Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : JULIO REYNALDI EKA PRATAMA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042269688

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU 4109

Kode/Nama UPBJJ : 77/UPBJJ UT DENPASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan multikulturalisme dalam era
Globalisasi! Berikan contoh konkret!

Jawab :

Multikulturalisme dalam era globalisasi mengacu pada pengakuan,


penghormatan, dan penerimaan terhadap keberagaman budaya, etnis, agama,
bahasa, dan latar belakang lainnya di tengah proses globalisasi yang semakin
memperhubungkan dunia. Ini berarti bahwa dalam era globalisasi, berbagai
budaya dan identitas menjadi lebih terbuka untuk pertukaran, interaksi, dan
integrasi, tetapi tetap menjaga integritas dan keberagaman mereka.

Contoh konkret multikulturalisme dalam era globalisasi:

a) Makanan dan Restoran Multikultural: Di banyak kota besar di seluruh


dunia, terdapat restoran-restoran yang menyajikan makanan dari berbagai
budaya. Contohnya, di New York City, Anda dapat menemukan restoran-
restoran yang menyajikan masakan dari seluruh dunia, seperti makanan
Italia, Cina, India, dan Meksiko. Hal ini mencerminkan bagaimana
masyarakat mengadopsi dan menikmati keberagaman kuliner di tengah
proses globalisasi.
b) Festival Multikultural: Banyak kota di seluruh dunia mengadakan festival
multikultural yang memperkenalkan seni, musik, tarian, dan makanan dari
berbagai budaya. Contoh festival seperti Carnaval di Rio de Janeiro, Diwali
Festival di London, dan Festival Film Cannes di Prancis mempromosikan
penghargaan terhadap keberagaman budaya di tengah globalisasi.
c) Pendidikan Multikultural: Di era globalisasi, lembaga pendidikan di
berbagai negara sering menerapkan kurikulum multikultural yang
mencakup pembelajaran tentang berbagai budaya, sejarah, dan agama. Ini
membantu siswa memahami dan menghargai keragaman budaya di
seluruh dunia.
d) Media Sosial dan Konten Multikultural: Globalisasi telah memungkinkan
pertukaran informasi dan konten melalui media sosial. Orang-orang dapat
membagikan pengalaman dan cerita mereka dari berbagai budaya, dan ini
mempromosikan pemahaman dan penghargaan terhadap keberagaman.
e) Migrasi dan Peluang Kerja: Era globalisasi telah mengarah pada mobilitas
global yang lebih besar. Orang-orang berpindah dari satu negara ke negara
lain untuk bekerja, belajar, atau mencari suaka. Ini menciptakan
masyarakat multikultural di berbagai negara di seluruh dunia.
Pentingnya multikulturalisme dalam era globalisasi adalah untuk mempromosikan
harmoni, toleransi, dan pemahaman antarbudaya di tengah pertumbuhan
konektivitas global. Hal ini mendorong masyarakat untuk merayakan perbedaan
dan mengatasi stereotip atau prasangka terhadap budaya dan identitas lainnya.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan stereotipe, berikan contohnya!

Jawab :

Stereotipe adalah gambaran umum, ide, atau keyakinan yang seringkali sederhana
dan tidak akurat yang dimiliki oleh individu atau kelompok tentang karakteristik
atau perilaku dari anggota kelompok tertentu. Stereotipe seringkali digeneralisasi
yang dapat menyederhanakan pandangan tentang suatu kelompok orang atau
individu tanpa mempertimbangkan perbedaan individual yang sebenarnya.

Contoh stereotipe:

a) Stereotipe Gender: Salah satu contoh yang umum adalah stereotipe


gender, seperti keyakinan bahwa pria lebih kuat secara fisik daripada
wanita atau bahwa wanita lebih emosional daripada pria. Ini adalah
gambaran umum yang tidak memperhitungkan perbedaan individual di
antara individu-individu.
b) Stereotipe Etnis: Stereotipe etnis sering berkaitan dengan keyakinan
tentang karakteristik etnis tertentu. Misalnya, stereotipe bahwa semua
orang Asia cerdas atau bahwa semua orang Afrika adalah atletis. Ini adalah
generalisasi yang tidak memperhitungkan perbedaan dalam bakat, minat,
dan kemampuan.
c) Stereotipe Sosial Ekonomi: Stereotipe tentang orang dari latar belakang
sosial ekonomi tertentu juga umum. Misalnya, anggapan bahwa semua
orang miskin malas atau bahwa semua orang kaya tidak peduli dengan
masalah sosial.
d) Stereotipe Berdasarkan Profesi: Ini mencakup pandangan umum tentang
profesi tertentu, seperti stereotipe tentang polisi yang selalu otoriter atau
bahwa semua guru sangat peduli terhadap siswa mereka.
e) Stereotipe Berdasarkan Usia: Stereotipe berdasarkan usia seringkali
mencakup keyakinan bahwa orang tua tidak mampu beradaptasi dengan
teknologi atau bahwa kaum muda tidak memiliki pengalaman.
f) Stereotipe Berdasarkan Agama: Stereotipe terkait dengan agama sering
mencakup persepsi negatif terhadap kelompok agama tertentu, seperti
keyakinan bahwa semua anggota kelompok agama tertentu bersifat
ekstrem atau fanatik.

