Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIOTOMY

FAJAR SIDIK PRATAMA

PROGRAM STUDY PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG
Jl Pangkal Perjuangan KM 01 By Pass Karawang Barat
2021
HERNIOTOMY

A. Pengertian
Herniotomi adalah operasi pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
hernia dibuka dan isi hernia dibebaskkan kalau ada perlengketan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit ikat setingggi mungkin lalu dipotong.

Herniotomi merupakan suatu tindakan pembedahan dengan cara memotong kantong


hernia, menutup defek. Benjolan di daerah inguinal dan dinding depan abdomen
yang masih bisa dimasukan kedalam cavum abdomen.

B. Indikasi
Herniotomi dilakukan pada pasien yang mengalami hernia dimana tidak dapat
kembali dengan terapi konservatif.

C. Proses Tindakan Herniotomy


Langkah-langkah untuk melakukan operasi ini adalah:
1. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum. apat ditambah
dengan kaudal blok.
2. Dilakukan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi
3. Lapangan operasi ditutup dengan doek steril
4. Dilakukan insisi transversal 1/3 tengah pada skin crease abdomino inguinal
sejajar ligamentum inguinale
5. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE
6. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam
7. Funikulus spermatikus diidentifikasi kemudian mencari kantong hernia di
antromedial
8. Sisi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen
9. Kantong hernia dipotong pada jembatan kantong proximal dan distal. Kemudian
kantong proximal diikat setinggi lemak preperitonium
10. Perdarahan diraWat, dilanjutkan menutup luka operasi lapis demi lapis.
11. Sebelum pembedahan dijalankan,dokter anestesi haruslah melakukan anestesi
spinal  pada pasien.
12. Selama masa pembedahan,dokter bedah haruslah memastikan tiadanya
perdarahan yang berlaku. Kerjasama dengan dokter anestesi amat diperlukan
bagi memonitor  keadaan pasien. Sepanjang proses pembedahan,dokter anestesi
haruslah memonitor  kondisi pasien. /ujuan monitoring pasien adalah untuk
perkiraan kemungkinan terjadi kegaatan serta untuk mengevaluasi hasil suatu
tindakan. (ntara perkara yang harus dimonitor oleh dokter anestesi adalah:
a. Oksigenasi : Dilakukan dengan menggunakan alat analisa oksigen,pulse
oximetry dan analisa gas darah. Pada pemeriksaan fisik dilihat jenis
pernapasan, retraksi, suara pernapasan tambahan, serta warna kulit.
b. Ventilasi : Menggunakan alat kapnografi atau kapnometri, spektoskopi, dan
respirometer. Pada pemeriksaan fisik dilihat pergerakan dinding
dada,pergerakan reservoir bag dan auskultasi suara napas.
c. Sirkulasi: menggunakan alat NIBP, IABP, EKG USG dan pulse oxymetry.
Pada pemeriksaan fisik dilihat palpasi denyut nadi,dan auskultasi jantung.
d. Denyut nadi: dilakukan melalui palpasi arteri temporalis, radialis, femoralis
dan carotis. Seterusnya auskultasi dengan stetoskop.
e. Suhu tubuh:dengan meraba suhu kulit dan menggunakan alat thermometer.
f. Central Venous pressure(CVP) : dilakukan bagi penanganan hipovolemia
dan syok,jalur pemberian obat dengan osmolalitas tinggi,pasien dengan
nutrisi  parenteral,aspirasi emboli udara,memasukkan pacing
transkutaneous,serta akses intravena bagi pasien dengan akses perifer yang
kurang baik.
g. Produksi urin: dengan pemasangan kateter urin. Produksi urin normal adalah
0.5-1CC/KgBB/jam
h. Perdarahan: melakukan penilaian terhadap warna darah. Jumlah perdarahan
diukur  dengan cara
calorimeter terbaca X vo . pelarut (ml)
Jumlah perdarahan =  
200 X kadar Hb( gr % )

D. Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat terjadi pasca bedah. Komplikasi yang paling umum
terjadi adalah:
1. Failure to awaken
2. Nausea-vomiting, kadang-kadang dipersulit oleh dehidrasi.
3. “chest” atau komplikasi pada paru
4. trombosis vena tungkai, kadang-kadang dipersulit oleh emboli
5. retensi karbon dioksida
6. Nyeri Pasca Bedah
7. Trauma mekanis
8. efek toksik lambat dari obat anasthesi
9. Hipertermi atau hipotermi
10. Agitation

E. Peran Perawat Di OK
Perawat kamar bedah secara histori diartikan sebagai perawat yang memberikan
asuhan klinis kepada pasien selama intraoperasi di kamar operasi, namun secara
tanggung jawab tugas perawat kamar bedah diperluas untuk merawat pasien bedah
pre operasi hingga periode pasca operasi.Perawat kamar bedah dalam tugasnya
dibagi menjadi ke dalam beberapa peran, diantaranya adalah peran manajer atau
perawat kepala ruang dan praktisi klinis yaitu perawat asistan operator, perawat
instrument, dan perawat sirkular

Keterampilan dari tenaga perawat kamar bedah meliputi sebagai berikut:


a. Perawat Instrumen:
1) Mampu menyiapkan pasien untuk tindakan operasi (kelengkapan data dan
kondisi pasien pre operasi).
2) Mampu melakukan standard precaution (pencegahan dan penegendalian
infeksi).
3) Mampu menyiapkan lingkungan kamar bedah.
4) Mampu menyiapkan instrument bedah, linen, dan persediaan alat kesehatan
5) Mampu mengendalikankestabilan emosi.
6) Mampu melaksanakan prosedur patient safety.

b. Perawat Sirkuler:
1) Mampu sebagai perawat scrub nurse.
2) Mampu menyiapkan pasien untuk memasuki area semi ketat / ruang induksi.
3) Mampu bekerja sama dengan tim bedah.
4) Mampu memantau kesadaran pasien dan hemodimik serta keseimbangan
cairan pasien.
5) Mampu menyiapkan dan mengantisipasi kekurangan peralatan serta bahan
habis pakai dalam waktu yang cepat.
6) Mampu melakukan persiapan pasien operasi.
7) Mampu melakukan supervise dan pembelajaran klinik, serta memberikan
saran dan bimbingan.
8) Mampu memfasilitasi komunikasi antara team bedah dan pasien.
9) Memiliki kemampuan kepemimpinan.

c. Perawat Asisten:
1) Mampu menjadi perawat sirkuler.
2) Mampu menjadi asisten operator dalam melakukan tindakan operasi.
3) Memiliki kemampuan teknik aseptik anti septik.
4) Mampu melakukan persiapan pasien operasi.
5) Memahami anatomi dasar tubuh serta fisiologi penyembuhan luka yang
berhubungan dengan prosedur pembedahan.
d. Perawat Kepala Ruangan:
1) Mampu mengelola pelayanan keperawatan di akamr bedah.
2) Mampu mengkoordinasikan antara pasien, tim bedah, dan tim anestesi.
3) Mampu menyususn rencana kebutuhan tenaga (SDM) dan sarana prasarana
kamar bedah
4) Mampu menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO).
5) Mampu melakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian/ evaluasi.
6) Memiliki kemampuan kepemimpinan.
7) Mampu melakukan tindakan supervise, memberikan saran, serta bimbingan

