Ktin Fix
Ktin Fix
Oleh
Nadya Castrena Firusia Sae
5.22.058
Oleh
Nadya Castrena Firusia Sae
5.22.058
i
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 522058
Surakarta.
DEWAN PENGUJI
……………………………………..
……………………………………..
Ditetapkan di : Semarang
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah Ners dengan judul “Penerapan Kompres Water Tepid Sponge
Flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi Surakarta” ini adalah hasil karya saya sendiri dan
semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
NIM : 522058
Tanda Tangan :
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik STIKES Telogorejo Semarang, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
NIM : 522058
STIKES Telogorejo Semarang, Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive
Royalty-Free right) atas Riset Keperawatan saya yang berjudul “Penerapan Kompres
Water Tepid Sponge Terhadap Hipertermi Pada An. G Dengan Leukimia Limfoblastik
Akut (LLA) Di Flamboyan 9 RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Dengan Hak Bebas
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama
saya mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Yang menyatakan,
iv
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIES TELOGOREJO SEMARANG
ABSTRAK
Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari 18 (delapan belas) tahun dalam masa tumbuh kembang
dengan kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Anak yang dirawat di rumah sakit,
pertumbuhan dan perkembangan anak bisa berubah akibat penyakit yang dideritanya. Penyakit terminal
yang banyak diderita oleh anak salah satunya yaitu kanker. Kanker merupakan salah satu penyebab
kematian utama manusia di dunia. Kanker yang banyak menyerang anak-anak adalah leukemia
limfoblastik akut (LLA). Pengobatan pada pasien dengan leukimia yaitu kemoterapi. Efek yang mucul
akibat dari kemoterapi salah satunya yaitu demam. Hipertermi merupakan peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh menghilangkan atau mengurangi produksi panas,
hipertermi juga merupakan respon tubuh terhadap proses infeksi. Kegawatan yang dapat terjadi ketika
demam tidak segera diatasi dan suhu tubuh meningkat terlalu tinggi yaitu dapat menyebabkan dehidrasi,
latergi, penurunan nafsu makan sehingga asupan nutrisi berkurang, dan kejang yang mengancam
kelangsungan hidup anak. Salah satu terapi yang dapat menurunkan demam pada anak yaitu dengan
terapi nonfarmakologi menggunakan kompres water tepid sponge. Pemberian terapi kompres water
tepid sponge dapat menurunkan demam pada anak. Diagnosa keperawatan utrama hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit (kanker) ditandai dengan suhu 38˚C, pucat, suhu kulit panas.
Intervensi keperawatan utama yaitu termoregulasi dengan pemberian kompres water tepid sponge.
Tujuan pemberian kompres water tepid sponge ini yaitu untuk menurunkan demam yang dialami oleh
pasien. Hasil evaluasi keperawatan selama 3 hari didapatkan masalah hipertermi membaik, dengan data
suhu 38˚C menjadi 36.5˚C. Sehingga rencana tindak lanjut manajemen hipertermi yang dapat dilakukan
secara mandiri yaitu melakukan teknik nonfarmakologis dengan kompres water tepid sponge.
v
NERS PROFESSIONAL EDUCATION PROGRAM
STIES TELOGOREJO SEMARANG
ABSTRACT
A child is someone who is less than 18 (eighteen) years old in a period of growth and development with
physical, psychological, social and spiritual needs. Children who are hospitalized, the growth and
development of children can change due to the disease they are suffering from. One of the terminal
diseases that many children suffer is cancer. Cancer is on 6e of the main causes of human death in the
world. The most common cancer in children is acute lymphoblastic leukemia (ALL). Treatment for
patients with leukemia is chemotherapy. One of the effects that arise as a result of chemotherapy is
fever. Hyperthermia is an increase in body temperature associated with the body's inability to eliminate
or reduce heat production, hyperthermia is also the body's response to infection processes. An
emergency that can occur when a fever is not treated immediately and the body temperature rises too
high can cause dehydration, lethargy, decreased appetite so that nutritional intake is reduced, and
seizures which threaten the child's survival. One of the therapies that can reduce fever in children is
non-pharmacological therapy using compressed water tepid sponges. Giving water tepid sponge
compress therapy can reduce fever in children. The main nursing diagnosis of hyperthermia is related
to a disease process (cancer) characterized by a temperature of 38˚C, pale, hot skin temperature. The
main nursing intervention is thermoregulation by giving water tepid sponge compresses. The purpose
of giving water tepid sponge compresses is to reduce the fever experienced by the patient. The results
of the nursing evaluation for 3 days showed that the hyperthermia problem had improved, with
temperature data from 38˚C to 36.5˚C. So that the follow-up plan for hyperthermia management that
can be carried out independently is to carry out non-pharmacological techniques with compressed water
tepid sponges.
vi
PRAKATA
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ners yang berjudul “Penerapan Kompres Water Tepid Sponge Terhadap
Hipertermi Pada An. G Dengan Leukimia Limfoblastik Akut (LLA) Di Flamboyan 9
RSUD Dr. Moewardi Surakarta” dengan baik dan lancar. Karya tulis ilmiah ners ini
disusun untuk memperoleh gelar ners pada Program Studi Profesi Ners STIKES
Telogorejo Semarang. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ners ini dapat
terselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan tulus ikhlas perkenankan penulis
bermaksud menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. dr. Swanny Trikajanti W., M.Kes, Ph.D selaku Ketua STIKES Telogorejo
Semarang.
2. Direktur RSUD Dr.Moewardi Surakarta yang telah memberikan izin peneiti untuk
melakukan pengambilan data.
3. Ns. Ismonah, M.Kep., Sp.MB selaku pembantu Ketua 1 STIKES Telogorejo
Semarang.
4. Ns. Sri Puguh K., M.Kep., Sp.MB selaku Ketua Program Studi S.1 Keperawatan
STIKES Telogorejo Semarang.
5. Ns. Rinda Intan Sari, M.Kep selaku Koordinator KTIN dan Dosen Wali yang telah
memberikan ilmu, semangat dan motivasi.
6. Ns. Sri Hartini M.A, M.Kep., Sp.Kep.An selaku pembimbing yang telah
memberikan motivasi, arahan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah.
7. Ns. Siti Lestari, M.Kep., Sp.Kep.An selaku penguji yang selalu meluangkan
waktu dan memberikan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
vii
8. Terimakasih kepada orangtua saya Bapak Bambang Wijayanto dan Ibu Naning
Trisnayati serta adik saya Laksamana Charis Ghalib Sae yang selalu memberikan
dukungan, perhatian serta doa yang tidak berhenti diberikan untuk saya dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
9. Florentina, Sri Lestari, Wakhidah dan Ella selaku teman sekelompok dan
sebimbingan yang saling support dan membantu dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah.
10. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners STIKES Telogorejo Semarang atas
semua kebersamaan dan saling membantu.
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Ners ini dan masih jauh dari kata sempurna. Semog Karya Tulis Ilmiah Ners ini
memberikan manfaat bagi ilmu keperawatan dan kita semua.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................................ vi
B. Tujuan........................................................................................................ 6
C. Manfaat Penelitian..................................................................................... 7
ix
C. Hipertermi ............................................................................................... 29
A. Pengkajian ............................................................................................... 50
B. Diagnosa-Evaluasi Keperawatan............................................................. 54
A. Pengkajian ............................................................................................... 59
A. Kesimpulan.............................................................................................. 78
B. Saran ........................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tumbuh Kembang utama pada masa anak dan remaja .............................. 11
xi
DAFTAR SKEMA
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari 18 (delapan belas) tahun dalam
masa tumbuh kembang dengan kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari
bayi (0 - 1 tahun), usia bermain atau toddler (1 - 2,5 tahun), pra sekolah (2,5 - 5
tahun), usia sekolah (5 – 11 tahun) hingga masa remaja (11 - 18 tahun) (Kartika.,
2021). Fase perkembangan anak masa sekolah yang berlangsung sejak kira-kira
umur 6 sampai 12 tahun, sama dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-anak
Secara formal mereka mulai memiliki dunia yang lebih luas dengan budayanya.
Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian
diri sendiri bertambah pula.Anak pada usia 11-12 tahun memiliki tinggi badan
33-39 cm dan berat badan 145-152 cm. Konsentrasi belajar meningkat, mulai
1
2
Anak yang dirawat di rumah sakit, pertumbuhan dan perkembangan anak bisa
Nasional (2016), menunjukan bahwa angka anak yang dirawat di rumah sakit usia
0–4 tahun sebesar 52,38%, usia 5–12 tahun sebesar 47.62%, presentase ini
menunjukan bahwa anak usia prasekolah lebih rentan terkena penyakit serta takut
dan cemas saat dirawat di rumah sakit. Ada berbagai macam penyakit terminal
yang banyak diderita oleh anak-anak yaitu penyakit kanker, infeksi, dan
Kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama manusia di dunia (WHO,
2021). Sampat saat ini data dari World Health Organization (WHO) tahun 2020
sebanyak 7,6 juta orang meninggal akibat kanker pada anak sedangkan pada tahun
2021 terjadi peningkatan sebanyak 7,9 juta orang meninggal akibat kanker pada
anak. Penderita kanker pada anak di dunia bertambah 6,25 juta orang pertahun
2020, sebanyak 933 (38%) adalah anak-anak yang menderita kanker pada usia 0-
2021).
3
mengalami tanda dan gejala penyakitnya kurang dari 4 minggu pada waktu
didiagnosis gejala awal terjadi biasanya terjadi non spesifik meliputi anoreksia,
hipertermi karena tingginya angka sel leukosit dalam darah yang menunjukkan
dan pada organ hati (hepatomegaly) serta organ limpa (splenomegaly) akibat
serbuan sel leukemia. Penyakit leukemia harus segera ditangani secara medis,
apabila tidak segera ditangani maka akan berdampak pada kondisi kesehatan anak.
terjadinya Iron Deficiency Anemia (IDA) dan dampak terburuk yaitu kematian
(Wijaya, 2013).
Anak dengan leukemia perlu menjalani terapi dan perawatan di Rumah Sakit
umumnya reaksi anak dengan leukemia adalah hipertermi, rasa nyeri, kecemasan
Peningkatan suhu tubuh pada balita sangat berpengaruh terhadap fisiologis organ
tubuhnya. Hal tersebut terjadi karena luas permukaan tubuh relatif kecil
tubuhnya. Selain itu pada balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan
suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu yang cepat terhadap lingkungan.
Kegawatan yang dapat terjadi ketika demam tidak segera diatasi dan suhu tubuh
nafsu makan sehingga asupan nutrisi berkurang, dan kejang yang mengancam
persisten atau demam berkepanjangan adalah demam yang berlangsung lebih dari
delapan hari perawatan di rumah sakit, dan terkadang gagal mendeteksi penyebab
kejang demam dan dehidrasi dapat dihindari. Terapi non farmakologi untuk
obat penurun panas (farmakologi), pemberian cairan air yang lebih banyak dari
5
Water tepid sponge merupakan suatu metode pemandian tubuh yang dilakukan
dengan cara mengelap sekujur tubuh yang dilakukan dengan cara mengelap
sekujur tubuh dan melakukan kompres pada bagian tubuh tertentu dengan
menggunakan air yang suhunya hangat untuk jangka waktu tertentu. Pada saat
pemberian water tepid sponge otak akan menyangka bahwa suhu diluar panas,
sehingga otak akan segera memproduksi dingin dan terjadilah penurunan suhu
tubuh, dengan kompres hangat pada daerah vaskuler yang banyak, maka akan
Water tepid sponge dilakukan apabila suhu diatas 37,5ºC dan telah mengkonsumsi
antipiretik setengah jam sebelumnya. Suhu air untuk kompres antara 30º-35ºC,
menurunkan suhu tubuh. Pemberian terapi tepid water sponge disertai antipiretik
dapat lebih menurunkan suhu tubuh pada pasien demam dibandingkan dengan
antipiretik saja. Sedangkan pada kelompok anak yang hanya minum antipiretik
tanpa pemberian tepid water sponge, penurunan suhu tubuh rata-rata setelah 30
menit setelah minum antipiretik sebesar 0,63º C. Hal ini menunjukan bahwa lebih
6
besarnya penurunan suhu tubuh pada anak dengan pemberian tepid water sponge
(Supartini, 2018).
Menurut data yang di peroleh dalam kasus di RSUD Dr.Moewardi Surakarta pada
247 kasus, terdiri dari 147 kasus dengan presentase 59.5% berjenis kelamin laki-
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
didapatkan.
akut (LLA).
C. Manfaat Penelitian
sponge
serta dapat digunakan sebagai dasar melalui proses keperawatan mulai dari
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
maturitas/dewasa.
individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga
9
10
(Soetjiningsih, 2018).
predicable)
Tabel 2.1 Tumbuh Kembang utama pada masa anak dan remaja
3) Menari
5) Menggambar lingkaran
bentuknya
1) Berjalan lurus
kegunaannya
1. Pengertian
dalam sumsung tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat
berlebihan, jumlah leukosit dalam bentuk seringkali rendah, sel – sel imatur
ini tidak sengaja menyerang dan menghacurkan sel darah normal atau jaringan
darah yang berasal dari sum-sum tulang dan ditandai dengan proliferasi
maligna sel leukosit immaturea, pada darah tapi terlihat adanya pertumbuhan
Leukimia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum-sum
tulang yang ditandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah tepi.
Sel leukosit dalam darah penderita leukimia berproliferasi secara tidak teratur
2. Etiologi
b. Radiasi
hylstilbestrol
3. Klasifikasi
Dalam istilah yang paling luas leukemia pada anak dapat diklasifikasikan
(ANLL)
yang bertanggung jawab atas sifat – sifat neoplasmik dari sel yang
16
berubah bentuknya tidak jelas, tapi defek krisis adanya instrinsik dan
penyakit yang dicirikan oleh elevasi yang cukup besar dari jumlah
Perbandingan risiko relatif pada pria tua adalah 2, 8:1 perempuan tua.
e. Leukemia Kongenital
4. Manifestasi Klinis
seperti penderita merasa lemah, pucat, sesak, pusing hingga gagal jantung
sistem saraf pusat (SSP) ditimbulkan oleh infiltrasi sel leukemia dengan
gejala sakit kepala, kejang, mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik dapat
(Wolley, 2016).
