Di Susun Oleh:
FAJAR SIDIK PRATAMA
4338114901210020
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai salah
satu bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program
Studi Profesi Ners STIKes Horizon Karawang.
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Karawang
Tanggal :
Mengetahui,
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Program
Studi Profesi Ners STIKes Horizon Karawang.
Pembimbing,
Eldawati, M.Kep.,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
Karya Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas akhir dalam proses
perkuliahan Keperawatan. Dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini penulis telah
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan ide, saran dan
pembimbing yang telah banyak membantu dengan penuh kesabaran dan dapat
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya selama penyusunan karya ilmiah akhir
ini.
2. Ibu Nita Syamsiah, M.Kep., selaku Ketua Prodi Sarjana Keperawatan STIKes
Horizon Karawang.
3. Ibu Ns. Rima Novianti, Ns., M.Kep., selaku Koordinator Mata Ajar Riset
4. Staf Dosen Prodi Ners STIKes Horizon Karawang yang telah banyak memberikan
yang tiada hentinya sehingga penulis bisa menyelesaikan semua tugas dan
Penulis menyadari bahwa karya akhir ilmiah yang telah disusun masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karna itu mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan di masa yang akan datang, akhir kata saya berharap
Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Semoga penyusunan karya akhir ilmiah ini memberikan manfaat bagi pengembangan
Penulis
Abstrak
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2019, anemia pada remaja
putri masih cukup tinggi dengan prevalensi anemia berkisar 40% - 88%. Prevalensi
anemia defisiensi besi di Amerika Serikat yang merupakan negara maju sekitar 9% -
11% pada wanita tidak hamil usia 19-49 tahun (Baral & Onta, 2019). Berdasarkan
Riskesdas (2019), dilaporkan bahwa angka kejadian anemia secara rasional sebesar
21,7%, dimana 18,4% teradi pada laki-laki dan 23,9% terjadi pada perempuan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat di rumuskan masalah dalam studi
kasus ini adalah bagaimana Aplikasi Pemberan Minum Sari Kacang Hijau
Terhadap peningkatan HB pada Pasien Anemia di Ruang Rengasdengklok RSUD
Karawang.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran atau pengalaman nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan dan aplikasi Pemberian Minum Sari Kacang Hijau Terhadap
peningkatan HB pada Pasien Anemia.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien anemia
b. Mampu merumuskna diagnosa keperawatan pada pasien anemia
2. Metode Wawancara
3. Dokumentasi
4. Demonstrasi
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
3. Bagi Masyarakat
4. Bagi Penulis
TINJAUAN TEORI
1. Definisi Anemia
darah merah yang lebih rendah dari nilai normal (Arisman, 2007).
Anemia merupakan suatu keadaan saat jumlah sel darah merah atau
hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah atau lebih kecil daripada
nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin.
2. Jenis-Jenis Anemia
Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang
kebutuhan tubuh akan zat besi atau yang memenuhi sintesis Hb atau
anemia defisiensi besi terjai karena kandungan zat besi yang tidak
Anemia sel sabit merupakan salah satu kelompok penyakit yang secara
karena obstruksi yang disebabkan oleh sel darah merah yang menjadi
sel sabit dan peningkatan destruksi sel darah merah. Keadaan sel-sel
yang berbentuk sabit yang kaku yang saling terjalin dan terjaring akan
d. Anemia aplastik
e. Anemia gravis
3. Etiologi Anemia
hemoglobin atau sel darah merah. Pada umumnya terdapat tiga penyebab
b. Asupan zat besi yang tidak cukup dan penyerapan yang tidak adekuat
kopi dan teh) pada waktu yang sama dengan waktu makan sehingga
4. Patofisiologi Anemia
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang
belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
dari proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah
(hemoglobinuria).
