Anda di halaman 1dari 79

EFEKTIFITAS TERAPI MINUM KACANG HIJAU TERHADAP

PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIM PADA PASIEN ANEMIA


DI RUANG RENGASDENGKLOK
RSUD KARAWANG

KARYA ILMIAH AKHIR

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Gelar Ners Pada Program


Studi Pendidikan Profesi Ners STIKes Horizon Karawang

Di Susun Oleh:
FAJAR SIDIK PRATAMA
4338114901210020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG
Jl. Pangkal Perjuangan Km 1 By Pass Karawang 41316
2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir ini diajukan oleh

Nama : Fajar Sidik Pratama


NIM : 4338114901210020
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Judul KIA-N : Efektifitas Terapi Minum Kacang Hijau Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Pasien Anemia
di Ruang Rengasdengklok RSUD Karawang

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai salah
satu bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program
Studi Profesi Ners STIKes Horizon Karawang.

DEWAN PENGUJI

Penguji : Iham Suryana, Ns., M.Kep., Sp. KMB ( )


NIDN:
Pembimbing :Eldawati, M. Kep., ( )
NIDN:

Ditetapkan di : Karawang

Tanggal :

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners


STIKes Horizon Karawang

Nita Syamsiah, M. Kep.


NIK: KRW-2019-2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Akhir ini diajukan oleh

Nama : Fajar Sidik Pratama


NIM : 4338114901210020
Program Studi : Profesi Ners
Judul KIA-N : Efektifitas Terapi Minum Kacang Hijau Terhadap
Peningkatak Kadar Hemoglobin Pada Pasien Anemia
di Ruang Rengasdengklok RSUD Karawang

Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Program
Studi Profesi Ners STIKes Horizon Karawang.

Pembimbing,

Eldawati, M.Kep.,
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah Akhir yang

berjudul“Efektifitas Terapi Minum Kacang Hijau Terhadap Peningkatan Kadar

Hemoglobin Pada Pasien Anemia di Ruang Rengasdengklok RSUD Karawang”.

Karya Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas akhir dalam proses

perkuliahan Keperawatan. Dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini penulis telah

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan ide, saran dan

dukungan oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Ibu Eldawati, M.Kep., selaku Ketua STIKes Horizon Karawangdan dosen

pembimbing yang telah banyak membantu dengan penuh kesabaran dan dapat

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya selama penyusunan karya ilmiah akhir

ini.

2. Ibu Nita Syamsiah, M.Kep., selaku Ketua Prodi Sarjana Keperawatan STIKes

Horizon Karawang.

3. Ibu Ns. Rima Novianti, Ns., M.Kep., selaku Koordinator Mata Ajar Riset

Keperawatan STIKes Horizon Karawang.

4. Staf Dosen Prodi Ners STIKes Horizon Karawang yang telah banyak memberikan

pendidikan dan ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat mudah menyelesaikan

karya ilmiah akhir ini.


5. Orang tua yang selalu mendukung dan selalu memberikan semangat dan do’a

yang tiada hentinya sehingga penulis bisa menyelesaikan semua tugas dan

rintangan dalam mencari ilmu dengan baik.

Penulis menyadari bahwa karya akhir ilmiah yang telah disusun masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karna itu mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi perbaikan di masa yang akan datang, akhir kata saya berharap

Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Semoga penyusunan karya akhir ilmiah ini memberikan manfaat bagi pengembangan

ilmu. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Karawang, April 2022

Penulis
Abstrak
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah gizi di Indonesia yang terjadi umumnya didominasi oleh masalah


obesitas, masalah kekurangan vitamin A (KVA) dan masalah anemia gizi besi
(AGB). Salah satu masalah gizi yang sering terjadi pada usia remaja yatu anemia gizi
besi atau yang lebih dikenal dengan istilah anemia. Anemia adalah kondisi dimana
tubuh mengalami jumlah sel darah merah yang sangat sedikit sehingga akan
mempengaruhi fungsi jaringan tubuh (Proverawati,2013). Usia remaja mengalami
anemia apabila kadar hemoglobin di bawah 12 g/dl untuk perempuan an 13 g/dl untuk
laki-laki (Anggraeni,2020).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2019, anemia pada remaja
putri masih cukup tinggi dengan prevalensi anemia berkisar 40% - 88%. Prevalensi
anemia defisiensi besi di Amerika Serikat yang merupakan negara maju sekitar 9% -
11% pada wanita tidak hamil usia 19-49 tahun (Baral & Onta, 2019). Berdasarkan
Riskesdas (2019), dilaporkan bahwa angka kejadian anemia secara rasional sebesar
21,7%, dimana 18,4% teradi pada laki-laki dan 23,9% terjadi pada perempuan.

Menurut Almatzier Sunita (2019), cara meningkatkan kadar Hb dalam


tubuh yaitu meningkatkan konsumsi makanan bergizi yakni makanan yang banyak
mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati dan telur)
dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
Sumber zat besi adalah daging berwarna merah (sapi, kambing dan domba). Makanan
buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C seperti tomat, jeruk dan nanas
sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus dan jika
dibutuhkan minum tablet tambah darah seminggu sekali atau setiap hari selama haid.
Menurut Maryam, dkk (2020) dampak anemia bagi remaja putrid adalah
menurunnya kesehatan reproduksi, terhambatnya perkembangan motorik mental dan
kecerdasan, menurunkan kemampuan dn konsentrasi belajar, mengganggu
pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal, menurunkan fisik
olahraga serta tingkat kebugarandan mengakibatkan muka pucat. Dampak anemia
pada remaja putri yaitu tubuh pada masa pertumbuhan mudah terinfeksi,sehingga
pada saat menjadi calon ibu dengan keadaan beresiko tinggi.

Menurut Rustam Mochtar (2020) faktor yang mempengaruhi kejadian anemia


yaitu : kehilangan darah yang disebabkan oleh pendarahan menstruasi, status gizi dan
absorbs makanan. Kehilangan darah yang disebabkan oleh pendarahan menstruasi,
karena jika kehilangan darah tubuh dengan segera menarik cairan dari jaringan diluar
pembuluh darah, akibatnya darah menjadi encer dan persentasi sel darah merah
berkurang. Remaja dengan status gizi yang rendah memungkinkan untuk terjadinya
anemia, karena gizi merupakan suatu proses organism yang di konsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan dan metabolism.
Absobsi makanan yang dikonsumsi oleh remaja harus memiliki jumlah kalori dan zat
gizi yang sesuai dengan kebutuhan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral,
serat dan air. (Krisnaluli Diah, 2020)

Selain dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar makanan dan minuman,


kacang hijau dapat digunakan sebagai tambahan asupan zat besi untuk mencegah
anemia. Kandungan besi yang terdapat di dalam kacang hijausebesar 6,7 mg/100g.
unsur besi yang tergolong mineral mikro merupakan komponen utama dari sintesis
hemoglobin. Kekurangan zat besi dalam tubuh akan mempengaruhi pembentukan
hemoglobin jika terjadi terus menerus akan mengakibatkan tubuh kekurangan
hemoglobin atau disebut dengan anemia (Rositawaty, 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Heltty, dkk (2019) di RSUP Fatmawati


Jakarta, menyatakan bahwa jus kacang hijau mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap peningkatan kadar hemoglobin dan sel-sel darah pasien kanker yang
menjalani kemoterapi. Pemberian jus kacang hijau selama 7 hari sebanyak 500
cc/hari dengan rata-rata peningkatan hemoglobin sebesar 1,12g/dl.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maulina dan Sitepu (2019)


menyatakan bahwa pemberian kacang hijau dengan dosis 18 g/kgBB/hari dan 36
g/kgBB/hari efektif terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada tikus putih.
Peningkatan kadar hemoglobin tertinggi pada kelompok dosis 18 g/kgBB/hari
sebanyak 4,09 g/dl.

Kacang hijau merupakan sumber makanan yang mengandung sumber protein,


kaya serat, rendah karbohidrat, mengandung lemak sehat, kaya vitamin-vitamin
seperti vitamin B, riboslavin, B6, asam pantothenat serta niasin. Vitamin yang
terkandung di dalamnya membantu meningkatkan energy dan metabolism tubuh.
Setelah mempelajari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan intervensi
Pemberian Minum Sari Kacang Hijau kepada pasien kelolaan peneliti yang di
diagnosa medis anemia di ruangan Rengasdengklok RSUD Karawang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat di rumuskan masalah dalam studi
kasus ini adalah bagaimana Aplikasi Pemberan Minum Sari Kacang Hijau
Terhadap peningkatan HB pada Pasien Anemia di Ruang Rengasdengklok RSUD
Karawang.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran atau pengalaman nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan dan aplikasi Pemberian Minum Sari Kacang Hijau Terhadap
peningkatan HB pada Pasien Anemia.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien anemia
b. Mampu merumuskna diagnosa keperawatan pada pasien anemia

c. Mampu merencanakan intervensi untuk meningkatkan HB pada pasien

anemia dengan aplikasi Pemberian Minum Sari Kacang Hijau.

d. Mampu melakukan implementasi pada pasien anemia menggunakan

Pemberian Minum Sari Kacang Hijau pada pasien Anemia.

e. Mampu melakukan evaluasi dan dokumentasi pada pasien anemia

setelah di berikan Minum Sari Kacang Hijau.

D. Metode Pengumpulan Data


1. Observasi-Partisipasi

Pengumpulan data dengan cara bertatapan langsung dengan pasien dan

ikut dalam melakukan perawatan pada pasien.

2. Metode Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan tatap muka langsung dan

melakukan tanya jawab secara langsung.

3. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan dan mencatat data berupa status pasien, catatan

keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.