Gejala klinis umumnya berupa rasa tidak sehat, demam, pucat, kurang
nafsu makan, berat badan menurun, malaise, kelelahan, nyeri tulang dan
serta sakit kepala. Tanda klinis yang ditemukan ialah kenaikan suhu tubuh,
a. Demam tinggi
secara optimal.
b. Pendarahan
sering disebut peteki. Pendarahan ini dapat terjadi secara spontan atau
c. Anemia
d. Nyeri abdomen
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada leukimia menurut Wijaya (2013) yaitu:
1) Lemah dan sesak napas karena anemia (sel darah merah terlalu
sedikit)
19
b. Infeksi
c. Hepatomegali
d. Splenomegali
e. Limpadenopati
6. Patofisiologi
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
Jika penyebab leukemia adalah virus, maka virus tersebut akan mudah
masuk ke dalam tubuh manusia, jika struktur antigen virus sesuai dengan
struktur antigen manusia. Begitu juga sebaliknya, bila tidak sesuai maka
antigen dari beebagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lender yang
ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan (Maria,
2018).
manifestasi akan tampak pada gambar gagalnya bone marrow dan infiltrasi
organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolism, depresi
pada eksra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, linfe, dan
(Tubergen, 2016). Gejala dan tanda aklinis yang paling umum muncul pada
LLA yang paling sering muncul adalah demam (60%) lesu dan mudah
7. Pathway
Infiltrasi
Ansietas
Nausea
Eritropeni Neutropeni Trombositopeni
Anoreksia
Hemoglobin Imunitas turun Perdarahan
8. Pemeriksaan Penunjang
antara lain:
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah Tepi
Pemeriksaan darah tepi yaitu gejala yang terlihat pada darah tepi
gambaran tepi monoton dan terdapat sel blas. Terdapat sel blas
dan terjadi dengan cepat. Sedangkan pada trombosit rendah, hal ini
2) Kimia Darah
meningkat, hipogamaglobinemia.
b. Pemeriksaan lain
1) Lumbal Punksi
2) Sitogenik
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis:
lepas dari sel kanker induk atau bermetastase melalui darah dan
fase, yaitu:
a) Terapi induksi
penyakit SSP.
c) Terapi rumatan
3) Terapi radiasi
radiasi diarahkan pada limpa, otak, atau bagian – bagian dari tubuh
anak – anak yang menderita ALL dan AML dengan hasil yang
27
b. Penatalaksanaan Keperawatan:
C. Hipertermi
1. Pengertian
produksi panas yang berlebihan oleh tubuh dengan pelepasan panas dalam
akut (ALL) disebabkan oleh adanya infeksi karean proses penyakit kanker
(Potter, 2015).
3. Etiologi
produknya berasal dari luar tubuh adalah bersifat pirogen eksogen yang
merangsang sel makrofag, lekosit dan sel lain untuk membentuk pirogen
1) Hipertermia maligna
panas.
1) Hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga
2) Dehidrasi
infeksi.
3) Overheating
panas, atau bayi atau anak terpapar sinar matahari langsung dalam
b. Konvulsi (kejang)
c. Kulit kemerahan
d. Pertambahan RR
e. Takikardi
1) Fase I : awal
katabolisme protein.
b) Berkeringat.
c) Menggigil ringan.
5. Patofisiologi Hipertermia
diakibatkan dari infeksi bakteri, virus, tumor, trauma, dan sindrom malignan
dan lain-lain bersifat pirogen eksogen yang merangsang sel makrofag, lekosit
dan sel lain untuk membentuk pirogen endogen. Pirogen seperti bakteri dan
virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut
sistem imun. Saat substansi ini masuk ke sirkulasi dan mengadakan interaksi
mediator dari respon demam, dan berefek pada neuron dihipotalamus dalam
34
oleh sebab apapun maka tubuh membentuk respon berupa pirogen endogen
termasuk IL- 1, IL-6,tumor necrotizing factor (TNF). Oleh karena itu, sel
tubuh melawan infeksi. Selain itu, substansi sejenis hormon dilepaskan untuk
point baru yang lebih tinggi tubuh memproduksi dan menghemat panas.
Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh.
ketika set point baru yaitu suhu yang lebih tinggi tercapai. Selama fase
berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan pasien merasa hangat dan
kering. Jika set point baru telah “melampaui batas”, atau pirogen telah
dihilangkan, terjadi fase ketiga episode febris. Set point hipotalamus turun,
6. Komplikasi Hipertermia
Kerugian yang bisa terjadi pada bayi yang mengalami demam dan hipertermia
cairan. Pada kejang demam, juga bisa terjadi tetapi kemungkinannya sangat
35
denyut jantung dan metabolisme energi. Hal ini menimbulkan rasa lemah,
nyeri sendi dan sakit kepala, gelombang tidur yang lambat (berperan dalam
Keadaan yang lebih berbahaya lagi ketika suhu inti tubuh mencapai 40oC
karena pada suhu tersebut otak sudah tidak dapat lagi mentoleransi. Bila
mengalami peningkatan suhu inti dalam waktu yang lama antara 40oC-43oC,
pusat pengatur suhu otak tengah akan gagal dan pengeluaran keringat akan
7. Penatalaksanaan Hipertermia
a. Tindakan farmakologis
banyak minum air putih, istirahat, serta pemberian water tepid sponge.
1. Pengertian
keseluruh tubuh dengan menggunakn air hangat dengan suhu 32°C sampai
37°C, yang bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh yang di atas normal
2. Tujuan
3. Manfaat
Manfaat water tepid sponge adalah menurunkan suhu tubuh yang sedang
kulit dikompres atau di bilas dengan air. Kulit merupakan radiator panas
(Widyawati, 2020).
4. Indikasi
Anak yang di berikan terapi tepid sponge adalah anak yang mengalami
peningkatan suhu tubuh di atas normal yaitu lebih dari 37,5°C (Widyawati,
2020).
38
5. Kontraindikasi
Pemberian water tepid sponge pada daerah tubuh akan mengakibatkan anak
permukaan tubuh sehingga darah dapat mengalir dengan lancar. Ketika suhu
a. Persiapan
tepid sponge.
2) Persiapan alat meliputi baskom untuk tempat air hangat (35°C), lap
catatan.
39
b. Prosedur Pelaksanaan
1) Cuci tangan
3) Ukur suhu tubuh klien dan catat pada buku catatan. Catat waktu
4) Buka seluruh pakaian klien dan alasi klien dengan handuk mandi.
wash lap atau lap mandi. Letakkan wash lap di dahi klien, aksila,
bokong dengan tekanan lembut yang lama, lap seluruh tubuh, lap
setelah suhu
mandi dan
10) keringkan. Pakaikan klien baju yang tipis dan mudah menyerap
keringat
12) Catat suhu tubuh klien sebelum dilakukan tindakan tepid sponge,
kemudian
40
1. Pengkajian
a. Identitas
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaanorang
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
apa, bagaimana cara minum obatnya apakan teratur atau tidak, apa saja
d. Pemeriksaan fisik
hitam
mur mur.
kedua kaki.
f. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah
2) Pemeriksaan biokimia
hiperkalsemia.
4) Lumbal punksi
5) Biopsi limpa
sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limpa akan terdesak
2. Diagnosa Keperawatan
kanker).
makanan.
3. Intervensi Keperawatan
RESUME KEPERAWATAN
Dalam BAB ini penulis mendeskripsikan resume dari asuhan keperawatan pada pasien
keperawatan serta evaluasi tindakan yang dilakukan selama 3 hari yaitu mulai tanggal
A. Pengkajian
An.G merupakan anak berusia 5 tahun, dibawa ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta
oleh Ny. X yang merupakan ibu sekaligus penanggung jawab An. G. An. G
yang dipercayai adalah agama Islam, suku asli Jawa dan merupakan warga negara
Indonesia. Pada tanggal 26 April 2023 An. G dibawa ke poli anak RSUD Dr.
Moewardi Surakarta pada pukul 08.00 WIB dengan diagnosa medik leukimia
sejak Januari 2022. An. G sejak terdiagnosa sudah dilakukan beberapa tindakan
50
Ibu pasien mengatakan keluhan pasien saat tanggal 26 April 2023 lemas,
pengkajian pada tanggal 27 April 2023 dengan tingkat kesadaran GCS E4M6V5
lemas, pucat, konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, tegang, gelisah, capillary
refill time <3detik. Ibu An. G mengatakan mengeluh demam setelah diberikan obat
kemoterapi, ibu An. G mengatakan mengeluh mual tetapi tidak ingin muntah, ibu
Riwayat kesehatan masa lalu An. G tidak pernah dirawat di RS sebelumnya, An.
dan intranatal tidak mengalami masalah. An. G lahir dengan persalinan normal
dalam usia kandungan 39 minggu dengan berat badan saat lahir 2900 gram.
