Anda di halaman 1dari 5

Tugas 2.

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

Nama : Jecson Mateus Doko

NIM : 017761826

Pertanyaan:

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan multikulturalisme dalam era


Globalisasi! Berikan contoh konkret!

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan stereotipe, berikan contohnya!

3. Jelaskan arti kesetaraan menurut Bikhu Parekh, berikan contohnya?

4. Tugas dikerjakan dalam format Word atau PDF

5. Tambahkan sumber referensinya

Jawab:

1. Indonesia adalah negara dengan sejuta keberagaman. Menurut KBBI,


multikulturalisme adalah gejala pada seseorang atau suatu masyarakat
yang ditandai oleh kebiasaan menggunakan lebih dari satu kebudayaan.
Sedangakan Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda
seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai
aspek kehidupan manusia di semua lapisan masyarakat. Baik di bidang
ekonomi, sosial, politik, teknologi, lingkungan, budaya, dan sebagainya.

Maka multikulturalisme dalam era globalisasi ditandai dengan


masuknya budaya asing atau luar negeri kesuatu negara tertentu.
Masuknya budaya asing menyebabkan munculnya pencampuran
budaya lokal setempat dengan budaya asing, atau bisa juga budaya
asing dengan budaya asing, sehingga muncul banyak ragam budaya
yang disebut dengan multikulturalisme.
Menurut Tilaar (2002), multikulturalisme pada masa modern terutama
dalam era globalisasi ini berbeda dengan di masa lalu. Pada era
globalisasi ini, teknologi semakin berkembang sehingga masyarakat
tidak perlu berpergian ke negara atau suatu tempat tertentu untuk
mempelajari budaya baru melainkan cukup dengan mengaksesnya
lewat hp maupun laptop atau komputer.

Multikultularisme dalam era globalisasi ini lebih terbuka akan dunia


luar. Hal ini merupakan sebuah kunci untuk mencapai tingkat
keragaman budaya yang banyak. Keanekaragaman berasal dari
percampuran orang-orang dari berbagai ras, kebangsaan, etnis, agama
dan filosofi yang berkumpul untuk membentuk sebuah komunitas.

Saat ini di Indonesia bahkan di seluruh negara, di tempat kerja, dan di


sekolah semakin banyak dan terdiri dari berbagai kelompok budaya,
ras, dan etnis. Dengan mempelajari tentang keberagaman dari suatu
komunitas, komunitas membangun kepercayaan, rasa hormat, dan
pemahaman di semua budaya.

Contoh yang paling nyata adalah semakin meningkatnya keinginan


beberapa daerah tertentuuntuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia, meskipun begitu jauhpemerintah masih mampu
meredam kehendak tersebut sehingga perceraian daerah-daerahtersebut
belum terwujud pada saat ini. Konflik-konflik yang terjadi akibat
ketidaksetaraansosial dan ekonomi juga meningkat pada awal abad
keduapuluh satu ini.

2. Stereotipe adalah penilaian yang tidak seimbang terhadap suatu


kelompok masyarakat. Penelaian itu terjadi karena kecenderungan
untuk menggeneralisasi tanpa diferensiasi. De Jonge dalam Sindhunata
(2000) mengatakan bahwa bukan rasio melainkan perasaan dan
emosilah yang menentukan yang menentukan stereotip. Barker
(2004:415) mendefiniskan stereotip sebagai representasi terang-
terangan namun sederhana yang mereduksi orang menjadi serangkaian
ciri karakter yang dibesar-besarkan, dan biasanya bersifat negatif.
Suatu representasi yang memaknai orang lain melalui operasi
kekuasaan. Bahkan lebih jauh lagi dalam stereotip juga memungkinkan
seseorang untuk melakukan tindakan dengan penuh arti diskriminasi
kepada pihak lainnya.

Ada banyak sekali contoh stereotipe yang dapat kita temukan dalam
hidup bermasyarakat, antara lain:

a. Pendidikan, orang yang ahli di bidang matematika atau bidang


sains lainnya dianggap pintar, sedangkan yang kurang berprestasi
di bidang itu dianggap lemah otak dan memiliki kecerdasan
dibawah. Padahal tiap orang memiliki kecerdasan dan bakat
masing-masing. Bisa jadi ia lemah dalam hitung-hitungan, tapi
ahli dalam filsafat atau olahraga.