4. Demonstrasi

Penulis Memberikan Minum Sari Kacang Hijau kepada pasien dengan


Anemia.
E. Manfaat
1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat menambah refernsi

perpustakaan maupun menambah wawasan dalam bidang keperawata pada

saat menangani pasien.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

menambah wawasan kegiatan belajar mengajar tentang asuhan

keperawatan pada pasien dengan masalah penurunan HB pada pasien

anemia dengan aplikasi Pemberian Minum Sari Kacang Hijau.

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan

tentang manfaat Pemberian Minum Sari Kacang Hijau Terhadap

Peningkatan HB pada pasien anemia.

4. Bagi Penulis

Penulis dapat mengaplikasikan teori-teori atau karya inovasi yang

diperoleh di pelayanan kesehatan dan dapat meningkatkan pengetahuan

dan wawasan mengenai aplikasi Pemberian Minum Sari Kacang Hijau.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Anemia

1. Definisi Anemia

Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel

darah merah yang lebih rendah dari nilai normal (Arisman, 2007).

Anemia merupakan suatu keadaan saat jumlah sel darah merah atau

konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak

mencukupi untuk seluruh kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013).

Menurut Adriyani (2012) anemia diartikan sebagai suatu keadaan kadar

hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah atau lebih kecil daripada

nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin.

2. Jenis-Jenis Anemia

a. Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang

mengurangi pasokan zat besi, mengganggu absorbsinya, meningkatkan

kebutuhan tubuh akan zat besi atau yang memenuhi sintesis Hb atau

anemia defisiensi besi terjai karena kandungan zat besi yang tidak

memadai dalam makanan (Wong,2009:1120)


b. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan karena

terjadinya penghancuran sel darah merah dalam pembuluh darah

sehingga umur eritrosit pendek. Penyebab hemolisis dapat karena

kongenital (faktor eritrosit sendiri, gangguan enzim, hemoglobinopati)

c. Anemia sel sabit

Anemia sel sabit merupakan salah satu kelompok penyakit yang secara

kolektif disebut hemoglobinopati, yaitu hemoglobin A (HbA) yang

normal digantikan sebagian atau seluruhnya dengan hemoglobbin sabit

(HbS) yang abnormal. Gambaran klinis anemia sel sabit terutama

karena obstruksi yang disebabkan oleh sel darah merah yang menjadi

sel sabit dan peningkatan destruksi sel darah merah. Keadaan sel-sel

yang berbentuk sabit yang kaku yang saling terjalin dan terjaring akan

menimbulkan obstruksi intermiten dalam mikrosirkulasi sehingga

terjadi vaso-oklusi. Tidak adanya aliran darah pada jaringan

disekitarnya mengakibatkan hipoksia lokal yang selanjutnya diikuti

dengan iskemia dan infark jaringan (kematian sel).

d. Anemia aplastik

Anemia aplastik merupakan gangguan akibat kegagalan sumsum

tulang yang menyebabkan penipisan semua unsur sumsum. Produksi

sel-sel darah menurun atau terhenti. Timbul pansitopenia dan

hiposelularitas sumsum. Manifestasi gejala tergantung beratnya


trombositopenia (gejala perdarahan), neutropenia (infeksi bakteri,

demam), dan anemia (pucat, lelah, gagal jantung kongesti, takikardia).

e. Anemia gravis 

Anemia gravis merupakan kondisi yang lebih serius. Seseorang

dikatakan mengalami penyakit ini ketika kadar hemoglobinnya kurang

dari 8 g/dL. Hal ini tentu sangat berbahaya, sehingga penderitanya

membutuhkan transfusi darah.

3. Etiologi Anemia

Menurut Depkes, sebagian besar anemia di Indonesia disebabkan

karena kekurangan zat besi yang merupakan komponen yang membentuk

hemoglobin atau sel darah merah. Pada umumnya terdapat tiga penyebab

anemia defisiensi besi, antara lain (Arisman, 2007) :

a. Kehilangan darah secara kronis (menstruasi dan infestasi cacing)

b. Asupan zat besi yang tidak cukup dan penyerapan yang tidak adekuat

c. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pembentukan sel darah merah

pada kondisi tertentu, contohnya masa kehamilan, menyusui,

pertumbuhan bayi, dan masa remaja.

Kekurangan zat besi terjadi karena kurangnya mengkonsumsi makanan

yang mengandung zat besi atau sudah mengkonsumsi makanan yang

mengandung zat besi, tetapi terjadi gangguan absorbsi di dalam usus

karena ada cacing atau gangguan pencernaan. Ditambah kebiasaan dengan


mengkonsumsi makanan yang mengganggu penyerapan zat besi (seperti

kopi dan teh) pada waktu yang sama dengan waktu makan sehingga

menyebabkan absorbsi zat besi semakin rendah.

4. Patofisiologi Anemia

Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum

atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan

sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat

kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang

belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau

hemolisis (destruksi).

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik

atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil

dari proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap

kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan

peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas

1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah

mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka

hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).

Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma

(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,

hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalamurin

(hemoglobinuria).
5. Pemeriksaan diagnostik

Menurut Muscari (2005:284) pemeriksaan diagnostik pada anemia adalah:

a. Jumlah pemeriksaan darah lengkap dibawah normal (Hemoglobin < 12

g/dL, Hematokrit < 33%, dan sel darah merah)

b. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi

c. Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa

d. Tes comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimun

e. Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal

pada penyakit sel sabit

f. Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12

6. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan

data secara subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga)

melalui metode anamnesa dan data objektif (data hasil pengukuran

atau observasi). Biasanya data subjektif yang didapatkan dari pasien

penderita anemia/keluarga seperti pasien mengatakan lemah, letih dan

lesu, pasien mengatakan nafsu makan menurun, mual dan sering haus.

Sementara data objektif akan ditemukan pasien tampak lemah, berat

badan menurun, pasien tidak mau makan/tidak dapat menghabiskan


porsi makan, pasien tampak mual dan muntah, bibir tampak kering dan

pucat, konjungtiva anemis.

Untuk mendapatkan data lanjutan, perlu dilakukan

pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang pada pasien

dengan anemia agar dapat mendukung data subjektif yang diberikan

dari pasien maupun keluarga. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4

cara yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara head to toe

sehingga dalam pemeriksaan kepala pada pasien dengan anemia

didapatkan hasil rambut tampak kering, tipis, mudah putus, wajah

tampak pucat, bibir tampak pucat, konjungtiva anemis, biasanya juga

terjadi perdarahan pada gusi dan telinga terasa berdengung. Pada

pemeriksaan leher dan dada ditemukan jugular venous pressure akan

melemah, pasien tampak sesak nafas. Untuk pemeriksaan abdomen

akan ditemukan perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan kadang-

kadang splenomegali. Namun untuk menegakkan diagnosa medis

anemia, perlunya dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan

darah lengkap dan pemeriksaan fungsi sumsum tulang.

b. Diagnosa Keperawatan

1) Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif

2) Risiko Defisit Nutrisi

3) Intoleransi Aktivitas

4) Risiko Infeksi

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).


c. Kriteria Hasil

2.1 Tabel Kriteria Hasil

Diagnosa Keprawatan Kriteria Hasil

Risiko Perfusi Perifer Tidak Perfusi Perifer

Efektif - Denyut nadi perifer (5)


- Penyembuhan luka (5)
- Sensasi (5)
- Warna kulit pucat (5)
- Edema perifer (5)
- Nyeri eksremitas (5)
- Kelemahan otot (5)
- Nekrosis (5)
- Pengisian kapile (5)
- Akral (5)
- Turgon kulit (5)
- Tekanan darah sistolik
(5)
- Tekanan darah
diastolik (5)
Risiko Defisit Nutrisi Status Nutrisi

- Porsi makan yang


dihabiskan (5)
- Berat badan (5)
- IMT (5)
- Frekuensi makan (5)
- Nafsu makan (5)
- Membran mukosa (5)
Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas

- Frekuensi nadi (5)


- Kemudahan dalam
melakukan aktivitas
(5)
- Keluhan lelah (5)
- Perasaan lemah (5)
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019).
d. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keprawatan Intervensi

Risiko Perfusi Perifer Pencegahan Syok

Tidak Efektif Observasi :


- Monitor status
kardiopulmonal (frekuensi
dan kekuatan nadi, frekuensi
napas, TD, MAP)
- Monitor status oksigenasi
(oksimetri nadi, AGD)
- Monitor status cairan
(masukan dari haluaran,
turgor kulit, CRT)
- Monitor tingkat kesadaran
dan respon pupil
- Periksa riwayat alergi
Terapeutik :
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >95%
- Periapkan intubasi dan
ventilasi mekanis, jika perlu
- Pasang jalur IV, jika perlu
- Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine,jika
perlu
- Lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi
Edukasi :
- Jelaskan penyebab/faktor
risiko syok
- Jelaskan tanda dan gejala
awal syok
- Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok
- Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan menghndari
allergen
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian IV,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian
tranfusi darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
antiinfalamasi
Risiko Defisit Nutrisi Manajmen Nutrisi

Oservasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang
disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan,
jika perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antemetik), jika peru
- Kolaborasi dengan ahli gizi
unuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Intoleransi Aktivitas Manajmen Energi

Observasi :
- Identifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatka
kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan
emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjrkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Anjarkan strateg koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

B. Konsep Pemberian Minum Kacang Hijau

1. Kandungan Kacang Hijau

a. Kalsium

b. Zat besi

c. Kalium

d. Fosfor

e. Magnesium

f. Beragam vitamin, seperti vitamin A, vitamin B, folat, vitamin C,

vitamin E, dan vitamin K

2. Manfaat Kacang Hijau

a. Mengurangi anemia.

b. Mencegah Sembelit.

c. Memperkuat tulang.

d. Mencegah gizi buruk.

e. Meningkatkan kesehatan jantung.

f. Meningkatkan kecerdasan bayi.

