Anda di halaman 1dari 67

GAMBARAN PERAN ORANG TUA TERHADAP

HOSPITALISASI ANAK DI RUMAH SAKIT


HARAPAN MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan


pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang

EVA APRILIA SAN ASHLIH


19.0603.0051

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAGELANG
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi

GAMBARAN PERAN ORANG TUA TERHADAP


HOSPITALISASI ANAK DI RUMAH SAKIT
HARAPAN MAGELANG

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program


Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Magelang

Magelang,……

Pembimbing I

Ns. Reni Mareta, M.Kep.

NIDN.0601037701

Pembimbing II

Ns. Septi Wardani, M.Kep.

NIDN. 0628018301

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : Eva Aprilia San Ashlih

NPM : 19.0603.0051

Program Studi : Ilmu Keperawatan (SI)

Judul Skripsi : Gambaran Peran Orang Tua Terhadap Hospitalisasi


Anak Di Rumah Sakit Harapan Magelang

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperolah gelar Sarjana Keperawatan
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Magelang.

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Ns. Retna Tri Astuti, M.Kep

Penguji II : Ns. Reni Mareta, M.Kep

Penguji III : Ns. Septi Wardani, M.Kep

Ditetapkan : Di Magelang

Tanggal : ……..
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN HALAMAN
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan
merupakan karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk
kutipan yang telah disebutkan sumbernya. Apabila ditemukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini maka saya siap menanggung segala risiko atau sanksi yang
berlaku.

Nama : Eva Aprilia San Ashlih

NPM : 19.0603.0051
Tanggal :

Eva Aprilia San Ashlih


19.0603.0051
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Magelang, saya yang


bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Eva Aprilia San Ashlih
NPM : 19.0603.0051
Program Studi : Ilmu Keperawatan (S1)
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Jenis karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Muhammadiyah Magelang Hak Bebas Royalti Non-eksklusif
(Non- Exsclusive- Royalty- Fee Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Gambaran Peran Orang Tua Terhadap Hospitalisasi Anak Di Rumah Sakit
Harapan Magelang.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty
Non Eksklusive ini Universitas Muhammadiyah Magelang berhak menyimpan,
mengalih-media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Magelang
Pada tanggal :
Yang Menyatakan

Eva Aprilia San Ashlih


19.0603.0051
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas semua nikmat dan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha
Esa sehingga Skripsi dengan judul “Gambaran Peran Orang Tua Terhadap
Hospitalisasi Anak Di Rumah Sakit Harapan Magelang.” ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan Skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan terima kasih
kepada:

1. Ns. Retna Tri Astuti, M.Kep., selaku selaku penguji yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, dan kritik.
2. Ns. Reni Mareta, M.Kep., selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan
bimbingan, saran, dan kritik.
3. Ns. Septi Wardani, M.Kep., selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, dan kritik.
4. Dosen dan seluruh staf Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah banyak
mengajarkan ilmu dengan penuh dedikasi, kesabaran, dan keikhlasan.
5. Orang tua yang selalu memberikan semangat, dukungan moril, dan materiil dalam
penyusunan Skripsi penelitian ini.
6. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah memberikan dukungan dalam penyusunan Skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata
peneliti mengharapkan semoga Skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Magelang, Agustus 2021

Peneliti
GAMBARAN PERAN ORANG TUA TERHADAP
HOSPITALISASI ANAK DI RUMAH SAKIT
HARAPAN MAGELANG
Eva Aprilia San Ashlih1, Reni Mareta2, Septi Wardani3
1, 2, 3
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Magelang, Indonesia
Penulis korespondensi: evaaprilia71@gmail.com

Intisari

Pendahuluan: Anak usia 3-6 tahun belum dapat mengekspresikan emosi dan harapannya
dengan cukup baik secara lisan. Diusia tersebut anak sangat rentan terhadap efek stres dan
ketakutan selama rawat inap. Pentingnya peran orang tua untuk mendampingi anak usia 3-6
tahun sehingga saat hospitalisasi diharapkan bisa memberikan rasa aman, nyaman dan
kasih sayang serta motivasi yang kuat kepada anak agar merasa lebih siap menerima semua
tindakan medis maupun tindakan keperawatan lainya, kesiapan anak dalam menerima
tindakan medis ini akan sangat membentu dalam proses penyembuhan.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode analisis deskriptif yang
menggunakan tehnik pengambilan sampel total sampling.
Hasil: Mayoritas 95% orang tua dikategorikan memiliki peran yang baik terhadap
hospitalisasi anak dan terdapat 5% lainnya yang dikategorikan cukup.
Diskusi: Secara umum terdapat 7 indikator peran orang tua yang menjadi landasan dari 13
pertanyaan yang telah dijawab dengan baik oleh orang tua sehingga dikategorikan baik.
Kesimpulan: Orang tua memiliki kesadaran yang baik terhadap kondisi anaknya dan
memahami peran serta langkah yang harus ditempuh ketika anaknya dihospitalisasi.

Kata kunci: Peran orang tua, hospitalisasi, anak usia 3-6 tahun
DESCRIPTION OF PARENTS’ ROLE TO CHILD
HOSPITALIZATION AT HARAPAN
HOSPITAL MAGELANG

Eva Aprilia San Ashlih1, Reni Mareta2, Septi Wardani3


1, 2, 3
Study Program of Nursing Science, Faculty of Health Sciences, Muhammadiyah
University Magelang, Indonesia
Corresponding author: evaaprilia71@gmail.com

Abstrack

Introduction: Children aged 3-6 years have not been able to express their emotions and
expectations well enough verbally. At that age children are very vulnerable to the effects of
stress and fear during hospitalization. The importance of the role of parents to accompany
children aged 3-6 years so that when hospitalization is expected to provide a sense of
security, comfort, love and strong motivation to children to feel ready accepting all medical
and nursing actions, the child's readiness to receive medical action will greatly help the
healing process.
Method: This research is a quantitative research with descriptive analysis method using total
sampling technique.
Result: The majority of 95% parents are categorized as having a good role in the
hospitalization of children and there are 5% who are categorized as sufficient.
Discussion: In general, there are 7 indicators of parents’ role which form the basis of the 13
questions that have been answered well by parents so that they are categorized as good.
Conclusion: Parents have a good awareness of their child's condition and understand the
role and steps that must be taken when their child is hospitalized.

Keywords: Parents’ role, hospitalization, children aged 3-6 years


DAFTAR ISI

COVER …….…………………………………………………………………………i
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN HALAMAN
PERNYATAAN ORISINALITAS..............................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..........................................v
DAFTAR ISI................................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................4
1.4.1 Bagi Peneliti...........................................................................................4
1.4.2 Bagi Institusi Tempat Peneliti...............................................................4
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan.....................................................4
1.5 Keaslian Penelitian.......................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hospitalisasi Pada Anak...............................................................................9
2.1.2 Definisi hospitalisasi..............................................................................9
2.1.3 Reaksi anak terhadap hospitalisasi......................................................10
2.1.4 Dampak hospitalisasi...........................................................................10
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam berespon terhadap
penyakit dan hospitalisasi.........................................................................11
2.1.6 Asuhan keperawatan pada anak yang dihospitalisasi..........................12
2.2 Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah..................................................14
2.2.1 Dampak hospitalisasi pada anak usia prasekolah................................15
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi anak usia prasekolah
terhadap hospitalisas.................................................................................18
2.3 Peran Serta Orang Tua................................................................................21
2.4 Kerangka Teori...........................................................................................25
2.5 Hipotesis Penelitian....................................................................................27
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian.................................................................................29
3.2 Kerangka Konsep.......................................................................................29
3.3 Definisi Operasional Penelitian..............................................................30
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................31
3.4.1 Populasi................................................................................................31
3.4.2 Sampel.................................................................................................31
3.4.3 Teknik sampling..................................................................................32
3.5. Waktu dan Tempat.....................................................................................32
3.5.1 Tempat penelitian................................................................................32
3.5.2 Waktu penelitian..................................................................................32
3.6. Validitas dan Reliabilitas...........................................................................33
3.7 Alat dan Metode Pengumpulan Data..........................................................33
3.7.1 Alat pengumpulan data........................................................................33
3.7.2 Metode pengumpulan data...................................................................34
3.8 Metode Pengolahan dan Analisa Data........................................................34
3.8.1 Metode pengolahan data......................................................................34
3.8.2 Analisa data.........................................................................................36
3.9 Etika Penelitian...........................................................................................37
3.9.1 Informed consent.................................................................................37
3.9.2 Anomity (tanpa nama)..........................................................................38
3.9.3 Confidenatiality (kerahasiaan).............................................................38
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Gambaran lokasi penelitian …………………………………………...49
4.2 Hasil penelitian ………………………………………………………..49
4.3 Pembahasan …………………………………………………………...52
4.4 Keterbatasan penelitian ………………………………………………..58
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………60
5.2 Saran …………………………………………………………………..60
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................61
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1...................................................................................................................50
Lampiran 2...................................................................................................................51
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Keaslian penelitian...........................................................................................5
Tabel 2 Definisi Operasional.......................................................................................28
Tabel 3 Karakteristik responden (n=20)......................................................................36
Tabel 4 kategori penilaian indikator orang tua (n=20)................................................38
Tabel 5 Indikator peran orang tua (n=20)....................................................................38
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak usia 3-6 tahun adalah anak yang mempunyai berbagai macam potensi.
Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tesebut
berkembang secara optimal. Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan
berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk
menjalani terapi dan perawatan. Usia 3-6 tahun sangat rentan terhadap efek stres dan
ketakutan selama rawat inap. Anak- anak di bawah usia enam tahun mampu berpikir
tentang suatu peristiwa secara keseluruhan, belum bisa menentukan perilaku yang
dapat mengatasi suatu masalah yang baru dihadapi dan kurang memahami suatu
peristiwa yang dialami (Alimul, 2015). Anak-anak mengatasi ketakutan berdasarkan
pengalaman yang pernah dialami dan strategi koping yang pernah dilakukan. Anak
usia 3-6 tahun belum dapat mengekspresikan emosi dan harapan mereka dengan
cukup baik secara lisan.
Dampak dari hospitalisasi khususnya bagi pasien anak-anak diantaranya
kecemasan, merasa asing akan lingkungan yang baru, berhadapan dengan sejumlah
individu yang belum dikenal (Jennet, J., & Peterson, 2020) , perubahan gaya hidup
dari yang biasa, serta harus menerima tindakan medik atau perawatan yang
menyakitkan. Anak-anak yang dirawat lebih dari 2 (dua) minggu memiliki resiko
mengalami gangguan bahasa dan perkembangan keterampilan kognitif, serta
pengalaman buruk di rumah sakit sehingga dapat merusak hubungan dekat antara ibu
dan anak. Anak yang belum pernah dirawat lebih sulit beradaptasi dengan situasi di
rumah sakit dibandingkan dengan anak yang telah mengalaminya.Pentingnya peran
keluarga dalam hal ini orang tua untuk mendampingi anak usia 3-6 tahun saat
hospitalisasi diharapkan bisa memberikan rasa aman, nyaman dan kasih sayang serta

