Anda di halaman 1dari 6

Pre-Read Opening Mabim

Menavigasi Tahun Politik dengan Bijak

Background pemilu dan partisipasi publik

Indonesia sebagai perwujudan dari negara demokrasi menerapkan pemilihan


umum (Pemilu) sebagai prosedur untuk menetapkan seorang pemimpin dengan cara
yang sah dan disepakati bersama. Masyarakat yang berperan sebagai pemilih akan
menuntut pertanggungjawaban para pemimpin dengan etos kerjanya. Akuntabilitas
dapat tercoreng ketika pemimpin lalai dalam menjalankan peran. Betapa pentingnya
sebagai masyarakat yang bijak dalam menggunakan hak suara ketika pemilu nanti.
Pemilu dilakukan atas dasar prinsip kedaulatan rakyat yang tercantum dalam
UUD 1945. Pada Pasal 22E UUD 1945 dijelaskan bahwa kekuasaan dalam
menentukan cara pemerintahan berada ditangan rakyat sebagai pemangku kekuasaan
tertinggi. Pemilu di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2017 atau dikenal sebagai UU Pemilu. Hal di dalamnya membahas
tentang definisi dari pemilu, asas yang berlaku, tujuan diadakan pemilu, dan prinsip
yang digunakan dalam menyelenggarakan pemilu.
Pentingnya pemilu diselenggarakan secara berkala dikarenakan oleh beberapa
sebab. Pertama, terjadinya dinamisasi dan perkembangan pendapat serta aspirasi
rakyat mengenai berbagai aspek kehidupan dalam suatu negara. Sangat mungkin,
dalam jangka waktu tertentu pendapat sebagian besar masyarakat berubah mengenai
suatu kebijakan. Kedua, dalam kehidupan bernegara terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kondisi kehidupan masyarakat, baik karena dinamika internasional
atau faktor dalam negara sendiri. Dengan adanya perubahan-perubahan ini —baik
karena faktor internal manusia maupun karena faktor eksternal manusia— sangat
dibutuhkan adanya pergantian pemimpin negara atau daerah.
Seiring bertambahnya waktu, jumlah populasi suatu penduduk negara akan
terus meningkat, berarti juga muncul para first time voters atau pemilih baru. Para
pemilih baru ini, mereka memiliki ideologi dan stance politik mereka sendiri yang
belum tentu sama dengan generasi di atasnya, sehingga sangat penting apabila aspirasi
dan opini mereka dapat didengar dang memberikan angin segar dalam suatu
pemerintahan yang baru.

Ancaman Dalam pemilu


Dalam penyelenggaraannya, pemilu menuntut masyarakat Indonesia untuk
andil dalam berpolitik seperti memiliki opini pribadi terhadap masing-masing
pilihannya, serta menyatakan dukungan kepada satu kandidat. Opini yang berbeda
antara satu dengan yang lain timbul dari adanya perbedaan dalam setiap kandidat yang
diusung, baik dari segi ideologi, kebijakan, atau isu yang dibawa. Mulai dari sinilah
ancaman-ancaman dapat muncul dan mengganggu persatuan bangsa Indonesia.
Beberapa ancaman tersebut diantaranya merupakan polarisasi, politik
identitas, dan disinformasi. Maraknya penggunaan politik identitas dalam pemilu
sebagai upaya mencari simpatisan dapat berakibat hingga terjadinya polarisasi massa,
dimana masyarakat terpecah menjadi dua kubu yang saling bertolak belakang hingga
mengancam persatuan negara. Hal ini terjadi karena kandidat yang menggunakan
politik identitas cenderung mengusung persamaan dan perbedaan yang melekat pada
identitas tertentu, serta terdapat kecenderungan massa yang merasa terwakilkan oleh
adanya suatu kandidat dan pada akhirnya memberikan suaranya pada kandidat
tersebut hanya berdasarkan persamaan identitas. Adanya disinformasi juga merupakan
masalah krusial dalam menentukan pilihan ketika pemilu berlangsung. Disinformasi
bisa saja digunakan untuk menggiring opini suatu massa, menjatuhkan kandidat lain,
hingga menyebarkan informasi yang kebenarannya dipertanyakan, untuk itu
sebaiknya kita mengecek kembali setiap informasi yang didapat dan mempelajari
lebih lanjut hal-hal yang masih belum kita pahami.

