Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : IRMINA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042993244

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4437/Kekuatan SOSPOL Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : 47/PONTIANAK

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
NO SOAL

Dinasti Politik dalam Pilkada di Indonesia


Oleh.
Martien Herna Susanti

Kehadiran dinasti politik yang melingkupi perebutan kekuasaan di level regional


hingga nasional tidak terlepas dari peran partai politik dan regulasi tentang Pilkada.
Oligarki di tubuh partai politik dapat dilihat dari kecenderungan pencalonan
kandidat oleh partai politik lebih didasarkan atas keinginan elit partai, bukan
melalui mekanisme yang demokratis dengan mempertimbangkan kemampuan dan
integritas calon. Secara bersamaan, dinasti politik terus membangun jejaring
kekuasaannya dengan kuat hingga mampu menguasai dan mematikan demokrasi
dalam partai politik. Dalam konteks masyarakat juga terdapat upaya menjaga status
quo di daerahnya dengan mendorong kalangan keluarga atau orang dekat kepala
daerah menggantikan petahana. Regulasi yang lemah untuk memangkas dinasti
politik turut menjadi penyebab meluasnya dinasti politik dalam Pilkada. Praktik
politik dinasti juga ditengarai menjadikan lemahnya fungsi checks and balances
hingga berdampak pada tindakan korupsi yang dilakukan oleh kepala daerah
beserta kerabatnya. Tahun 2017 ini merupakan paruh kedua babak baru pemilihan
kepala daerah, setelah paruh pertama pada tahun 2015. Sistem Pemilukada
memang baru, namun wajah-wajah lama yang tidak lain merupakan keberlanjutan
dari dinasti politik mewarnai perhelatan Pilkada ini yang dikhawatirkan dapat
mengancam fase transisi demokrasi menuju konsolidasi demokrasi.

(Sumber: Abstrak pada Journal of Government & Civil Society, Vol 1, No 2 (2017),
diakses pada tanggl 04 Agustus 2020 dari
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jgs/article/view/440)

1. Dinasti politik seperti pada artikel tersebut di atas tidak bisa dihindari. Menurut
Anda, bagaimana seharusnya partai politik dikembangkan? Kaitkan jawaban Anda
dengan fungsi-fungsi partai politik.

JAWABAN :

Fungsi partai politik adalah sebagai sarana komunikasi politik, Sosialisasi Politik,
Rekrutmen Politik, dan Pengatur Konflik.

a. Sarana Komunikasi Politik

Partai melakukan perumusan kepentingan atau interest articulation. Di samping


perumusan kepentingan terdapat agregasi kepentingan. Tanpa komunikasi
politik masyarakat dan pemerintah tidak akan mengerti maksud dan tujuan dari
partai politik. Keberhasilan partai politik dengan komunikasi politiknya akan
menghasilkan dukungan pada partai tersebut. Partai politik merupakan
perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi
sosial dengan lembaga pemerintah yang resmi dan yang mengaitkannya dengan
aksi politik di dalam masyrakat politik yang lebih luas

b. Sarana Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik adalah proses di mana budaya politik dibentuk, dipelihara,


dan diubah. Sosialisasi politik juga membentuk sikap-sikap politik,
menanamkan nilai-nilai politik, dan mengimpartasi kemampuan politik warga
negara dan elit. Proses sosialisasi politik berjalan seumur hidup melalui agen-
agennya, yaitu keluarga, sekolah, peer groups atau lingkungan bermain, tempat
kerja, berbagai organisasi, dan partai politik. Perantara dapat dilakukan melalui
media massa, ceramah, penerangan, kursus kader, penataran, dan sebagainya.
Melalui sosialisasi politik inilah partai dapat membangun citranya untuk
memperjuangkan kepentingan kosntituennya. Akan tetapi, di sisi yang negatif,
partai juga memakai konstituennya untuk meraih kekuasaan, tetapi pada
umumnya kepentingan konstituen cenderung dilupakan.

c. Sarana rekrutmen politik

Dalam setiap sistem politik, baik yang masih tradisional ataupun yang sudah
maju modern, baik yang nondemokratis ataupun demokratis, terdapat
mekanisme untuk mengisi peran-peran dalam strukturnya. Dalam negara
nondemokratis, peran-peran tersebut ditentukan oleh penguasan tanpa
melibatkan ralyat. Sebaliknya, dalam negara demokratis, peran-peran tersebut
ditentukan dengan melibatkan peran serta masyarakat, melalui partai-pertai
politik dalam pemilihan umum yang telah ditentukan di masing-masing negara.
Partai melakukan seleksi kepemimpinan, baik ditingkat nasional, regional,
ataupun dalam partai politik itu sendiri. Tanpa rekrutmen atau seleksi elit, akan
terjadi political decay atau pembusukan politik seperti yang terjadi di negara-
negara nondemokratis.

