Anda di halaman 1dari 4

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan multikulturalisme dalam era Globalisasi!

Berikan contoh konkret!


Multikulturalisme dalam era globalisasi adalah pengakuan dan penghargaan terhadap
keberagaman budaya, agama, dan tradisi di tengah arus globalisasi yang semakin intens. Ini
melibatkan sikap terbuka terhadap perbedaan budaya, upaya untuk menghormati dan
mempromosikan keberagaman, serta pemahaman tentang hak setiap individu atau kelompok
untuk mempertahankan identitas budaya mereka.
Dalam konteks globalisasi, kita sering melihat bahwa budaya-budaya yang kuat, seperti
budaya Barat, dapat meresap ke berbagai aspek kehidupan di berbagai negara. Misalnya,
makanan cepat saji dan hiburan Hollywood dapat ditemukan di hampir seluruh dunia.
Terlepas dari dampak positif dari globalisasi ini, terdapat kekhawatiran bahwa budaya-
budaya yang lebih kecil dan kurang dominan mungkin terdesak atau bahkan menghilang.
Oleh karena itu, multikulturalisme adalah konsep yang mencoba menjaga keberagaman
budaya di tengah arus globalisasi ini.
Agar lebih memahami konsep multikulturalisme dalam era globalisasi, mari lihat beberapa
contoh konkret di kehidupan sehari-hari:
1. Makanan
Makanan adalah salah satu cara paling nyata di mana multikulturalisme terwujud. Kita dapat
menemukan makanan dari berbagai negara dan budaya di banyak tempat di seluruh dunia.
Misalnya, makanan Italia seperti pizza dan pasta, makanan Jepang seperti sushi, dan makanan
India seperti kari telah menjadi populer dan merambah ke berbagai belahan dunia. Orang
tidak hanya menjalani makanan mereka sendiri, tetapi juga memasukkan makanan dari
budaya lain dalam diet mereka. Ini adalah contoh konkret tentang bagaimana keberagaman
budaya tetap hidup dan dihargai.
2. Festival Budaya
Festival budaya adalah momen penting untuk merayakan dan memahami keberagaman
budaya. Banyak negara merayakan festival budaya yang berbeda-beda, seperti Tahun Baru
Imlek, Diwali, dan Holi. Festival-festival ini membawa orang bersama untuk merayakan dan
memahami tradisi serta nilai-nilai yang ada dalam budaya mereka. Misalnya, Diwali adalah
festival cahaya yang dirayakan oleh komunitas India di seluruh dunia. Ini adalah contoh
konkret tentang bagaimana multikulturalisme memungkinkan orang untuk merayakan
keberagaman budaya dan tradisi mereka.
3. Pendidikan Multikultural
Banyak negara telah memasukkan pendidikan multikultural dalam kurikulum mereka.
Pendidikan multikultural bertujuan untuk mengajarkan siswa tentang keberagaman budaya,
sejarah, dan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Ini membantu membangun pemahaman dan
penghargaan terhadap keberagaman budaya di tengah era globalisasi. Siswa belajar tentang
perbedaan budaya, sejarah, dan pentingnya menghormati dan memahami budaya lain.
Pendidikan multikultural adalah upaya konkret untuk mempromosikan multikulturalisme
dalam masyarakat.
4. Musik
Musik adalah bahasa universal yang memungkinkan ekspresi budaya. Musik dari berbagai
negara dan budaya dapat ditemukan di seluruh dunia. Misalnya, musik DJ yang berasal dari
negara asing, seperti musik elektronik dari Eropa, telah masuk ke Indonesia. Dalam proses
ini, musik DJ di Indonesia berkembang dan menciptakan bentuk-bentuk musik yang unik. Ini
adalah contoh konkret tentang bagaimana budaya asing dapat memengaruhi dan memperkaya
budaya lokal, sambil menciptakan sesuatu yang baru dan unik.
https://readmore.id/multikulturalisme-dalam-era-globalisasi/

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan stereotipe, berikan contohnya!


Terdapat beberapa definisi mengenai istilah stereotip. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata stereotip atau stereotipe memiliki arti sebuah konsep yang dimiliki individu
mengenai sifat suatu golongan tertentu. Konsepsi tersebut didasarkan atas prasangka yang
subjektif dan tidak tepat.
Menurut kamus Merriam-Webster, stereotip adalah sikap yang merujuk pada serangkaian
gambaran mental seseorang yang terstandarisasi terhadap individu atau kelompok sosial
tertentu. Gambaran dapat berupa pendapat yang disederhanakan, sikap berprasangka, dan
bisa juga berupa penilaian yang tidak kritis terhadap individu atau kelompok sosial lain.

Definisi tentang stereotip lainnya datang dari Dr. Saul McLeod, di mana ia menjelaskan
bahwa istilah tersebut memiliki arti keyakinan seseorang yang tetap dan digeneralisasikan
tentang kelompok atau kelas orang tertentu.

Dalam sebuah artikel jurnal yang berjudul Stereotype Threat and The Intellectual Test
Performance of African Americans, Claude M. Steele dan Joshua Aronson mendeskripsikan
stereotip sebagai persepsi karakterisasi yang logis atas dirinya sendiri dan orang lain.
Sehingga, dengan stereotip tersebut setiap orang harus memahami ancaman di baliknya,
sekalipun tidak percaya dengan persepsi yang ia miliki. Ancaman dari stereotip dapat
menyebabkan kecemasan yang berujung pada tekanan emosional dan kekhawatiran
berlebihan.