Riwayat imunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis, MMR). Pada
saat awal An. G terdiagnosa ALL pasien seblumnya hanya mengeluh demam
kemudia dibawa periksa ke RSUD Ponorogo oleh kedua orang tuanya dan
51
hemoglobinnya rendah, kemudia dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi untuk dilakukan
Pemeriksaan fisik dengan pengkajian fokus yang dilakukan pada An. G dengan
17kg, tinggi badan 103cm, IMT 16,02 (kategori normal). Kemudian dilakukan
pemeriksaan head to toe dengan hasil sebagai berikut yaitu pada bagian kepala
normal tidak ada kelainan, pada konjungtiva mata anemis, pada hidung tampak
bersih dan tidak menggunakan alat bantu pernafasan, mulut bagian mukosa
lembab, pada bagian leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pada pemeriksaan
mengalami masalah yaitu pada pola nutrisi, dalam sehari An. G sulit untuk makan,
nafsu makan menurun habis ¼ porsi dan disertai mual. Pola aktivitas dan
latihannya dalam pengawasan keluarga. Dan pada pengkajian pola persepsi dan
konsep diri pasien merasa cemas dan tegang akan keadaannya sekarang yang harus
menjalani kemoterapi.
52
Terapi obat dan cairan masuk yang didapatkan An. G diruangan berupa infuse
dengan baik, injeksi paracetamol 500mg bila diperlukan yang bertujuan untuk
pengobatan kemoterapi pada LLA. Obat oral dexamethason 2x1 tab 6mg yang
bertujuan untuk mengobati peradangan, obat oral kotrimoxazol 1x1 tab 240 mg
normal, RDW 15.3% (nilai normal 11.6-14.6), PDW 9% (nilai normal 25-65),
eosinofil 0.00% (nilai normal 0.00-4.00), basofil 0.00 (nilai normal 0.00-1.00),
limfosit 32.00% (nilai normal 36.00-52.00), monosit 6.00% (nilai normal 0.00-
5.00).
53
B. Diagnosa-Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan pengkajian uang telah dilakukan pada tanggal 27-29 April 2023 di Ruang
Diagnosa utama pada kasus An. G yaitu Hipertermi karena didukung dari data
keluarga pasien bahwa pasien mengalami demam 38˚C. kemudian data objektifnya
hasil suhu tubuh cukup memburuk dari suhu 38˚C menjadi cukup membaik 36.5C,
pucat cukup meningkat menjadi cukup menurun, suhu kulit cukup memburuk dsri
suhu tubuh, lakukan pendinginan eksternal (kompres water tepid sponge), kolaborasi
54
Evaluasi pada diagnosa hipertermi selama implementasi keperawatan 1x24 jam
didapatkan hasil data subjektif orang tua An. G mengatakan paham tentang bagaimana
cara mengatasi demam dengan menerapkan kompres water tepid sponge. Dengan data
objektif suhu tubuh 38˚C menjadi 36.5˚C, pucat menjadi tidak pucat, suhu kulit dari
Kasus ini diteggakan diagnosa nausea karena didukung dengan data Ibu An. G
mengatakan mual. Kemudian data objektifnya pasien tampak lemas, tampak pucat,
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan status tingkat nausea menurun dengan
kriteria hasil nafsu makan cukup menurun dari tidak habis 1 porsi menjadi cukup
meningkat ½ porsi, keluhan mual cukup meningkat 3x sehari menjadi cukup menurun
penyebab mual (bau tak sedap), berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik,
55
Implementasi manajemen mual pada masalah nausea dilakukan selama 3x24 jam
dengan teknik akupresur titik p6 untuk mengurangi mual, serta memberikan obat mual
Evaluasi pada diagnosa nausea selama implementasi 3x24 jam didapatkan hasil data
subjektif orang tua An. G mengatakan paham tentang bagaimana cara mengatasi mual
dengan menerapkan teknik akupresur titik p6. Dengan data objektif lemas menjadi
tidak lemas, pucat menjadi tidak pucat, makan habis ¼ porsi menjadi habis ½ porsi.
Kasus ini ditegakkan diagnosa ansietas karena didukung dari data ibu pasien
mengatakan anak mengeluh takut akan keadaan yang harus bolak balik ke rumah sakit.
Kemudian data objektifnya keadaan umum An. G tampak gelisah dan tegang.
hasil perilaku gelisah dari cukup meningkat menjadi cukup menun tenang atau tidak
gelisah lagi, perilaku tegang dari cukup meningkat menjadi cukup menurun rileks, pola
tidur dari sering terbangun di malam hari menjadi membaik nyenyak. Dengan
56
waktu, stresor), monitor tanda ansietas (verbal dan non verbal), rasionalnya untuk
Implementasi reduksi ansietas pada masalah ansietas dilakukan 3x24 jam berupa
didapatkan hadil data subjektif keadaan umum orang tua An. G mengatakan bahwa
anaknya sudah tidak cemas. Dengan data objektif An. G tegang menjadi tidak tegang,
gelisah menjadi tidak gelisah. Berdasarkan analisa masalah sudah teratasi, maka
intervensi dihentikan.
(D.0142)
Kasus ini ditegakkan diagnosa resiko infeksi karena didukung dengan data dari orang
tua bahwa An. G demam dengan suhu 38˚C, serta mempunyai bekas tindakan MTX-
IT, tidak ada nyeri pada area luka dan tidak terasa panas. Kemudian data objektifnya
57
terdapat bekas tindakan MTX-IT pada sum-sum tulang belakangnya, tidak terdapat
keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil suhu
tubuh dari cukup meningkat suhu 38˚C menjadi cukup menurun 36.5˚C. Dengan
intervensi keperawatan berupa pencegahan infeksi (I.14389) antara lain monitor tanda
gejala infeksi lokal dan iskemik, ajarkan tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara cuci
Implementasi pencegahan infeksi pada masalah resiko infeksi dilakukan selama 3x24
jam berupa memantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh), mengajarkan keluarga
tentang tanda dan gejala infeksi, mengajarkan cara cuci tangan dengan 6 langkah
Evaluasi pada diagnosa resiko infeksi selama implementasi keperawatan 3x24 jam
didapatkan hasil data subjektif orang tua pasien mengatakan An. G sudah tidak
demam. Dengan data objktif suhu 38 ˚C menjadi 36.5˚C, tidak ada tanda-tanda infesi,
paham mengenai cuci tangan 6 langkah dengan benar. Berdasarkan analisa masalah
58
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam BAB ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan dan kebenaran yang
aktual antara kasus dan teori pada studi kasus asuhan keperawatan dengan Leukimia
secara lengkap dari pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan pada tanggal 27 April
A. Pengkajian
untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien,
dan membuat catatan tentang respons kesehatan klien. Dengan demikian hasil
dengan baik dan tepat. Tujuan dari dokumentasi pada intinya untuk
Pengkajian pada An.G pada tanggal 27 April 2023 terdapat keluhan utama
yaitu demam. Menurut buku demam pada pasien Leukimia Limfoblastik Akut
59
60
tubuh utama terhadap mikroba, pasien menjadi sangat rentan terhadap infeksi
berat dan kematian. Pasien demam dengan atau tanpa gejala merupakan
100-500/mm3 peningkatan tingkat infeksi dari 0,5 menjadi 5 per 100 hari,
hipertemi. Masalah hipertermi ini jika tidak ditangani secara cepat maka bisa
Pengkajian pada An.G pada tanggal 27 April 2023 terdapat keluhan yaitu mual,
merasa ada yg ingin dimuntahkan, tampak lemas dan pucat, mukosa bibir kering,
konjungtiva tampak anemis. Menurut (Likun, 2019) dalam buku, mual muntah
samping awal yang terjadi dalam 1 sampai 24 jam pasca pemberian sitostatika,
61
terkadang juga dapat terjadi lebih dari 24 jam. Terjadinya mual muntah ini
emetogenik serta faktor spesifik pasien Menurut (Siti, 2020) dalam jurnal,
mual muntah setelah kemoterapi terdiri dari akut, lambat, dan antisipatori.