F. Asuhan Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Pengkajian
Pengkajian pasien pada fase pre operasi secara umum dilakukan untuk
menggali permasalahan pada pasien, sehingga perawat dapat melakukan
intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. pengkajian pre operasi secara
umum meliputi pengkajian umum, riwayat kesehatan, riwayat
psikososialspiritual, pemeriksaan fisik dan pengkajian diagnostik.
1) Identitas Umum
Identitas umum meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa
yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi,
golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa
medis.
2) Anamnesa
Keluhan utama yang muncul pada pasien Untuk memperoleh pengkajian
yang lengkap tentang nyeri pasien, perawat dapat menggunakan metode
PQRST:
a) Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri
b) Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan pasien
c) Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar
d) Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan pasien secara subjektif
anatara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4 Time: berapa lama
nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari
atau siang hari
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala
akut (misalnya: nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam)
b) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama
dengan sekarang, atau penyakit lain
c) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah keluarga pasien memiliki penyakit keturunan
4) Psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat
sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit
sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan
khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
5) Pemeriksaan Fisik
6) Fungsional
Persepsi dan manajemen kesehatan: Pasien biasanya mengerti bahwa
penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlu
mengkaji bagaimana pasien memandang penyakit yang dideritanya,
apakah pasien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
a) Nutrisi–metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu
makan
b) Eliminasi
c) Aktivitas–latihan: Biasaya mengalami penurunan aktivitas karena rasa
nyeri yang ia rasakan
d) Istirahat–tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur
karena rasa nyeri yang ia rasakan
e) Kognitif–persepsi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dengan
kognitif dan persepsinya.
f) Persepsi diri–konsep diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik
diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh
mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau
banyak janji.
g) Peran–hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan
penyakit yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari
lingkungannya. Dan pasien juga tidak dapat melakukan perannya
dengan baik.
h) Seksual–reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan
dalam masalah seksual.
i) Koping–toleransi stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat
karena kondisinya saat itu.
j) Nilai kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap
pasien agar kebutuhan spiritual pasien data dipenuhi selama proses
perawatan pasien di RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam
proses pengobatan pasien. Pasien biasanya mengalami gangguan
dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.

7) Diagnosa yang Mungkin Muncul


a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
c) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

2. Intra Operasi
a. Pengkajian
Pada saat pengkajian intra operasi secara ringkas mengkaji halhal yang
berhubungan dengan pembedahan. Diantaranya adalah validasi identitas dan
prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan, serta konfirmasi
kelengkapan data penunjang laboratorium dan radiologi

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke instalasi
bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase
ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan IV cath, pemberian
medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh:
memberikan dukungan psikologis selama induksi anestesi, bertindak sebagai
perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi
dengan menggunakan prinsip - prinsip dasar kesimetrisan tubuh. Prinsip
tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu: pengaturan posisi
karena posisi yang diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman
pasien dan keadaan psikologis pasien. Faktor yang penting untuk
diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah:
1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi
2) Umur dan ukuran tubuh pasien.
3) Tipe anaesthesia yang digunakan.
4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan

Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien: Atur posisi pasien dalam


posisi yang nyaman dan sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area
yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk. Anggota tim asuhan
pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan
kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril:
1) Anggota steril, terdiri dari: ahli bedah utama /operator, asisten ahli
bedah, scrub nurse /perawat instrumen
2) Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari: ahli atau pelaksana anaesthesi,
perawat sirkulasi dan anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-
alat pemantau yang rumit).

b. Diagnosa yang Mungkin Muncul


1) Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
2) Risiko hipotermi perioperatif berhubungan dengan suhu lingkungan
rendah

3. Pasca Operasi
Fase pasca operasi dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan
(recovery room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik
atau di rumah. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anstesi dan
memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
a. Pengkajian Awal
Pengkajian awal pada fase post operasi adalah sebagai berikut:
1) Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan
2) Usia dan kondisi umum pasien, kepatenan jalan nafas, tanda-tanda vital
3) Anastesi dan medikasi lain yang digunakan
4) Segala masalah yang terjadi dalam ruang operasi yang mungkin
memengaruhi peraatan pasca operasi
5) Patologi yang dihadapi
6) Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan penggantian
7) Segala selang, drain, kateter, atau alat pendukung lainnya
8) Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anastesi yang akan
diberitahu
9) Status Respirasi: kontrol pernafasan, kepatenan jalan nafas, status
sirkulasi, status neurologi dan muskuloskletal

b. Diagnosa yang Mungkin Muncul


1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (tindakan operasi)
2) Risiko hipotermi perioperatif berhubungan dengan suhu lingkungan
rendah
3) Risiko jatuh berhubungan dengan kondisi pasca operasi
DAFTAR PUSTAKA
Camporesi EM. Pawlinga M. Anesthesia. In: Textbook of Surgery Pocket
Companion. USA : W.B Saunders Company. 2002. Page 69-79

Polk HC. Principles of preoperative preparation of the surgical patient. In: Textbook
of  surgery Pocket Companion. USA : W.B Saunders Company. 2002. Page 39-47

Anda mungkin juga menyukai