5. Pemeriksaan diagnostik
b. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi
a. Pengkajian
lesu, pasien mengatakan nafsu makan menurun, mual dan sering haus.
cara yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara head to toe
b. Diagnosa Keperawatan
3) Intoleransi Aktivitas
4) Risiko Infeksi
Oservasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang
disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan,
jika perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antemetik), jika peru
- Kolaborasi dengan ahli gizi
unuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Intoleransi Aktivitas Manajmen Energi
Observasi :
- Identifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatka
kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan
emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjrkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Anjarkan strateg koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
a. Kalsium
b. Zat besi
c. Kalium
d. Fosfor
e. Magnesium
a. Mengurangi anemia.
b. Mencegah Sembelit.
c. Memperkuat tulang.
sehari sekali.
C. Jurnal Pendukung
Tahun 2019
Populasi Populasi pada Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 kepada
sampling.
Muhammadiyah Lamongan.
Comparison Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh World Healt Organization (WHO) Regional
Office SEARO tahun 2008, salah satu masalah gizi pada remaja
anak kecil dan 5% - 10% dari wanita usia 15-45 tahun. Pada
BAB II
TINJAUAN TEORI
6. Definisi Anemia
darah merah yang lebih rendah dari nilai normal (Arisman, 2007).
Anemia merupakan suatu keadaan saat jumlah sel darah merah atau
hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah atau lebih kecil daripada
nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin.
7. Jenis-Jenis Anemia
Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang
kebutuhan tubuh akan zat besi atau yang memenuhi sintesis Hb atau
anemia defisiensi besi terjai karena kandungan zat besi yang tidak
Anemia sel sabit merupakan salah satu kelompok penyakit yang secara
karena obstruksi yang disebabkan oleh sel darah merah yang menjadi
sel sabit dan peningkatan destruksi sel darah merah. Keadaan sel-sel
yang berbentuk sabit yang kaku yang saling terjalin dan terjaring akan
e. Anemia aplastik
f. Anemia gravis
8. Etiologi Anemia
hemoglobin atau sel darah merah. Pada umumnya terdapat tiga penyebab
e. Asupan zat besi yang tidak cukup dan penyerapan yang tidak adekuat
kopi dan teh) pada waktu yang sama dengan waktu makan sehingga
9. Patofisiologi Anemia
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang
belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
dari proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah
(hemoglobinuria).
10. Pemeriksaan diagnostik
h. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi
e. Pengkajian
lesu, pasien mengatakan nafsu makan menurun, mual dan sering haus.
cara yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara head to toe
f. Diagnosa Keperawatan
7) Intoleransi Aktivitas
8) Risiko Infeksi
Oservasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang
disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan,
jika perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antemetik), jika peru
- Kolaborasi dengan ahli gizi
unuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Intoleransi Aktivitas Manajmen Energi
Observasi :
- Identifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatka
kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan
emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjrkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Anjarkan strateg koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
g. Kalsium
h. Zat besi
i. Kalium
j. Fosfor
k. Magnesium
g. Mengurangi anemia.
h. Mencegah Sembelit.
i. Memperkuat tulang.
sehari sekali.
F. Jurnal Pendukung
Tahun 2019
Populasi Populasi pada Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 kepada
sampling.
Muhammadiyah Lamongan.
Comparison Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh World Healt Organization (WHO) Regional
Office SEARO tahun 2008, salah satu masalah gizi pada remaja
anak kecil dan 5% - 10% dari wanita usia 15-45 tahun. Pada
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Adapun orang tua klien yang bertanggung jawab atas Nn. N adalah Tn.
b. Keluhan Utama
f. Genogram
Gambar 3.1
X X
17 th
Nn. N
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Garis Keturunan
X : Meninggal
1) Pola Nutrisi
Di Rumah :
yaitu ayam, sayur dan sambel, pasien tidak ada makanan yang
tidak merokok.
Di Rumah Sakit :
2) Pola Eliminasi
Di Rumah :
- BAK
- BAB
Di Rumah Sakit :
- BAK
produksi urine 300 ml/cc, warna kuning jernih, bau urine khas,
- BAB
3) Pola Aktivitas
Di Rumah :
Di Rumah Sakit :
4) Pola Tidur
Di Rumah :
Pasien mengatakan lama tidur malam kurang lebih 6 jam perhari,
lama tidur siang 1 jam per hari, kualitas tidur tidak teratur, pola
Di Rumah Sakit :
5) Pola Kebersihan
Di Rumah :
Di Rumah Sakit :
h. Riwayat Seksualitas
2) Sosial
3) Spiritual
keluarganya.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Telinga
- Inspeksi :
- Palpasi :
Mata
- Inspeksi :
penglihatan.
- Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan pada bola mata, tidak ada peningkatan
Hidung
- Inspeksi :
Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak
ada sumbatan.
- Palpasi :
Mulut
- Inspeksi :
Mulut nampak bersih, mukosa bibir kering/pucat, jumlah gigi
3) Sistem Integumen
- Inspeksi :
- Palpasi :
4) Sistem Kardiovaskuler
- Palpasi :
- Auskultasi :
5) Sistem Pernafasan
- Inspeksi :
- Palpasi :
- Perkusi :
6) Sistem pencernaan
- Inspeksi :
- Palpasi :
- Perkusi :
Tympani.
- Auskultasi :
7) Sistem Perkemihan
- Inspeksi :
Tidak utoge massa, dan tidak ada pulsasi, tidak terpasang alat
- Palpasi :
nyeri tekan.
8) Sistem Persarafan
- Nervus Olfaktorius
- Nervus Optikus
Pasien bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm.
- Nervus Trigeminus
menggerakkan rahangnya.
- Nervus Fasialis.
- Nervus Auditorius
semua pertanyaan.
kata “Ach “.
- Nervus Acessorius
yang diberikan.
- Nervus Hipoglosus
Pasien mampu menjulurkan lidahnnya kekiri dan kekanan dan
9) Sistem Endokrin
- Inspeksi :
tangan.
- Palpasi :
- Ekstremitas Atas :
kanan.
- Ekstremitas Bawah :
Ya 25
Dibantuperawat/tidakmenggunakanalat bantu Ya 0
Menggunakanalatbantu:kruk/tongkat, kursiroda Ya 15
Merambatdenganberpeganganpadameja,kursi Ya 30
(furniture)
4. Apakahterpasanginfus/pemberianantikoagulan Tidak 0
(heparin)/obat lain yang
mempunyaiefeksampingrisiko jatuh Ya 20
5. Kondisiuntukmelakukangerakanberpindah /
mobilisasi
Normal/tirah baring/imobilisasi Ya 0
Lemah Ya 10
Ada keterbatasanberjalan Ya 20
6. Status mental
Menyadarikelemahannya Ya 0
Tidakmenyadarikelemahannya Ya 15
Jumlahskor……………………………….. 45
≥ 51 RISIKO TINGGI
1. Makan √
2. Berubahsikapdariberbaringkeduduk/
darikursirodake bed √
3. Mandi
4. Berpakaian
5. Membersihkandiri √
6. Berpindah/berjalan
7. Toileting (masukkeluar toilet sendiri) √
8. Naikturuntangga
9. Mengendalikanbuang air kecil √
10. Mengendalikanbuang air besar
√
MANDIRI
YANG SKOR
DINILAI
1 2 3 4
l. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 3.2
m. Terapi Obat
Tabel 3.3
PRC 1x1 IV
2. Analisa Data
RSUD Karawang
Tabel 3.4
3. Intoleransi Aktivitas
RSUD Karawang
Tabel 3.5
No. Dx Tujuan Intervensi
1 Setelah dilakukan Pencegahan Syok
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam Observasi :
diharapkan perfusi - Monitor status
perifer meningkat kardiopulmonal
dengan (frekuensi dan kekuatan
Kriteria hasil : nadi, frekuensi napas,
- Denyut nadi TD, MAP)
perifer - Monitor status
meningkat oksigenasi (oksimetri
- Warna kulit nadi, AGD)
pucat menurun - Monitor status cairan
- Kelemahan otot (masukan dari haluaran,
menurun turgor kulit, CRT)
- Pengisian - Monitor tingkat
kapile membaik kesadaran dan respon
- Akral membaik pupil
- Turgon kulit - Periksa riwayat alergi
membaik Terapeutik :
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >95%
- Periapkan intubasi dan
ventilasi mekanis, jika
perlu
- Pasang jalur IV, jika
perlu
- Pasang kateter urine
untuk menilai produksi
urine,jika perlu
- Lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi
Edukasi :
- Jelaskan
penyebab/faktor risiko
syok
- Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
- Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan
tanda dan gejala awal
syok
- Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghndari
allergen
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
tranfusi darah, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian
antiinfalamasi
2 Setelah dilakukan Manajmen Nutrisi
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam Oservasi :