3. Pemberian Minum Kacang Hijau


Intervensi pemberian minum kacang hijau diberikan secara individual

dilakukan oleh peneliti selama 3 hari dengan. Rekomendasi dilakukan

sehari sekali.

C. Jurnal Pendukung

Penulis Amirul Amalia,S.ST.,M.Kes

Tahun 2019

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui pengaruh

pemberian minuman kacang hijau terhadap peningkatan kadar

hemoglobin (Hb) pada mahasiswi semester 4 prodi D-III

Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

Jenis Penelitian ini menggunakan Desain penelitian ini metode

penelitian paeeksperimen pendekatannya dengan cara one group pre test-

post test design.

Populasi Populasi pada Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 kepada

Seluruh mahasiswi semester 4 prodi D-III Kebidanan STIKES.

Sample sebesar 38 diambil dengan teknik simple random

sampling.

Intervensi Melakukan pemberian minuman kacang hijau dan mengetahui

apakah ada pengaruhnya terhadap kadar hemoglobin (HB) pada

mahasiswa semster 4 D-III Kebidanan Di STIKES

Muhammadiyah Lamongan.

Comparison Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh World Healt Organization (WHO) Regional

Office SEARO tahun 2008, salah satu masalah gizi pada remaja

putri di Asia Tenggara adalah anemia defisinsi zat besi yaitu

kira-kira 25% - 40% remaja putri menjadi korban anemia dari

tingkat ringan hingga berat. Di Amerika Serikat (AS), pendrita

Anemia Defisiensi Zat Besi cukup besar , yaitu 20 % dari anak-

anak kecil dan 5% - 10% dari wanita usia 15-45 tahun. Pada

tahun 2008 berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) terdapat 57% anak putri (10-14 tahun) dan 39,5%

perempuan (15-45 tahun) diketahui menderita anemia.

Penelitian oleh Depkes RI pada tahun 2008 di 2 propinsi yaitu

jawa tengah dan jawa timur yang meliputi 10 kabupaten

menemukan bahwa sekitar 82% remaja putri mengalami anemia

(Hb <11,5 gr/dl), (sunarko,2009. Selain itu penelitian lain yang

telah dilakukan oleh Almatzier Sunita (2011), menyimpulkan

bahwa cara meningkatkan kadar Hb dalam tubuh yaitu

meningkatkan konsumsi makanan bergizi yakni makanan yang

banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani

( daging, ikan , ayam ,hati ,telur) dan bahan makanan nabati

( sayuran berwarna hijau tua , kacang-kacangan, tempe) sumber

zat besi adalah daging berwarna merah (sapi, kambing,

domba) , buncis , sayuran hijau ,telur, kacang-kacangan ,sea


food. Sumber folat adalah buah segar ,sayuran hijau, kembang

kol, hati , ginjal, produk olahan susu. Sebaiknya sayuran

dikonsumsi mentah atau setengah matang. Sumber vitamin B12

adalah daging , hati, ginjal, tiram, keju dan telur.makan buah-

buahan yang banyak mengandung vitamin C

(tomat,jeruk,nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan

penyerapan zat besi dalam usus. Dan jika dibutuhkan minum

tablet tambah darah seminggu sekali atau setiap hari selama

haid.Kacang Hijau merupakan sumber makanan yang

mengandung sumber protein, kaya serat, rendah karbohidrat,

mengandung lemak sehat, kaya vitamin vitamin seperti vitamin

B lain,seperti riboslavin,B6,asam pantothenat,serta

niasin.vitamin yang terkandung didalamnyamembanrtu

meningkatkan energy dan metabolisme tubuh dan mineral kaya

enzim aktif.Setelah mempelajari uraian diatas faktor yang

mempengaruhi peningkatan kadar Hb dalam darah , maka

peneliti hanya memfokuskan pada kebutuhan nutrisi remaja

yaitu dengan pemberian minuman kacang hijau pada mahasiswa

karena kacang hijau mengandung zat besi yang dapat

meningkatkan kadar Hb dalam darah.

Outcome Hasil penelitian inidi dapatkan Kadar Hemoglobin (Hb)

sebelum pemberian minuman kacang hijau pada mahasiswa


semester 4 D-III Kebidanan STIKES Muhammadiyah

Lamongan Tahun 2019 menunjukkan rata-rata kadar

hemoglobin (Hb) sebelum diberikan minuman kacang hijau dari

38 Mahasiswa, didapatkan rata-rata 9,65 gr/dl, dengan standar

deviasi 1,06.Dan untuk Kadar Hb Sesudah Pemberian Minuman

Kacang Hijau menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin (Hb)

rata-rata 10,6 gr/dl, dengan standar deviasi 0,86. Dapat

disimpulkan bahwa rata-rata Kadar Hemoglobin (Hb) sebelum

dan sesudah pemberian minuman kacang hijau pada mahasiswa

semester 4 D-III Kebidanan STIKES Muhammadiyah

Lamongan Tahun 2019 menunjukkan bahwa rata-rata 10,6

gr/dl, bahwa efektif pemberian minuman kacang hijau.

Time Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 mei. pada seluruh

mahasiswa Semester 4 D-III Kebidanan di STIKES

Muhammadiyah Lamongan Tahun 2019

BAB II
TINJAUAN TEORI

D. Konsep Dasar Anemia

6. Definisi Anemia

Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel

darah merah yang lebih rendah dari nilai normal (Arisman, 2007).

Anemia merupakan suatu keadaan saat jumlah sel darah merah atau

konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak

mencukupi untuk seluruh kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013).

Menurut Adriyani (2012) anemia diartikan sebagai suatu keadaan kadar

hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah atau lebih kecil daripada

nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin.

7. Jenis-Jenis Anemia

d. Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang

mengurangi pasokan zat besi, mengganggu absorbsinya, meningkatkan

kebutuhan tubuh akan zat besi atau yang memenuhi sintesis Hb atau

anemia defisiensi besi terjai karena kandungan zat besi yang tidak

memadai dalam makanan (Wong,2009:1120)


e. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan karena

terjadinya penghancuran sel darah merah dalam pembuluh darah

sehingga umur eritrosit pendek. Penyebab hemolisis dapat karena

kongenital (faktor eritrosit sendiri, gangguan enzim, hemoglobinopati)

f. Anemia sel sabit

Anemia sel sabit merupakan salah satu kelompok penyakit yang secara

kolektif disebut hemoglobinopati, yaitu hemoglobin A (HbA) yang

normal digantikan sebagian atau seluruhnya dengan hemoglobbin sabit

(HbS) yang abnormal. Gambaran klinis anemia sel sabit terutama

karena obstruksi yang disebabkan oleh sel darah merah yang menjadi

sel sabit dan peningkatan destruksi sel darah merah. Keadaan sel-sel

yang berbentuk sabit yang kaku yang saling terjalin dan terjaring akan

menimbulkan obstruksi intermiten dalam mikrosirkulasi sehingga

terjadi vaso-oklusi. Tidak adanya aliran darah pada jaringan

disekitarnya mengakibatkan hipoksia lokal yang selanjutnya diikuti

dengan iskemia dan infark jaringan (kematian sel).

e. Anemia aplastik

Anemia aplastik merupakan gangguan akibat kegagalan sumsum

tulang yang menyebabkan penipisan semua unsur sumsum. Produksi

sel-sel darah menurun atau terhenti. Timbul pansitopenia dan

hiposelularitas sumsum. Manifestasi gejala tergantung beratnya


trombositopenia (gejala perdarahan), neutropenia (infeksi bakteri,

demam), dan anemia (pucat, lelah, gagal jantung kongesti, takikardia).

f. Anemia gravis 

Anemia gravis merupakan kondisi yang lebih serius. Seseorang

dikatakan mengalami penyakit ini ketika kadar hemoglobinnya kurang

dari 8 g/dL. Hal ini tentu sangat berbahaya, sehingga penderitanya

membutuhkan transfusi darah.

8. Etiologi Anemia

Menurut Depkes, sebagian besar anemia di Indonesia disebabkan

karena kekurangan zat besi yang merupakan komponen yang membentuk

hemoglobin atau sel darah merah. Pada umumnya terdapat tiga penyebab

anemia defisiensi besi, antara lain (Arisman, 2007) :

d. Kehilangan darah secara kronis (menstruasi dan infestasi cacing)

e. Asupan zat besi yang tidak cukup dan penyerapan yang tidak adekuat

f. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pembentukan sel darah merah

pada kondisi tertentu, contohnya masa kehamilan, menyusui,

pertumbuhan bayi, dan masa remaja.

Kekurangan zat besi terjadi karena kurangnya mengkonsumsi makanan

yang mengandung zat besi atau sudah mengkonsumsi makanan yang

mengandung zat besi, tetapi terjadi gangguan absorbsi di dalam usus

karena ada cacing atau gangguan pencernaan. Ditambah kebiasaan dengan


mengkonsumsi makanan yang mengganggu penyerapan zat besi (seperti

kopi dan teh) pada waktu yang sama dengan waktu makan sehingga

menyebabkan absorbsi zat besi semakin rendah.

9. Patofisiologi Anemia

Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum

atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan

sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat

kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang

belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau

hemolisis (destruksi).

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik

atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil

dari proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap

kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan

peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas

1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah

mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka

hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).

Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma

(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,

hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalamurin

(hemoglobinuria).
10. Pemeriksaan diagnostik

Menurut Muscari (2005:284) pemeriksaan diagnostik pada anemia adalah:

g. Jumlah pemeriksaan darah lengkap dibawah normal (Hemoglobin < 12

g/dL, Hematokrit < 33%, dan sel darah merah)

h. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi

i. Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa

j. Tes comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimun

k. Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal

pada penyakit sel sabit

l. Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12

7. Konsep Asuhan Keperawatan

e. Pengkajian

Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan

data secara subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga)

melalui metode anamnesa dan data objektif (data hasil pengukuran

atau observasi). Biasanya data subjektif yang didapatkan dari pasien

penderita anemia/keluarga seperti pasien mengatakan lemah, letih dan

lesu, pasien mengatakan nafsu makan menurun, mual dan sering haus.

Sementara data objektif akan ditemukan pasien tampak lemah, berat

badan menurun, pasien tidak mau makan/tidak dapat menghabiskan


porsi makan, pasien tampak mual dan muntah, bibir tampak kering dan

pucat, konjungtiva anemis.

Untuk mendapatkan data lanjutan, perlu dilakukan

pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang pada pasien

dengan anemia agar dapat mendukung data subjektif yang diberikan

dari pasien maupun keluarga. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4

cara yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara head to toe

sehingga dalam pemeriksaan kepala pada pasien dengan anemia

didapatkan hasil rambut tampak kering, tipis, mudah putus, wajah

tampak pucat, bibir tampak pucat, konjungtiva anemis, biasanya juga

terjadi perdarahan pada gusi dan telinga terasa berdengung. Pada

pemeriksaan leher dan dada ditemukan jugular venous pressure akan

melemah, pasien tampak sesak nafas. Untuk pemeriksaan abdomen

akan ditemukan perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan kadang-

kadang splenomegali. Namun untuk menegakkan diagnosa medis

anemia, perlunya dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan

darah lengkap dan pemeriksaan fungsi sumsum tulang.

f. Diagnosa Keperawatan

5) Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif

6) Risiko Defisit Nutrisi

7) Intoleransi Aktivitas

8) Risiko Infeksi

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).


g. Kriteria Hasil

2.1 Tabel Kriteria Hasil

Diagnosa Keprawatan Kriteria Hasil

Risiko Perfusi Perifer Tidak Perfusi Perifer

Efektif - Denyut nadi perifer (5)


- Penyembuhan luka (5)
- Sensasi (5)
- Warna kulit pucat (5)
- Edema perifer (5)
- Nyeri eksremitas (5)
- Kelemahan otot (5)
- Nekrosis (5)
- Pengisian kapile (5)
- Akral (5)
- Turgon kulit (5)
- Tekanan darah sistolik
(5)
- Tekanan darah
diastolik (5)
Risiko Defisit Nutrisi Status Nutrisi

- Porsi makan yang


dihabiskan (5)
- Berat badan (5)
- IMT (5)
- Frekuensi makan (5)
- Nafsu makan (5)
- Membran mukosa (5)
Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas

- Frekuensi nadi (5)


- Kemudahan dalam
melakukan aktivitas
(5)
- Keluhan lelah (5)
- Perasaan lemah (5)
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019).
h. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keprawatan Intervensi

Risiko Perfusi Perifer Pencegahan Syok

Tidak Efektif Observasi :


- Monitor status
kardiopulmonal (frekuensi
dan kekuatan nadi, frekuensi
napas, TD, MAP)
- Monitor status oksigenasi
(oksimetri nadi, AGD)
- Monitor status cairan
(masukan dari haluaran,
turgor kulit, CRT)
- Monitor tingkat kesadaran
dan respon pupil
- Periksa riwayat alergi
Terapeutik :
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >95%
- Periapkan intubasi dan
ventilasi mekanis, jika perlu
- Pasang jalur IV, jika perlu
- Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine,jika
perlu
- Lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi
Edukasi :
- Jelaskan penyebab/faktor
risiko syok
- Jelaskan tanda dan gejala
awal syok
- Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok
- Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan menghndari
allergen
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian IV,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian
tranfusi darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
antiinfalamasi
Risiko Defisit Nutrisi Manajmen Nutrisi

Oservasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang
disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan,
jika perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antemetik), jika peru
- Kolaborasi dengan ahli gizi
unuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Intoleransi Aktivitas Manajmen Energi

Observasi :
- Identifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatka
kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan
emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjrkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Anjarkan strateg koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

E. Konsep Pemberian Minum Kacang Hijau

4. Kandungan Kacang Hijau

g. Kalsium

h. Zat besi

i. Kalium

j. Fosfor

k. Magnesium

l. Beragam vitamin, seperti vitamin A, vitamin B, folat, vitamin C,

vitamin E, dan vitamin K

5. Manfaat Kacang Hijau

g. Mengurangi anemia.

h. Mencegah Sembelit.

i. Memperkuat tulang.

j. Mencegah gizi buruk.

k. Meningkatkan kesehatan jantung.

l. Meningkatkan kecerdasan bayi.

6. Pemberian Minum Kacang Hijau


Intervensi pemberian minum kacang hijau diberikan secara individual

dilakukan oleh peneliti selama 3 hari dengan. Rekomendasi dilakukan

sehari sekali.

F. Jurnal Pendukung

Penulis Amirul Amalia,S.ST.,M.Kes

Tahun 2019

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui pengaruh

pemberian minuman kacang hijau terhadap peningkatan kadar

hemoglobin (Hb) pada mahasiswi semester 4 prodi D-III

Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

Jenis Penelitian ini menggunakan Desain penelitian ini metode

penelitian paeeksperimen pendekatannya dengan cara one group pre test-

post test design.

Populasi Populasi pada Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 kepada

Seluruh mahasiswi semester 4 prodi D-III Kebidanan STIKES.

Sample sebesar 38 diambil dengan teknik simple random

sampling.

Intervensi Melakukan pemberian minuman kacang hijau dan mengetahui

apakah ada pengaruhnya terhadap kadar hemoglobin (HB) pada

mahasiswa semster 4 D-III Kebidanan Di STIKES

Muhammadiyah Lamongan.

Comparison Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh World Healt Organization (WHO) Regional

Office SEARO tahun 2008, salah satu masalah gizi pada remaja

putri di Asia Tenggara adalah anemia defisinsi zat besi yaitu

kira-kira 25% - 40% remaja putri menjadi korban anemia dari

tingkat ringan hingga berat. Di Amerika Serikat (AS), pendrita

Anemia Defisiensi Zat Besi cukup besar , yaitu 20 % dari anak-

anak kecil dan 5% - 10% dari wanita usia 15-45 tahun. Pada

tahun 2008 berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) terdapat 57% anak putri (10-14 tahun) dan 39,5%

perempuan (15-45 tahun) diketahui menderita anemia.

Penelitian oleh Depkes RI pada tahun 2008 di 2 propinsi yaitu

jawa tengah dan jawa timur yang meliputi 10 kabupaten

menemukan bahwa sekitar 82% remaja putri mengalami anemia

(Hb <11,5 gr/dl), (sunarko,2009. Selain itu penelitian lain yang

telah dilakukan oleh Almatzier Sunita (2011), menyimpulkan

bahwa cara meningkatkan kadar Hb dalam tubuh yaitu

meningkatkan konsumsi makanan bergizi yakni makanan yang

banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani

( daging, ikan , ayam ,hati ,telur) dan bahan makanan nabati

( sayuran berwarna hijau tua , kacang-kacangan, tempe) sumber

zat besi adalah daging berwarna merah (sapi, kambing,

domba) , buncis , sayuran hijau ,telur, kacang-kacangan ,sea


food. Sumber folat adalah buah segar ,sayuran hijau, kembang

kol, hati , ginjal, produk olahan susu. Sebaiknya sayuran

dikonsumsi mentah atau setengah matang. Sumber vitamin B12

adalah daging , hati, ginjal, tiram, keju dan telur.makan buah-

buahan yang banyak mengandung vitamin C

(tomat,jeruk,nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan

penyerapan zat besi dalam usus. Dan jika dibutuhkan minum

tablet tambah darah seminggu sekali atau setiap hari selama

haid.Kacang Hijau merupakan sumber makanan yang

mengandung sumber protein, kaya serat, rendah karbohidrat,

mengandung lemak sehat, kaya vitamin vitamin seperti vitamin

B lain,seperti riboslavin,B6,asam pantothenat,serta

niasin.vitamin yang terkandung didalamnyamembanrtu

meningkatkan energy dan metabolisme tubuh dan mineral kaya

enzim aktif.Setelah mempelajari uraian diatas faktor yang

mempengaruhi peningkatan kadar Hb dalam darah , maka

peneliti hanya memfokuskan pada kebutuhan nutrisi remaja

yaitu dengan pemberian minuman kacang hijau pada mahasiswa

karena kacang hijau mengandung zat besi yang dapat

meningkatkan kadar Hb dalam darah.

Outcome Hasil penelitian inidi dapatkan Kadar Hemoglobin (Hb)

sebelum pemberian minuman kacang hijau pada mahasiswa


semester 4 D-III Kebidanan STIKES Muhammadiyah

Lamongan Tahun 2019 menunjukkan rata-rata kadar

hemoglobin (Hb) sebelum diberikan minuman kacang hijau dari

38 Mahasiswa, didapatkan rata-rata 9,65 gr/dl, dengan standar

deviasi 1,06.Dan untuk Kadar Hb Sesudah Pemberian Minuman

Kacang Hijau menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin (Hb)

rata-rata 10,6 gr/dl, dengan standar deviasi 0,86. Dapat

disimpulkan bahwa rata-rata Kadar Hemoglobin (Hb) sebelum

dan sesudah pemberian minuman kacang hijau pada mahasiswa

semester 4 D-III Kebidanan STIKES Muhammadiyah

Lamongan Tahun 2019 menunjukkan bahwa rata-rata 10,6

gr/dl, bahwa efektif pemberian minuman kacang hijau.