Chemotherapy induced nausea and vomiting (CINV) akut terjadi pada 24 jam
induced nausea and vomiting lambat terjadi pada 24 jam dan berlangsung
selama 5-7 hari. CINV antisipatory terjadi sebelum kemoterapi diberikan. Hal
pengecapan, serta bau mulut. Tipe mual muntah ini sulit dikontrol dibanding
jenis lain Menurut asumsi peneliti bahwa nausea terjadi setelah kemoterpai
Pengkajian pada An.G pada tanggal 27 April 2023 terdapat keluhan yaitu
merasa khawatir dengan akibat yang akan dihadapi, pasien merasa bingung, sulit
tampak tegang, gelisah, frekuensi tekanan darah, nadi dan nafas meningkat, sulit
tidur, tremor, diaphoresis, suara bergetar, muka tampak pucat, sering berkemih,
berorientasi pada masa lalu, dan mata buruk. Menurut (Jiloha, 2019) dalam buku,
masalah akibat penyakit leukemia limfoblastik akut yang dapat memicu stres pada
ibu ialah pengobatan yang cukup lama (kurang lebih 2 tahun), biaya pengobatan
yang tergolong mahal, dan bisa menyebabkan kematian pada anak. Seseorang
nyaman, ketakutan, disertai gejala otonom seperti palpitasi sesak napas dan
ketegangan otot. Menurut (Maria, 2019) dalam jurnal, orangtua yang anaknya
ayah dikarenakan wanita lebih rentan mengalami distress, kecemasan dan depresi
pada anak merupakan pukulan berat bagi orangtua terutama Ibu yang mengandung
Pengkajian pada An.G pada tanggal 27 April 2023 terdapat keluhan yaitu ibu
infeksi karena bakteri dan jamur merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian pada anak selama pengobatan kemoterapi LLA. Selain itu, Infeksi juga
dapat meningkatkan risiko kematian dan risiko relaps atau kekambuhan yang
agen kemoterapi. Menurut (Eva, 2020) dalam jurnal, pasien dengan penyakit
maupun akibat terapi yang diberikan. Pasien LLA mempunyai risiko tinggi
terkena infeksi bakteri gram negatif karena neutropenia secara kuantitatif maupun
dengan defek imun spesifik yang mendasari infeksi oleh patogen tertentu.
63
Pengkajian pada An.G pada tanggal 27 April 2023 didapatkan data pada
penyakit yang lebih luas atau agresif pada sel kanker. PDW yang berkurang
yang berperan sebagai antibody spesifik terhadap kanker dan limfosit T yang
sel kanker, saat kanker sudah menyerang tubuh perlawan limfosit akan kalah
dengan sel kanker. Monosit yang tinggi ditemukan seiring dengan memburuknya
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien menurut SDKI adalah
berhubungan dengan efek agen farmakologis dan efek toksin, Resiko infeksi
64
normal tubuh (PPNI, 2017). Menurut (Lina, 2020) dalam buku hipertermi
kenaikan suhu tubuh > 37,8 ˚C peroral atau 38,8 ˚C prerektal yang sifatnya
ditemukan hasil pengkajian ditemukan tanda dan gejala mayor dan minor
pada klien yaitu suhu tubuh diatas normal, kulit terasa hangat. Data
subyektif ibu pasien mengatakan anaknya demam naik turun setelah diberi
tindakan kemoterapi. Data obyektif anak tampak lemas, kulit teraba hangat,
suhu 38 ˚C. Alasan peneliti menegakkan diagnosa tersebut yaitu kasus ini
membaik, dengan kriteria hasil: Suhu tubuh membaik dari cukup memburuk
(2) menjadi cukup membaik (4), Suhu kulit membaik dari cukup memburuk
Menurut (Sodikin., 2017) dalam jurnal water tepid sponge adalah sebuah
diperoleh dari tindakan tepid water sponge. Hal ini berlangsung melalui
anak dengan waslap dan proses evaporasi diperoleh dari adanya seka pada
non farmakologis melalui pemberian cairan air yang lebih banyak dari
pasien dengan hipertermia berupa tekhnik tepid water sponge yang mana
dipembuluh besar pasien Pada penurunan suhu tubuh antara klien terdapat
66
perbedaan sebesar 1ºC. Hal tersebut bisa terjadi oleh karena ada beberapa
hal yang bisa mempengaruhi penurunan suhu tubuh salah satunya yaitu
faktor umur klien. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
suhu tubuh (Emy, 2020). Pada saat tindakan water tepid sponge dilakukan
permukaan tubuh anak semakin luas kulit yang kontak dengan waslap dan
air hangat sehingga pelepasan panas baik melalui cara evaporasi maupun
Menurut (Emy, 2020) dalam jurnal water tepid sponge dilakukan untuk
hipertermia akan berdampak bagi perawat dan klien. Peran perawat dalam
masalah yang dialami oleh klien. Salah satu tindakan mandiri yang bisa
sponge yang sesuai dengan prosedur yang ada, maka hasil yang
data subyektif yang didapatkan ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
(Manurung, 2021) dalam buku neusea adalah perasaan ingin mual dan
seusai dengan buku SDKI dan jurnal yang ditemukan hasil pengkajian
ditemukan tanda dan gejala mayor dan minor pada klien yaitu mual dan
merasa ada yg ingin dimuntahkan. Data obyektif An. G tampak lemas dan
pucat, mukosa bibir kering, konjungtiva tampak anemis, makan hanya habis
yang ditegakkan. Berdasarkan teori Tim Pokja SDKI DPP (2017) bahwa
salah satu faktor resiko yang menyebbkan nausea adalah efek agen
farmakologis diaman salah satu kondisi klinis yang terkait adalah kanker.
yang disebabkan oleh karena efek obat kemoterapi pada jaringan atau sel
pada pencernaan, salah satu gejala atau gangguan pencernaan akibat efek
mual menurun dari cukup meningkat (2) menjadi cukup menurun (4),
Perasaan ingin mungtah menurun dari cukup meningkat (2) menjadi cukup
menurun (2), Pucat menurun dari cukup memburuk (2) menjadi cukup
Menurut (Bambang, 2019) dalam jurnal nausea secara terstuktur pada pada
klien kanker pasca kemoterapi. Pasien yang memulai terapi kanker biasanya
kemoterapi, suatu pemahaman yang lebih baik dari faktor resiko dari efek ini
subyektif yang didapatkan ibu pasien mengatakan anaknya sudah mau makan
habis 1 porsi karena hari ini rencana untuk pulang, tidak ada keluhan mual.