diharapkan status - Identifikasi status
nutrisi membaik dengan nutrisi
Kriteria hasil: - Identifikasi alergi dan
- Porsi makan intoleransi makanan
yang - Identifikasi makanan
dihabiskan yang disukai
meningkat - Identifikasi kebutuhan
- Berat badan kalori dan jenis nutrien
membaik - Identifikasi perlunya
- IMT membaik penggunaan selang
- Frekuensi nasogastrik
makan - Monitor asupan
membaik makanan
- Nafsu makan - Monitor berat badan
membaik - Monitor hasil
- Membrane pemeriksaan
mukosa laboratorium
membaik Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antemetik), jika
peru
- Kolaborasi dengan ahli
gizi unuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
3 Setelah dilakukan Manajmen Energi
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam Observasi :
diharapkan toleransi - Identifikasi gangguan
aktivitas meningkat fungsi tubuh yang
dengan mengakibatka kelelahan
Kriteria hasil : - Monitor kelelahan fisik
- Frekuensi nadi dan emosional
meningkat - Monitor pola dan jam
- Kemudahan tidur
dalam - Monitor lokasi dan
melakukan ketidaknyamanan
aktivitas selama melakukan
meningkat aktivitas
- Keluhan lelah Terapeutik :
menurun - Sediakan lingkungan
- Perasaan lemah nyaman dan rendah
menurun stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjrkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Anjarkan strateg koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
4. Implementasi Keperawatan
07:00
R/
R/
- Pasien mengatakan
tidak nafsu makan
- Pasien tampak lemah
- Makan habis ½ porsi
1 Menjelaskan Pengertian dan
08:30 manfaat pemberian Minum
Sari Kacang Hijau
R/
- Pasien dapat
menyebutkan manfaat
Pemberian Minum Sari
Kacang Hijau
- Pasien tampak
memperhatikan dengan
baik
- Pasien mengikuti
penjelasan sampai
dengan selesai
R/
- Pasien mengakatan
menyukai minum
kacang hijau
16 Desember 1 Memonitor tanda-tanda vital
2021 pasien
07:00
R/
- Pasien mengatakan
tidak nafsu makan
- Pasien tampak lemah
- Makan habis ½ porsi
08:00 1 Memberikan minum kacang
hijau
R/
- Pasien mengatakan
mulai mlakukan
aktivitas secara
bertahap sperti duduk
sendiri
5. Evaluasi Keperawatan
15 Desember 1 S
2021 - klien mengatakan lemas
O
Analisis:
Perencanaan:
- Pencegahan Syok
1 S
- Pasien dapat menyebutkan
manfaat minum kacang
hijau
- Pasien mengakatan
menyukai minum kacang
hijau
O:
- Pasien tampak
memperhatikan dengan
baik
- Pasien mengikuti
penjelasan sampai dengan
selesai
- Pasien tampak rileks
Analisis
Perencanaan
- Pencegahan syok
- Pemberian minum
kacang hijau
S
- Pasien mengatakan lebih
enak dari hari kemarin
O
- Pasien tampak lemah
- TD: 100/60 mmHg
- N: 85x/menit
- RR: 18 x/menit
- HB: 3.5 g/dL
Analisis
Perencanaan
- Pencegahan syok
- Pemberian minum
kacang hijau
B. Pembahasan Kasus
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan suatu
data identitas pasien. Nama pasien Nn. N, umur 17 tahun, jenis kelamin
2021 pukul 08.00, Klien tampak lemas, pucat. Klien mengatakan mual,
2,9 g/dL. Klien mengatakan mual, muntah nafsu makan berkurang, makan
2. Diagnosa Keperawatan
Dari literatur yang penulis pelajari, secara teoritis anemia, Terdiri dari 4
DPP PPNI, 2019) : Denyut nadi perifer meningkat, Warna kulit pucat
Pencegahan Syok.
menurut (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) : Porsi makan yang
Serta intervensi keperawatan utama menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
keperawatan utama menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) yaitu,
Manajmen Energi.