1
motivasi yang kuat kepada anak sehingga anak akan merasa lebih siap menerima
semua tindakan medis maupun tindakan keperawatan lainya, kesiapan anak dalam
menerima tindakan medis ini akan sangat membentu dalam proses penyembuhan
(Adriana, D, 2014: 8).
Setiap kali perawat melakukan tindakan seperti pemasangan infus dan injeksi
orang tua pasien menolak untuk mendampingi anaknya dengan alasan tidak tega
melihat perlakuan menyakitkan terhadap anaknya, sehingga anak seringkali
menangis, memberontak dan bahkan menendang perawat. Hal ini terjadi karena
masih ada beberapa orang tua yang tidak memperhatikan pentingnya peran keluarga,
ditandai dengan orang tua yang tidak mampu meminimalisir dampak perpisahan
seperti tidak menemani anak ketika dilakukan tindakan medis, tidak menghadirkan
teman sebaya dan mainan kesayangan (Bernand, W, K., & Wilson, 2019). Menurut
Handayani & Puspitasari, adapun daerah yang berada di provinsi Jawa Tengah yang
di jadikan tempat penelitian adalah R.S. Harapan Magelang, hasil studi yang telah
dilakukan peneliti melalui wawancara dengan responden kepada perawat rumah sakit
memberikan informasi bahwa sekitar 80% anak yang dirawat menunjukkan sikap
yang kurang kooperatif saat dilakukan tindakan keperawatan. Perawat sudah
melakukan berbagai upaya untuk meminimalkan dampak hospitalisasi dengan
pemberian asuhan dengan meminimalkan nyeri (Handayani & Puspitasari 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Coyne peran orang tua mengatasi dampak
hospitalisasi pada anak, menjelaskan bahwa bentuk peran serta orang tua selama anak
dirawat di rumah sakit adalah dengan menjalin kolaborasi antara orang tua dengan
profesi kesehatan dan kehadiran orang tua yang dapat memberikan rasa nyaman pada
anak. Bentuk kolaborasi orang tua dan profesi kesehatan diwujudkan dengan adanya
keterlibatan orang tua dalam perawatan, memberikan support emosional kepada anak,
ikut terlibat pada tindakan yang sederhana, menjelaskan kepada anak tentang kondisi
anak dan memenuhi kebutuhan anak selama dirawat (Coyen 2020 b). Peran orang tua
mengatasi dampak hospitalisasi pada anak, untuk mengatasi masalah yang timbul
pada anak dalam upaya perawatan di rumah sakit, difokuskan pada intervensi

2
keperawatan dengan cara orang tua mengatasi dampak hospitalisasi pada anak,
meminimalkan mengatasi dampak hospitalisasi, memaksimalkan manfaat
hospitalisasi dan memeberikan dukungan psikologis pada anggota. Orang tua
berperan sebagai mengasuh anak sesuai dengan kesehatannya, orang tua sebagai
pendorong yaitu memberikan motivasi, pujian dan setuju menerima pendapat orang
lain. Tugas pengawasan yang dilakukan orangtua salah satunnya mengawasi tingkah
laku anak untuk mencegah terjadinnya sakit dan juga orang tua sebagai konselor
bersikap terbuka dan dapat dipercaya dalam mengatasi masalah yang dihadapi anak
(Mubarak WI, 2006).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan angka data yang didapat di bagian Rekam
Medik RS Harapan Magelang, jumlah anak yang di rawat di Ruang Anak selama 3
tahun terakhir menurun, pada tahun 2017 sebanyak 1.566 anak, pada tahun 2018
sebanyak 1.405 anak, dan pada tahun 2019 sebanyak 1.396 anak. Tetapi, dari data
tersebut jumlah anak usia 3-6 tahun yang dirawat meningkat, pada tahun 2018
sebanyak 366 anak, tahun 2016 sebanyak 450 anak, dan pada Januari-Februari 2019
sebanyak 48 anak dengan kejadian hospitalisasi. Pada tahun 2020 hingga 2021 terjadi
penurunan hospitalisasi anak hampir 80% dari kunjungan yang terjadi pada tahun
2017-2018 akibat pandemi COVID-19. Oleh karena itu, dari latar belakang diatas
peneliti tertarik untuk meneliti Gambaran Peran Orang Tua Terhadap Hospitalisasi
Anak Di Rumah Sakit Harapan Magelang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Peran Orang
Tua Terhadap Hospitalisasi Anak Di Rumah Sakit Harapan Magelang”?

3
1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran peran orang tua terhadap hospitalisasi anak di


rumah sakit harapan magelang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti


Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan penulis serta lebih
memahami tentang teori dan aplikasi peran serta orang tua terhadap hospitalisai
anak di Rumah Sakit Harapan Magelang.

1.4.2 Bagi Institusi Tempat Peneliti


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah masukan untuk
meningkatkan perawatan dan pelayanan di rumah sakit khususnya pada anak
yang sedang menjalani rawat inap dan mengalami hospitalisasi.

1.3 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan


Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan pembelajaran khususnya yang
terkait dengan pengembangan orang tua terhadap hospitalisai anak klien.

1.5 Keaslian Penelitian

Penulisan skripsi dengan judul gambaran peran orang tua terhadap hospitalisasi
anak di Rumah Sakit Harapan Magelang adalah asli dan dilakukan oleh peneliti
sendiri berdasarkan buku, majalah, ilmiah, jurnal, internet serta fakta-fakta sosial
yang terjadi.
Sebagai perbandingan dapat dikemukakan beberapa hasil penelitian oleh
beberapa peneliti terdahulu sebagai berikut:

4
Tabel 1 Keaslian penelitian

No Penelitian Judul Metode Hasil Perbedaan


1 Winarsih Hubungan Penelitian ini Hasil Terdapat
BD (2017) Peran Serta merupakan penelitian beberapa
Orang Tua jenis menunjukkan perbedaan
Dengan penelitian bawa adanya seperti
Dampak kuantitatif pengaruh metode
Hospitalisasi dengan dampak yang
Pada Anak menggunakan kecemasan digunakan,
Usia metode orang tua hasil dan
Prasekolah pendekatan terhadap variabel
Di Rumah deskriptif hospitalisasi yang diteliti
Sakit analitik anak di
Harapan Rumah Sakit
Magelang Harapan
Magelang
2 Nurfatimah Peran Serta Desain Hasil Perbedaan
(2019) Orang Tua penelitian penelitian dalam
Dan yang menunjukan penelitian
Dampak digunakan 64,7% ini yaitu
Hospitalisasi adalah cross responden variabel
Pada Anak sectional. memiliki yang diteliti
Usia 3-6 Penelitian ini peran yang (peran
Tahun Di dilakakukan baik dan orang tua
Ruang Anak di Ruang 58,8% dan dampak
RSUD Poso Anak RSUD responden hospitalisasi
Poso. Sampel memiliki anak anak)

5
No Penelitian Judul Metode Hasil Perbedaan
dalam yang kurang
penelitian ini mengalami
adalah semua dampak
orang tua hospitalisasi.
yang 77,3%
mempunyai responden
anak usia 3-6 yang peran
tahun yang di serta orang tua
rawat di yang baik
Ruang Anak memiliki anak
RSUD Poso yang kurang
yang mengalami
berjumlah 48 dampak
anak. hospitalisasi.
3 Hastuti, Peran Orang Penelitian Hasil Penelitian
Riyani, & Tua dilakukan penelitian ini meneliti
Mulyati Terhadap terhadap anak menunjukkan distribusi
(2020) Reaksi usia Orang tua dari kedua
Hospitalisasi prasekolah yang memiliki variabel
Pada Anak (4-6 tahun) peran yang yakni peran
Usia yang dirawat baik sebanyak orang tua
Prasekolah di Rumah 54,1%. Anak dan reaksi
Di Rumah Sakit Dustira yang berusia hospitalisasi
Sakit Cimahi 4-6 tahun yang anak
Dustira dengan memiliki
Cimahi jumlah respon positif
sampel terhadap

6
No Penelitian Judul Metode Hasil Perbedaan
sebanyak 74 hospitalisasi
orang. sebanyak
Pengumpulan 60%. Peran
data dengan orang tua
menggunakan siginifikan
kuesioner, mempengaruhi
data dampak
dianalisis hospitalisasi
dengan uji anak usia
Chi-Square. prasekolah (p-
value =
0,042).

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hospitalisasi Pada Anak

2.1.1 Definisi hospitalisasi


Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak mengalami perubahan
dari keadaan sehat dan rutinitas lingkungan serta mekanisme koping yang
terbatas dalam menghadapi stresor. Stresor utama dalam hospitalisasi adalah
perpisahan, kehilangan kendali dan nyeri (Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017).
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat
yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan
perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah
besar dan menimbulkan ketakutan dan cemas bagi anak (Supartini, 2004).
Usia, perkembangan kognitif, persiapan anak dan orang tua, keterampilan
koping dan pengaruh budaya mempengaruhi reaksi anak terhadap penyakit.
Reaksi anak terhadap penyakit adalah ketakutan yang tidak diketahui, cemas
karena pemisahan, takut sakit, kurang kontrol, marah dan regresi (James, S.R. &
Ashwill, 2017).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi
adalah suatu proses karena alasan berencana maupun darurat yang mengharuskan
anak dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang
dapat menyebabkan beberapa perubahan psikis pada anak. Perubahan psikis
terjadi akibat adanya suatu tekanan atau krisis pada anak. Jika seorang anak
dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis yang
disebabkan oleh stres akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya
maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari. Selain itu, anak mempunyai

8
sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah
maupun kejadian yang sifatnya menekan.

2.1.2 Reaksi anak terhadap hospitalisasi


Reaksi anak terhadap hospitalisasi tergantung pada usia, perkembangan
anak, pengalaman sebelumnya terhadap penyakit, sistem pendukung yang
tersedia dan mekanisme koping yang dimilki (Salmela, dkk., 2010a). Menurut
(Jovan, 2020) reaksi hospitalisasi pada masa bayi adalah menangis keras,
pergerakan tubuh yang banyak dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.
Reaksi yang diperlihatkan anak pada usia todler pada tahap protes adalah
menangis, menjerit dan menolak perhatian orang lain. Pada tahap putus asa,
menangis anak mulai berkurang, anak tidak aktif, menunjukkan kurang minat
untuk bermain, sedih dan apatis. Anak usia prasekolah menunjukkan reaksi
terhadap hospitalisasi berupa menolak makan, sering bertanya, menangis
perlahan dan tidak kooperatif terhadap petugas. Pada masa sekolah yaitu usia 6
sampai 12 tahun yang dirawat di rumah sakit memaksa anak meninggalkan
lingkungan yang dicintai, keluarga, teman sehingga menimbulkan kecemasan.
Reaksi yang ditunjukkan adalah menolak perawatan atau tindakan dan tidak
kooperatif terhadap petugas.

2.1.3 Dampak hospitalisasi


Menurut Cooke dalam Rudolph (2003), hospitalisasi dalam waktu lama
dengan lingkungan yang tidak efisien teridentifikasi dapat mengakibatkan
perubahan perkembangan emosional dan intelektual anak. Bayi-bayi yang
biasanya mendapatkan perawatan yang kurang baik selama dirawat, tidak hanya
memiliki perkembangan dan pertumbuhan fisik yang kurang optimal, melainkan
pula mengalami gangguan hebat terhadap status psikologis. Bayi masih punya
keterbatasan kemampuan untuk mengungkapkan suatu keinginan. Gangguan
tersebut dapat diminimalkan dengan peran orang tua melalui pemberian rasa
kasih sayang.

9
Depresi dan menarik diri sering kali terjadi setelah anak manjalani
hospitalisasi dalam waktu lama. Banyak anak akan mengalami penurunan
emosional setelah menjalani hospitalisasi. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa anak yang dihospitalisasi bisa mengalami gangguan untuk tidur dan
makan, perilaku regresif seperti kencing di atas tempat tidur, hiperaktif, perilaku
agresif, mudah tersinggung, terteror pada saat malam hari dan negativism
(Herliana, 2016).

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam berespon terhadap penyakit dan
hospitalisasi

Setiap anak mempunyai respon yang berbeda terhadap penyakit dan


hospitalisasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi respon anak terhadap
hospitalisasi menurut (James, S.R. & Ashwill, 2017) adalah:
a. Umur dan perkembangan kognitif
Tingkat perkembangan anak mempengaruhi reaksi anak terhadap
penyakit. Perkembangan anak pada usia prasekolah adalah membentuk
konsep sederhana tentang kenyataan sosial, belajar membina hubungan
emosional dengan orang lain dan belajar membina hubungan baik dan buruk
dengan orang lain. Perbedaan- perbedaan tersebut harus dipertimbangkan
saat merencanakan asuhan keperawatan. Persiapan rawat inap dan prosedur
yang akan dilakukan didasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan
anak.
b. Respon orang tua terhadap penyakit dan hospitalisasi
Orang tua dan anak mengalami kecemasan saat anak dihospitalisasi.
Kecemasan yang terjadi pada orang tua ini dapat meningkatkan kecemasan
anak. Orang tua kadang tidak menjawab pertanyaan anakdan tidak
menjelaskan yang sebenarnya karena khawatir anak menjadi takut dan
cemas. Orang tua takut membuat bingung anak dan menurunkan tingkat
kepercayaan anak.

10
c. Persiapan anak dan orang tua
Metode yang dapat dilakukan untuk menyiapkan anak dalam menjalani
hospitalisasi adalah mengerti kebutuhan individu dari anak tersebut. Perawat
harus mempertimbangkan umur, tingkat perkembangan, keterlibatan
keluarga, waktu, status fisik dan psikologi anak, faktor sosial budaya dan
pengalaman terhadap sakit maupun pengalaman merawat anak.
d. Ketrampilan koping anak dan keluarga
Koping merupakan suatu proses dalam menghadapi kesulitan untuk
mendapatkan penyelesaian masalah. Koping anak terhadap penyakit atau
hospitalisasi dipengaruhi oleh usia, persepsi terhadap kejadian yang dialami,
hospitalisasi sebelumnya dan dukungan dari berbagai pihak.
e. Manfaat psikologis dari hospitalisasi
Beberapa orang berpikir bahwa hospitalisasi hanya menyebabkan
dampak negatif terhadap status psikologis. Pada kenyataannya ada manfaat
psikologis dari penyakit dan hospitalisasi yaitu dapat meningkatkan
perkembangan yang aktual dari keterampilan koping anak dan
meningkatkan harga diri. Anak lebih percaya diri dalam mengurangi
kecemasan selama dihospitalisasi dan lebih mampu untuk melakukan
perawatan diri sendiri.

2.1.5 Asuhan keperawatan pada anak yang dihospitalisasi


Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh perawat dalam memberikan asuhan
pada anak yang dihospitalisasi menurut (Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017)
adalah :
a. Persiapan hospitalisasi
Proses persiapan hospitalisasi yang dapat dilakukan adalah dengan
keliling rumah sakit, pertunjukan menggunakan boneka dan permainan
yang menggunakan miniatur peralatan rumah sakit yang nanti akan dijumpai

11
anak pada saat pemberian perawatan. Persiapan bisa menggunakan buku-
buku, video atau film yang menceritakan seputar kondisi di rumah sakit.
b. Mencegah dan meminimalkan perpisahan
Kehadiran orang tua setiap saat dapat membantu mengurangi kecemasan
anak. Orang tua diharapkan terlibat dalam aktivitas perawatan sehingga
orang tua dapat berpartisipasi terhadap perawatan. Perawat selalu
memberikan informasi tentang kondisi anak dan orang tua selalu
memberikan dukungan terhadap anak.
c. Meminimalkan kehilangan kendali
Kehilangan kendali dapat terjadi akibat perpisahan, restriksi fisik dan
perubahan rutinitas. Kehilangan kendali dapat dicegah dengan meningkatkan
kebebasan bergerak, mempertahankan rutinitas anak, mendorong
kemandirian dan meningkatkan pemahaman.
d. Mencegah dan meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh
Anak akan dihantui rasa takut akan nyeri dalam menghadapi prosedur
yang menyakitkan. Tehnik manipulasi prosedural untuk setiap kelompok
umur dapat meminimalkan ketakutan terhadap cedera tubuh. Intervensi yang
paling mendukung adalah dengan prosedur secepat mungkin dan
mempertahankan kontak orang tua dengan anak.
e. Memfasilitasi aktivitas yang sesuai dengan perkembangan
Salah satu tujuan dari asuhan keperawatan adalah tetap menjaga
perkembangan anak saat dihospitalisasi. Berbagai cara yang bisa dilakukan
diantaranya adalah dengan meminimalkan perpisahan, memberikan
kesempatan anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas- aktivitas yang sesuai
dengan tingkat perkembangan anak.
f. Memberikan kesempatan untuk bermain
Bermain adalah suatu aktivitas yang tidak bisa ditinggalkan anak.
Bermain sangat penting untuk perkembangan mental, emosional dan
kesejahteraan sosial anak. Kebutuham bermain tidak dapat dihentikan

12
sewaktu anak mendapat perawatan di rumah sakit. Permainan disesuaikan
dengan kondisi anak dan tingkat perkembangannya.
g. Mendorong partisipasi orang tua
Mencegah dan meminimalkan perpisahan merupakan tujuan utama
keperawatan dengan mempertahankan kontak antara orang tua dengan anak.
Pendekatan terbaik adalah menganjurkan orang tua untuk tetap bersama anak
dan berpartisipasi dalam perawatan jika memungkinkan. Staf rumah sakit
harus menghargai kelanjutan kelekatan orang tua dan anak. Orang tua selalu
dilibatkan dalam perencanaan asuhan keperawatan dan berperan dalam
pemulihan kondisi anak.

2.2 Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah

Bagi anak usia prasekolah, sakit adalah sesuatu yang menakutkan. Selain itu,
perawatan di rumah sakit dapat menimbulkan cemas karena anak merasa kehilangan
lingkungan yang dirasakanya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan. Anak
juga harus meninggalkan lingkungan rumah yang dikenalnya, permainan, dan teman
sepermainannya (Supartini, 2004). Beberapa hal tersebut membuat anak menjadi stres
atau tertekan. Akibatnya anak merasa gugup dan tidak tenang, bahkan tidak
kooperatif sewaktu dilakukan tindakan.
Anak usia prasekolah sering merasa terkekang selama dirawat di rumah sakit.
Hal ini disebabkan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anak merasa
kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan sebagai
hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah dan cemas atau takut. Anak yang
sangat cemas dapat bereaksi agresif dengan marah dan berontak (Bernand, W, K., &
Wilson, 2019). Small, Melnyk & Arcoleo (2009) menyatakan bahwa anak uaia
prasekolah selama dihospitalisasi bisa menyebabkan dampak bagi anak sendiri
maupun orang tua.

13
Dampak muncul pada anak karena kemampuan pemilihan koping belum baik dan
stres terhadap kondisi pengobatan. Perilaku yang diperlihatkan adalah cemas, regresi,
sedih, putus asa, hiperaktif dan agresif. Kecemasan pada anak biasanya muncul
karena berbagai perubahan yang muncul disekelilingnya, baik fisik maupun
emosional. Kecemasan dapat juga muncul akibat kurangnya support system yang ada
di sekitarnya. Adapun gejala klinis kecemasan yang sering ditemukan pada anak
adalah perasaan cemas, kekhawatiran dan mudah tersinggung (Hawari, 2012).

2.2.1 Dampak hospitalisasi pada anak usia prasekolah


Hospitalisasi membawa dampak yang kurang baik namun dapat mendukung
anak semakin dewasa. Berbagai dampak hospitalisasi yang dapat terjadi pada
anak adalah:
a. Cemas terhadap perpisahan
Perpisahan dan trauma merupakan stressor utama bagi anak dan orang
tua saat anak dirawat. Perilaku yang ditunjukan oleh anak sangat bervariasi.
Perilaku yang ditunjukkan akan usia prasekolah adalah menolak orang asing
yaitu perawat atau dokter secara verbal maupun fisik. Anak menginginkan
orang tua selalu berada didekat anak (Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017).
Bentuk kecemasan yang ditunjukkan anak adalah perilaku agresif karena
berpisah dengan orang tua (Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017). Anak usia
prasekolah berespon terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya.
Sumber stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon perilaku
anak sesuai dengan tahapnya, yaitu tahap protes, putus asa, dan menerima.
(Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017).
Pada tahap protes anak menunjukkan perilaku menangis kuat, menjerit
memanggil orang tua atau menolak perhatian yang diberikan orang lain
(Supartini, 2004). Anak biasanya melakukan protes secara verbal dan
serangan fisik terhadap orang lain, seperti menendang, menggigit, memukul,
mencoba untuk lari mencari orang tua dan memaksa orang tua untuk tetap

14
tinggal atau menunggui (Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017). Pada tahap
protes ini anak menunjukkan peilaku seperti gelisah, menangis dan perlu
ditenangkan (James, S.R. & Ashwill, 2017). Perilaku yang ditunjukkan anak
selama fase protes ini dapat berlangsung selama beberapa jam sampai
beberapa hari dan dapat menigkat apabila ada orang lain yang tidak dikenal
anak (Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017).
Perilaku yang ditunjukkan pada tahap putus asa adalah menangis
berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat untuk bermain dan
makan, sedih, dan apatis (Supartini, 2004). Anak juga tidak tertarik pada
lingkungan, tidak komunikatif, mundur ke perilaku sebelumnya, seperti
mengompol dan menghisap ibu jari. Pada tahap ini anak mengalami
kehilangan keterampilan bahasa (Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017). Pada
tahap putus asa anak merasa putus asa, lebih banyak diam, menarik diri dan
apatis (James, S.R. & Ashwill, 2017). Pada tahap menerima, anak
menunjukkan perilaku secara samar mulai menerima perpisahan, membina
hubungan secara dangkal dan anak mulai terlihat menyukai lingkungannya
(Supartini, 2004).
Anak mulai berinteraksi dengan orang lain atau pemberi asuhan yang
dikenalnya, mulai membentuk hubungan baru, tapi bersifat superfisial
(Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017). Anak juga mulai ada perasaan senang
dan ini jarang terlihat pada anak yang dihospitalisasi. Perasaan senang ini
terjadi karena anak mulai bisa mengerti alasan dari perawatan dirinya
(Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017).
b. Cedera tubuh
Pada anak prasekolah sudah terbentuk kemampuan dalam mengenal
konsep sakit meskipun belum bisa membedakan penyebab dari penyakitnya.
Anak akan mengetahui sakit dari informasi orang lain dan faktor eksternal
yang dirasakan anak, contohnya jika anak mendapat tindakan yang dirasakan
menganggu (James, S.R. & Ashwill, 2017). Anak akan mengalami reaksi

15
terhadap rasa sakit dan cedera tubuh pada saat mendapat tindakan invasif.
Perilaku yang ditunjukkan anak adalah meminta perawat yang akan
melakukan prosedur untuk menjauh, meminta peralatan yang akan dipakai
untuk tindakan dan berusaha untuk melarikan diri saat akan dilakukan
tindakan keperawatan (Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017).
c. Kehilangan kontrol
Pada saat dirawat, anak usia prasekolah menginginkan kebebasan seperti
sewaktu di rumah. Anak lebih senang berjalan-jalan disekitar ruang rawat
dan tidak suka jika harus diam di atas tempat tidur atau berada di ruang rawat
inap (James, S.R. & Ashwill, 2017). Adanya pembatasan gerak terhadap
anak membuatnya kehilangan kemampuan untuk mengontrol diri dan akan
menjadi tergantung pada lingkungannya. Anak akan meringis, menggigit
bibirnya, dan memukul ketika mengalami perlukaan atau merasakan nyeri
karena tindakan invasif, seperti injeksi, infus, dan pengambilan darah.
Walaupun demikian, anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri dan
mengkomunikasikan rasa nyerinya (Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017).
d. Rasa bersalah dan malu
Pemikiran anak usia prasekolah menbatasi kemampuan anak untuk
memahami peristiwa yang dialami selama perawatan. Peristiwa yang dialami
selama perawatan dirasa menakutkan bagi anak. Informasi tentang alasan
mengapa anak dihopitalisasi membuat anak merasa bersalah dan malu
(Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017).
Study grounded theory yang dilakukan oleh (Coyne, 2020b) terhadap
sebelas partisipan tentang pengalaman anak yang dirawat inap menemukan
empat kategori hasil yang menyebabkan ketakutan dan kekawatiran anak
selama dirawat di rumah sakit. Empat kategori tersebut adalah perpisahan
dengan keluarga dan teman, berada di lingkungan yang asing, menerima
berbagai pertanyaan seputar kondisi anak selama perawatan dan hilangnya
kebebasan anak. Perpisahan dengan keluarga atau teman menyebabkan

16
gangguan terhadap rutinitas keluarga, hambatan terhadap aktivitas sehari-
hari, terputusnya hubungan dengan teman maupun penurunan prestasi
sekolah.
Penyebab dari anak merasa berada di lingkungan yang asing adalah
kondisi ruang rawat yang ramai, lampu yang terang pada malam hari,
lingkungan yang panas, fasilitas permainan yang tidak memadai dan
makanan yang dianggap tidak enak. Berbagai aktivitas perawatan yang bisa
menyebabkan ketakutan anak yaitu prosedur operasi, jarum suntik, kesalahan
prosedur perawatan, perubahan gambaran diri dan nyeri. Anak merasa
kehilangan kebebasan selama perawatan karena pembatasan kegiatan, tidak
terpenuhinyan kebutuhan pribadi, perubahan waktu tidur, perubahan terhadap
makanan yang dikonsumsi dan kurangnya kontrol terhadap waktu tindakan
perawatan.

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi anak usia prasekolah terhadap


hospitalisas

Reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap di rumah sakit bereda-beda pada
masing-masing individu. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberap faktor.
Perkembangan usia anak merupakan salah satu faktor utama yang dapat
mempengaruhi reaksi anak terhadap sakit dan proses perawatan. Reaksi anak
terhadap sakit dijelaskan oleh Supartini (2004) juga berbeda-beda sesuai tingkat
perkembangan anak.
Apabila anak pernah mempunyai pengalaman tidak menyenangkan selama
dirawat di rumah sakit sebelumnya maka anak akan takut dan trauma.
Sebaliknya apabila pengalaman anak dirawat di rumah sakit mendapatkan
perawatan yang baik dan menyenangkan anak akan lebih kooperatif pada
perawat dan dokter (Supartini, 2004). Hospitalisasi menimbulkan serangkaian
ancaman terhadap anak, termasuk rasa takut disakiti secara fisik, berpisah dari
orang tua, lingkungan asing dan orang-orang yang tidak anak kenal. Informasi

17
dan komunikasi efektif merupakan unsur yang penting dalam perawatan anak
(Ygge, 2004).
Anak yang mengalami hospitalisasi sebelumnya akan memiliki ingatan
akan rasa nyeri berkaitan dengan prosedur medik. Ingatan tentang rasa nyeri
terkait dengan prosedur medik akan muncul kembali pada saat anak menjalani
hospitalisasi pada masa mendatang. Kecemasan akan diperberat dengan
persepsi anak terhadap rasa nyeri, jarum suntik, perpisahan dengan orang tua
dan ancaman cedera tubuh. Anak yang mampu beradaptasi dengan proses
hospitalisasi akan memiliki koping yang positip, sehingga dalam proses ini
faktor usia dan jenis kelamin memberikan kontribusi terhadap dampak
hospitalisasi yang terjadi (Coyne, 2020a).
Sistem pendukung (support system) yang tersedia akan membantu anak
beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit dimana ia dirawat. Anak akan
mencari dukungan yang ada dari orang lain untuk melepaskan tekanan akibat
penyakit yang dideritanya. Anak biasanya akan minta dukungan kepada orang
terdekat misalnya orang tua atau saudaranya. Perilaku ini biasanya ditandai
dengan permintaan anak untuk ditunggui selama dirawat di rumah sakit,
didampingi saat dilakukan treatment padanya, minta dipeluk saat merasa takut
dan cemas bahkan saat merasa kesakitan (Coyne, 2020a).
Rawat inap dapat menjadi pengalaman yang sangat sulit bagi seorang
anak. Ketika anak-anak dirawat di rumah sakit, mereka harus jauh dari rumah,
keluarga, teman dan berada di lingkungan asing bersama anak- anak lain yang
belum saling mengenal. Anak-anak kehilangan kebebasan dalam menentuan
nasib sendiri sesuai dengan kebutuhan pribadi ditambah dengan ketakutan dan
kekhawatiran. Rutinitas rumah sakit dapat mempengaruhi reaksi anak yang
sedang dirawat inap. Anak membutuhkan informasi yang memadai sesuai
dengan kebutuhan anak. Perencanaan dalam pemberian perawatan berfokus
pada anak sehingga intervensi dibuat untuk mengurangi stres pada anak
(Coyne, 2020a).

18
Sistem pendukung yang mempengaruhi reaksi anak selama masa perawatan
termasuk didalamnya adalah keluarga dan pola asuh yang didapat anak dalam
keluarganya. Keluarga yang kurang mendapat informasi tentang kondisi
kesehatan anak saat dirawat di rumah sakit, yang terlalu khawatir atau stres
akan menyebabkan anak menjadi semakin stres dan takut. Selain itu, pola asuh
keluarga yang terlalu protektif dan selalu memanjakan anak juga dapat
mempengaruhi reaksi takut dan cemas anak ketika dirawat di rumah sakit.
Berbeda dengan keluarga yang memandirikan anak untuk aktivitas sehari-hari,
anak akan lebih kooperatif bila dirumah sakit (Ahmann, 2019).
Perawatan di rumah sakit dapat menyebabkan syok mental, stres,
kemarahan, kesedihan dan meningkatkan hubungan interpersonal anak. Seorang
anak yang merasa bersalah karena adanya keyakinan bahwa penderitaan yang
dialami adalah hukuman untuknya atau dosa masa lalu orangtuanya tidak dapat
dibenarkan. Reaksi psikososial anak terhadap penyakit kronis adalah takut,
ketidaknyamanan dan rendah diri, terkait dengan informasi yang diperoleh
terbatas. Cara seorang anak bereaksi dan menghadapi penyakit kronis bervariasi
tergantung pada ciri-ciri kepribadian, usia, sikap sosial, dan hubungan anak
dengan orang tua (Theofanidis, 2010).
Ketrampilan koping dalam menangani stres sangat penting bagi proses
adaptasi anak selama masa perawatan. Apabila mekanisme koping anak baik
dalam menerima kondisinya yang mengharuskan dia dirawat di rumah sakit,
anak akan lebih kooperatif selama menjalani perawatan di rumah sakit.

2.3 Peran Serta Orang Tua

Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi
sosial tertentu. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari
luar dan bersifat stabil (Mubarok, W.I., Chayatin, N., & Santoso, 2016). Peran adalah
serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan atau

19
posisi individu di dalam masyarakat. Setiap posisi terdapat sejumlah peran yang
masing-masing terdiri dari kesatuan perilaku yang kurang lebih bersifat homogen dan
didefinisikan menurut kultur sebagaimana yang diharapkan dalam posisi atau status
(Potter & Perry, 2005).
(Kozier, B., 2015) mendefinisikan peran adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu
sistem. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa peran orang tua adalah perilaku yang
diharapkan oleh anggota keluarga terhadap orang tua sesuai dengan kedudukannya
dalam keluarga. Peran orang tua adalah suatu bentuk tingkah laku yang ditunjukkan
oleh orang tua untuk mengembangkan kepribadian anak. Peran tradisional orang tua
meliputi mengasuh dan mendidik anak, mengajarkan disiplin anak, mengelola rumah
dan keuangan keluarga. Peran modern orang tua adalah berpartisipasi aktif dalam
perawatan anak yang bertujuan untuk pertumbuhan yang optimal dan perkembangan
anak (Constantin, 2012).
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk
sebuah keluarga (Ridwan, 2010). Orang tua terdiri dari ayah dan ibu yang masing-
masing mempunyai peran dan fungsi. Ibu adalah seorang wanita yang di sebagian
besar keluarga mempunyai peran sebagai pemimpin kesehatan dan pemberi asuhan.
Ibu bertindak sebagai sumber utama dalam memberikan kenyamanan dan bantuan
selama sakit (Friedman, M.M., 2010). Peran orang tua menurut (Mubarok, W.I.,
Chayatin, N., & Santoso, 2016) adalah:
2.3.1 Pengasuh
Orang tua berperan mengasuh anak sesuai dengan perilaku kesehatan yaitu
mengajarkan anak pada perilaku hidup bersih dan sehat, gosok gigi, cuci tangan
sebelum dan sesudah makan serta memberikan petunjuk makan makanan yang
sehat.

20
2.3.2 Pendidik
Orang tua sebagai pendidik mampu memberikan pendidikan yang salah
satunya adalah pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat
mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan. Contohnya adalah
suatu tindakan untuk menurunkan demam anak dan pemeriksaan anak selama
sakit.
2.3.3 Pendorong
Peran orang tua sebagai pendorong adalah memberikan motivasi, memuji
dan setuju menerima pendapat dari orang lain. Pendorong dapat merangkul dan
membuat seseorang merasa bahwa pemikiran dirinya penting dan bernilai untuk
didengar. Pendorong harus memberi dukungan pada anak yang akan mendapat
tindakan keperawatan selama anak dirawat di rumah sakit.
2.3.4 Pengawas
Tugas pengawas yang dilakukan orang tua salah satunya adalah mengawasi
tingkah laku anak untuk mencegah terjadinya sakit. Orang tua juga terlibat saat
perawat melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau
melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
2.3.5 Konselor
Konselor bukan yang mengatur, mengkritik atau membuat keputusan.
Namun demikian konselor harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya dalam
mengatasi masalah. Sikap terbuka yang dimaksud adalah memberikan informasi
tentang penyakit dan tindakan yang akan diterima anak.
Orang tua dituntut dapat menjalankan fungsi dan perannya dalam mendidik,
mengasuh dan menjaga kesehatan anak. Peran orang tua dalam keluarga menurut
(Brooks, J., 2019) adalah:
2.3.1 Memberikan lingkungan yang protektif
Orang tua sangat berperan dalam memberikan lingkungan yang membawa
perubahan positif dalam fungsi intelektual dan sosial emosional. Adapun
lingkungan tersebut meliputi: 1) lingkungan yang positif dalam keluarga,

21
perasaan baik dalam diri ibu dan komentar positif pada anak, 2) lingkungan yang
mengajarkan anak untuk berpikir, berefleksi serta membuat keputusan, 3)
lingkungan yang membuat perasaan anak merasa dihargai dan memiliki
dukungan dari keluarga.
2.3.2 Memberikan pengalaman yang membawa pada pertumbuhan dan potensi
maksimal
Peran orang tua dalam memberikan pengalamam yang membawa
perumbuhan dan potensi maksimal adalah melalui pengasuhan yang baik. Pola
asuh yang baik akan merangsang perkembangan intelektual. Perawatan atau
asuhan orang tua yang baik dapat menekan temperamen yang reaktif dan dapat
memunculkan potensi baru bagi anak.
2.3.3 Orang tua sebagai penasihat
Orang tua yang memiliki anak dengan masalah kesehatan harus dapat
melakukan tindakan yang mampu merubah anak untuk dapat beradaptasi dalam
kondisinya saat itu. Orang tua memberikan arahan pada anak, melatih anak,
memberikan dukungan dan mendorong untuk melakukan hal-hal yang terbaik.
2.3.4 Sosok pengasuh yang harus ada dalam kehidupan anak
Orang tua memiliki pengaruh kuat dalam kehidupan anak. Anak akan
melihat sosok orang tua sebagai contoh untuk bertingkah laku sesuai dengan
yang dilihatnya.
Saat anak dirawat di rumah sakit, orang tua adalah sosok yang paling dikenal dan
dekat dengan anak. Orang tua sangat diperlukan untuk mendampingi anak selama
mendapat perawatan di rumah sakit. Peran serta orang tua dalam meminimalkan
dampak hospitalisasi menurut Wong, (Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017). adalah :
2.3.1 Orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara orang tua tinggal
bersama selama 24 jam (rooming in). Orang tua tidak meninggalkan anak secara
bersamaan sehingga minimal salah satu ayah atau ibu secara bergantian dapat
mendampingi anak.

22
2.3.2 Jika tidak memungkinkan rooming in, orang tua tetap bisa melihat anak setiap
saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka. Orang tua bisa tetap
berada disekitar ruang rawat sehingga bisa dapat melihat anak.
2.3.3 Orang tua mempersiapkan psikologis anak untuk tindakan prosedur yang akan
dilakukan dan memberikan dukungan psikologis anak. Selain itu orang tua juga
memberikan motivasi dan menguatkan anak serta menjelaskan bahwa tindakan
yang akan diterima untuk membantu kesembuhan anak.
2.3.4 Orang tua hadir atau mendampingi pada saat anak dilakukan tindakan atau
prosedur yang menimbulkan rasa nyeri. Apabila mereka tidak dapat menahan diri
bahkan menangis bila melihatnya maka ditawarkan pada orang tua untuk
mempercayakan kepada perawat.
Ketika anak akan dirawat di rumah sakit, orang tua sebaiknya mampu
mempersiapkan dan memfasilitasi anak selama perawatan. Menurut (Morris, 2020)
bentuk persiapan yang dilakukan orang tua adalah :
2.3.1 Orang tua mulai mempersiapkan anak untuk berangkat ke rumah sakit. Pesiapan
tersebut menyediakan kebutuhan anak selama dirawat meliputi pakaian dan
benda-benda kesayangan seperti mainan favorit, boneka atau selimut.
2.3.2 Jika anak akan dirawat di rumah sakit untuk jangka waktu yang lama, maka
orang tua akan membantu untuk membawakan mainan baru. Mainan tersebut
memberikan sesuatu yang segar dan menarik untuk meningkatkan semangat
anak.
2.3.3 Membacakan buku-buku tentang rawat inap atau kunjungan dokter dengan
anak.
2.3.4 Orang tua bermain bersama anak sebagai dokter atau perawat dengan
menggunakan mainan alat medis yang dapat menyenangkan dan bermanfaat
sehingga anak dapat mengenal dan mampu beradapatasi dengan lingkungan
rumah sakit.
Studi qualitatif dengan grounded theory oleh Sitanon (2009) tentang pengalaman
orang tua dalam mengasuh bayi yang dirawat di Neonatal Intensive Care Unit

23
(NICU) menemukan 3 konsep utama. Ketiga konsep utama tesebut adalah
perlindungan terhadap bayi, peningkatan keterlibatan orang tua dalam perawatan
anak, dan proses pengasuhan anak oleh kedua orang tua selama anak bayi dirawat.
Salah satu aspek dari family centered care (FCC) adalah peran serta orang tua
dalam perawatan anak selama dirawat di rumah sakit yang disebut partisipasi orang
tua atau parental participation (Abdulbaki, A.M., Gaafar, E.Y., & Waziry, O.G.,
2019). Hasil studi yang dilakukan oleh Abdulbaki dkk., menemukan 2 bentuk
partisipasi orang tua yaitu membantu dalam memenuhi kebutuhan fisik dan
psikososial. Kebutuhan fisik yang sebaiknya dipenuhi orang tua meliputi, nutrisi,
personal hygiene, dan terlibat dalam tindakan keperawatan seperti mengukur suhu
dan memantau anak saat menerima cairan intravena. Kebutuhan psikososial yang
dipenuhi orang tua yaitu memberikan dukungan fisik, emosional, dan spritual.
Partisipasi orang tua dalam merawat anak di rumah sakit dipengaruhi oleh usia,
pendidikan, dan pekerjaan.

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah rangkaian teori yang mendasari topik penelitian ini
(Saryono, 2010). Hospitalisasi merupakan suatu proses yang berencana atau darurat,
mengaharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangannya kembali ke rumah. Respon anak menghadapi hospitalisasi
yaitu tingkat kecemasan dan kehilangan kontrol. Faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah usia, pengalaman, dukungan, jenis kelamin, pendidikan, hari
perawatan. Indikator peran orang tua adalah menjalin kolaborasi antara orang tua
dengan profesi kesehatan, kehadiran orang tua yang dapat memberikan rasa nyaman
pada anak, keterlibatan orang tua dalam perawatan, memberikan support emosional
kepada anak, ikut terlibat pada tindakan yang sederhana, menjelaskan kepada anak
tentang kondisi anak, memenuhi kebutuhan anak selama dirawat.

24
Indikator peran orang tua yaitu menjalin kolaborasi antara orang tua dengan
profesi kesehatan, kehadiran orang tua yang dapat memberikan rasa nyaman pada
anak, keterlibatan orang tua dalam perawatan, memberikan support emosional kepada
anak, Ikut terlibat pada tindakan yang sederhana, menjelaskan kepada anak tentang
kondisi anak, memenuhi kebutuhan anak selama dirawat. Peran orang tua diperlukan
guna meminimalkan penyebab cemas dengan mengurangi dampak perpisahan,
mencegah perasaan kehilangan kontrol (Browning, 2007). Kerangka teori adalah
rangkaian teori yang mendasari topik peran orang tua terhadap hospitalisasi anak di
Rumah Sakit Harapan Magelang. Skema kerangka teori dapat dilihat dibawah ini:

Skema 1. Kerangka teori

Peran orang tua Hospitaliasi anak

Peran orang tua: Faktor-faktor yang mempengaruhi


2.1.1 Menjalin kolaborasi antara anak dalam berespon terhadap
orang tua dengan profesi
penyakit dan hospitalisasi:
kesehatan
2.1.2 Kehadiran orang tua yang a. Perkembangan usia anak
dapat memberikan rasa nyaman b. Pengalaman
pada anak
2.1.3 Keterlibatan orang tua c. Rasa takut
dalam perawatan d. Sistem pendukung
2.1.4 Memberikan support
e. Ketrampilan koping
emosional kepada anak
2.1.5 Ikut terlibat pada tindakan
yang sederhana
2.1.6 Menjelaskan kepada anak
tentang kondisi anak
2.1.7 Memenuhi kebutuhan anak
selama dirawat

25
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah dan pernyataan


peneliti. Setiap hipotesa terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan
(Nursalam, 2013).

26
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian yang menggunakan angka dan
analisisnya berdasarkan rumus statistik (Nursalam, 2013. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif, yaitu penelitian yang menghasilkan penggambaran
keadaan objek peneliti tanpa memberikan kesimpulan yang bertujuan untuk
mengetahui keadaan prevalensi peran orang tua dalam mengurangi dampak
hospitalisasi anak (Imron & Munif, 2015).

3.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu abstrak, logikal secara arti harfiah dan akan
membantu penelitian dengan body of knowledge (Nursalam, 2013). Skema kerangka
konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Skema 2. Kerangka konsep
Peran orang tua

Baik Cukup Kurang

27
3.3 Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau
tentang apa yang diukur oleh variabel tersebut. Definisi operasional dalam penelitian
ini memberikan penjelasan bagaimana cara mengukur variabel yang telah ditentukan
berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran (Notoatmodjo, 2010). Untuk
membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel yang diteliti, variabel tersebut
perlu diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional bermanfaat untuk
mengarahkan pengukuran atau pengamatan terhadap variabel bersangkutan serta
pengembangan instrumen atau alat ukur (Sugiyono,2005).

Tabel 2 Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Parameter Alat Skala Skor


ukur
Peran Bentuk partisipasi yang Indikator peran orang Kusioner Ordina Skor yang
Orang tua dilakukan orang tua tua yaitu peran l diberikan untuk
(Independ saat anak dirawat a. Menjalin orang tua pernyataan orang
en) meliputi kolaborasi antara tua:
partisipasi dalam orang tua dengan 1 Ya : 1
memenuhi kebutuhan petugas kesehatan 2 Tidak : 0
fisik b. Kehdiran orang tua Katagori peran orang
psikososial dan spritual yang dapat tua:
1. Baik
anak. memberikan rasa
(76%-100%)
nyaman pada anak. 2. Cukup
c. Keterlibatan (50%-75%)
orang tua dalam 3. Kurang
perawatan (<50%)
d. Memberikan sport
emosional kepada
anak
e. Ikut terlibat pada
tindakan yang
sederhana
f. Menjelaskan
kepada anak
Tentang kondisi
anak.
g. Memenuhi
kebutuhan anak
selama dirawat.

28
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan pada objek penelitian yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2018). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh orang tua yang
memiliki anak dan sedang dirawat di Rumah Sakit Harapan Magelang yang
berjumlah 20 orang.

3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek yang
akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Besar
sampel dalam penelitian sama dengan jumlah populasi yang ditemukan di Ruang
Anak Rumah Sakit Harapan Magelang yakni sebanyak 20 anak usia prasekolah
yang dirawat beserta orang tuanya yang menunggu selama perawatan. Jumlah
tersebut diambil berdasarkan jumlah rata-rata pasien yang dirawat setiap
bulannya di Ruang Anak Rumah Sakit Harapan Magelang.
3.4.2.1 Kriteria sampel
Adapun sampel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan
atau layak diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Orang tua kandung yang sedang menunggu anaknya ketika dirawat
Di Rumah Sakit Harapan
2) Orang tua yang setuju menjadi responden
3) Anak usia (3-6 tahun) prasekolah yang dirawat Di Rumah Sakit
Harapan
4) Anak yang dapat diajak komunikasi atau berbicara
5) Anak yang sadar atau tidak dalam keadaan koma

29
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak dimasukan
atau tidak layak untuk diteliti. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini
adalah :
1) Orang tua dengan anak yang mengalami penurunan kesadaran Di
Rumah Sakit Harapan Magelang
2) Kondisi anak yang lemah

3.4.3 Teknik sampling


Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel
yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian (Nursalam, 2013).
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik total
sampling. Tehnik total sampling adalah suatu tehnik pengambilan sampel dimana
jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiono, 2007). Pertimbangan
dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang sedang dirawat
beserta orang tua yang menunggui selama perawatan di Rumah Sakit.

3.5 Waktu dan Tempat

3.5.1 Tempat penelitian


Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Harapan Magelang Jl. Panembahan
Senopati No. 11 Jurangommbo Utara, Kecamatan Magelang Selatan Kota
Magelang, Jawa Tengah.

3.5.2 Waktu penelitian


Waktu penelitian dan pengambilan sampel dilaksanakan pada minggu ketiga
bulan Juli-Agustus 2021 yang dimulai dari uji intrumen penelitian antara peneliti
dengan asisten peneliti, pengumpulan data dan dilanjutkan dengan pengolahan

30
hasil serta penulisan laporan penelitian di Rumah Sakit Harapan Magelang yang
berada di jalan Panembahan Senopati No. 11 Magelang.

3.6 Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data, sedangkan
reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten apabila dilakukan pengukuran 2 kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan alat ukur yang sama (Sugiyono, 2015). Kuesioner yang digunakan pada
penelitian ini yakni kuesioner yang diadopsi dari Yolanda (2020) dengan r nilai > r
tabel (>0,159) dan Cronbach’s Alpha dengan nilai 0,643. Kuesioner telah teruji
secara valid dan realiabel sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjutan.

3.7 Alat dan Metode Pengumpulan Data

3.7.1 Alat pengumpulan data


Instrumen pengumpulan data atau alat pengumpulan data tergantung pada
macam dan tujuan penelitian serta data yang diambil ataupun dikumpulkan
dalam penelitian (Notoatmodjo, 2018). Alat pengumpulan data atau instrumen
penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena yang
diamati yang bertujuan untuk memperoleh data (Sugiyono, 2014). Peneliti
menggunakan lembar kuesioner peran orang tua yang disusun secara terstruktur
dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab untuk memperoleh informasi
sehingga responden akan memilih salah satu alternatif jawaban yang tersedia
berupa ya dan tidak.

3.7.2 Metode pengumpulan data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer atau data yang
diambil langsung dari responden. Peneliti membagikan kuesioner kepada 20
responden yang datang di Ruang Anak Rumah Sakit Harapan Magelang secara
langsung dan menjelaskan maksud serta tujuan dari kuesioner tersebut.

31
Selanjutnya peneliti menunggu responden menjawab kuesioner yang telah
dibagikan dan mengecek kembali sebelum mengumpulkannya.

3.8 Metode Pengolahan dan Analisa Data

3.8.1 Metode pengolahan data


Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program
komputer melalui langkah-langkah sebagai berikut:
3.8.1.1 Editing
Hasil data dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing)
terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk
pengecekan dan perbaikan. Apabila ada data yang belum lengkap, jika
memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi
data-data tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka data yang
tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukkan dalam pengolahan
(Nugroho, 2012).
3.8.1.2 Coding
Yaitu kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2009).
3.8.1.3 Tabulasi
Tabulasi langsung adalah sistem pengolahan data langsung yang
ditabulasi dari kuesioner. Tabulasi langsung biasanya dikerjakan dengan
sistem tally yakni cara menghitung data menurut klasifikasi yang telah
ditentukan. Cara lain adalah kuesioner dikelompokan menurut jawaban
yang diberikan, kemudian dihitung jumlahnya, lalu dimasukan ke dalam
tabel yang telah disiapkan.

3.8.2 Analisa data

32
Analisa data statistik untuk satu variabel (variabel tunggal), menggunakan
jenis analisis diskriptif, didalamnya menggunakan analisis distribusi frekuensi,
yaitu bentuk analisis yang menyampaikan sebaran atau distribusi dalam bentuk
frekuensi yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi ataupun dalam
bentuk diagram atau narasi (Taufiqurrahman, 2008). Tujuan dari analisis ini
adalah memaparkan data secara sederhana sehingga dapat dibaca & dianalisis.
Analisa data dilakukan dengan alat bantu menggunakan SPSS (Statistical
Product and Service Solution).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
dari penelitian ini diperoleh dari responden. Berikut rumus yang digunakan
dalam analisis:

Keterangan:
RS = Rentang Skala
m = Jumlah soal x skor tertinggi
n = Jumlah soal x skor terendah
b = Jumlah kategori
Selanjutnya hasil penelitian gambaran pengetahuan dimasukkan ke dalam
tabel distribusi frekuensi dengan rumus:

Keterangan:
df = Distribusi frekuensi
f = Frekuensi
N = Jumlah responden

3.9 Jalannya penelitian

33
Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan pada
penelitian melalui tahap berikut:
3.9.1 Tahap pelaksanaan
3.9.1.2 Mengumpulkan responden penelitian
3.9.1.3 Memperkenalkan diri kepada responden
3.9.1.4 Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
3.9.1.5 Meminta persetujuan responden untuk mengisi informed consent
sebagai syarat persetujuan menjadi responden
3.9.1.6 Memberikan kesempatan bagi responden untuk menolak
dijadikan sampel penelitian jika tidak berkenan berpartisipasi
dalam penelitian
3.9.1.7 Memberikan kuesioner kepada responden
3.9.1.8 Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner
3.9.1.9 Melakukan pengecekan kembali kuesioner yang telah diisi oleh
responden
3.9.1.10 Memberikan penghargaan berupa buah tangan

3.10 Etika Penelitian

Etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain:


3.10.1 Respect for human dignity (informed consent and ethical clearance)
Pemberian lembar persetujuan kepada responden agar mengetahui
maksud dan tujuan penelitian, serta diberikan kebebasan kepada responden
untuk menentukan ketersediaan menjadi responden dan kelayakan etik tertulis
sebagai bukti bahwa penelitian dapat dilakukan.
3.10.2 Respect for privacy and confidentiality
Informasi yang telah dikumpulkan oleh responden dijamin
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu dalam
penelitian yang akan dilakukan.

34
3.10.3 Respect for justice and indusiveness
Responden diperlakukan secara adil sebelum, selama, dan sesudah
penelitian. Responden tidak diberikan perlakuan yang berbeda dalam
penelitian yang dilakukan.

3.10.4 Balancing harm and benefits


Manfaat dari penelitian ini ialah agar responden dan masyarakat dapat
meningkatkan pembelajaran khususnya yang terkait dengan pengembangan
peran orang tua terhadap hospitalisasi anak.

35
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran lokasi penelitian


Penelitian ini dilakukan di Ruang Anak Rumah Sakit Harapan Magelang.
Ruang Anak Rumah Sakit Harapan Magelang diperuntukan untuk seluruh anak
dari berbagai umur dan latar belakang yang mengalami masalah kesehatan.
Pelayanan yang diberikan berupa perawatan oleh dokter spesialis anak, perawat,
dan bidan yang professional serta berpengalaman. Pertimbangan dalam penelitian
ini adalah terdapat 20 anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang sedang dirawat
beserta orang tuanya yang menunggu selama perawatan. Pengambilan sampel
diambil secara langsung dengan menemui responden dan memberikan lembar
kuesioner peran orang tua terhadap hospitalisasi anak yang disusun secara
terstruktur berisikan 13 pertanyaan untuk memperoleh informasi sehingga
responden akan memilih salah satu alternatif jawaban yang tersedia.

4.2 Hasil penelitian


4.2.1 Karakteristik responden
Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin anak,
riwayat dirawat di Rumah Sakit, usia anak, orang tua yang mendampingi, usia
orang tua, pendidikan, dan pekerjaan. Hasil analisis karakteristik responden
dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3 Karakteristik responden (n=20)

36
N Karakteristiik f Percent (%)
o
1 Jenis kelamin anak
Laki-laki 9 45
Perempuan 11 55
2 Riwayat pernah dirawat di Rumah
Sakit
Pernah 14 70
Tidak pernah 6 30
3 Usia anak (mean ± sd) 4.15 8.13
3 tahun 4 20
4 Tahun 10 50
5 Tahun 5 25
6 Tahun 1 5
4 Orang tua yang mendampingi
Ayah 3 15
Ibu 17 85
5 Usia orang tua (mean ± sd) 32.60 .587
27-37 15 70
38-48 5 25
49-59 1 5
6 Pendidikan
Tidak sekolah 1 5
SLTP 8 40
PT 11 55
7 Pekerjaan
Tidak bekerja 8 40
PNS 1 5
Wiraswasta 2 10
Lain-lain 9 45
Total 20 100
Keterangan: n: Total jumlah responden; f: Jumlah responden
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin anak pada penelitian
ini yakni mayoritas 55% anak berjenis kelamin perempuan. Pada ketegori
riwayat dirawat di Rumah Sakit, sebanyak 70% mengatakan tidak pernah
dirawat. Rata-rata atau 50% usia anak yang menjadi responden adalah 4
tahun. Mayoritas orang tua yang mendampingi anaknya ketika dirawat yaitu
ibu (85%). Orang tua yang mendampingi anaknya rata-rata berusia 32 tahun.
Sejumlah 55% orang tua berpendidikan tinggi. Sebagian besar pekerjaan

37
orang tua yang mendampingi anaknya merupakan lain-lain atau pilihannya
tidak tertera pada kueisoner (45%).
4.2.2 Indikator peran oran tua
Berikut nilai kategori penilaian yang didapatkan oleh seluruh responden
berdasarkan jawaban kuesioner yang dilihat pada tabel 4 berikut:
Tabel 4 kategori penilaian indikator orang tua (n=20)

No Kategori Peran orang Nilai acuan F Percent (%)


tua
1 Baik 76%-100% 19 95
2 Cukup 50%-75% 1 5
3 Kurang <50% 0 0
Jumlah 20 100
Keterangan: n: Total jumlah responden; f: Jumlah responden
Berdasarkan tabel diatas, sebanyak 95% responden dikategorikan
memiliki peran yang baik. Selanjutnya, pada penelitian ini, terdapat 13
indikator peran tua yang telah dijawab “YA” oleh seluruh responden melalui
kuesioner yang disebarkan. Hasil analisis pertanyaan indikator peran oran tua
dapat dilihat pada tabel 5 berikut:
Tabel 5 Indikator peran orang tua (n=20)

No Indikator peran orang tua f Percent (%)


1 Mendukung dokter dan perawat bila 20 100
mengatakan anak banyak istirahat
2 Mendorong anak agar mau diambil tindakan 19 95
perawatan
3 Memberikan kenyamanan kepada anak dengan 20 100
memeluk, mencium dan berbicara pada anak
4 Bermain dengan anak 20 100
5 Mendampingi anak saat diperiksa 19 95
6 Mengatur waktu istirahat dan tidur anak 18 90
7 Mendampingi dan mendukung anak saat anak 12 60
menerima tindakan yang membuat rasa nyeri
8 Memberikan pujian bila anak mau makan dan 20 100
minum obat selama perawatan
9 Memberikan kompres jika anak demam 17 85
10 Membantu memberikan obat yang diminum 19 95
anak
11 Memberikan penjelasan tentang makanan apa 18 90

38
saja yang boleh dimakan selama perawatan
12 Membantu dan melayani anak untuk makan 20 100
13 Memandikan, menggosok gigi, membersihkan 20 100
muka anak
Total 20 100
Keterangan: n: Total jumlah responden; f: Jumlah responden yang menjawab “YA”
Pada pertanyaan ke-1, seluruh orang tua (100%) mendukung dokter dan
perawat bila mengatakan anak banyak istirahat. Pertanyaan ke-2, sejumlah
95% orang tua mendorong anak agar mau diambil tindakan perawatan.
Pertanyaan ke-3, total 100% orang tua memberikan kenyamanan kepada anak
dengan memeluk, mencium, dan berbicara pada anak. Pertanyaan ke-4, orang
tua setuju bermain dengan anak (100%). Pertanyaan ke-5, sejumlah 95%
orang tua mendampingi anak saat diperiksa.
Selanjutnya untuk pertanyaan ke-6, sebanyak 90% orang tua mengatur
waktu istirahat dan tidur anak. Pertanyaan ke-7, mayoritas 60% orang tua
mendampingi dan mendukung anak saat anak menerima tindakan yang
membuat rasa nyeri. Pertanyaan ke-8, seluruh 100% orang tua memberikan
pujian bila anak mau makan dan minum obat selama perawatan. Pertanyaan
ke-9, terdapat 85% orang tua yang memberikan kompres jika anak demam.
Pertanyaan ke-10, 95% orang tua membantu memberikan obat yang diminum
anak. Pertanyaan ke-11, 90% orang tua memberikan penjelasan tentang
makanan apa saja yang boleh dimakan selama perawatan. Pertanyaan ke-12,
total 100% orang tua membantu dan melayani anak untuk makan, dan pada
pertanyaan ke-13, semua orang setuju untuk memandikan, menggosok gigi,
membersihkan muka anak (100%).

4.3 Pembahasan
4.3.1 Karakteristik responden
Rata-rata jenis kelamin anak yang menjadi responden adalah perempuan
atau 55%. Anak perempuan merupakan kelompok yang masuk dalam kondisi

39
rentan. Hal tersebut dikarenakan pemenuhan hak anak perempuan masih
terabaikan karena anak perempuan cenderung malu untuk mengungkapan jika
dirinya merasa sakit dan orang tua yang tidak aktif dalam mengontrol
kebiasaan anaknya (Rahkman, Tentama, & Situmorang, 2018). Alasan lain
dijelaskan oleh Dinisari (2017) yaitu anak perempuan rentan sakit karena
perempuan menghasilkan lebih banyak jumlah sel inflamasi dalam darah
mereka. Sel inflamasi, ketika diproduksi lebih banyak dalam tubuh, dapat
menyebabkan imunitas menurun, sehingga membuat perempuan rentan
terhadap penyakit menular (Dinisari, 2017)
Berdasarkan kategori riwayat dirawat di Rumah Sakit, sebanyak 70%
anak mengatakan tidak pernah dirawat. Dengan tidak pernahnya anak dirawat
di Rumah Sakit akan menimbulkan ketakutan berlebih saat melihan tenaga
kesehatan seperti dokter, perawat, maupun bidan dalam melaksanakan
tugasnya, terlebih lagi jika anak-anak melihat benda-benda seperti jarum
suntik dan infus (Koba, 2016). Kondisi ini akan menjadi hambatan ketika
anak-anak menerima perawatan karena hal tersebut merupakan hal yang baru
bagi mereka. Oleh karena itu, pada kondisi tersebut peran orang tua sangat
diharapkan agar proses perawatan dapat berjalan lancar dan anak dapat
sembuh sepenuhnya (Somantri, 2016).
Pada penelitian ini, rata-rata atau 50% usia anak yang menjadi responden
adalah 4 tahun. Anak usia 4 tahun sedang mengalami masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat (Prayogo et al, 2016). Kesehatan dan gizi anak
sangat mempengaruhi proses tumbuh kembang. Oleh karena itu peran orang
tua terhadap perawatan kesehatan dan gizi sangat diperlukan untuk
pengoptimalan perkembangan anak (Sumiyati & Yuliani, 2016). Pembiasaan
dalam menjaga kesehatan perlu dilakukan setiap hari, seperti memotong kuku
setiap minggu, menggosok gigi setiap hari, mencuci tangan, dan melatih untuk
mandi sendiri. Hal ini bertujuan agar tidak terserang penyakit dan dapat sehat
secara fisik maupun psikis (Prayogo et al, 2016).

40
Mayoritas orang tua yang mendampingi anaknya ketika dirawat yaitu ibu
(85%). Peran ibu sangat penting dalam mencukupi kebutuhan nutrisi, serta
menstimulasi dan memantau tumbuh kembang anak setiap harinya (Zubaedi
& Fitrah, 2019). Anak dapat tumbuh dengan sehat, dan kemampuannya
berkembang dengan baik pada dasarnya melalui peranan ibu. Ikatan antara ibu
dan anak merupakan gabungan aspek psikologis dan biologis yang kompleks
(Kusparlina, 2020). Seorang ibu lebih terikat secara emosional karena menjadi
pihak yang mengandung dan melahirkan sehingga ibu dan anakmenunjukkan
keterikatan emosional yang dapat memperkuat daya tahan tubuh, mencegah
penyakit, dan mempertajam kecerdasan anak (Zubaedi & Fitrah, 2019).
Orang tua yang mendampingi anaknya rata-rata berusia 32 tahun. Usia
tersebut masih berada pada usia atau fase dewasa awal. Fase dewasa awal
merupakan fase dimana perkembangan seseorang sedang berada pada
puncaknya dengan kondisi fisik serta intelektualnya yang baik (Syafitri,
Hidayati & Pristianty, 2017). Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia, maka akan bertambah pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik
(Notoatmodjo, 2012). Intelektual yang baik adalah kemampuan
mempresentasikan, mengangkat realita sosial, berpikir kritis dan mampu
merumuskan masalah yang ada (Syafitri, Hidayati & Pristianty, 2017)
Sejumlah 55% orang tua berpendidikan tinggi. Orang tua dengan
pendidikan tinggi cenderung mengatahui banyak hal, lebih peka dan
antisipatif. Orang tua yang berpendidikan tinggi dalam memberikan
pengasuhan pada anaknya sedikit berbeda dengan motivasi yang diberikan
oleh orang tua berpendidikan rendah. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tingggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut
untuk menerima informasi (Notoatmodjo, 2012). Seseorang yang memiliki
pendidikan tinggi akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari

41
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya (Notoatmodjo, 2012).
Sebagian besar pekerjaan orang tua yang mendampingi anaknya
merupakan lain-lain atau pilihannya tidak tertera pada kueisoner (45%).
Perkerjaan memiliki pengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke
dalam individu yang berbeda-beda sehingga dapat menentukan peran orang
tua ketika berada dirumah (Notoatmodjo, 2012). Pekerjaan yang baik dan
memadai tentu dapat memberikan kenyamanan pada keluarga terutama ketika
anak terpapar penyakit sehingga dapat dengan mudah mengakses fasilitas
kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
4.3.2 Indikator peran orang tua
Berdasarkan penilaian indikator peran orang tua, sejumlah 95% peran
orang tua dikategorikan baik. Kategori tersebut dapat disimpulkan karena para
orang tua menjawab pertanyaan yang tertera pada kuesioner dengan baik.
Secara umum terdapat 7 indikator peran orang tua yang dijawab dengan baik
oleh orang tua antara lain menjalin kerjasama dengan tenaga kesehatan,
memberikan rasa nyaman pada anak, keterlibatan dalam perawatan,
memberikan support emosional kepada anak, terlibat pada tindakan yang
sederhana, menjelaskan kondisi anak, dan memenuhi kebutuhan anak
(Mubarok, Chayatin, & Santoso, 2016). Peran orang tua adalah perilaku yang
diharapkan oleh anggota keluarga yang sesuai dengan kedudukannya dalam
keluarga guna mengembangkan kepribadian anak (Kozier, 2015). Orang tua
adalah komponen penting dalam keluarga untuk mengasuh, mendidik,
memperhatikan kesehatan dan memastikan tumbuh kembang anak (Janurliani,
2021). Pada penelitian ini, orang tua memiliki kesadaran yang baik terhadap

42
anaknya dan memahami peran serta langkah yang harus ditempuh ketika
anaknya dihospitalisasi.
Selanjutnya, 7 indikator peran orang tua yang menjadi landasan
pertanyaan di urai menjadi 13 pertanyaan antara lain pada pertanyaan ke-1,
seluruh orang tua (100%) mendukung dokter dan perawat bila mengatakan
anak banyak istirahat. Orang tua berperan penting dalam proses penyembuhan
anak seperti mengatur pola tidur ketika dirawat di Rumah Sakit (Mubarok,
Chayatin, & Santoso, 2016). Dengan begitu, proses penyembuhan dapat
berjalan lancer tanpa adanya hambatan. Peran orang tua adalah serangkaian
perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan atau
posisi individu di dalam masyarakat seperti mendukung keputusan dokter dan
perawat Rumah Sakit saat memberikan asuhan kepada anak mereka.
Pernyaatan ini didukung penelitian Kurniati, Alfaeni, & Andraeni (2020)
yakni orang tua berperan penting mendukung perilaku sehat dan proses
penyembuhan anak.
Pertanyaan ke-2, sejumlah 95% orang tua mendorong anak agar mau
diambil tindakan perawatan. Orang tua harus senantiasa meyakinkan anak
agar mau diberikan pelayanan kesehatan ketika sakit karena selain harus
mendapatkan pelayanan kesehatan yang cepat orang tua juga memiliki otoritas
terkait persetujuan di Rumah Sakit ketika anaknya dirawat (Friedman, 2010).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sulistyarini (2018) yaitu cepat tidaknya
anak mendapatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit tergantung dengan
persetujuan orang tua.
Pertanyaan ke-3, total 100% orang tua memberikan kenyamanan kepada
anak dengan memeluk, mencium, dan berbicara pada anak. Pada dasarnya,
orang tua harus selalu berada disamping anaknya memberikan kenyamanan
terutama ketika anaknya sedang sakit (Friedman, 2010). Hal tersebut dapat
membantu proses penyembuhan karena secara psikologis anak akan merasa
tenang dan senang sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung dengan

43
cepat. Penjelasan sebelumnya didukung penelitian Janurliani (2021) yakni
kehadiran orang tua dapat memberikan kenyamanan emosional pada anak
sehingga konsentrasi anak terhadap penyakit yang dideritanya dapat
teralihkan.
Pertanyaan ke-4, orang tua setuju bermain dengan anak (100%). Dengan
bermain bersama anak orang tua dapat mengawasi perilakunya secara
seksama. Tugas pengawas yang dilakukan orang tua salah satunya adalah
mengawasi tingkah laku anak untuk mencegah terjadinya sakit (Mubarok,
Chayatin, & Santoso, 2016). Pada pertanyaan ke-5, sejumlah 95% orang tua
mendampingi anak saat diperiksa. Orang tua juga terlibat saat perawat
melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga (Mubarok, Chayatin, & Santoso,
2016).
Selanjutnya untuk pertanyaan ke-6, sebanyak 90% orang tua mengatur
waktu istirahat dan tidur anak. Pertanyaan ke-7, mayoritas 60% orang tua
mendampingi dan mendukung anak saat anak menerima tindakan yang
membuat rasa nyeri. Orang tua memiliki peran sebagai pendorong seperti
memastikan jam istirahat anak, memberikan motivasi, dan memuji.
Pendorong dapat merangkul dan membuat anak merasa bahwa pemikiran
dirinya penting dan bernilai untuk didengar. Orang tua sebagai pendorong
harus memberi dukungan pada anak yang akan mendapat tindakan
keperawatan selama anak dirawat di rumah sakit (Mubarok, Chayatin, &
Santoso, 2016).
Pada Pertanyaan ke-8, seluruh 100% orang tua memberikan pujian bila
anak mau makan dan minum obat selama perawatan. Orang tua bertanggung
jawab memberikan pengalamam yang membawa pertumbuhan dan potensi
maksimal melalui pujian atas pencapaian anak. Hal tersebut akan merangsang
perkembangan intelektual dan menekan temperamen yang reaktif serta
memunculkan potensi baru bagi anak. Pernyataan ini didukung hasil

44
penelitian yang dilakukan oleh Syafitri, Hidayati & Pristianty (2017) yakni
sikap orang tua yang selalu memberikan pujian atau reward atas pencapaian
anaknya akan merangsang hormon yang dapat membuat anak senang sehingga
tumbuh kembang anak dapat optimal.
Pertanyaan ke-9, terdapat 85% orang tua yang memberikan kompres jika
anak demam. Pertanyaan ke-10, 95% orang tua membantu memberikan obat
yang diminum anak. Secara umum, orang tua berperan aktif dalam perawatan
anak dengan cara tinggal bersama selama 24 jam (rooming in) agar dapat
memastikan kesehatan anak secara utuh atau bersifat antisipatif (Hockenberry
& Wilson, 2017). Hal ini searah dengan peneltian Rahkman, Tentama, &
Situmorang (2018) berupa orang memiliki kewajiban untuk selalu ada ketika
anaknya sakit sehingga jika kondisi anaknya memburuk atau membutuhkan
sesuatu dapat segera dipenuhi.
Pertanyaan ke-11, 90% orang tua memberikan penjelasan tentang
makanan apa saja yang boleh dimakan selama perawatan. Pertanyaan ke-12,
total 100% orang tua membantu dan melayani anak untuk makan. Pertanyaan
ke-13, semua orang setuju untuk memandikan, menggosok gigi,
membersihkan muka anak (100%). Orang tua berperan mengasuh anak sesuai
dengan perilaku kesehatan yaitu mengajarkan anak pada perilaku hidup bersih
dan sehat, gosok gigi, cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta
memberikan petunjuk makan makanan yang sehat. Penjelasan ini sejalan
dengan penelitian Mardliyah et al (2016) yaitu kebutuhan sehari-hari atau
activity daily living dan self care anak harus melalui atau dibantu oleh orang
tua.

4.4 Keterbatasan penelitian


Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yakni jumlah responden
yang diteliti masih terlalu sedikit dan responden yang diambil hanya berasal dari
satu Rumah Sakit. Keterbatasan lain berupa peneliti hanya ingin mengetahui

45
peran orang tua melalui kuesioner yang dibagikan dan tidak ada tindakan lanjutan
jika orang tua tidak mengetahui perannya dengan baik.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sebanyak 95% orang tua memiliki peran yang baik terhadap hospitalisasi
anak dan terdapat 5% lainnya yang dikategorikan cukup. Rata-rata responden
yang setuju atau menjawab “YA” tentang peran orang tua terhadap hospitalisasi
anak adalah 100%, artinya seluruh orang tua memiliki kesadaran akan pentingnya
peran yang mereka miliki.

5.2 Saran

5.2.1 Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan penulis serta lebih
memahami tentang teori dan aplikasi peran orang tua terhadap hospitalisasi
anak di Rumah Sakit Harapan Magelang.

5.2.2 Institusi Tempat Peneliti

46
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah masukan untuk
meningkatkan perawatan dan pelayanan di rumah sakit khususnya pada anak
yang sedang menjalani rawat inap dan mengalami hospitalisasi.

5.2.3 Institusi Pendidikan Kesehatan


Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan pembelajaran khususnya
yang terkait dengan pengembangan peran orang tua terhadap hospitalisasi
anak di Rumah Sakit Harapan Magelang.

47
DAFTAR PUSTAKA

Abdulbaki, A.M., Gaafar, E.Y., & Waziry, O.G. (2019). Maternal versus pediatric
nurses attitudes regarding mother’s participation in the care of their hospitalized
children. Journal of American Science, 316-327.
Ahmann, E. (2019). Promoting positive parenting an annotated bibliography.
Pediatric Nursing, Vol 28, No. 4.
Alimul, A. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika.
Bernand, W, K., & Wilson, W. C. (2019). Psychological effects of physical illness
and hospitalization on the child and the family. J.H.K.C.
Brooks, J. (2019). The procees of parenting. Pustaka Pelajar.
Constantin. (2012). What is the role of parent. Http://Www.Lifecho.Com.
Coyne, I. (2020a). Children’s experience of hospitalization. Journal of Child Health
Care, 326–336.
Coyne, I. (2020b). Disruption of parent participation: nurses’ strategies to manage
parents on children’s wards. Journal of Clinical Nursing, 3150–3158.
Dinisari, M, C. 2017. Ibu Hamil Bayi Perempuan Cenderung Terkena Penyakit.
https://lifestyle.bisnis.com/read/20170222/106/630815/ibu-hamil-bayi-
perempuan-cenderung-rentan-terkena-penyakit
Friedman, M.M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga. ECG.
Handayani, R.W., & Puspitasari, N. P. (2021). Pengaruh terapi bermain terhadap
tingkat kooperatif selama menjalani perawatan pada anak usia pra sekolah (3- 5
Tahun) di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Surya
Medika Yogyakarta Http://Www.Skripsistikes.Wordpress.Com.
Hawari, D. (2012). Dimensi religi dalam praktek psikiatri dan psikologi. Praktek
Psikiatri Dan Psikologi.
Herliana, L. (2016). Pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif selama
mengalami perawatan pada anak usia Prasekolah Di IRNA H bangsal perawatan
anak RSUP Dr. Sardjito. Unpublished Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan

47
FK UGM, Yogyakarta.
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2017). Wong nursing care of infant and children.
Eight Edition, Mosby: Evolve Elsevier.
James, S.R. & Ashwill, J. W. (2017). Nursing care of children : principles & practice.
Third Edition. St. Louis : Saunders Elsevier.
Jennet, J., & Peterson, K. (2020). Stress and young children.
Http://Www.Athealth.Com/Consumer/Disorders/Childstress.Html.
Jovan. (2020). Hospitalisasi. Http://Jovandc.Multiply.Com.
Kozier, B. (2015). Fundamental Nursing, concepts, process and practice. USA:
Philadelpia.
Kurniati, E., Alfaeni, D, K, N., & Andraeni, F. 2020. Analisis Peran Orang Tua
dalam Mendampingi Anak. DOI: 10.31004/obsesi.v5i1.541
Koba, L, S. 2016. Pelibatan Orang Tua Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan
Dengan Kecemasan Anak Usia Toddler Yang Dirawat Di Rumah Sakit.
https://ijsn.esaunggul.ac.id/index.php/IJNHS/article/download/6/6
Kusparlina, E, P. 2020. Hubungan Peran Ibu dengan Konsep Diri Anak Usia 3-5
Tahun. http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik/article/download/
2trik10207/10207
Morris, J. (2020). When child is hospitalized: tips and resources for parent.
Vanderbit Kennedy Center. Http:Www.Kc@vanderbilt.Edu.
Mubarok, W.I., Chayatin, N., & Santoso, A. B. (2016). Buku ajar keperawatan
komunitas, pengantar dan teori. Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Renika
Cipta.
Prayogo et al. 2016. Kelengkapan Imuniasasi Dasar Pada Anak Usia -5 Tahun.
https://www.saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/618/553
Rahkman, M., Tentama, F., & Situmorang, N, Z. 2018. Gambaran Subjective Well-
Being Anak Perempuan Pada Komunitas Rumah Belajar Indonesia Bangkit.
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/PROGI/article/view/gab
Syfitry, I, N., & Hidayati, I, R. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Penggunaan Obat Parasetamol Rasional Dalam Swamedikasi. https://e-

48
journal.unair.ac.id/JFIKI/article/download/7655/5207.
Somantri, I. 2016. Efektifitas Terapi Mendongeng Terhadap Kecemasan Anak Usia
Toddler Dan Prasekolah Saat Tindakan Keperawatan.
http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/download/287/137
Sumiyati, S & Yuliani, D, R. 2016. Hubungan Stimulasi Dengan
Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun Di Desa Karangtengah Kecamatan
Baturraden Kabupaten Banyumas.
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link/article/download/450/438
Zubaedi, Z & Fitrah, A. 2019. Optimalisasi Peranan Ibu Dalam Mendidik Karakter
Anak Usia Dini Pada Zaman Now.
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/alfitrah/article/download/
2506/2036

49
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia/tidak untuk berpartisipasi dalam pengambilan


data atau sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
“Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Magelang” bernama Eva Aprilia San Ashlih yang berjudul
“Gambaran Peran Orang Tua Terhadap Hospitalisasi Anak Di Rumah Sakit
Harapan Magelang”
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini besar
manfaatnya bagi peningkatan ilmu keperawatan dan akan dijamin
kerahasiaannya,

Magelang, April 2021

Responden

( )

Catatan :
*Coret yang tidak perlu

50
Lampiran 2

KUESIONER

Gambaran Peran Orang Tua Terhadap Hospitalisasi Anak Di Rumah


Sakit Harapan Magelang
Petunjuk :

1. Berilah tanda centang ( √ ) pada salah satu jawaban yang benar!

2. Semua pertanyaan harus dijawab!

3. Bila ada yang kurang dimengerti silahkan bertanya kepada peneliti!

A. Data demografi

1. Jenis kelamin anak

Laki-laki Perempuan

2. Riwayat dirawat sebelumnya dirumah sakit

Pernah Belum pernah

3. Usia Anak

3 Tahun 4 Tahun

5 Tahun 6 Tahun

4. Orang tua yang mendampingi

Ayah Ibu

5. Usia orang tua yang mendampingi..........Tahun

6. Pendidikan

Tidak Sekolah SLTP

51
SD PT

7. Pekerjaan

Tidak Bekerja PNS

Wiraswasta Lain-lain

B. Pertanyaan

A. Bacalah dengan seksama setiap pernyataan di bawah !


B. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan kenyataan perilaku pada saat Anda dirawat di rumah sakit
dengan memberi tanda (√) pada kolom jawaban yang tersedia dengan salah satu pilihan jawaban berikut :
1. Ya =1
2. Tidak = 0

No Indikator Peran Uraian Singkat Ya Tidak


Orang Tua
1 Menjalin 1. Mendukung bila dokter dan perawat bila mengatakan
kerjasama anak banyak istirahat
dengan tenaga 2. Mendorong anak agar mau diambil tindakan
perawatan (diambil darah, diinfus,
kesehatan ukur suhu, suntik, dsb)
2 Memberikan 3. Memberikan kenyamanan kepaada anak dengan
rasa nyaman memeluk, mencium dan berbicara
pada anak pada anak
4. Bermain dengan anak
3 Keterlibatan dalam 5. Mendampingi anak saat diperiksa
perawatan 6. Mengatur waktu istirahat dan tidur anak
4 Memberikan 7. Mendampingi dan mendukung anak saat anak
support menerima tindakan yang membuat
emosional rasa nyeri
8. Memberikan pujian bila anak mau makan dan minum
kepada anak obat selama perawatan
5 Terlibat pada 9. Memberikan kompres jika anak demam
tindakan yang 10. Membantu memberikan obat yang diminum anak
Sederhana
6 Menjelaskan tentang 11. Memberikan penjelasan tentang makanan apa saja
kondisi yang boleh dimakan selama

52
anak Perawatan
7 Memenuhi 12. Membantu dan melayani anak untuk makan
kebutuhan anak 13. Memandikan, menggosok gigi, memberihkan muka
anak

53

Anda mungkin juga menyukai