Time Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 mei. pada seluruh

mahasiswa Semester 4 D-III Kebidanan di STIKES

Muhammadiyah Lamongan Tahun 2019


BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Kasus

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Klien

Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 15 Desember 2021, di

dapatkan data identitas pasien. Nama pasien Nn. N, umur 17 tahun,

jenis kelamin perempuan. Nn. N bekerja sebagai pelajar. Pasien Nn. N

datang ke rumah sakit pada tanggal 14 Desember 2021 dan dirawat di

Ruang Rengasdengklok dengan diagnosa medis Anemia Gravis.

Adapun orang tua klien yang bertanggung jawab atas Nn. N adalah Tn.

S berumur 50 tahun beragama islam. Sehari – hari Tn. S bekerja

sebagai Pedagang Sembako, Nn. N tinggal dengan keluarga di Desa

Cirejag, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.

b. Keluhan Utama

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 15 Desember 2021 pukul

08.00, Klien tampak lemas, pucat. Klien mengatakan mual, muntah,

mudah lelah dan napsu makan berkurang.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada tanggal 15 Desember 2021 Klien tampak lemah, pucat,

konjungtiva anemis, Hb 2,9. Klien mengatakan mual, muntah nafsu

makan berkurang, makan habis ½ porsi, makan 2 kali sehari


d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit masa lalu

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang mempunyai

penyakit seperti anemia.

f. Genogram

Genogram keluarga Nn. N dalam tiga generasi

Gambar 3.1

X X

17 th

Nn. N

Keterangan :

: Laki - laki

: Perempuan

: Garis Keturunan

X : Meninggal

: Tinggal dalam satu rumah


g. Pola dan Kebiasaan

1) Pola Nutrisi

Di Rumah :

Pasien mengatakan makan 3 kali sehari (pagi, siang, sore), nafsu

makan baik, 1 porsi makan yang dihabiskan, makanan yang disukai

yaitu ayam, sayur dan sambel, pasien tidak ada makanan yang

membuat alergi, tidak ada makanan pantangan, diit rendah serat,

tidak merokok.

Di Rumah Sakit :

Pasien mengatakan makan 2 kali sehari (pagi, sore), nafsu makan

menurun dikarenakan mual dan muntah, pasien mengatakan makan

habis setengah porsi.

2) Pola Eliminasi

Di Rumah :

- BAK

Klien mengatakan frekuensi bak 4-5 kali perhari, total

produksi urine kurang lebih 1500cc/hari, warna kuning jernih,

bau urine khas, tidak ada keluhan, tidak terpasang kateter.

- BAB

Pasien mengatakan frekuensi bab 1 – 2 kali perhari, konsistensi

lunak, bau khas, warna kekuningan, tidak ada keluhan.

Di Rumah Sakit :
- BAK

Klien mengatakan frekuensi bak 3 – 4 kali perhari, total

produksi urine 300 ml/cc, warna kuning jernih, bau urine khas,

tidak ada keluhan, tidak terpasang kateter.

- BAB

Klien mengatakan frekuensi bab 1 kali perhari, konsistensi

lunak, bau khas, warna kecoklatan, tidak ada keluhan.

3) Pola Aktivitas

Di Rumah :

Pasien mengatakan aktivitas sehari – hari sedang, mobilisasi tidak

terbatas, kebiasaan aktivitas membersihkan rumah, tingkat aktivitas

mampu miring kanan – kiri, mampu duduk dan berdisi sendiri,

mampu ke kamar mandi sendiri, mampu makan dan minum sendiri,

keluhan dalam beraktivitas cepat terasa lelah.

Di Rumah Sakit :

Pasien mengatakan aktivitas sehari – hari ringan, mobilitasi tidak

terbatas, kebiasaan aktivitas ditempat tidur, tingkat aktivitas

mampu miring kanan – kiri, mampu duduk dan berdiri dibantu, ke

kamar mandi dibantu, mampu makan dan minum sendiri, keluhan

dalam beraktivitas cepat terasa Lelah.

4) Pola Tidur

Di Rumah :
Pasien mengatakan lama tidur malam kurang lebih 6 jam perhari,

lama tidur siang 1 jam per hari, kualitas tidur tidak teratur, pola

kebiasaan tidur menonton tv.

Di Rumah Sakit :

Pasien mengatakan lama tidur malam 4 – 5jamper hari, pasien juga

mengeluh bahwa susah tidur, dan tidur tidak nyenyak.

5) Pola Kebersihan

Di Rumah :

Pasien mengatakan frekuensi mandi 2 kali perhari (pagi dan sore),

menggunakan sabun mandi, frekuensi menyikat gigi 2 kali perhari

(pagi, sore), menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, frekuensi

mencuci rambut 3 kali seminggu, menggunakan sampo, tidak ada

hambatan dalam membersihkan diri, persepsi dalam membersihkan

diri sebelum sakit baik.

Di Rumah Sakit :

Pasien mengatakan selama di RS belum mandi, dan hanya di seka

dengan kain basah, frekuensi menyikat gigi 2 kali perhari (pagi,

dan sore), menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, pasien

mengatakan belum keramas, pasien lemes jika berdiri lama,

persepsi dalam membersihkan diri selama sakit baik.

h. Riwayat Seksualitas

i. Riwayat Psikososial Spiritual


1) Psikis

Pasien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya, klien

mengatakan ingin sembuh dan sehat kembali.

2) Sosial

Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik dan tidak ada

masalah, pasien tinggal dirumah dengan kedua orangtuanya di

perkampungan. Hubungan klien dengan pasien lain serta perawat

baik dan tidak ada masalah.

3) Spiritual

Pasien mengatakan seorang muslim, kegiatan keagamaan yang

selalu dilakukan yaitu beribadah lima waktu, keyakinan klien disaat

sakit yaitu beribadah dan selalu berdoa kepada tuhan untuk

kesembuhannya serta bisa beraktivitas kembali dirumah bersama

keluarganya.

j. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 15 Desember 2021 pada

pukul 10.00 WIB.

1) Keadaan Umum

Kesadaran pasien compos mentis, GCS : E4 V5 M6, pasien tampak

lemas TTV: Tekanan Darah : 100/70 mmHg, Nadi : 80 x/menit,

Respiratori : 20 x/menit, Suhu : 36.6 ºC, Tinggi Badan : 155 cm,

Berat Badan : 45 kg.


2) Sistem Penginderaan

Telinga

- Inspeksi :

Fungsi pendengaran baik, nampak simetris, tidak ada serumen,

tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

- Palpasi :

Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.

Mata

- Inspeksi :

Mata simetris, tidak ada pembengkakan palpebra, konjungtiva

tidak anemis, sklera ikterik, pupil isokor, diameter kanan/kiri 3

mm/3mm, reflek cahaya +/+, tidak menggunakan alat bantu

penglihatan.

- Palpasi:

Tidak ada nyeri tekan pada bola mata, tidak ada peningkatan

tekanan intra okuler.

Hidung

- Inspeksi :

Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak

ada sumbatan.

- Palpasi :

Tidak ada nyeri tekan.

Mulut

- Inspeksi :
Mulut nampak bersih, mukosa bibir kering/pucat, jumlah gigi

lengkap, tidak ada peradangan gusi, lidah nampak bersih.

3) Sistem Integumen

- Inspeksi :

Warna kulit kuning langsat, kulit nampak kering dan bersisik,

tidak ada lesi.

- Palpasi :

Turgor kulit elastis.

4) Sistem Kardiovaskuler

- Palpasi :

Iktus kordis teraba pada intercostals V, tidak ada peningkatan

JVP (Jugularis Vena Pressure), CRT (Cafilrary Refilling

Time) dapat kembali dalam waktu 2 detik, akral teraba hangat,

denyut nadi teraba kuat dengan irama teratur.

- Auskultasi :

Bunyi jantung normal S1 dan S2 terdengar murni regular.

5) Sistem Pernafasan

- Inspeksi :

Tidak terdapat pernafasan cuping hidung, pengembangan paru

saat bernafas simetris, terdapat retraksi interkostal.

- Palpasi :

Tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak ada nyeri tekan.

- Perkusi :

Perkusi suara paru resonan.


- Auskultasi :

Bunyi napas normal/vesikuler.

6) Sistem pencernaan

- Inspeksi :

Abdomen nampak simetris.

- Palpasi :

Adanya nyeri tekan pada abdomen, tidak ada pembesaran

hepar dan limpa.

- Perkusi :

Tympani.

- Auskultasi :

Bising usus 6x/menit.

7) Sistem Perkemihan

- Inspeksi :

Tidak utoge massa, dan tidak ada pulsasi, tidak terpasang alat

bantu kateter, output urine 300 cc/24 jam.

- Palpasi :

Ginjal tidak teraba, tidak ada tanda hidronefrosis, tidak ada

nyeri tekan.

8) Sistem Persarafan

Test Nervus Cranial :

- Nervus Olfaktorius

Pasien mampu membedakan bau kopi dan kayu putih.

- Nervus Optikus
Pasien bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm.

- Nervus Okulomotoris, Troklearis, Abdusen

Pasien mampu menggerakkan bola mata kearah atas, bawah,

dan samping serta mengedip secara spontan.

- Nervus Trigeminus

Pasien mengatakan sentuhan kapas diwajahnya, klien dapat

menggerakkan rahangnya.

- Nervus Fasialis.