4. Implementasi Keperawatan
lebih baik dan sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan.Selain itu
habis ½ porsi.
5. Evaluasi Keperawatan
masalah keperawatan risiko perfusi perifer tidak efektif pada pasien Nn. n
g/dL menjadi 3.5 g/dL. Untuk mencapai hasil yang maksimal intervensi
ditingkatkan.
C. Pembahasan Evidence Based Practice
dimana yang satu diberikan intervensi dan pasien satunya lagi sebagai
kontrol atau pembanding. Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui apakah
yang telah di berikan di rumah sakit. Sehingga nilai yang lebih siginifikan
inilah yang akan diambil untuk dijadikan pasien kelolaan dalam tugas Karya
Ilmiah Akhir. Hasil perbandingan nilai HB di hari pertama pengkajian pada
Tabel 3.8
HB. Sebelum penulis memberikan Minum Kacang Hijau pada Nn. N, penulis
dari kacang hijau yaitu Kalsium, Zat besi, Kalium, Fosfor, Magnesium dan
dan vitamin K. Salah satunya kandungannya adalah zat besi yang dapat
sesuai dengan Standar Oprasional Prosedur (SOP) yang telah dibuat dan
Tabel 3.9
Berdasarkan nilai HB pre dan post diberikan intervensi terapi Minum Kacang
selama 3 hari 4.1 g/dL. Sehingga terdapat selisih rata-rata nilai HB pre dan
pemberian terapi Minum Kacang Hijau pada nilai HB Nn. N dengan masalah
kedua, aplikasi ini dapat diterapkan dalam salah satu upaya manajemen
yang ditemukan dalam aplikasi Minum Kacang Hijau hanya bisa dilakukan
sehingga masalah keperawatan utama yaitu risiko perfusi perifer tidak efektif
Hijau.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tanda gejala yang muncul pada pasien setelah dilakukan pengkajian adalah
masalah anemia adalah risiko perfusi perifer tidak efektif, risiko defisit
nutrisi, dan intoleransi aktivitas. Hal ini sesuai dengan tinjauan teori bahwa
pada penderita anemia akan mengalami risiko perfusi perifer tidak efektif.
3. Untuk tujuan dari masalah keperawatan risiko perfusi perifer tidak efektif
tidak efektif yang terjadi pada Nn. N adalah melakukan pemantauan tanda-
hijau pasien lebih rileks, dan kadar HB meningkat yang sebelum diberikan
6. Intervensi inovasi pada kasus ini adalah terapi minum kacang hijau yang
sesudah diberikan terapi sebesar 0.63 g/dL. Hasil inilah yang menunjukan
pasien.
B. Saran
1. Bagi Klien
Disarankan pada klien dan keluarga agar terapi minum kacang hijau dapat
mengeluarkan banyak biaya dan juga merupakan salah satu alternatif awal
respon pada tubuh yang dapat muncul secara tiba-tiba dan membantu
2. Bagi Perawat
Disarankan pada profesi perawat agar terapi minum kacang hijau ini dapat
dalam upaya meningkatkan kadar HB, baik diberikan secara langsung atau
hijau.
4. Bagi Institusi
menunjang.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, A. (2019). Efektifitas Minuman Kacang Hijau Terhadap Peningkatan Kadar HB. Temu
Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat .
Astawan, M. (2019). Sehat dengan Hidangan Kacang HIjau dan Biji-Bijian. Depok: Penebar
Swadaya.
Heltty. (2018). Pengaruh Jus Kacang Hijau Terhadap Kadar Hemoglobin dan Jumlah Sel
Darah dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Kanker dengan Kemoterapi . Program
Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia .
Nora Maulina, I. P. (2019). Pengaruh Pemberian Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus) Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Jantan GalurWistar. Jurnal
Pendidikan Kimia , 57-60.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Rizkiawati. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hb dalam Darah Tukang Becak.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro .
Sunita, A. (2018). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.