Alasan saya memilih pasal tersebut Makna yang terkandung dalam pasal tersebjut
yakni negara menjamin hak asasi manusia secara menyeluruh yang mencakup hak
hidup, hak membentuk keluarga, mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi, mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
perlakuan yang sama di mata hukum, hak memeluk agama, dan beribadat menurut
agamanya, dan hak-hak lainnya.
Hal ini pula yang diterapkan oleh Donald Trump semasa kampanye untuk mendulang
suara mayoritas. Donald Trump yang semasa kampanye dikritik sebagai seorang rasis,
narsis, megalomania dan masih banyak yang lainnya kini duduk sebagai orang nomor
satu di Amerika Serikat berkat gerakan politik identitas yang ia gunakan.
Menurut pengamat politik seperti Inglehart dan Norris, mereka mengatakan bahwa
pada dasarnya penyebab dari menguatnya politik identitas yang erat kaitannya dengan
paham populisme adalah kesenjangan ekonomi dan pertentangan kultural. Dua
hipotesis ini dirasa mewakili semua aspek yang menjadi pondasi dasar bagaimana
sebuah gerakan politik identitas dan paham populisme bisa menguat dewasa ini.
Inglehart dan Norris namun mengatakan bahwa penyebab utama dari menguatnya
politik identitas dan populisme bukanlah kesenjangan ekonomi, melainkan
pertentangan kultural. Kesenjangan ekonomi tidak bisa menjelaskan hubungan yang
erat di antara tingkat pengangguran, tingkat pendapatan rumah tangga atau status
pekerjaan dengan preferensi pilihan politik.
Faktor kesenjangan ekonomi mungkin bisa menjelaskan mengapa Hillary Clinton
kalah dalam koridor industri di Philadelphia dan Detroit. Tetapi selebihnya,
kesenjangan ekonomi hanya berhenti dalam perbincangan yang dinilai kurang mampu
menggambarkan bagaimana sebenarnya gerakan populisme dan politik identitas bisa
menguat hari ini.
3.B. Tulisan Ahmad Syafii dalam Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Kita
(2012), mencantumkan penjelasan Abdillah mengenai politik identitas. Menurutnya,
politik identitas berfokus pada perbedaan asumsi tubuh, politik etnis, primordialisme,
perbedaan agama, bahasa, dan lain-lain. Perbedaan tersebut ternyata dapat digunakan
dalam politik oleh suatu kelompok. Dengan menggunakan acuan atau landasan
kesamaan simbol, mereka dapat dengan mudah memperoleh dukungan masyarakat.
Tujuan tersebut memang bersifat positif ketika kelompok tersebut hidup di tengah
dunianya. Namun, Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam
identitas. Oleh sebab itu, satu sama lain masing-masing identitas ini bisa saja
berkonflik karena politik identitas.
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang diklaim merendahkan suatu surat di Al-
Quran. Secara garis besar, Ahok menjelaskan agar orang Indonesia dapat menerima
golongan non-Muslim sebagai pemimpin. Akan tetapi, penyertaan ayat yang diucap
dalam kampanyenya tersebut membuat umat Islam tak terima. Dalam politik identitas
yang memanfaatkan berbagai cara, situasi Ahok pun sangat dekat dengan klaim
“bersalah”. Kendati sebagian ada yang mengecam Basuki untuk bertanggung jawab
terhadap ucapannya saja, tentu ada juga beberapa pihak yang menggunakannya demi
keperluan politik.
Politik identitas adalah alat politik yang dipraktikkan demi tujuan tertentu oleh sebuah
kelompok. Biasanya identitas tersebut mengacu pada kegiatannya yang
memanfaatkan ciri khas suku, budaya, agama, etnis, dan kesamaan-kesamaan lainnya.
Dalam perpolitikan di Indonesia, termasuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang
digelar 14 Februari 2024 nanti, isu ini dianggap penting untuk dibahas. Kendati
terlihat baik lantaran mencari suara berdasarkan kesamaan, politik ini menjadi
terkesan negatif ketika digunakan secara ekstrem. Terlebih lagi, Indonesia merupakan
negara yang menganut demokrasi. Dukungan yang seharusnya diperoleh dari
penilaian masing-masing individu, malah dilandaskan pada kesamaan identitas saja.