Pasien dapat menggerakkan dahi, dapat membedakan rasa asin,

manis pada lidahnya, tidak terdapat parese.

- Nervus Auditorius

Pasien mendengar dengan jelas dibuktikan dapat menjawab

semua pertanyaan.

- Nervus Glosofaringeus dan Vagus

Pasien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah,

klien dapat menelan, uvula bergetar saat klien mengucapkan

kata “Ach “.

- Nervus Acessorius

Pasien dapat menggerakkan leher, kekuatan otot sama saat

diberi tekanan pada dagu disaat klien menoleh, klien dapat

mengangkat bahunya tanpa rasa nyeri dan melawan tekanan

yang diberikan.

- Nervus Hipoglosus
Pasien mampu menjulurkan lidahnnya kekiri dan kekanan dan

dapat menariknya dengan baik dan pergerakan terkontrol.

9) Sistem Endokrin

- Inspeksi :

Tidak ada tanda – tanda gangguan hormonal seperti moonface

dan exophthalmos, tidak terdapat tremor pada kedua belah

tangan.

- Palpasi :

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening.

10) Sistem Muskuloskeletal

- Ekstremitas Atas :

Pergelangan tangan dapat (ekstensi, fleksi, dan rotasi), jari –

jari tangan dapat (abduksi, reflek bisep, dan tricep), kekuatan

otot 5/5/5/5, tidak terdapat edema, terpasang infus pada tangan

kanan.

- Ekstremitas Bawah :

Pergelangan kakidapat (fleksi dan ekstensi), jari – jari kaki

dapat (versi, inversi, abduksi, dan reflek fatella), kekuatan otot

5/5/5/5, tidak terdapat edema padakaki.

k. Penilaian Risiko Jatuh, Kemampuan Fungsional, Risiko Dekubitus

Dilakukan pengkajian pada tanggal 03 Januari 2022.


Tabel 3.1

PENILAIAN RISIKO JATUH (Skala Morse)

Parameter Nilai Skor

1. Apakahadariwayatjatuhdalam 3 bulanterakhir Tidak 0

Ya 25

2. Apakahadapenyakitpenyerta (diagnosis Tidak 0


sekunder)
Ya 15

3. Alat bantu jalan

 Dibantuperawat/tidakmenggunakanalat bantu Ya 0

 Menggunakanalatbantu:kruk/tongkat, kursiroda Ya 15

 Merambatdenganberpeganganpadameja,kursi Ya 30
(furniture)
4. Apakahterpasanginfus/pemberianantikoagulan Tidak 0
(heparin)/obat lain yang
mempunyaiefeksampingrisiko jatuh Ya 20

5. Kondisiuntukmelakukangerakanberpindah /
mobilisasi
 Normal/tirah baring/imobilisasi Ya 0

 Lemah Ya 10

 Ada keterbatasanberjalan Ya 20

6. Status mental

 Menyadarikelemahannya Ya 0

 Tidakmenyadarikelemahannya Ya 15

Jumlahskor……………………………….. 45

0-24 TIDAK BERISIKO

Interpretasi 25-50 RISIKO RENDAH

≥ 51 RISIKO TINGGI

PENILAIAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL (BarthelIndeks)

Aktivitas yang dinilai 0 5 10

1. Makan √
2. Berubahsikapdariberbaringkeduduk/
darikursirodake bed √
3. Mandi
4. Berpakaian
5. Membersihkandiri √
6. Berpindah/berjalan
7. Toileting (masukkeluar toilet sendiri) √
8. Naikturuntangga
9. Mengendalikanbuang air kecil √
10. Mengendalikanbuang air besar

Jumlahskor 85 Interpretasi 0-20 Ketergantungan TOTAL


21-99
Ketergantungan SEBAGIAN
100 (Ringan,Sedang,Berat)

MANDIRI

PENILAIAN RISIKO DEKUBITUS (METODE NORTON)

YANG SKOR
DINILAI
1 2 3 4

Kondisifisik Sangatburuk Buruk Sedang Baik

Status mental Sopor Bingung Apatis Sadar

Aktifitas Ditempattidu Kursiroda Jalandengan Jalansendiri


r bantuan

Mobilitas Tidakberger Sangatterbat Gerakterbatas Bebasbergerak


ak as

Inkontinensia Inkontinenuri Selalukontin Kadanginkonti Kontinen


ndanalvi en nen

Jumlahskor 19 Interpretasi 16-20 : 12-15 : < 12 : Risikotinggi


tidakadarisiko Rentanrisiko

l. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 3.2

Tanggal pemeriksaan 09 – 12 -2021


Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 2,9 11,7 – 15,5
Eritrosit 0,32 4,10 – 5,10
Leukosit 6,28 4,50 – 12,50
Trombosit 206 150 – 400
Hematokrit 4,7 35,0 – 47,0
Gula Darah Sewaktu 84 70 – 110
Ureum 17,7 15,0 – 30,0
Creatinin 0,48 0,50 – 0,90

m. Terapi Obat

Tabel 3.3

Nama obat frekuensi rute kegunaan

Ceftriaxone 2x1 IV Antibiotk


Omeprazole 2x1 IV Menurunkan asam
lambung
Ranitidin 2x1 IV Anti histamin

PRC 1x1 IV

Nacl 20 tpm IV Keseimbangan


elektrolit

2. Analisa Data

Pada Pasien Nn. N dengan Anemia Gravis di Ruang Rengasdengklok

RSUD Karawang

Tabel 3.4

Data Etiologi Masalah


DS: Defesiensi B12, Asam folat, Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif
Klien mengatakan lemas, Zat besi
kepala pusing ↓
Hb↓
DO: ↓
Klien tampak lemah, pucat Anemia
konjungtiva anemis ↓
TTV Perfusi perifer↓
TD : 100/70 ↓
N : 80 x/menit Suplai O2 dan nutrisi ke
RR : 20 x/menit jaringan↓
S : 36,5 °C ↓
HB : 2,9 g/dL Risiko perfusi perifer tidak
efektif
DS Defesiensi B12, Asam folat, Risiko Defisit Nutrisi
Klien mengatakan lemas, Zat besi
nafsu makan menurun, mual ↓
dan muntah Hb↓
DO ↓
Klien tampak lemah, makan Anemia
2x sehari habis ½ porsi ↓
Membrane mukossa tampak Perfusi perifer↓
kering dan pucat ↓
Suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan↓

Nutrisi di jaingan↓

Risiko Defisit Nutrisi
DS Defesiensi B12, Asam folat, Intoleransi Aktivitas
Klien mengatakan lemas, Zat besi
klien mengeluh lelah saat ↓
beraktivitas Hb↓
DO ↓
Klien tampak lemah Anemia
TTV ↓
TD : 100/70 Perfusi perifer↓
N : 80 x/menit ↓
RR : 20 x/menit Suplai O2 dan nutrisi ke
S : 36,5 °C jaringan↓

ATP berkurang (kelelahan)

Intoleransi Aktivitas

2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

1. Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif

2. Risiko Defisit Nutrisi

3. Intoleransi Aktivitas

3. Tujuan dan Intervensi Keperawatan

Pada Pasien Nn. N dengan Anemia Gravis di Ruang Rengasdengklok

RSUD Karawang

Tabel 3.5
No. Dx Tujuan Intervensi
1 Setelah dilakukan Pencegahan Syok
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam Observasi :
diharapkan perfusi - Monitor status
perifer meningkat kardiopulmonal
dengan (frekuensi dan kekuatan
Kriteria hasil : nadi, frekuensi napas,
- Denyut nadi TD, MAP)
perifer - Monitor status
meningkat oksigenasi (oksimetri
- Warna kulit nadi, AGD)
pucat menurun - Monitor status cairan
- Kelemahan otot (masukan dari haluaran,
menurun turgor kulit, CRT)
- Pengisian - Monitor tingkat
kapile membaik kesadaran dan respon
- Akral membaik pupil
- Turgon kulit - Periksa riwayat alergi
membaik Terapeutik :
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >95%
- Periapkan intubasi dan
ventilasi mekanis, jika
perlu
- Pasang jalur IV, jika
perlu
- Pasang kateter urine
untuk menilai produksi
urine,jika perlu
- Lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi
Edukasi :
- Jelaskan
penyebab/faktor risiko
syok
- Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
- Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan
tanda dan gejala awal
syok
- Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghndari
allergen
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
tranfusi darah, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian
antiinfalamasi
2 Setelah dilakukan Manajmen Nutrisi
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam Oservasi :
diharapkan status - Identifikasi status
nutrisi membaik dengan nutrisi
Kriteria hasil: - Identifikasi alergi dan
- Porsi makan intoleransi makanan
yang - Identifikasi makanan
dihabiskan yang disukai
meningkat - Identifikasi kebutuhan
- Berat badan kalori dan jenis nutrien
membaik - Identifikasi perlunya
- IMT membaik penggunaan selang
- Frekuensi nasogastrik
makan - Monitor asupan
membaik makanan
- Nafsu makan - Monitor berat badan
membaik - Monitor hasil
- Membrane pemeriksaan
mukosa laboratorium
membaik Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antemetik), jika
peru
- Kolaborasi dengan ahli
gizi unuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
3 Setelah dilakukan Manajmen Energi
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam Observasi :
diharapkan toleransi - Identifikasi gangguan
aktivitas meningkat fungsi tubuh yang
dengan mengakibatka kelelahan
Kriteria hasil : - Monitor kelelahan fisik
- Frekuensi nadi dan emosional
meningkat - Monitor pola dan jam
- Kemudahan tidur
dalam - Monitor lokasi dan
melakukan ketidaknyamanan
aktivitas selama melakukan
meningkat aktivitas
- Keluhan lelah Terapeutik :
menurun - Sediakan lingkungan
- Perasaan lemah nyaman dan rendah
menurun stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjrkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Anjarkan strateg koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

