasilitasi istirahat dan tidur
e. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
f. Kolaborasi oemberian analgetik

2. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan prosedur pembedahan may


or. Tujuan : Keseimbangan cairan teratasi
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit elastic, mukosa bibir keri
ng,BB ideal, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital.
b. Monitor intake dan output cairan
c. Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
d. Identifikasi factor risiko ketidakseimbangan cairan
e. Dokumentasikan hasil pemantuan

3. Resiko infeksi berhubungan dengan Efek prosedur invasif


Tujuan : Resiko infeksi teratasi
Kriteria Hasil : Kerusakan jaringan membaik, Kerusakan lapisan kulit membaik

Intervensi :

a. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik


b. Berikan perawatan kulit pada area edema
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
d. Peertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
e. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
f. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi
g. Kolaborasi pemberian imunisasi,jika perlu
RESUME HERNIOTOMY

IDENTITAS
Nama : Tn. A
No RM : 006xxxx
Usia : 67 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tegalmulyo Gergunung Klaten
Diagnosa Medis : Hill Sinistra Ireponible
Tindakan Operasi : Herniotomy

A. PRE OPERASI
1. Persiapan Operasi
a. Informed Consent : Ada
b. Sedia darah : Tidak
Jenis darah :-
Jumlah :-
c. Skeren : Ada
d. Baju operasi : Ya
e. Lokasi operasi : Abdomen kuadran 4
f. Riwayat alergi : Tidak ada riyawat alergi
g. Satorasi O2 pre operasi : 98%
h. Kesulitan bernafas : Tidak
i. Bleeding : Tidak
j. Jam datang : 12.00 WIB

2. Data
Ds : Pasien mangatakan terdapat benjolan di perut kiri bagian bawah tetapi tidak mera
sa nyeri, pasien mengatakan sangat cemas dengan keadaannya dan lukanya yang
akan di operasi hari ini.
DO :- Pasien tampak gelisah dan sangat cemas karena akan operasi
- Pasien tampak banyak bertanya tentang operasi yang akan dilakukan
- Keasadaran : Composmentis
TD : 158/103 mmHg R : 21*/menit
N : 98*/menit SpO2 : 98%

3. Diagnosa Keperawatan
Ansientas b.d Kekhawatiran Mengalami Kegagalan

4. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan 1x30 menit di Reduksi Ansietas (I.09314)
harapkan ansietas berkurang dengan krite 1. Temani pasien untuk mengurangi kece
ria hasil: Tingkat Ansietas (L.09093) masan
1.Perilaku gelisah menurun 2. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi ya
2.Perilaku tegang menurun ng mungkin dialami pasien
3. Anjurkan keluarga tetap bersama pasie
n

5. Implementasi Keperawatan
a. Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan
b. Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin akan dialami pasien
c. Menganjurkan keluarga tetap bersama pasien

B. INTRA OPERASI
1. Fokus Pengkajian
a. DS: -
b. DO: -Kesadaran Composmentis
-Obat anastesi spinal (Bunascan) tampak sudah disuntikan oleh dokter anastesi
TD: 160/98 mmHg SpO2: 98 %
N: 90 x/menit R: 20 x/menit
i. Antibiotik profalaksis :-
ii. Efek Anastesi :-
iii. Sianosis :-
iv. Suara nafas ngrorok :-
v. Posisi pasien saat operasi : Supinasi, kepala lebih tinggi 30o
vi. Suhu tubuh pasien :-
vii. Keadaan luka sayat
Lebar luka : -+ 12 cm
Lama Pembedahan : -+ 1 jam
Perdarahan : -+ 10 cc
Jahitan : 8 jahitan
Urine :-
viii. Terpasang NGT : Tidak terpasang
ix. TTV setiap 15 menit, mulai operasi jam 13.00 – 14.00 WIB
- 15 menit pertama : -15 menit ketiga :
TD: 154/ 80 mmHg TD: 161/ 88 mmHg
N: 61 x/menit N: 62 x/menit
SpO2 : 97 % SpO2 : 98 %

- 15 menit kedua : -15 menit keempat :


TD: 156/ 84 mmHg TD: 155/ 89 mmHg
N: 58 x/menit N: 70 x/menit
SpO2 : 98 % SpO2 : 98 %

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Infeksi b.d Efek Prosedur Infasif

3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan operasi dihara Pencegahan Infeksi I.14539)
pkan pasien tidak ada tanda gejala infeksi 1.Cuci tangan dan sesudah kontak dengan
dengan kriteria hasil: pasien dari lingkungan
1.Pasien bebas dari tanda dan gejala resik 2.Pertahankan teknik aseptic pada pasien
o infeksi (demam, kemerahan, nyeri dan beresiko tinggi
bengkak menurun 3.Kolaborasi pemberian imunisasi, jika pe
rlu

C. POST OPERASI
1. Fokus Pengkajian
DS: -
DO: - Pasien berbaring lemas dan terpasang infus ditangan kiri
-Pasien dipindahkan ke recovery room pada jam 14.05 WIB
Monitor tanda-tanda vital dan kesadaran setiap 15 menit
- 15 menit pertama - 15 menit kedua
Kesadaran: Composmentis Kesadaran : Composmentis
TD : 130/90 mmHg TD : 145/80 mmHg
N : 70 x/menit N : 72 x/menit
SpO2 : 96 % SpO2 : 98 %

Saturasi O2 post operasi : 98%


Penggunaan O2 :-
Monitor tetesan infus : Inf RL 30 tpm
Posisi pasien : Supinasi
Spesimen :-
Bromage score : Skor 2
Pasien dipindahkan ke bangsal jam 14.35 WIB

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Ketidakseimbangan Cairan b.d Prosedur Pembedahan

3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan s Pemantuan Cairan (I.03121)
elama 1x30 menit diharapkan keseimban 1. Monitor tanda-tanda vital
gan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil 2. Monitor intake dan output cairan
: 3. Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
1. Asupan cairan meningkat 4. Identifikasi factor risiko ketidakseimba
2. Dehidrasi menurun ngan cairan
3. Tekanan darah membaik 5. Dokumentasikan hasil pemantauan

Anda mungkin juga menyukai