4. A. Lembaga Legislatif
Dilanjutkan oleh Nurul Huda, lembaga legislatif dikenal dengan beberapa nama, seperti
parlemen, kongres, atau asembli nasional. Lebih dari itu, dalam sistem parlemen, lembaga
atau badan legislatif memiliki kedudukan tertinggi dan berhak untuk menunjuk badan atau
lembaga eksekutif.
Kemudian, dalam sistem presidensial, legislatif merupakan cabang pemerintahan yang sama
dan bebas dari badan eksekutif.
Selanjutnya, mengingat tugas lembaga legislatif sebagai pembuat atau perumus undang-
undang, segala peraturan yang dibuat oleh lembaga ini wajib ditaati dan memiliki kekuatan
hukum yang mengikat.
Jika dirincikan, peraturan-peraturan yang dibuat lembaga legislatif adalah peraturan terkait
ekonomi, politik, budaya, hukum, keamanan, pajak, penyiaran, kekayaan intelektual, dan
lainnya.
Sebagai perumus peraturan, lembaga legislatif tentu memiliki banyak fungsi. Namun,
menurut Miriam Budiarjo, lembaga legislatif memiliki dua fungsi penting. Adapun dua
kekuasaan legislatif yang paling penting adalah:
Presiden merupakan lembaga pemerintahan yang bersifat eksekutif atau lembaga yang
bertugas melaksanakan undang-undang.
Kedua, mengontrol lembaga eksekutif. Dalam konteks ini, lembaga legislatif diharapkan
untuk menjaga agar semua tindakan badan eksekutif sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang
telah ditetapkan. Untuk menjalankan tugas tersebut, badan-badan perwakilan rakyat diberikan
hak-hak khusus.
Berikut ini adalah hak-hak yang dimiliki oleh fungsi legislatif sebagai pengawas eksekutif,
diantaranya adalah :
Legislatif kini memiliki hak untuk melakukan pengawasan dan mengevaluasi kinerja
pemerintahan eksekutif.
Proses ini dapat mencakup langkah-langkah seperti impeachment atau mosi tidak percaya
terhadap kepala pemerintahan atau pejabat eksekutif tertentu, apabila dianggap melanggar
tugas atau melakukan pelanggaran.
Hal ini memastikan bahwa penggunaan dana publik sejalan dengan kebijakan dan program
yang telah disetujui.
3. Pemeriksaan dan Investigasi
Fungsi legislatif juga memiliki hak untuk melakukan pemeriksaan dan investigasi terhadap
kebijakan dan tindakan pemerintah.
Legislatif tidak hanya memiliki hak untuk mengusulkan undang-undang, tetapi juga
berperan dalam membahas dan mengesahkan undang-undang.
Di beberapa sistem politik, legislator memiliki hak untuk mengonfirmasi atau menolak
penunjukan pejabat eksekutif tertentu, seperti menteri atau duta besar.
Persetujuan ini memastikan bahwa pejabat eksekutif memiliki kualifikasi dan dukungan
yang memadai.
Legislatif memiliki hak untuk mengajukan pertanyaan dan berpartisipasi dalam debat
tentang kebijakan dan tindakan eksekutif.
Ini menciptakan wadah untuk ekspresi pandangan serta evaluasi terhadap kinerja
pemerintah.
7. Pelaporan Rutin
Legislatif berhak menerima laporan rutin dari pemerintah mengenai berbagai aspek
kebijakan dan pelaksanaan program-program tertentu.
Hal ini memungkinkan legislator untuk tetap terinformasi dan memahami tindakan
eksekutif.
Hak-hak ini mencerminkan prinsip-prinsip demokrasi dan pengawasan yang telah tertanam
dalam sistem politik pasca reformasi di Indonesia.
Perubahan amandemen pada UUD 1945 telah memperkuat peran dan hak fungsi legislatif,
membentuk landasan bagi sistem politik yang lebih demokratis dan terbuka.