Di bawah ini merupakan beberapa contoh stereotip di Indonesia dan negara-negara lainnya.

1. Rasisme

Jenis pertama dari stereotip adalah rasisme. Rasisme merujuk pada sikap berprasangka
terhadap ras atau kelompok nasional seseorang. Bentuk paling umum dari rasisme adalah
sikap berprasangka yang didasarkan pada warna kulit. Warna kulit memang menjadi salah
satu tanda utama yang paling jelas dari ras seseorang.
Contoh sederhananya adalah ketika melihat seseorang yang berkulit gelap, terkadang muncul
pikiran bahwa orang tersebut jorok dan tidak menjaga kebersihan. Padahal belum tentu
pikiran tersebut benar, belum tentu mereka yang berkulit putih dan cerah lebih menjaga
kebersihan daripada mereka yang berkulit hitam.

2. Seksisme

Seksisme merupakan stereotip berdasarkan gender. Sedari dulu sampai sekarang, seksisme
mayoritas terjadi pada perempuan, walaupun memang sejatinya hal tersebut dapat juga terjadi
pada laki-laki. Contoh sederhananya adalah pandangan sebelah mata dari kaum laki-laki
terhadap perempuan di tempat kerja, menganggap perempuan tidak lebih mampu dibanding
laki-laki ketika berurusan dengan pekerjaan.
3. Classism

Contoh lainnya dari stereotip adalah classism. Jenis ini merujuk pada perlakuan berbeda
terhadap individu atau kelompok sosial lain atas kelas sosial mereka. Classism terjadi karena
mereka yang berada di kelas sosial atas ingin menjadi lebih dominan terhadap mereka yang
berada di kelas sosial bawah. Akibat paling buruk yang dapat ditimbulkan
oleh classism adalah kesenjangan sosial yang memperjauh jarak antara si kaya dan si miskin.
4. Ageism
Ageism merupakan sebuah istilah stereotip yang merujuk pada perlakuan berbeda terhadap
individu atau kelompok sosial lain atas usia mereka, baik itu muda maupun tua.
Istilah ageism pertama kali digagas oleh Robert Neil Butler pada tahun 1969, di mana ia
mendeskripsikan tentang diskriminasi yang dihadapi oleh orang-orang berusia lanjut.
5. Homofobia
Jenis lainnya dari stereotip adalah homofobia. Homofobia secara konstan dihadapi oleh
mereka yang berada dalam kelompok LGBTQIA+. Homofobia merupakan perasaan irasional
seperti ketakutan, kebencian, ketidaknyamanan, dan ketidakpercayaan seseorang terhadap
kaum lesbian, gay, dan biseksual. Stereotip jenis ini sangat membahayakan bagi mereka yang
termasuk dalam kategori LGBTQIA+, di mana stereotip tersebut dapat menimbulkan
persekusi serta mengancam nyawa dan hak hidup mereka.
6. Xenofobia
Xenofobia adalah ketakutan atau kebencian terhadap sesuatu yang dianggap asing atau aneh.
Perasaan ketakutan dan kebencian tersebut dapat berbentuk kecurigaan seseorang terhadap
kegiatan kelompok sosial tertentu, keinginan untuk menghapus keberadaan kelompok sosial
tertentu, dan menghilangkan identitas etnis, ras, serta nasional mereka. Xenofobia dan
rasisme merupakan dua stereotip negatif yang saling berkaitan satu sama lain.
7. Stereotip terhadap agama
Stereotip terhadap agama adalah sikap berprasangka seseorang terhadap agama yang dianut
seseorang atau kelompok tertentu. Contoh sederhananya adalah mengidentikkan umat Islam
yang bercelana cingkrang, berjenggot, dan yang menggunakan pakaian hitam bercadar
dengan kegiatan terorisme atau termasuk anggota kelompok teroris.
8. Nasionalisme

Contoh terakhir dari stereotip adalah nasionalisme. Nasionalisme merupakan sebuah


anggapan atau gerakan yang mengampanyekan ketertarikan seseorang terhadap kelompok
maupun kebangsaan lain. Mereka yang memiliki pemikiran semacam ini secara tidak sadar
akan merasa lebih hebat ketimbang individu yang berasal dari etnis, latar belakang agama,
dan budaya lain.
https://superapp.id/blog/lifestyle

3. Jelaskan arti kesetaraan menurut Bikhu Parekh, berikan contohnya?

Menurut Bikhu Parekh, kesetaraan adalah prinsip yang mengakui bahwa semua individu
memiliki nilai yang sama dan hak-hak yang sama. Parekh berpendapat bahwa kesetaraan
bukan hanya tentang memberikan perlakuan yang sama kepada semua orang, tetapi juga
tentang mengakui dan menghargai perbedaan yang ada di antara kita.
Contohnya, dalam konteks politik, kesetaraan berarti memberikan hak suara kepada semua
warga negara tanpa memandang ras, agama, atau latar belakang sosial mereka. Dalam
konteks pendidikan, kesetaraan berarti memberikan akses yang sama kepada semua individu
untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, tanpa memandang status ekonomi atau latar
belakang keluarga mereka.
Sumber referensi:
 Parekh, B. (2000). Rethinking multiculturalism: Cultural diversity and political
theory. Harvard University Press.
 Parekh, B. (2008). A new politics of identity: Political principles for an intercultural
age. Palgrave Macmillan.

Anda mungkin juga menyukai