4. Implementasi Keperawatan

Nama Pasien : Nn. N Ruangan : Rengasdengklok

No. RM : 00836278 Nama Mahasiswa : Fajar Sidik Pratama

Tabel 3.6 Catatan Keperawatan

Waktu No. DX Tindakan Keperawatan Paraf

15 Desember 1 Memonitor tanda-tanda vital


2021 pasien

07:00
R/

- Pasien mengeluh lemas


- Pasien lemah
- TD: 100/70 mmHg
- N: 80x/menit
- RR: 20 x/menit
- SpO2: 99 %

07:30 2 Memberikan Makan kepada


pasien

R/

- Pasien mengatakan
tidak nafsu makan
- Pasien tampak lemah
- Makan habis ½ porsi
1 Menjelaskan Pengertian dan
08:30 manfaat pemberian Minum
Sari Kacang Hijau

R/

- Pasien dapat
menyebutkan manfaat
Pemberian Minum Sari
Kacang Hijau
- Pasien tampak
memperhatikan dengan
baik
- Pasien mengikuti
penjelasan sampai
dengan selesai

09:00 1 Memberikan minum sari


kacang hijau

R/

- Pasien mengakatan
menyukai minum
kacang hijau
16 Desember 1 Memonitor tanda-tanda vital
2021 pasien

07:00
R/

- Pasien mengeluh lemas


- Pasien lemah
- TD: 100/60 mmHg
- N: 85x/menit
- RR: 18 x/menit
SpO2: 99 %

07:30 2 Memberikan Makan kepada


pasien
R/

- Pasien mengatakan
tidak nafsu makan
- Pasien tampak lemah
- Makan habis ½ porsi
08:00 1 Memberikan minum kacang
hijau

08:30 3 Menganjurkan pasien


melakukan aktivitas secara
bertahap

R/

- Pasien mengatakan
mulai mlakukan
aktivitas secara
bertahap sperti duduk
sendiri

5. Evaluasi Keperawatan

Nama Pasien : Nn. N Ruangan : Rengasdengklok

No. RM : 00836278 Nama Mahasiswa : Fajar Sidik Pratama

Tabel 3.7 Catatan Perkembangan

Hari/Tanggal No.Dx SOAP Paraf

15 Desember 1 S
2021 - klien mengatakan lemas
O

- Klien tampak lemah, pucat


konjungtiva anemis
TTV
TD : 100/70
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 °C
HB : 2,9 g/dL

Analisis:

Masalah belum teratasi

Perencanaan:

Intervensi dilanjutkan dengan:

- Pencegahan Syok
1 S
- Pasien dapat menyebutkan
manfaat minum kacang
hijau
- Pasien mengakatan
menyukai minum kacang
hijau
O:

- Pasien tampak
memperhatikan dengan
baik
- Pasien mengikuti
penjelasan sampai dengan
selesai
- Pasien tampak rileks

Analisis

Masalah belum teratasi

Perencanaan

Intervensi di lanjutkan dengan:

- Pencegahan syok
- Pemberian minum
kacang hijau
S
- Pasien mengatakan lebih
enak dari hari kemarin
O
- Pasien tampak lemah
- TD: 100/60 mmHg
- N: 85x/menit
- RR: 18 x/menit
- HB: 3.5 g/dL

Analisis

Masalah belum teratasi

Perencanaan

Intervensi di lanjutkan dengan:

- Pencegahan syok
- Pemberian minum
kacang hijau

B. Pembahasan Kasus

Penulis akan membahas masalah yang ditemukan selama melaksanakan

Asuhan Keperawatan pada pasien Nn. N dengan diagnosa Anemia di Ruang

Rengasdengklok RSUD Karawang. Adapun masalah tersebut berupa

kesenjangan antara teori dan pelaksanaan praktek secara langsung.

Masalah yang penulis temukan selama melaksanakan Asuhan Keperawatan

pada Nn. N dengan diagnosa Anemia adalah sebagai berikut.

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai banyak

sumber data yang bertujuan untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

status kesehatan pasien. Selain itu pengkajian juga merupakan pemikiran

dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan

informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,

mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan

pasien, baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan.

Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 15 Desember 2021, di dapatkan

data identitas pasien. Nama pasien Nn. N, umur 17 tahun, jenis kelamin

perempuan. Nn. N bekerja sebagai pelajar. Pasien Nn. N datang ke rumah

sakit pada tanggal 14 Desember 2021 dan dirawat di Ruang

Rengasdengklok dengan diagnosa medis Anemia Gravis.

Dengan keluhan Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 15 Desember

2021 pukul 08.00, Klien tampak lemas, pucat. Klien mengatakan mual,

muntah, mudah lelah dan napsu makan berkurang. konjungtiva anemis, Hb

2,9 g/dL. Klien mengatakan mual, muntah nafsu makan berkurang, makan

habis ½ porsi, makan 2 kali sehari

2. Diagnosa Keperawatan

Dari literatur yang penulis pelajari, secara teoritis anemia, Terdiri dari 4

diagnosa keperawatan, yaitu Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif, Risiko

Defisit Nutrisi, Intoleransi aktivitas, dan Risiko Infeksi. Sedangkan pada

tinjauan kasus atau praktek asuhan keperawatan pada Nn.N dengan


diagnosa Anemia terdapat 3 diagnosa keperawatan yaitu Risiko Perfusi

Perifer Tidak Efektif, Risko Defisit Nutrisi, dan Intoleransi Aktivitas.

3. Tujuan dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang pertama yaitu, Risiko Perfusi Perifer Tidak

Efektif. Dengan tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3

x 24 jam diharapkan perfusi perifer meningkat menurut (Tim Pokja SLKI

DPP PPNI, 2019) : Denyut nadi perifer meningkat, Warna kulit pucat

menurun, Kelemahan otot menurun, Pengisian kapiler membaik, Akral

membaik dan Turgon kulit membaik Serta intervensi

keperawatanmenurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) yaitu,

Pencegahan Syok.

Diagnosa keperawatan ke dua berdasarkan prioritas yaitu, Risiko Defisit

Nutrisi. Dengan tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3

x 24 jam diharapkan status nutrisi membaik dengan Kriteria hasil

menurut (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) : Porsi makan yang

dihabiskan meningkat Berat badan membaik IMT membaik Frekuensi

makan membaik Nafsu makan membaik Membrane mukosa membaik.

Serta intervensi keperawatan utama menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,

2018) yaitu, Manajemen Nutrisi.

Diagnosa keperawatan ke tiga berdasarkan prioritas yaitu, Intoleransi

Aktivitas. Dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3 x 24 jam diharapkan Toleransi Aktivitas Meningkat dengan kriteria


hasil menurut (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) : Frekuensi nadi

meningkat, kemudahan dalam melakukan aktivitas meningkat, keluhan

lelah menurun dan perasaan lemah menurun. Serta intervensi

keperawatan utama menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) yaitu,

Manajmen Energi.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan untuk

membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi menjadi

lebih baik dan sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan.Selain itu

implementasi juga adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Ukuran intervensi keperwatan yang diberikan

kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk

memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien – keluarga, atau tindakan

untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul di kemudian hari.

Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai

dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan

kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan

keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan

implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor – faktor lain

yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan.

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama praktek di rumah sakit

pada pasien Nn. N dengan Anemia yaitu:


1. Memonitor tanda – tanda vital R/ : TD: 100/70 mmHg N: 80x/menit

RR: 20 x/menit SpO2: 99 %

2. Memberikan makan kepada pasien R/: Pasien tampak lemah, makan

habis ½ porsi.

3. Menjelaskan Pengertian dan manfaat Pemberian Minum Sari Kacang

Hijau (EBP) R/: Pasien dapat menyebutkan manfaat pemberian

Minum Sari Kacang Hijau

4. Memberikan Minum Kacang Hijau (EBP) R/ Pasien tampak.

5. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana

tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan

lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai

tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui

pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari

proses keperawatan (Supratti & Ashriady, 2016).

Setelah pemberian asuhan keperawatan selama 3 hari hasil evaluasi

masalah keperawatan risiko perfusi perifer tidak efektif pada pasien Nn. n

belum teratasi, akan tetapi HB pasien mengalami peningkatan dari 2,9

g/dL menjadi 3.5 g/dL. Untuk mencapai hasil yang maksimal intervensi

ditingkatkan.
C. Pembahasan Evidence Based Practice

Dengan analisa jurnal penelitian yang telah dilakukan oleh Amirul

Amalia,S.ST.,M.Kes (2019) dengan Judul “Efektifitas Pemberian Minum

Kacang Hijau Terhadap Peningkatan Kadar HB” menunjukan hasil penelitian

pemberian minum kacang hijau terhadap peningkatan kadar HB di STIKES

Muhammadiyah Lamongan dengan sampel 38 responden yang bersedia dan

telah menandatangani inform cononcent. Penelitian ini menggunakan metode

paeeksperimen pendekatannya dengan cara one group pre test-post test

design.. Dan peneliti mendapatkan hasil sebelum pemberian minuman

kacang hijau menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin (Hb) 9,65 g/dl,

dengan standar deviasi 1,06.Dan untuk Kadar Hb Sesudah Pemberian

Minuman Kacang Hijau menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin (Hb) 10,6

g/dl, dengan standar deviasi 0,86.