Stereotipe dapat merugikan karena mereka dapat menyebabkan diskriminasi,


ketidakadilan, atau ketidaksetaraan. Mereka dapat menyebabkan pemisahan
sosial dan dapat mempengaruhi hubungan antarindividu atau kelompok. Oleh
karena itu, penting untuk menghindari asumsi berlebihan dan mendekati orang
lain atau kelompok dengan pikiran terbuka dan tanpa prasangka berdasarkan
stereotipe.

3. Jelaskan arti kesetaraan menurut Bikhu Parekh, berikan contohnya?

Jawab :

Menurut Bikhu Parekh, seorang filsuf politik dan ahli multikulturalisme,


kesetaraan adalah prinsip yang mendasari hubungan yang adil dan sama di antara
individu atau kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kesetaraan ini bukan
hanya tentang pengakuan hukum formal atas hak-hak dasar individu, tetapi juga
tentang penghargaan atas nilai-nilai kemanusiaan, hak asasi manusia, dan
penghargaan terhadap keberagaman budaya dan sosial. Kesetaraan dalam konsep
Parekh mencakup hak yang sama, penghargaan yang sama, serta peluang yang
sama bagi semua anggota masyarakat, terlepas dari latar belakang budaya, etnis,
agama, gender, atau karakteristik lainnya.

Contoh kesetaraan menurut Bikhu Parekh:

a) Kesetaraan Hukum: Kesetaraan dalam hal hukum berarti bahwa setiap


individu dihadapkan pada hukum yang sama dan memiliki hak yang sama
di mata hukum. Contohnya, dalam banyak sistem hukum modern, hak
untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan sama di pengadilan adalah
prinsip dasar.
b) Kesetaraan Akses ke Pendidikan: Kesetaraan dalam pendidikan berarti
bahwa semua anak, terlepas dari latar belakang sosial, ekonomi, atau
budaya mereka, memiliki akses yang sama ke pendidikan berkualitas.
Contohnya, program beasiswa atau program dukungan dapat digunakan
untuk memastikan bahwa anak-anak dari keluarga yang kurang mampu
memiliki kesempatan yang sama untuk pendidikan yang baik.
c) Kesetaraan Peluang di Tempat Kerja: Kesetaraan di tempat kerja berarti
bahwa individu harus memiliki kesempatan yang sama untuk pekerjaan,
promosi, dan pembayaran yang sama untuk pekerjaan yang setara, tanpa
memandang faktor-faktor seperti jenis kelamin, agama, atau etnisitas.
Contohnya, kebijakan diversitas dan inklusi di perusahaan dapat
mempromosikan kesetaraan peluang di tempat kerja.
d) Kesetaraan Kultural: Kesetaraan budaya berarti menghormati dan
mengakui nilai-nilai budaya yang beragam. Ini bisa mencakup penghargaan
terhadap budaya minoritas dan perlindungan terhadap warisan budaya
yang beragam. Contohnya, pemerintah dapat mendukung festival budaya
yang merayakan berbagai warisan budaya di negara tersebut.

Kesetaraan, sebagaimana diartikan oleh Bikhu Parekh, menciptakan dasar yang


adil dan inklusif untuk masyarakat yang beragam. Ini mencerminkan penghargaan
terhadap hak asasi manusia, pluralisme, dan keberagaman budaya dalam
masyarakat modern.

Referensi :

- BMP MKDU 4109


- Multikultural dan Kesetaraan Gender Equality in Multicultural Society
“Rahman Mantu”.
- Kajian Filosofis Terhadap Multikulturalisme Indonesia Oleh: Dra. Ana
Irhandayaningsih, M.Si
- https://id.wikipedia.org/wiki/Stereotipe
- McGarty, Craig; Yzerbyt, Vincent Y.; Spears, Russel (2002). "Social, cultural
and cognitive factors in stereotype formation" (PDF). Stereotypes as
explanations: The formation of meaningful beliefs about social groups.
Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 1–15. ISBN 978-0-521-
80047-1.

Anda mungkin juga menyukai