Data obyektif yang didapatkan pasien tampak mau makan, ibu pasien
Dalam buku SDKI (2017) pada diagnosis keperawatan ansietas, tanda dan
gejala terdiri atas data subyektif diantaranya pasien merasa khawatir dengan
data obyektif yaitu pasien tampak tegang, gelisah, frekuensi tekanan darah,
nadi dan nafas meningkat, sulit tidur, tremor, diaphoresis, suara bergetar,
muka tampak pucat, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu, dan mata
buruk. Menurut (Estria, 2018) dalam buku ansietas adalah keadaan individu
yang berorientasi pada masa depan dan kejadian yang negative. Menurut
peneliti diagnsa yang ditegakan sudah sesuai dengan tanda gejala ansietas
tanda dan gejala mayor dan minor pada klien yaitu data subyektif
tegang. Menurut analisa penulis terdapat kesesuaian antara hasil dan studi
menurun dari cukup meningkat (2) menjadi cukup menurun (2), Perilaku
tegang menurun dari cukup meningkat (2) menjadi cukup menurun (4), Pucat
menurun dari cukup meningkat (2) menjadi cukup menuriun (4). Intervensi
dalam jurnal ansietas dipengaruhi oleh sisi emosiaonal pada saat merawat
anak yang menderita kanker. Mayoritas orang tua mudah merasa cemas
seperti mual, muntah, diare, kesakitan dan efek samping lain pasca
agama yang kuat menjadi sumber koping yang efektif bagi seseorang.
subyektif yang didapatkan Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak cemas
Menurut (Potter & Perry, 2015) dalam buku resiko infeksi merupakan
keadaan dimana seorang individu berisiko terserang oleh agen patogenik dan
72
oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lain) dari sumber-
resiko infeksi yang dtegakan sudah sesuai dengan buku dan jurnal yang
didapatkan hasil pengkajian ditemukan tanda dan gejala mayor dan minor
pada klien yaitu data subyektif didapatkan Ibu pasien mengatakan bahwa
pada sumsum tulang belakang, mukosa bibir kering. Menurut analisa peneliti,
risiko infeksi. Ditandai oleh rendahnya nilai leukosit karena efek dari
jenis obat yang digunakan pada kemoterapi bisa merusak sum-sum tulang,
sehingga produksi sel darah putih menurun. Dan juga terjadi pertumbuhan
ke tubuh jadi tidak berfungsi, maka anak akan mudah terserang infeksi, anak
adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena neutropenia. Kondisi ini
akan meningkatkan risiko infeksi yang berat akibat penurunan fungsi utama
menurun dari cukup emningkat (2) menjadi cukup menurun (4), Kadar sel
darah putih menurun dari cukup memburuk (2) menjadi cukup membaik (4),
Nafsu makan meningkat dari cukup menurun (2) menjadi cukup meningkat
tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik. Terapeutik Batasi jumlah
pengunjung, Cuci tangan sebelum dan sesudah kongtak dengan pasien dan
mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, memasukan obat
darah. Menurut (O’Connor, 2019) dalam jurnal terhadap 33 anak LLA usia 0
sampai kurang dari 12 tahun yang didiagnosis LLA di Rumah Sakit Sanglah
anak LLA yang megalami infeksi memiliki risiko kematian 1,55 kali
penelitian tersebut sejalan dengan penelitian uji klinik yang dilakukan oleh
O’Connor, et. al. pada tahun 2019 terhadap 3126 anak usia 1-18 tahun yang
bahwa terdapat 249 kematian selama periode follow up 5 tahun, 132 (53%)
kematian akibat proses penyakit dan 117 (47%) disebabkan oleh proses
74
mencegah infeksi dengan melakukan cuci tangan 6 benar. Data obyektif yang
Diagnosa keperawatan yang tidak muncul pada kasus An. N dengan leukemia
berdasarkan tinjauan teori Khasanah, et all (2019) dan sesuai dengan standar
diagnosa menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) yaitu sebagai berikut :
penurunan berat badan minimal 10% dibawah rentang ideal, bising usus
75
karakteristik
lelah, merasa lemah, dispnea saat atau setelah aktivitas, sianosis (D.
0056)
menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) terdiri dari gejala mayor dan
lemah, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, dispnea saat atau setelah
tekanan darah yang meningkat lebih dari 20% dari kondisi saat istirahat,
terjadinya sianosis.
76
batasan karakteristik
Perfusi perifer tidak efektif merupakan masalah paling utama yang sering
dijumpai pada anak dengan penyakit kronis. Perfusi perifer tidak efektif
nyeri.
Nyeri kronis termasuk dalam kategori peikologis denga subkategori nyeri dan
dijumpai pada anak dengan penyakit kronis. Nyeri kronis adalah pengalaman
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat dan konsisten, yang berlangsung lebih dari tiga (3) bulan (Tim
karakteristik
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
terjadi karena poliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas menyebabkan
hipertermi, perfusi jaringan dan nausea, sehingga perlu menjalani terapi dan
diderita dalam waktu yang lama dan berlangsung lebih dari enam (6) bulan
yaitu adanya rasa hipertermi, sehingga hal ini menjadi prioritas keperawatan
2. Pengkajian Hasil
secara lengkap, sistematis dan relevan sesuai dengan kasus masalah utama
leukemia limfoblastik akut (LLA) dan ditemukan keluhan demam, pucat dan
78
79
32.00%..
4. Intervensi Keperawatan
(mis. kompres hangat pada dahi), berikan cairan oral dan longgarkan atau
kolaborasi pemberian obat antiansietas, monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan sistemik, batasi jumlah pengunjung, cuci tangan sebelum dan sesudah
kongtak dengan pasien dan lingkungan pasien, ajarkan cara mencuci tangan
5. Implementasi Keperawatan
6. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi yang dilakukan selama tiga (3) hari dalam bentuk SOAP
tanggal pada tanggal 27 April 2023 sampai 29 April 2023 dengan metode
B. Saran
serta dapat digunakan sebagai dasar melalui proses keperawatan mulai dari
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama : An. G
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Belum menikah
Agama/suku : Islam
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Jawa
Pendidikan : Belum sekolah
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat rumah : Ponorogo
Dx Medis : Leukimia Limfoblastik Akut (LLA)
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. X
Alamat : Ponorogo
Hubungan dengan pasien : Ibu
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Demam
5. Riwayat sosial
Ibu pasien mengatakan yang mengasuh anaknya adalah dia sendiri
karena ingin lebih fokus dalam mengasuh dan memantau tumbuh
kembangnya. Ibu pasien mengatakan bahwa An. G ini memiliki
pembawaan yang periang, ceria dan cerewet. Lingkungan
rumahnya bersih, tidak ada ancaman dalam keselamatan, rumah
memiliki ventilasi yang cukup dan letak barang-barang dirumahnya
aman dan tidak membahayakan bagi anaknya.
II. GENOGRAM
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : Meninggal
: Tinggal serumah
Soporocomatous Coma
Kuantitatiff
a. Respon Motorik : 6
b. Respon Bicara : 5
c. Respon Membuka Mata : 4
Kesimpulan : E4M6V5
2. Tekanan darah : -
3. MAP :-
4. Suhu :38 ˚C Oral Axillar √ Rectal
5. Pernapasan : Frekuensi 24x/menit
Irama : √ Reguler Irreguler
Jenis : Dada Perut
√
6. Nadi : 90x/menit
IV. ANTROPOMETRI
1. Berat Badan : 17 kg
2. Tinggi Badan : 103 cm
3. IMT : 16,02 kg/m2
Kesimpulan
Berat badan anak berada pada tempat yang baik, sesuai usia anak dan
jenis kelaminnya (Gizi baik/normal).