b. Gender, dimana laki-laki dianggap tabu dan aneh ketika kuliah di


jurusan tata busana, karena semua hal yang berhubungan dengan
pakaian dan fashion adalah bagiannya perempuan. Padahal, tidak
sedikit laki-laki yang memiliki bakat di bidang tersebut, bahkan
bisa jadi lebih baik dibandingkan laki-laki.

c. Agama, dimana ada beberapa orang yang mengganggap bahwa


wanita muslim yang berjilbab dan memakai cadar sering dianggap
sebagai teroris sehingga sering dihindari dalam pergaulan. Ada
pula yang berpikir kemungkinan mereka menggunakan cadar
adalah untuk menutupi kekurangan pada fisik atau wajah.
Padahal dalam agama muslim tujuan bercadar adalah untuk
meminimalisir syahwat.

d. Ras, orang dengan kulit putih dan bermata sipit dianggap etnis
Tionghoa dan di cap sebagai orang yang hanya bergaul dengan
kalangan mereka sendiri, pelit dan memonopoli kekayaan. Namun
belum tentu stereotip yang diberikan itu benar.

e. Gaya Hidup, orang yang memiliki tato sering diangga sebagai


orang yang bermasalah dengan hidupnya, di cap anak nakal, suka
berbuat hal-hal negatif. Padahal masing-masing memiliki cara
pandangnya sendiri, bisa jadi tato adalah bagian seni yang
disukainya. Tidak semua orang yang bertato itu orang jahat, dan
tidak semua orang tak bertato adalah orang baik.

3. Bikhu Parekh, seorang filsuf politik terkenal, menganggap kesetaraan


sebagai hak dasar setiap manusia. Dalam pandangannya, kesetaraan
adalah suatu kondisi di mana setiap manusia memiliki hak yang sama
untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan sama. Hak-hak tersebut
meliputi hak asasi manusia, kesempatan, pendidikan, pekerjaan, dan
lain sebagainya. Parekh menganggap bahwa kesetaraan merupakan hak
yang tidak dapat dimiliki oleh satu kelompok saja, tetapi harus dimiliki
oleh semua manusia. Menurut Parekh, kesetaraan adalah suatu nilai
yang universal, tidak berkaitan dengan ras, agama, gender, atau
orientasi seksual seseorang. Setiap orang harus diperlakukan dengan
adil dan sama, tidak peduli apa latar belakang mereka. Oleh karena itu,
kesetaraan harus diterapkan pada semua aspek kehidupan manusia.
Parekh menekankan bahwa kesetaraan bukanlah hanya tentang
memberikan hak yang sama kepada semua orang, tetapi juga tentang
mengakui perbedaan yang ada dan memperlakukan individu sesuai
dengan kebutuhan dan kapasitasnya. Kesetaraan, menurut Parekh,
adalah tentang mempromosikan keadilan sosial dan memastikan bahwa
semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang
dan mencapai potensi mereka.

Contoh kesetaraan yang baik adalah dalam bidang pendidikan.


Kesetaraan dalam pendidikan berarti bahwa setiap anak memiliki
kesempatan yang sama untuk mencapai potensi akademik mereka.
Tidak peduli dari mana mereka berasal, apa latar belakang mereka, atau
apa agama mereka, setiap anak harus memiliki kesempatan yang sama
untuk mendapatkan pendidikan terbaik yang tersedia. Ini berarti bahwa
sistem pendidikan harus bebas dari diskriminasi dan perlakuan yang
tidak adil terhadap siswa. Dalam bidang pekerjaan, kesetaraan berarti
bahwa setiap individu harus memiliki kesempatan yang sama untuk
memperoleh pekerjaan dan mendapatkan perlakuan yang sama di
tempat kerja. Tidak boleh ada diskriminasi atau perlakuan yang tidak
adil terhadap individu berdasarkan jenis kelamin, orientasi seksual,
agama, atau ras mereka. Setiap individu harus memiliki hak yang sama
untuk memperoleh kesempatan yang sama untuk bekerja dan
berkembang di tempat kerja.

Referensi:

- https://www.researchgate.net/publication/
365211116_Multikulturalisme_dalam_Era_Globalisasi_di_Indonesia

- https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/mengenal-
multikulturalisme-pengertian-teori-dan-karakteristik/

- https://dosenppkn.com/contoh-stereotip/

- https://www.dikasihinfo.com/pendidikan/9808738379/terjawab-
jelaskan-arti-kesetaraan-menurut-bikhu-parekh-berikan-contohnya

- https://www.asean.biz.id/jelaskan-arti-kesetaraan-menurut-bikhu-
parekh-berikan-contohnya/

Anda mungkin juga menyukai