d. Sarana pengatur konflik

Konflik merupakan suatu kondisi yang tak dapat dihindarkan da;am masyarakat
manapun, terlebih lagi bila masyarakat bersifat plural atau keberagaman
(diversity) daris egi etnik, ras, agama, bahasa, daerah, adat istiadat seperti yang
dikemukakan oleh Clifford Geertz. Begitu pula perbedaan sosial ekonomi
ataupun ideologi dapat memicu konflik. Dalam negara demokrasi, keberagaman
ataupun pluralitas harus ditolerir. Akan tetapi, di sisi yang lain, perbedaan juga
mengandung potensi konflik. Di sinilah peran partai diperlukan untuk
mengatasinya. Partai dapat menumbuhkan pengertian pada para anggotanya
ataupun masyarakat untuk melakukan konsensus agar konflik tidak melahirkan
instabilitas politik. Dengan melakukan berbagai fungsi tersebut, partai politik
merupakan organisasi politik yang sangat penting di negara-negara demokratis,
melalu partai politik, warga negara dapat melakukan partisipasi politik untuk
menentukan dan mempengaruhi pembuatan kebijakan politik melalui wakil-
wakilnya di lembaga legislatif.

Dari pemaparan di atas menurut pendapat saya seharusnya partai politik


dikembangkan seharusnya melakukan seleksi kepemimpinan berdasarkan
kemampuan setiap individu yang akan di usung oleh partai politik tersebut.
Sehingga peran-peran dalam partai politik sesuai dengan kemampuan dan kualitas
dari setiap individu yang telah diseleksi tersebut. Partai politik juga diharapkan
melibatkan peran masyarakat melalui partai-pertai politik dalam pemilihan umum
yang telah ditentukan di masing-masing daerah. Menggunakan sarana media masa
sebagai alat untuk mensosialisasikan partai politik. Sehingga melalui sosialisasi
politik inilah partai dapat membangun citranya untuk memperjuangkan
kepentingan kosntituennya.

2. Dinasti politik dikhawatirkan menghambat fase transisi demokrasi menuju


konsolidasi demokrasi. Jelasan dan kaitkan jawaban Anda dari sudut perspektif
civil society.

JAWABAN :

Civil society dapat dipahami sebagai suatu konsep bagi suatu tatanan masyarakar
dalam suatu lingkup interaksinya dengan negara, dan instrumen sosial lainnya,
seperti kebudayaan, nilai-nilai yang dianut dalam masysrakat, dan ekonomi. Istilah
Civil Society sendiri memiliki padanan kata yang digunakan secara berbeda dalam
bahasa Indonesia.

Dari berbagai perspektif teoritik yang dikemukakan oleh para sarjana dapat
disimpulkan bahwa civil society merupakan suatu ruang publik, individu-individu
yang tergabung dalam asosiasi-asosiasi di luar lembaga resmi/Negara, memiliki sifat
terbuka, mandiri, sukarela, keswasembadaan, keswadayaan, otonom dari Negara,
memiliki dan memperjuangkan keinginan publik secara bersama. Meskipun
demikian, civil society terikat pada tatanan legal atau seperangkat nilai, dan
mematuhi norma hukum yang berlaku dan disepakati.

Berdasarkan sudut perspektif civil society diatas dinasti politik dikhawatirkan dapat
menghambat fase transisi demokrasi menuju konsolidasi demokrasi karena dinasti
politik yang memiliki sifat tertutup tidak sesuai dengan sudut perspektif tersebut.

Sehingga keinginan publik tidak dapat diperjuangkan karena Partai politik tersebut
sudah memiliki calon sendiri yang ada sangkut paut dengan petahana.

Dari hal-hal tersebut konsolidasi demokrasi jelas akan terhambat karena tidak ada
nya keterbukaan dan tidak adanya perjuangan atas keinginan publik.

3. Praktik dinasti politik ditengarai melemahkan fungsi checks and balances. Menurut
Anda apakah fungsi checks dan balances bisa diperankan oleh kelompok-kelompok
kepentingan. Beri 1 (satu) contoh kelompok kepentingan yang Anda ketahui saat
kini dan uraikan jawaban Anda!
JAWABAN :

Checks and balances adalah saling mengontrol, menjaga keseimbangan antara


lembaga-lembaga negara atau yang biasa kita sebut dengan cabang-cabang
kekuasaan negara. Kenapa sistem pemerintahan yang demokratis menggunakan
mekanisme checks and balances. Karena bangsa Indonesia secara tegas sudah
menyatakan bahwa Indonesia adalah negara demokratis yang berdasarkan atas
hukum.

Fungsi checks dan balances bisa diperankan oleh kelompok-kelompok kepentingan


karena kelompok kepentingan yang bearti bukan organisasi partai politik
merupakan suatu prasyarat bagi berlangsungnya suatu pemerintahan demokratis,
adapun kelompok kepentingan yang memiliki peran signifikan dalam proses politik
di Indonesia di antaranya adalah, organisasi-organisasi masyarakar berbasis
keagamaan, organisasi buruh, dan organisasi kepemudaan.

Anda mungkin juga menyukai