Sedangkan penulis tertarik mengambil topik Karya Ilmiah Akhir dengan

judul “Efektivitas Pemberian Minum Kacang Hijau Terhadap Peningkatan

Kadar Hemoglobin Pada Pasien Anemia di Ruangan Rengasdengklol RSUD

Karawang”. Penulis memberikan minum kacang hijau pada ke 2 pasien yang

dirawat di Ruang Rengasdengklok untuk mengetahui perbandingan nilai HB,

dimana yang satu diberikan intervensi dan pasien satunya lagi sebagai

kontrol atau pembanding. Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui apakah

terjadi peningkatan yang signifikan pada pasien anemia dengan pengobatan

yang telah di berikan di rumah sakit. Sehingga nilai yang lebih siginifikan

inilah yang akan diambil untuk dijadikan pasien kelolaan dalam tugas Karya
Ilmiah Akhir. Hasil perbandingan nilai HB di hari pertama pengkajian pada

tanggal 15 Desember 2021 yang telah dilakukan dengan pemeriksaan darah

lengkap, didapatkan hasil :

Hasil Penilaian Nilai HB

Tabel 3.8

Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 15 Desember 2021

Nama Pre Intervensi Post Intervensi


Klien

Nn. N 2.9 g/dL 3.5 g/dL

Ny. W 3.1 g/dL 3.1 g/dL

Terdapat nilai kadar HB yang signifikan dari perbandingan ke dua pasien

tersebut dimana Nn. N yang diberikan Minum Kacang Hijau mengalami

peningkatan kadar HB sedangkan Ny. W tidak mengalami peningkatan kadar

HB. Sebelum penulis memberikan Minum Kacang Hijau pada Nn. N, penulis

menjalaskan terlebih dahulu tentang, manfaat, dari terapi tersebut.Dimana

manfaat dari Minum Kacang Hijau adalah Mengurangi anemia. Mencegah

Sembelit, Memperkuat tulang, Mencegah gizi buruk, Meningkatkan

kesehatan jantung dan Meningkatkan kecerdasan bayi. Sedangkan kandungan

dari kacang hijau yaitu Kalsium, Zat besi, Kalium, Fosfor, Magnesium dan

Beragam vitamin, seperti vitamin A, vitamin B, folat, vitamin C, vitamin E,

dan vitamin K. Salah satunya kandungannya adalah zat besi yang dapat

meningkatkan kadar HB di dalam darah.


Pada Nn. N penulis menerapkan terapi pemberian Minum Kacang Hijau

sesuai dengan Standar Oprasional Prosedur (SOP) yang telah dibuat dan

dilakukan selama 3 hari dengan intensitas 1 kali sehari. Sehingga terjadi

perubahan terhadap kadar HB Nn. N dengan masalah anemia sebagai berikut

Hasil nilai Kadar HB pada Nn. N Dalam 3 Hari Kelolaan

Tabel 3.9

Dilakukan perngkajian pada tanggal 15 s/d 17 Desember 2021

Hari ke- Pre Intervensi Post Intervensi Selisih


TD

Hari HB: 2.9 g/dL HB: 3.5 g/dL 0.6


pertama g/dL

Hari kedua HB: 3.5 g/dL HB: 4 g/dL 0.5


g/dL

Hari ketiga HB: 4 g/dL HB: 4.8 g/dL 0.8


g/dL

Rata-Rata 3.46 g/dL 4.1 g/dL 0.63


g/dL

Berdasarkan nilai HB pre dan post diberikan intervensi terapi Minum Kacang

Hijau terdapat perubahan terhadap HB setiap harinya. Rata-rata nilai HB pre-

Intervensi selama 3 hari 3.46 g/dL, sedangkan rata nilai HB post-Intervensi

selama 3 hari 4.1 g/dL. Sehingga terdapat selisih rata-rata nilai HB pre dan

post Intervensi sebesar 0.63 g/dL. Dapat disimpulkan bahwa terjadi

peningkatan rata-rata nilai HB sebesar 0.63 g/dL. Adanya pengaruh

pemberian terapi Minum Kacang Hijau pada nilai HB Nn. N dengan masalah

anemia di Ruang Rengasdengklok RSUD Karawang.


Penulis tertarik menerapkan pemberian terapi Minum Kacang Hijau.

Pertama, peneliti melihat peluang yang ada di ruangan untuk menerapkan

implementasi sesuai Evidence Based Practice (EBP), sehingga mahasiswa

berpeluang untuk membuktikan aplikasi tindakan keperawatan tersebut.

kedua, aplikasi ini dapat diterapkan dalam salah satu upaya manajemen

pemantauan nilai HB, tindakan bertujuan untuk meningkatkan nilai HB.

Adapun kendala yang ditemui mahasiswa selama praktek. Pertama, kendala

yang ditemukan dalam aplikasi Minum Kacang Hijau hanya bisa dilakukan

pengawasan oleh mahasiswa selama 3 hari kelolaan asuhan keperawatan,

sehingga masalah keperawatan utama yaitu risiko perfusi perifer tidak efektif

belum teratasi. Tetapi mahasiswa memberikan edukasi kepada klien/keluarga

untuk tetap melaksanakan dalam kepatuhan pemberian terapi Minum Kacang

Hijau.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tanda gejala yang muncul pada pasien setelah dilakukan pengkajian adalah

lemah, lemas, HB rendah, nafsu makan enurun.

2. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada kasus Nn. N dengan

masalah anemia adalah risiko perfusi perifer tidak efektif, risiko defisit

nutrisi, dan intoleransi aktivitas. Hal ini sesuai dengan tinjauan teori bahwa

pada penderita anemia akan mengalami risiko perfusi perifer tidak efektif.

3. Untuk tujuan dari masalah keperawatan risiko perfusi perifer tidak efektif

adalah perfusi perifer dengan intervensi pencegahan syok. Tujuan untuk

masalah risiko defisit nutrisi adalah status nutrsi dengan intervensi

manajmen nutrisi. Sedang kan untuk masalah keperawatan intoleransi

aktivitas dengan tujuan toleransi aktivitas dapat teratasi dan intervensi

keperawatan yang di berikan adalah manajmen energi.

4. Implementasi yang dilakuka pada masalah keperawatan risiko perfusi perifer

tidak efektif yang terjadi pada Nn. N adalah melakukan pemantauan tanda-

tanda vital, pemberian makan, menginstruksikan pasien untuk melakukan

Terapi minum kacang hijau serta memberikan reinforcemen positif dan

penjelasan tentang terapi minum kacang hijau.


5. Evaluasi yang didapatkan dari Nn. N, setelah diberikan terapi minum kacang

hijau pasien lebih rileks, dan kadar HB meningkat yang sebelum diberikan

intervensi dengan nilai rata-rata HB 3.46 g/dL menjadi 4.1 g/dL.

6. Intervensi inovasi pada kasus ini adalah terapi minum kacang hijau yang

dilakukan pada Nn. N di Ruang Rengasdengklok RSUD Karawang dengan

hasil adanya peningkatan nilai rata-rata HB sebelum diberikan terapi dan

sesudah diberikan terapi sebesar 0.63 g/dL. Hasil inilah yang menunjukan

bahwa adanya pengaruh terapi minum kacang hijau terhadap kadar HB

pasien.

B. Saran

1. Bagi Klien

Disarankan pada klien dan keluarga agar terapi minum kacang hijau dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari karena selain mudah dan tidak

mengeluarkan banyak biaya dan juga merupakan salah satu alternatif awal

respon pada tubuh yang dapat muncul secara tiba-tiba dan membantu

meningkatkan kadar HB.

2. Bagi Perawat

Disarankan pada profesi perawat agar terapi minum kacang hijau ini dapat

diaplikasikan sebagai terapi komplementer atau terapi mandiri perawat

dalam upaya meningkatkan kadar HB, baik diberikan secara langsung atau

melalui pendidikan kesehatan tentang manfaat dari terapi minum kacang

hijau.

3. Bagi Rumah Sakit


Pemberian terapi minum kacang hijau ini dapat diaplikasikan di pelayanan

kesehatan untuk dapat meningkatkan kadar HB pada pasien, sehingga terapi

minum kacang hijau dapat dipromosikan kepada pengunjung pelayanan

kesehatan sebagai salah satu upaya promosi kesehatan pencegahan anemia

dan meningkatkan kadar HB

4. Bagi Institusi

Institusi akademis sebaiknya lebih banyak mengadakan diskusi mengenai

terapi minum kacang hijau terhadap peningkatkan kadar HB sehingga

mahasiswa mampu meningkatkan cara berpikir kritis dala menerapkan

berbagai intervensi mandiri keperawatan kepada pasien sesuai dengan jurnal

penelitian terbaru yang telah di analisis terlebih dahulu.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan pemberian terapi minum kacang hijau dapat dilakukan intervensi

kembali selama 1 minggu ataupun 2 minggu agar hasil yang diinginkan

dapat tercapai dengan optimal dengan pemantauan diagnostik yang

menunjang.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, A. (2019). Efektifitas Minuman Kacang Hijau Terhadap Peningkatan Kadar HB. Temu
Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat .

Astawan, M. (2019). Sehat dengan Hidangan Kacang HIjau dan Biji-Bijian. Depok: Penebar
Swadaya.

Diah, K. (2020). Anemia Pada Remaja. Jakarta: EGC.

Heltty. (2018). Pengaruh Jus Kacang Hijau Terhadap Kadar Hemoglobin dan Jumlah Sel
Darah dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Kanker dengan Kemoterapi . Program
Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia .

Nora Maulina, I. P. (2019). Pengaruh Pemberian Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus) Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Jantan GalurWistar. Jurnal
Pendidikan Kimia , 57-60.

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Rizkiawati. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hb dalam Darah Tukang Becak.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro .

Sunita, A. (2018). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai