Anda di halaman 1dari 3

NAMA : DWI ERDHIAN WAHYU PUTRA

NIM : 044100876

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan nilai dalam pendidikan umum dan
berikan contoh yang berkaitan dengan lingkungan sekitar anda!

2. Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya dan agama dan itu bagian dari kekayaan negara
kita, dengan adanya keberagaman tersebut tidak jarang memunculkan sikap etnosentrisme,
prejudis, dan diskriminasi. Jelaskan bagaimana etnosentrisme, prejudis, dan diskriminasi
dapat menjadi sumber permasalahan bagi bangsa Indonesia. Berikan contoh kasus untuk
memperjelas jawaban Anda!

3. Dewasa ini perkembangan teknologi semakin berkembang pesat akan tetapi hal itu
berbanding terbalik dengan kondisi moral manusia, cukup banyak terjadi krisis moral di Era
sekarang. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi saat ini sebanding dengan kualitas
peradaban manusia secara keseluruhan, atau bahkan sebaliknya? Jelaskan dan berikan
contoh kasus untuk memperjelas jawaban anda!

JAWABAN :

1. Hakikat pendidikan nilai dalam pendidikan umum adalah suatu proses pembelajaran yang
digunakan sebagai upaya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas dari para peserta
didik dengan interaksi yang menghasilkan pengalaman belajar.
Contoh : Seorang guru sedang melakukan proses belajar mengajar kepada siswanya di
sekolah

2. -Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk memandang budaya diri sendiri lebih baik
dibanding yang, lain, serta penggunaan standar dan nilai sendiri untuk menilai orang-orang
yang bukan anggota kelompok budayanya. Seseorang yang etnosentris melihat budayanya
sebagai yang paling benar dan lebih pantas, dibanding kelompok yang lain.
Sebenarnya etnosentrisme masih diperlukan untuk memperkuat kebudayaan sebagai
identitas diri/kelompok. Namun etnosentrisme yang berlebihan dapat memecah belah
persatuan bangsa Indonesia yang terkenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya.
Contohnya di Provinsi Jambi ada satu suku minoritas yaitu Suku Anak Dalam (SAD)
atau disebut juga suku kubu (orang kubu). Mereka memang hidup dan menggantungkan
penghidupan di dalam hutan. Mereka tidak mengenal agama dan pendidikan.
Laki-laki dari Suku Anak Dalam biasanya bekerja dengan mengumpulkan hasil hutan (madu
atau kayu) untuk dijual kepada penduduk desa terdekat. Namun ketika mereka keluar dari
hutan dengan memakai pakaian seadanya (hanya penutup bagian alat kelamin) dengan
bahasa suku mereka, membuat pandangan masyarakat terhadap mereka menjadi aneh.
Suku Anak Dalam kerap pula dikatakan bodoh, sehingga seringkali ditipu ketika melakukan
transaksi barter atau jual beli dari hasil hutan yang mereka dapatkan. Sebagai orang Jambi
pula, sewaktu sekolah saya beberapa kali mendengar ada teman yang mengejak anak lain
yang terlihat cupu atau ketidak tahuannya terhadap sesuatu dengan sebutan “orang kubu”.
Padahal apa yang dilakukan SAD adalah cara hidup yang sudah diwariskan leluhur dan
nenek moyang mereka secara turun temurun. Bisa jadi mereka lebih dulu menempati
provinsi Jambi dibanding masyarakat modern lainnya.
Menanggapi hal tersebut pemerintah daerah bersama beberapa Lembaga Swadaya
Masyarakat dan komunitas, berusaha memberikan bantuan kepada SAD berupa pendidikan
dengan mendatangkan relawan guru untuk mengajarkan mereka di dalam hutan.
Harapannya dengan pendidikan SAD tidak mudah ditipu oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab dan tidak dipandang rendah oleh masyarakat lainnya. Bahkan kini sudah
ada anggota dari SAD yang mengecap pendidikan formal dan menjadi abdi negara.

-Prejudis (Prasangka) adalah sebuah sikap (yang biasanya berupa negative) terhadap suatu
kelompok tertentu, dengan berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut.
Prasangka juga dapat disebut sebagai sikap yang dapat mempengaruhi bagaimana cara kita
menginterpretasi informasi yang telah didapat dan keyakinan (stereotypes) pada anggota
kelompok, dan juga mengenai emosi kita terhadap kelompok tersebut.

Contoh yang pernah ada di lingkungan saya adalah stereotip kepada laki-laki yang
berbicara dan bersikap lembut adalah banci atau disangka homo. Kerap kali prasangka
tersebut berlanjut menjadi bully. Padahal maskulinitas tidak hanya dinilai dari bagaimana
seseorang tersebut berpakaian, berjalan, dan berbicara. Lebih dari itu kejantanan harus
dinilai dari bagaimana ia bertanggung jawab, mandiri, gentle dan dapat dipercaya.

Konsep lain yang juga penting untuk dipelajari dalam permasalahan kebudayaan adalah
diskriminasi. Pada dasarnya diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. Perbedaan perlakuan
tersebut bisa disebabkan warna kulit, golongan atau suku, dan bisa pula karena perbedaan
jenis kelamin, ekonomi, agama, dan sebagainya.

Berbagai jenis diskriminasi yang sering terjadi di masyarakat antara lain tapi tidak terbatas
pada:

a. Diskriminasi berdasarkan suku/etnis, ras, dan agama/keyakinan


b. Diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dan gender (peran sosial karena jenis kelamin).
c. Diskriminasi terhadap penyandang cacat.
d. Diskriminasi pada penderita penyakit berat/menular.
e. Diskriminasi karena kasta social

Contoh diskriminasi yang baru-baru ini terjadi adalah jasad perawat yang ditolak
dimakamkan di suatu wilayah. Penolakan tersebut dilakukan warga karena takut tertular.
Padahal baik dari pemerintah dan tim medis sudah melakukan perlakuan pada jenazah sesuai
dengan SOP pasien positif Covid-19. Ada juga perawat yang diusir dari kontrakannya, dan
pasien ODP yang dikucilkan masyarakat.

Ketidakpahaman masyarakat terkait penanganan Covid-19 dapat menimbulkan diskriminasi


bagi pasien ODP, PDP, dan positif Covid-19. Pemerintah dan pihak terkait harus gencar
mengadakan sosialisasi baik melalui media cetak, audio, visual, dan digital serta turun
langsung ke tengah-tengah masyarakat.

3. Terus terang saya bingung. Sebab, saya harus tahu apa ukuran kualitas peradaban manusia
secara keseluruhan itu? Setahu saya, teknologi itu sendiri adalah bagian dari peradaban juga.
Jika produk teknologi dijadikan indikator kemajuan peradaban, maka peradaban manusia
saat ini sudah sangat maju. Tetapi, apakah sudah sampai pada puncaknya? Saya kira belum.
Sebab, sepanjang manusia memiliki rasa ingin tahu dan kebutuhan hidup, kreativitas
manusia akan terus berkembang dan karenanya teknologi juga akan terus berkembang.
Jika yang dimaksud dengan kualitas peradaban itu adalah moralitas, maka ukuran moralitas
seperti apa yang bisa dijadikan indikator kemajuan peradaban? Fakta-fakta sejarah
menunjukkan, bahkan hingga hari ini, tidak ada satupun doktrin (kriteria) moral yang
diterima oleh semua umat manusia.
Peradaban manusia sudah melahirkan ratusan agama, setiap agama menelurkan puluhan
bahkan ratusan mazhab. Faktanya, belum ada satu pun agama atau mazhab agama yang
berhasil meyakinkan seluruh umat manusia sebagai sesuatu yang PALING BENAR.
Selama manusia tidak bisa menyepakati ukuran-ukuran kebaikan, keburukan, atau
kebenaran yang sama, rasanya sulit (jika bukan mustahil) untuk menilai apa peran dan
dampak tenologi pada kemajuan peradaban—khususnya moral.

Anda mungkin juga menyukai