Anda di halaman 1dari 4

Tugas Tutorial Online 2

Ilmu Sosial Budaya Dasar

Soal:

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan multikulturalisme dalam era Globalisasi!


Berikan contoh konkret!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan stereotipe, berikan contohnya!
3. Jelaskan arti kesetaraan menurut Bikhu Parekh, berikan contohnya?

Jawab:
1. Multiculturalisme dalam era globalisasi adalah keberagaman budaya atau
banyaknya budaya yang ada di suatu negara atau daerah yang dianut
masyarakat setempat. berhubungan era globalisasi semakin maju perpindahan
budaya begitu mudah dari suatu daerah ke daerah lain. Sehingga masuknya
budaya asing itu bisa menyebabkan munculnya budaya asing dengan budaya
asing. oleh karena itu multiculturalisme di dalam era gobalisasi bersifat terbuka .
dengan demikian munculah berbagai ragam lagi budaya disuatu daerah atau
negera tersebut
sebagi contoh : budaya atau kebiasan barat dengan memakai pakaian minim
yang masuk ke Indonesia,sehingga saat ini banyak warga Indonesia yang
mengikuti budaya barat tersebut dengan memakai pakaian yang terbuka.
2. Yang di maksud stereopite adalah pemikiran , cara pandang atau argumentasi
individual mengenai cultur masyarakat, yang memuat pemikiran negatif atau
positif. Dan sering dipergunakan untuk melakukan Tindakan diskriminatif.

sebagai contoh
A. Kita tahu bahwa budaya jepang " Sikere " , membukukan badan sebagai tanda
hormat kepada orang lain. menurut pandangan orang lain itu adalah hal yang
baik atau wajar. namun ada juga yang menilai berlebihan.
B. Pria lebih kuat daripada wanita. Pandangan ini tentu mempunyai dampak
positif dan juga negatifnya. Terutama dampak positifnya yaitu laki-laki
sudah seharunya menjadi pelindung bagi kaum wanita, dan dampak
negatifnya yaitu wanita selalu dipandang tidak bisa berbuat apa-apa.
Sebenarnya pandangan tersebut itu sangat keliru karena dengan adanya
kesetaraan gender maka kaum wanita dapat berkarnya sesuai dengan
kemampuan mereka masing-masing.
3. Kesetaraan menurut bikhu parekh yaitu kesetaraan yang menghargai
keberagamaan budaya/kebiasan masyarakat. dengan demikian masyarakat
memiliki rasa toleransi yang tinggi.
Berikut merupakan beberapa faktor kunci untuk memahami
multikulturalisme menurut Bikhu Parekh, antara lain yaitu,

a. Antara manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan, manusia tumbuh,


berkembang dan hidup dalam dunia yang terstruktur oleh budaya, kemudian
manusia mengatur hidup dan hubungan antar sesamanya dalam kerangka
sistem makna tertentu, dan menempatkan identitas budaya sebagai sesuatu
yang bernilai dalam hidupnya.
b. Perbedaan antar budaya merupakan hasil penilaian dan cara pandang tentang
kebaikan yang berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu budaya
merupakan hal yang berhubungan sekaligus memerlukan budaya lain untuk
memahaminya.
c. Pada dasarnya, budaya merupakan entitas yang plural merefleksikan
interaksi antar perbedaan tradisi dan berbagai cara pandang. Sehingga tidak
menegaskan hubungan dan identitas budaya, akan tetapi budaya pada
dasarnya adalah sesuatu yang majemuk, terus berproses dan terbuka.

Bhikhu Parekh membedakan lima jenis multikulturalisme melalui praktek dari


multikulturalisme antara lain:

a. Multikulturalisme asosianis
Berdasarkan dalam masyarakat dimana kelompok dengan berbagai budaya
menjalankan hidup secara mandiri dan menjalankan interaksi minimal satu
sama lain. Sebagai contoh adalah masyarakat pada sistem “millet”, mereka
menerima keragaman tetapi mereka mempertahankan kebudayaan mereka
secara terpisah dari masyarakat lainnya.

b. Multikultualisme akomodatif
Yaitu masyarakat plural yang memiliki budaya dominan, yang membuat
penyesuaian dan mengakomodasi tertentu bagi kebutuhan budaya
minoritas. Masyarakat multikultural akomodatif merumuskan dan menerapkan
undang-undang, hukum dan kekuatan sensitif secara kultural, memberikan
kesempatan kepada kaum minoritas untuk mengembangkan kebudayaannya
dan minoritas tidak menentang kultur yang dominan. Hal ini dapat ditemukan
di Inggris, Perancis dan beberapa negara Eropa yang lain.
c. Multikultural otomatis
Merupakan masyarakat yang plural dimana kelompok budaya yang utama
berusaha mewujudkan kesetaraan dan menginginkan kehidupan otonom
dalam kerangka politik secara kolektif dan dapat diterima. Contoh dari
multikultural ini adalah masyarakat muslim yang berada di Eropa yang
menginginkan anaknya untuk memperoleh pendidikan yang setara dan
pendidikan anaknya sesuai dengan kebudayaannya.
d. Multikulturalisme kritikal interaktif
Di dalam masyarakat yang plural dimana kelompok kultur tidak terlalu peduli
dalam kehidupan kultur yang berdiri sendiri, tetapi lebih menuntut penciptaan
kultur kolektif yang mencerminkan dan menegaskan ciri khas mereka.
Multikultural ini contohnya, berlaku di Amerika Serikat dan Inggris
perjuangan kulit hitam dalam menuntut kemerdekaan.
e. Multikultural kosmopolitan
Dalam hal ini mereka berusaha menghapuskan kultur demi menciptakan
sebuah masyarakat dimana individu tidak lagi terikat dan tergantung pada
budaya tertentu. Ia secara bebas terlibat dengan kultural yang lain dan
sekaligus mengembangkan kultur masing-masing. Para pendukung
multikultural ini contohnya adalah para intelektual diasporik dan kelompok
liberal yang memiliki kecenderungan posmodernism dan memandang
kebudayaan sebagai sumber daya yang dapat mereka pilih dan ambil secara
bebas. (Azyumardi Azra, Identitas dan Krisis Budaya).
Sumber Referensi :

 Multikulturalisme. (2021). Diakses pada 6 Mei 2021 dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme
 Multikulturalisme. (2013). Diakses pada 6 mei 2021 dari
https://nurainiajeeng.wordpress.com/2013/01/06/multikulturalisme/
 Multikulturalisme. (2010). Diakses pada 6 mei 2021 dari
http://multinalarisme.blogspot.com/2010/01/multikulturalisme
 Suandi, Hertati dkk. 2016. MKDU4109 – Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
 Stereotip. (2021). Diakses pada 6 Mei 2021 dari
https://dosensosiologi.com/stereotip/
 Stereotipe. (2021). Diakses pada 6 Mei 2021 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Stereotipe

Anda mungkin juga menyukai