● Polarisasi
Polarisasi merupakan cerminan dari perpecahan dengan pembagian pada dua
kutub yang berseberangan atas dasar ideologi atau suatu kebijakan. Sebagai contoh
mengacu pada Politik Amerika Serikat dimana elite dan warganya terbelah antara
kaum liberal dan konservatif, Partai Republik dan Partai Demokrat. Sedangkan Politik
Inggris adalah contoh lain yang mengalami polarisasi politik dalam spektrum
kiri-kanan, yang direpresentasikan oleh Partai Buruh dan Partai Konservatif.
Polarisasi politik membuat partisan menganggap pandangan dan prinsipnya adalah
yang paling benar, dan menganggap kelompok yang berseberangan memiliki
pandangan politik yang salah. Semakin besar tingkat polarisasi partisan-ideologis
dalam suatu masyarakat maka semakin besar juga kemungkinan perbedaan ideologi
akan diekspresikan di arena politik, dan hal tersebut berakibat pada semakin besarnya
intensitas konflik politik dalam suatu masyarakat. Apabila tidak disikapi dengan bijak,
fenomena polarisasi sangat mungkin memecah belah persatuan masyarakat yang telah
lama terbentuk.

● Politik Identitas
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam suku bangsa, agama,
serta kurang lebih 300 kelompok etnis asli yang berbeda dan lebih dari 100 bahasa
lokal dan dialek. Agama dan etnis asli Indonesia memiliki peran krusial dalam ajang
pemilihan umum di Indonesia. Tidak jarang beberapa kandidat menggunakan politik
identitas dalam mencari simpatisan dari suatu massa tertentu. Sebagai contoh,
pengusungan calon legislatif yang menggunakan atribut suatu agama tertentu yang
ditujukan khusus untuk pemeluk agama tersebut agar memberikan hak pilihnya pada
kandidat tersebut, selain itu penggunaan dialek dan atau bahasa daerah beberapa kali
digunakan hal tersebut. Politik identitas mengusung persamaan serta perbedaan yang
melekat dalam suatu identitas tertentu demi mendapatkan suara.
Adanya politik identitas di masa menjelang pemilu mengakibatkan
terancamnya stabilitas demokrasi di Indonesia. Politik identitas terus berlanjut dan
mengabaikan heterogenitas masyarakat dimana pemilu itu dilaksanakan, dan
membuat “jurang pemisah” antar masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena politik tidak
lagi terkesan inklusif dan terlihat memihak suatu identitas tertentu, akibatnya sebagian
masyarakat jadi terpecah dan membentuk kubu yang dapat berakhir pada terjadinya
polarisasi massa. Hal tersebut sangat berbahaya bila diterapkan di Indonesia yang
terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras, dan aliran kepercayaan.
Maraknya politik identitas menggiring masyarakat untuk memilih kandidat
yang sesuai dan memiliki identitas sama dengan pemilih, padahal seharusnya
masyarakat memilih kandidat berdasarkan kualitas dan kapasitas kandidat tersebut.
Akibatnya, banyak kandidat terpilih yang tidak credible dalam menjalankan tugasnya
dan tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas.
● Disinformasi
Kampanye dapat dilakukan dengan dua metode, secara langsung dan tidak
langsung. Peran media sosial yang mampu disalahgunakan karena mencakup banyak
audience dalam beberapa platform oleh para pasangan calon pemimpin. Disinformasi
yang dimaksud adalah penyebaran informasi yang tidak semestinya dengan rekayasa
data yang mampu memberikan stigma buruk kepada suatu individu atau kelompok.
Hal ini bisa terjadi karena adanya permainan kata dan perbuatan dalam suatu
postingan dengan maksud untuk saling menjatuhkan. Kekuatan dari media sosial yang
mampu menggambarkan citra suatu individu dengan mengklasifikasi macam
postingan.
Disinformasi dianggap sebuah kecurangan ketika salah satu pasangan calon
pemimpin dan timnya dengan jelas menyindir dan menjatuhkan citra dengan
penyebaran informasi buruk. Hal ini bisa mengancam kedaulatan demokrasi
Indonesia. Kemunduran demokrasi ketika masyarakat sudah terlalu bebas dalam
berekspresi ditambah lagi, adanya media sosial dan platform digital lainnya yang
mempermudah akses penyalurnya. Disinformasi ini mampu menimbulkan konflik
yang berujung pada perpecahan. Pembekalan yang kuat akan memudahkan kita dalam
memilah informasi hoax. Gerakan literasi dengan bijak dan kritis memahami
informasi mampu menanggulangi adanya disinformasi.