V. PEMERIKSAAN FISIK (Head to Toe)
1. Kepala : mesochepal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi ataupun
benjolan, rambut hitam dan lurus
2. Mata : konjungtiva anemis, pupil isokor, sklera tidak ikterik,
kornea jernih
3. Hidung : bersih, simetris, pernapasan cuping hidung(-)
4. Telinga : simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak ada gangguan
pendengaran
5. Mulut : mukosa bibir kering, gigi bersih, rongga mulut bersih
6. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak
terdapat pembesaran vena jugularis
7. Thorax
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi napas vesikuler pada kedua lapang paru-paru
8. Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : suara pekak
Auskultasi : terdengar BJ I-II reguler, tidak ada suara tambahan
9. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi
Auskultasi : bising usus (+) 8x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
10. Ekstremitas
Edema : tidak ada edema
Capillary refill : <3detik
Turgor Kulit : kering, kulit teraba hangat
Luka : tidak ada luka
Kekuatan Otot : 5555 5555
5555 5555
3. POLA ELIMINASI
Dirumah : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit BAB 1x1 hari
dipagi haridengan konsistensi lunak berwarna kuning, dan untuk BAK
3-4x sehari
Di RS : Selama dirawat pasien belum BAB dan BAK 3-4x
sehari
Keterangan :
Level 0 : Mandiri
Level 1 : Membutuhkan penggunaan alat bantu
Level 2 : Membutuhkan supervisi/pengawasan orang lain
Level 3 : Membutuhkan bantuan dari orang lain
Level 4 : Ketergantungan/tidak berpartisipasi
9. POLA REPRODUKSI-SEKSUAL
Dirumah : Ibu pasien mengatakan bahwa pasien berjenis kelamin
perempuan dan pasien tidak memiliki masalah kesehatan terkait
genetalia
Di RS : Ibu pasien mengatakan bahwa pasien berjenis kelamin
perempuan dan pasien tidak memiliki masalah kesehatan terkait
genetalia.
10. POLA MEKANISME KOPINGH DAN TOLERANSI TERHADAP
STRES
Dirumah : Ibu pasien mengatakan jika ada kejadian yang tidak
disukai pasien selalu cerita kepada ibunya
Di RS : Ibu pasien mengatakan jika pasien merasakan sakit
selalu cerita ke ibunya, pasien merasa cemas atau takut saat dilakukan
tindakan keperawatan oleh perawat atau dokter
2. DPT √ Puskesmas
3. Polio √ Puskesmas
4. Hepatitis √ Puskesmas
5. Campak √ Puskesmas
6. MMR √ Puskesmas
IX. TERAPI
No Nama Obat Dosis Cara Indikasi
Pemberian
1. DS ¼ 53ml/jam IV Pengganti cairan
dan kalori yang
dibutuhkan
2. Ampicilin 1gr/6jam IV Mencegah dan
mengobati
sejumlah infeksi
bakteri
3. Paracetamol 500mg IV Meredakan rasa
nyeri dan
menurunkan
demam
4. Ondancentron 8 mg IV Mencegah mual
dan muntah yang
disebabkan oleh
kemoterapi
5. Metrotrexate 12mg IV Mengatasi kanker.
Untuk menghambat
perkembangan sel-
sel kanker
6. Vincristin 1 mg IV Obat kemoterapi
yang digunakan
dalam pengobatan
beberapa jenis
kanker
7. Dexametason 2-2-1 tab PO Untuk mengobati
peradangan
8. Kotrimoxazole 240mg/24 PO Antibiotik
jam digunakan untuk
mengobati berbagai
infeksi bakteri
X. INFORMASI LAIN
DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium 27 April 2023 (08.50)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Metode
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.6 g/dl 11.5-13.5 Flowcytometer
Hematokrit 38 % 34-40 Flowcytometer
Leukosit 5.1 ribu/ul 4.5-14.5 Flowcytometer
Trombosit 253 ribu/ul 150-450 Flowcytometer
Eritrosit 4.31 juta/ul 3.90-5.30 Flowcytometer
MCV 87.0 /um 80.0-96.0 Flowcytometer
MCH 29.2 pg 28.0-33.0 Flowcytometer
MCHC 33.6 g/dl 33.0-36.0 Flowcytometer
RDW 15.3 % 11.6-14.6 Flowcytometer
MPV 9.1 fl 7.2-11.1
PDW 9 % 25-65
Eosinofil 0.00 % 0.00-4.00 Flowcytometer
Basofil 0.00 % 0.00-1.00 Flowcytometer
Netrofil 54.30 % 29.00- Flowcytometer
Limfosit 32.00 % 72.00 Flowcytometer
Monosit 6.00 % 36.00- Flowcytometer
52.00
0.00-5.00
2. Pemeriksaan BMP
Lokasi SIAS Dextra
Selularitas Hiperseluler
Konsistensi Padat
M/E Ratio 28.93
Sistem Eritropoetik Aktivitas menurun, maturasi normal
Sistem Aktivitas menurun, maturasi normal
Granulopoetik
Sistem Aktivitas normal, ditemukan megakariosit >2
Trombopoetik lobus
Sistem Limfopoetik Aktivitas meningkat, maturasi normal,
ditemukan lymphoblast heterogen dengan
cleft 64.2%
Simpulan Gambaran aspirasi sumsum tulang saat ini
mengarah ALL-L2. Hasil immunotyping
positif pada CD34, cy CD79a dan CD 19.
Kesan: B-ALL lineage leukimia
Saran GDT dan BMP evaluasi
meningkat (2)
menjadi
cukup
menuriun (4)
4. Resiko infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
ditandai dengan (L.14137) (I.14389)
ketidakadekuatan
pertahanan tubuh Setelah dilakukan O:
sekunder (D.0142) tindakan a. Monitor tanda
keperawatan dan gejala
selama 3x7 jam infeksi lokal
diharapkan tingkat dan sistemik
infeksi menurun T:
dengan kriteria a. Batasi jumlah
hasil: pengunjung
a. Demam b. Cuci tangan
menurun dari sebelum dan
cukup sesudah kongtak
emningkat dengan pasien
(2) menjadi dan lingkungan
cukup pasien
menurun (4) E:
b. Nafsu makan a. Ajarkan cara
meningkat mencuci tangan
dari cukup dengan benar.