Dampak dari Ketiga Ancaman Pemilu


Semua yang dipersiapkan dengan baik mampu menciptakan hasil yang
maksimal. Pasti terdapat celah dan ancaman yang mampu menggoyahkan visi dan
misi yang ditetapkan sebelumnya. Pemilu dengan tujuan pemilihan seorang pemimpin
dengan jabatan kekuasaan yang tinggi. Banyak orang yang menghalalkan segala cara
untuk mendapatkan jabatan yang diimpikan. Polarisasi, politik identitas, dan
disinformasi menjadi gambaran umum yang akan menimbulkan konflik sebelum atau
sesudah pemilu terjadi nanti.
Berawal dengan adanya polarisasi dan politik identitas yang mampu
menciptakan disinformasi sebagai bentuk perlawanan dan pembelaan dari suatu
individu atau kelompok untuk mencapai kemenangan dalam kompetisi. Perpecahan
akan terjadi dan stigma buruk satu sama lain akan timbul. Perpecahan berawal dari
satu individu hingga menjadi sekumpulan orang yang membentuk kelompok.
Bayangkan kalau ada 2 pasangan calon pemimpin yang memiliki pengikut dengan
jumlah selisih yang sedikit. Hal ini bisa menimbulkan perpecahan karena terdoktrin
dengan sempurna oleh para diktator.

Langkah Baik yang Dilakukan


Sebagai mahasiswa yang berlandaskan dengan ilmu. Kita memiliki peran
sebagai new voters atau pemilih baru di pemilu yang akan datang, sudah menjadi
kewajiban kita untuk menjaga persatuan yang telah terbentuk jauh sebelumnya.
Mahasiswa diharapkan dapat bijak dalam memilih dengan memperhatikan beberapa
aspek yang dirasa kurang dan harus diperbaiki dengan pemimpin yang baru. Dalam
menyikapi informasi penting bagi kita untuk kritis dan aktif dalam diskusi baik
dengan teman atau senior untuk menarik kesimpulan.
Mahasiswa teknik yang tergolong baik atas kualitas akademis dan sosial
mampu melawan ancaman-ancaman yang akan terjadi dan turut mengawal
keberhasilan pemilu 2024. Ketika mendapatkan informasi baru, jangan langsung
diterima dengan baik oleh otak kita. Hal baik yang kita lakukan adalah dengan
mengkritisi informasi baru dan menarik poin penting yang akan menentukan langkah
kita selanjutnya.

Referensi

Abramowitz, A. (2010). The Disappearing Center: Engaged Citizens, Polarization, and


American Democracy. Yale University Press.
Ardipandanto, A. (2020, Mei). Dampak Politik Identitas Pada Pilpres 2019: Perspektif
Populisme. Politica, 11.
Asshiddiqie, J. (2006, Desember). Partai Politik dan Pemilihan Umum Sebagai Instrumen
Demokrasi. Jurnal Konstitusi, 3(4).
Fernando, Z. J., Pratiwi, W., & Saifulloh, P. P. A. (2022). Model Penanaman Nilai-Nilai
Pancasila dalam Menghadapi Ancaman Polarisasi Politik Pemilu 2024 di Indonesia.
Fox, C., & Menchik, J. (2011). The Politics of Identity in Indonesia: Results from Campaign
Advertisements. APSA 2011 Annual Meeting Paper.
Layman, G., Horowitz, J. M., & Carsey, T. (2006, June). Part Polarization in American
Politics: Characteristics, Causes, and Consequences. Annual Review of Political
Science, 9, 83-110.
Polarisasi politik tak melulu buruk—asalkan dua syarat terpenuhi. (2018, February 26). The
Conversation. Retrieved August 8, 2023, from
https://theconversation.com/polarisasi-politik-tak-melulu-buruk-asalkan-dua-syarat-te
rpenuhi-92279
Paul David Webb, & Heinz Eulau. (2015). Election | political science. In Encyclopædia
Britannica. https://www.britannica.com/topic/election-political-science

Anda mungkin juga menyukai