menurun (2)
menjadi
cukup
meningkat
(4)
XV. EVALUASI
TGL DK Evaluasi TTD
27/04/ 1 SOAP PULANG: Nadya
2023 S: Ibu pasien mengatakan demam anaknya
sudah turun setelah diberikan paracetamol
O: Paracetamol masuk 500mg, akral teraba
hangat, terpasang infus DS 53ml/jam, suhu
36.5˚C, nadi 87x/menit, RR 23x/menit, SPO2
99%
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
a. Identifikasi penyebab hipertermia
b. Monitor suhu tubuh
c. Berikan cairan oral
d. Lakukan kompres tepid sponge
e. Anjurkan tirah baring
f. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
2 S: Ibu pasien mengatakan anaknya mau makan Nadya
tetapi sedikit, anaknya mengeluh mual namun
tidak muntah dan anaknya suka makan buah
O: An. G tampak mau makan buah tetapi sedikit,
mukosa bibir lembab, makan nasi hanya 3
suapan, BB 17kg, TB 103cm
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
a. Identifikasi pengalaman mual
b. Atur posisi untuk mencegah aspirasi
c. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis
e. Kolaborasi pemberian obat mual dan
muntah, jika perlu
3 S: Ibu pasien mengatakan anaknya cemas dan Nadya
takut karena harus kerumah sakit lagi
O: Pasien tampak cemas dan takut
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
a. Identifikasi tingkat ansietas
b. Monitor tanda ansietas
c. Ciptakan susasan terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
d. Anjurkan melakukan kegiatan yang
kompetitif
e. Anjurkan melakukan terapi bermain
4 S: Ibu pasien mengatakan tindakan MTX-IT Nadya
dilakukan lusa
O: An. G tampak tidur dan tidak kesakitan,
leukosit 5.1ribu/ul, limfosit 32.00%
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
b. Batasi jumlah pengunjung
c. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
d. Ajarkan cara menghindari infeksi
28/04/ 1 DATA FOKUS Nadya
2023 DS: Ibu pasien mengatakan demam anaknya
sudah turun setelah diberikan paracetamol
DO: An. G tampak lemas, akral teraba hangat,
terpasang infus DS 53ml/jam, suhu 36.5˚C, nadi
87x/menit, RR 23x/menit, SPO2 99%
SOAP DATANG
S: Ibu pasien mengatakan anaknya demam
setelah diberikan obat kemoterapi
O: suhu 38˚C, nadi 87x/menit, RR 23x/menit,
SPO2 99%
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intevensi
a. Identifikasi penyebab hipertermi
b. Monitor suhu tubuh
c. Berikan cairan oral
d. Lakukan kompres tepid sponge
e. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit,
jika perlu
SOAP PULANG
S: Ibu pasien mengatakan setelah diberikan obat
paracetamol demam anaknya turun, dan sudah
mengetahui cara memberikan kompres untuk
menurunkan demam
O: suhu 36.5˚C, ibu pasien tampajk mengetahui
cara kompres tepid sponge
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
a. Identifikasi penyebab hipertermi
b. Monitor suhu tubuh
c. Berikan cairan oral
d. Lakukan kompres tepid sponge
e. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit,
jika perlu
2 DATA FOKUS Nadya
DS: ibu pasien mengatakan anaknya hanya
makan buah sedikit, nasi 3 suapan, minum
sedikit, merasa mual namun tidak muntah
DO: An. G tampak lemas, mukosa bibir lembab,
An. G tampak makan sedikit dan minum sedikit
SOAP DATANG
S: ibu pasien mengatakan anaknya mau makan
tetapi sedikit dan makan buah
O: An. G tampak mau makan tetapi hanyak
sedikit, mukosa bibir lembab, BB 17kg, TB
103cm
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
a. Identifikasi pengalaman mual
b. Atur posisi untuk mencegah aspirasi
c. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis yaitu
tekinik akupresur
e. Kolaborasi pemberian obat mual atau
antiemetik, jika perlu
SOAP PULANG
S: ibu pasien mengatakan anaknya mau makan
apabila makan makanan yang disukai, mau
makan buah
O: An. G tampak mau makan yang disukai dan
makan buah. BB 17kg, TB 103cm
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
a. Identifikasi pengalaman mual
b. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis yaitu
tekinik akupresur
d. Kolaborasi pemberian obat mual atau
antiemetik, jika perlu
3 DATA FOKUS Nadya
DS: Ibu pasien mengatakan anaknya cemas dan
takut
DO: Pasien tampak cemas dan takut
SOAP DATANG
S: ibu pasien mengatakan anaknya cemas dan
takut
O: pasien tampak cemas dan takut
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
a. Identifikasi tingkat ansietas
b. Monitor tanda ansietas
c. Ciptakan susasan terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
d. Anjurkan melakukan kegiatan yang
kompetitif
e. Anjurkan melakukan terapi bermain
f. Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika
perlu
SOAP PULANG
S: ibu pasien mengatakan anaknya cemas
berkurang karena melakukan terapi mewarnai
O: An. G tampak senang saat melakukan terapi
mewarnai
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
a. Identifikasi tingkat ansietas
b. Monitor tanda ansietas
c. Ciptakan susasan terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
d. Anjurkan melakukan kegiatan yang
kompetitif
e. Anjurkan melakukan terapi bermain
f. Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika
perlu
4 DATA FOKUS Nadya
DS: ibu pasien mengatakan anaknya dilakukan
MTX-IT nanti siang
DO: An. G tampak tidur dan tidak kesakitan,
leukosit 5.1ribu/ul, limfosit 32.00%
SOAP DATANG
S: Ibu pasien mengatakan anaknya habis
dilakukan MTX-IT dan tidak ada kemerahan
O: An. G tampak lemas setelah dilakukan
tindakan MTX-IT
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
b. Batasi jumlah pengunjung
c. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
d. Ajarkan cara menghindari infeksi
SOAP PULANG
S: ibu pasien mengatakan anaknya habis
dilakukan tindakan MTX-IT dan tidak ada
kemerahan, sudah mengetahui cara melakukan
pencegahan infeksi dengan melakukan cuci
tangan dengan 6 langkah yang benar
O: An. G tampak lemas dan ibu pasien sudah
mengetahui cara melakukan cuci tangan dengan
6 langkah yang benar
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
b. Batasi jumlah pengunjung
c. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
d. Ajarkan cara menghindari infeksi
29/04/ 1 DATA FOKUS Nadya
2023 DS: ibu pasien mengatakan An. G demamnya
turun
DO: terpasang infus DS 53ml/jam, suhu 36.5˚C,
nadi 87x/menit, RR 23x/menit, SPO2 99%
SOAP DATANG
S: ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
ada demam, jika anakanya demam langsung
melakukan kompres
O: An. G tampak akral hangat, suhu 36.5˚C
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
a. Monitor suhu tubuh
b. Lakukan kompres tepid sponge
SOAP PULANG
S: ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada
keluhan
O: An. G tampak aktif, suhu 36,5˚C
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
2 DATA FOKUS Nadya
DS: ibu pasien mengatakan anaknya mau makan
apabila makan makanan yang disukai, mau
makan buah
DO: An. G tampak mau makan yang disukai dan
makan buah. BB 17kg, TB 103cm
SOAP DATANG
S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mau
makan walaupun setengah porsi dan tidak ada
keluhan mual, jika mual langsung melakukan
teknik akupresur
O: Pasien tampak mau makan setengah porsi,
ibu pasien sudah mengetahui cara mengatasi
mual
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
a. Anjurkan makan yang sedikit tetapi sering
b. Ajarkan teknik nonfarmakologis yaitu
tekinik akupresur
c. Kolaborasi pemberian obat mual atau
antiemetik, jika perlu
SOAP PULANG
S: ibu pasien mengatakan anaknya sudah mau
makan habis 1 porsi karena hari ini rencana
untuk pulang, tidak ada keluhan mual
O: pasien tampak mau makan, ibu pasien
mengetahui cara mengurangi mual dengan
teknik akupresur
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
3 DATA FOKUS Nadya
DS: ibu pasien mengatakan anaknya cemas
berkurang karena melakukan terapi mewarnai
DO: An. G tampak senang saat melakukan terapi
mewarnai
SOAP DATANG
S: ibu pasien mengatakan anaknya cemas setelah
dilakukan tindakan pemberian obat dan
melakukan pengambilan darah
O: An. G tampak nangis
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
a. Identifikasi tingkat ansietas
b. Monitor tanda ansietas
c. Ciptakan susasan terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
d. Anjurkan melakukan kegiatan yang
kompetitif
e. Anjurkan melakukan terapi bermain
f. Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika
perlu
SOAP PULANG
S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
cemas dan sudah mengetahui cara
menghilangkan cemas
O: An. G tampak senang saat melakukan terapi
mewarnai
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
4 DATA FOKUS Nadya
DS: ibu pasien mengatakan anaknya habis
dilakukan tindakan MTX-IT dan tidak ada
kemerahan, sudah mengetahui cara melakukan
pencegahan infeksi dengan melakukan cuci
tangan dengan 6 langkah yang benar
DO: An. G tampak lemas dan ibu pasien sudah
mengetahui cara melakukan cuci tangan dengan
6 langkah yang benar
SOAP DATANG
S: ibu pasien mengatakan sudah mengetahui
cara mencegah infeksi dengan melakukan cuci
tangan 6 benar
O: Ibu pasien sudah mengetahui cara melakukan
pencegahan infeksi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi