Anda di halaman 1dari 16

A.

Latar Belakang

Pada zaman renaissance timbul teori yang mengajarkan bahwa dasar hukum

itu adalah akal atau rasio manusia. Menurut aliran rasionalisme ini, bahwa raja dan

penguasa negara lainnya memperoleh kekuasaannya itu bukanlah dari tuhan tetapi

dari rakyatnya. Pada abad pertengahan diajarkan, bahwa kekuasaan raja itu berasal

dari suatu perjanjian antara Raja dengan rakyatnya yang menaklukkan dirinya kepada

raja dengan syarat-syarat yang disebutkan dalam perjanjian itu. Kemudian setelah itu

dalam abad ke-18 Jen Jacques Rousseau memperkenalkan teorinya bahwa dasar

terjadinya suatu negara adalah perjanjian masyarakat (contract social) yang diadakan

oleh dan antara anggota masyarakat untuk mendirikan suatu negara. Teori JJ

Rousseau menjadi dasar paham kedaulatan rakyat mengajarkan bahwa negara

bersandar atas kemauan rakyat, demikian pula halnya semua peraturan perundang-

undangan adalah penjelmaan kemauan rakyat.

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menganut

kedaulatan rakyat sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi

“Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan UUD. Dalam

paham kedaulatan rakyat, yang didaulat dari segi politik tentu saja bukanlah person

rakyat itu sendiri, melainkan proses kehidupan kenegaraan secara keseluruhan.

Hubungan kedaulatan bukan lagi terjadi antara Raja dengan rakyatnya, tetapi antara

rakyat dengan proses pengambilan keputusan dalam negara itu sebagai keseluruhan.

Dalam kedaulatan rakyat dengan sistem perwakilan atau demokrasi biasa juga

disebut sistem demokrasi perwakilan (representative democracy) atau demokrasi

tidak langsung. Didalam praktik, yang menjalankan kedaulatan rakyat itu adalah

wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat yang disebut parlemen.

Sistem pemerintahan yang demokratis dimana kebijaksanaan umum ditentukan atas


dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam

pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip persamaan politik, dan

diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebijaksanaan politik. Demokrasi formal

ditandai dengan pemilihan umum yang teratur, bebas dan adil, kompetitif. Terdapat

kebebasan sipil dan politik yang cukup untuk menjamin kompetisi dalam pemilihan

umum.

Partai politik mempunyai posisi (status) dan peranan (role) yang sangat

penting dalam setiap sistem demokrasi. Jimly Asshiddiqie mengatakan “ partai

politik merupakan pilar demokrasi, karena mereka memainkan peran yang penting

dan strategis dalam menghubungkan pemerintah dengan warga negaranya”. Dapat

dikatakan bahwa partai politiklah yang mewujudkan demokrasi pada suatu kenyataan.

Sehingga peran besar yang dimiliki oleh partai politik tersebut memiliki pengaruh

secara langsung kepada wakil rakyat yang tidak lain adalah anggota partai politik.

Berdasarkan uraian diatas, maka tulisan ini akan menelusuri lebih lanjut

mengenai partai politik khususnya di Indonesia. Hal-hal yang akan dibahas adalah

seputar definisi, sejarah dan perkembangan, fungsi, serta peran partai politik dalam

lembaga perwakilan di Indonesia. Untuk itu tulisan ini kami angkat dengan judul,

“Partai Politik dan Sistem Perwakilan Politik”.

B. Definisi Partai Politik

Partai politik adalah salah satu komponen yang penting dalam dinamika

perpolitikan sebuah bangsa. partai politik dipandang sebagai salah satu cara seseorang

atau sekelompok individu untuk meraih kekuasaan. Argumen seperti ini sudah biasa

kita dengar di berbagai media massa dan dalam seminar-seminar yang kita ikuti

khususnya yang membahas tentang partai politik.


Orang pertama yang memperkenalkan kata politik adalah Aristoteles melalui

pengamatannya tentang “manusia yang pada dasarnya adalah binatang politik”. Ia

menjelaskan hakikat kehidupan sosial sesungguhnya merupakan politik dan interaksi

satu sama lain dari dua atau lebih orang sudah pasti akan melibatkan hubungan

politik. Dalam arti luas setiap orang adalah politisi. Dalam hal ini Aristoteles

berpendapat bahwa satu-satunya cara untuk memaksimalkan kemampuan seorang

individu dan untuk mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi adalah melalui

interaksi politik dengan orang lain dalam suatu kerangka kelembagaan, yang

dirancang untuk memecahkan konflik sosial dan untuk membentuk tujuan kolektif-

negara. Karena itu semua orang adalah politisi, meski sebagian (pejabat negara) lebih

banyak melakukan kegiatan politik bila dibandingkan dengan yang lainnya.

Menurut Budiardjo partai politik adalah sekelompok orang yang terorganisasi

yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita cita yang sama.

Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut

kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksanakan

programnya. Sedangkan menurut Giovanni Sartori partai politik adalah suatu

kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan, melalui pemilihan umum itu

mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan politik.

Menurut Edmund Burke partai politik adalah lembaga yang terdiri dari atas

orang-orang yang bersatu, untuk mempromosikan kepentingan nasional secara

bersama-sama, berdasarkan prinsip-prinsip dan hal-hal yang mereka setujui. Menurut

Lapalombara dan Anderson partai politik adalah setiap kelompok politik yang

memiliki label dan organisasi resmi yang menghubungkan antara pusat kekuasaan

dengan lokalitas, yang hadir saat pemilihan umum, dan memiliki kemampuan untuk
menempatkan kandidat pejabat publik melalui kegiatan pemilihan umum, baik bebas

maupun tidak bebas.

Menurut Sigmund Neuman partai politik adalah organisasi dari aktivitas-

aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta membuat

dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan-

golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. Sedangkan menurut R.H.

Soltau partai politik adalah sekelompok warga negara yang terorganisasi yang

bertindak sebagai suatu kesatuan politik yang dengan memanfaatkan kekuasaannya

untuk memilih dan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum

mereka.

C. Tujuan dan Fungsi Partai Politik

a. Tujuan Partai Politik

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008, tujuan

partai politik sendiri dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus dari

pembentukan partai politik tersebut. Tujuan partai politik di Indonesia secara umum :

● Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

● Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

● Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila dengan

menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,

dan

● Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.


Selain itu, tujuan partai politik secara khusus, menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

● Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka

penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan.

● Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

● Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

b. Fungsi partai politik

1. Sebagai sarana sosialisasi politik

Pada fungsi yang pertama ini artinya, upaya pemasyarakatan politik agar

dikenal, dipahami, dan dihayati oleh masyarakat. Usaha sosialisasi politik

berhubungan erat dengan usaha partai politik untuk menguasai pemerintahan melalui

kemenangan dalam pemilihan umum. Dalam usaha menguasai pemerintahan, partai

politik harus memperoleh dukungan seluas mungkin. Oleh karena itu, partai politik

berusaha menciptakan ”citra” kepada masyarakat luas bahwa ia memperjuangkan

kepentingan umum. Itulah upaya sosialisasi politik yang dapat dilakukan oleh partai

politik.

Bentuk sosialisasi politik lain yang dapat dilakukan oleh partai politik yaitu

partai politik berusaha mendidik anggota-anggotanya menjadi manusia yang sadar

akan tanggung jawabnya sebagai warga negara menonton rcti dan menempatkan

kepentingan diri sendiri di bawah kepentingan nasional. Selain itu, partai politik juga

berupaya memupuk identitas nasional dan integrasi nasional. Proses sosialisasi dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, dengan ceramah-ceramah penerangan,


kursus kader, dan kursus penataran. Biasanya proses sosialisasi berlangsung dalam

rentang waktu yang cukup lama dan berkesinambungan. Ibaratnya, sosialisasi

berjalan damai-angsur sejak kanak-kanak sampai dewasa.

2. Sebagai sarana rekrutmen politik.

Artinya, partai politik berfungsi untuk mencari dan mengajak orang-orang

yang berbakat untuk ikut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai. Dalam

pengertian ini berarti partai politik turut serta memperluas partisipasi politik dalam

masyarakat. Usaha rekrutmen politik ini dapat dilakukan dengan cara kontak pribadi,

persuasi (pendekatan), dan menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader yang

akan menggantikan pemimpin lama di masa mendatang.

3. Sebagai sarana agregasi kepentingan

Pada poin ketiga ini, artinya tugas partai politik adalah merumuskan program

politik yang mencerminkan gabungan tuntutan-tuntutan dari politik partai-partai yang

ada dalam pemerintahan dan menyampaikannya kepada badan legislatif. Selain itu,

partai politik juga melakukan tawar-menawar dengan calon-calon pejabat pemerintah

yang diajukan dalam bentuk penawaran pemberian dukungan kepada calon-calon

pejabat pemerintah dengan ketidakseimbangan pemenuhan kepentingan-kepentingan

partai politik.

4. Sebagai sarana komunikasi politik

Dalam fungsi ini, artinya partai politik menjalankan tugas mengalirkan

berbagai pendapat dan aspirasi masyarakat kepada pemerintah. Langkah-langkah

yang ditempuh partai politik dalam menjalankan fungsi ini seperti berikut. Partai
politik menampung pendapat-pendapat dan aspirasi-aspirasi yang datang dari

masyarakat. Partai politik menggabungkan pendapat-pendapat dan aspirasi

masyarakat yang senada. Selanjutnya, partai politik merumuskan pendapat-pendapat

atau aspirasi-aspirasi masyarakat sebagai usul keahlian. Usul keahlian tersebut

dimasukkan dalam program partai untuk diperjuangkan atau disampaikan kepada

pemerintah agar dijadikan kebijakan publik ( public policy ).

5. Sebagai sarana pengatur konflik

Ini artinya dalam kehidupan demokrasi, terjadinya gejolak-gejolak sosial

seperti persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan satu hal

yang wajar terjadi. Mengapa demikian? Alasannya, dalam kehidupan demokrasi

terdapat jaminan kebebasan untuk berpendapat dan berorganisasi. Dalam hal

berpendapat dan berorganisasi, setiap orang mempunyai pandangan masing-masing

yang berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain. Perbedaan itulah yang

terkadang menjadi penyebab timbulnya persaingan dan berkembang menjadi konflik

(masalah). Jika sudah demikian, partai politik segera menjalankan fungsinya sebagai

pengatur konflik. Partai politik berusaha menyelesaikan konflik secara damai dan

berusaha menjadi penengah yang bersifat netral.

6. Sebagai sarana artikulasi

Pada fungsi yang keenam partai politik bertugas menyatakan kepentingan

warga masyarakat kepada pemerintah dan badan-badan politik yang lebih tinggi.

Contoh bentuk artikulasi kepentingan yang dilakukan oleh partai politik adalah

pengajuan permohonan secara individual kepada anggota dewan kota, parlemen,


pejabat pemerintahan, atau dalam masyarakat tradisional kepada kepala desa atau

kepala suku.

D. Sejarah dan Perkembangan Partai Politik di Indonesia

Sejarah partai politik Indonesia tidak dimulai dan berkembang ketika

Indonesia merdeka secara de jure pada tahun 1945. Namun, partai politik di Indonesia

sudah ada sebelum zaman Hindia Belanda atau sebelum Indonesia merdeka. Parpol

yang pertama ada di Indonesia adalah De Indische Partij yang dibentuk pada 25

Desember 1912 oleh Douwes Dekker, Tjipto Mangunkoesoemo dan Ki hajar

Dewantara ketika Indonesia masih menjadi jajahan Belanda. Tujuan pembentukan

parpol itu adalah untuk mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Sekalipun

paham tentang Indonesia baru ditegaskan pada 28 Oktober 1928 dalam sumpah

pemuda, namun para pendiri parpol ini sudah dilandasi oleh pemikiran bahwa seluruh

rakyat Hindia-Belanda merupakan kesatuan.

Seiring perkembangan kondisi politik di Indonesia berbagai parpol pun

muncul dengan coraknya masing-masing, baik yang berorientasi nasionalisme,

agama, maupun sosialisme. Pada masa penjajahan Belanda jelas sekali bahwa

mayoritas parpol yang dibentuk bertujuan untuk mencapai kemerdekaan bangsa

Indonesia sehingga muncul slogan “Merdeka Harga Mati” dari kalangan tersebut.

Namun tidak demekian bagi beberapa parpol yang dibentuk orang-orang belanda atau

orang-orang yang dekat dengan kepentingan penjajahan Belanda.

Partai yang terlihat unggul pada masa itu adalah Partai Nasional Indonesia

(PIN) yang pada awalnya bernama Perserikatan Nasional Indonesia, dibentuk pada 4

juli 1927 oleh Dr.Tjipto Mangkunkusumo, Mr. sartono, Mr. Iskak Tjikrohadisuryo

dan Mr. Sunaryo. Kemudian pada tahun 1928 berganti menjadi Partai Nasional
Indonesia dan dipimpin Ir. Soekarno atau Bung Karno yang pada 17 Agustus 1945

bersama Drs. Mohammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia

atas nama Rakyat Indonesia.

Pada I Juni 1945 Bung Karno menyampaikan pandangannya depan Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tentang Pandangan Hidup Bangsa

(Weltanschauung). Uraian yang beliau beri nama Pancasila kemudian diterima sidang

dan kemudian dengan beberapa perubahan redaksional ditetapkan sebagai Dasar

Negara Republik Indonesia. Sejak permulaan berdirinya Republik Indonesia ada

partai politik. Semula hendak dibentuk parpol tunggal, tetapi kemudian dimungkinkan

berdirinya banyak parpol.

Itu berarti bahwa parpol oleh para Pendiri Negara tidak dinilai dan dianggap

bertentangan dengan pandangan hidup Pancasila, sekalipun asal mulanya di

masyarakat barat yang dasarnya menganut individualisme dan liberalisme. Namun

karena berada dalam masyarakat dengan dasar Pancasila, mekanisme parpol, perilaku

parpol dan tindak-tinduk parpol harus juga sesuai dengan nilai dasar pancasila, yaitu

Perbedaan dalam Kesatuan dan Kesatuan dalam Perbedaan.

Perkembangan Partai Politik Indonesia 1908-Sekarang (Reformasi)

Periode Pemerintahan Periode Demokrasi Jumlah Partai

1908-1942 Zaman Kolonial Multipartai

Zaman Pendudukan
1942-1945 Jepang Tidak ada

Sistem Presidensiil
22 Agustus 1945- 1. 22 Agustus 1945 Satu partai (PNI)
14 November 1945 2. 3 November 1945 Multipartai

14 November 1945-1950 Demokrasi Parlementer Mulai sistem parlementer


14 November 1945
Pemilu dengan lebih dari 20
1950-1959 1955 partai

Dikeluarkan penpres 7/1959


(mencabut maklumat
Pemerintah 3 November
1945 dan melakukan
penyederhanaan partai).
Hanya 10 partai yang diakui
(PKI, PNI, NU, Partai
Katolik, Partindo, Parkindo,
Partai Murba, PSII Arudji,
IPKI, Partai Islam Perti),
sedangkan Masjumi dan PSI
dibubarkan pada tahun
1960..dibentuk Front
Nasional yang mewakili
semua kekuatan politik
termasuk PKI, Front
Nasional ini memberikan
kesempatan kepada
golongan fungsional dan
ABRI yang sebelumnya
Demokrasi Terpimpin kurang berpartisipasi. PKI
dapat masuk ke Front
1959
Nasional karena didasarkan
1959-1965 1960 prinsip NASAKOM

1965-1998 Demokrasi Pancasila PKI dan Partindo


dibubarkan Konsensus
1966
Nasional, 100 anggota DPR
7 Juli 1967 diangkatEksperimen
Dwipartai dan Dwigroup
1967-1969 dilakukan dibeberapa
1973 Kabupaten di Jawa Barat,
namun dihentikan pada awal
1977, 1982, 1987, 1992 1969.Penggabungan Partai
dan 1997 menjadi tiga orsospol (9
1982 partai + 1 Golongan
Karya)Pemilu hanya diikuti
1984 oleh 3 orsospol (sistem
1996 multipartai terbatas)
Pancasila satu-satunya asas
(asas tunggal)
NU Khittah
PDI pecah

Reformasi dengan
1998 21 Mei 1998 multipartai

Multi-Partai
Pemilihan Umum (Pemilu)
Langsung, One man One
1998 – Sekarang Reformasi Vote

E. Peran Partai Politik Dalam Lembaga Perwakilan

Hakikat demokrasi adalah sebuah proses bernegara yang bertumpu pada peran

utama rakyat sebagai pemegang tertinggi kedaulatan. Dengan kata lain, pemerintahan

demokrasi adalah pemerintahan yang meliputi tiga hal mendasar: pemerintahan dari

rakyat (government of the people), pemerintahan oleh rakyat (government by the

people) dan pemerintahan untuk rakyat (government for the people). Demokrasi tidak

sekedar wacana ia juga mempunyai parameter sebagai ukuran apakah suatu negara

atau pemerintahan bisa dikatakan demokratis atau sebaliknya. Setidaknya tiga aspek

dapat dijadikan landasan untuk mengukur sejauh mana demokrasi itu berjalan dalam

suatu negara. Ketiga aspek tersebut adalah:

1. Pemilihan umum sebagai proses pembentukan pemerintah. Hingga saat ini

pemilihan umum diyakini oleh banyak ahli demokrasi sebagai salah satu

instrumen penting dalam proses pergantian pemerintahan;

2. Susunan kekuasaan negara, yakni kekuasaan negara dijalankan secara distributif

untuk menghindari penumpukan kekuasaan dalam satu tangan atau satu wilayah;

3. Kontrol rakyat, yaitu suatu relasi kuasa yang berjalan secara simetris, memiliki

sambungan yang jelas dan adanya mekanisme yang memungkinkan control dan
kesimbangan (checks and balance) terhadap kekuasaan yang dijalankan eksekutif

dan legislatif.

Semenjak demokrasi menjadi instrumen utama bagi negara modern saat ini

yaitu salah satunya adalah negara Indonesia, maka dengan sistem perwakilan ini

merupakan metode untuk mengimplementasikan aspirasi dari rakyat dalam sistem

demokrasi yang diwakili oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Jadi, sebuah pemerintahan

suatu negara akan bergantung kepada potensinya untuk mentransformasikan kehendak

rakyat sebagai nilai yang tertinggi di atas kehendak Negara itu sendiri.

Perwakilan dalam konteks teori modern merupakan mekanisme hubungan

antara penguasa dan rakyat. Atas dasar prinsip-prinsip normatif yang demikian itu,

dalam praktek kehidupan demokrasi, yang awal, lembaga legislatif yang memiliki

posisi yang sangat strategis dan sentral yang biasanya tercermin dalam doktrin tentang

kedaulatan rakyat serta kedaulatan DPR. Hal ini didasarkan kepada suatu pandangan

bahwa hanya DPR saja yang mewakili rakyat dan yang memiliki kompetensi untuk

mengungkapkan kehendak rakyat dalam bentuk regulasi negara.

Adanya lembaga parlemen yang dipilih melalui pemilihan umum mengandung

arti bahwa demokrasi yang dikembangkan adalah demokrasi tidak langsung.

Kedaulatan yang diserahkan oleh rakyat kepada penguasa, orientasinya harus kembali

lagi kepada rakyat yaitu kemauan bersama dari anggota-anggota masyarakat yang

menyerahkan pelaksanaan kedaulatan itu. Karena sesungguhnya kedaulatan itu berada

di tangan rakyat yang diserahkan hanyalah pelaksanaannya saja. Keberadaan lembaga

perwakilan rakyat dalam negara demokrasi adalah salah satu pilar yang sangat pokok,

karena lembaga ini berfungsi untuk mewakili kepentingan-kepentingan rakyat,

menyalurkan aspirasi rakyat serta mengartikulasikan aspirasi tersebut.


Partai memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-

proses pemerintahan dengan warga negara. Bahkan, Banyak yang berpendapat bahwa

partai politiklah yang sebetulnya menentukan demokrasi, seperti dikatakan oleh

Schattscheider, “Political Parties Created democracy”. Dalam demokrasi kehadiran

partai politik adalah suatu keniscayaan dalam rangka memainkan fungsi representasi

manakala partai politik masuk ke arena pemilu sebagai peserta hal ini diatur dalam

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum Pasal 1 angka 27

yang berbunyi: “Peserta Pemilu adalah partai politik untuk pemilu anggota DPR,

anggota DPRD provinsi, anggota DPRD kabupaten/kota, perseorangan untuk pemilu

anggota DPD, dan pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan

partai politik untuk pemilu presiden dan Wakil Presiden”.

Melalui sistem partai politik demokrasi dilaksanakan dan terus disempurnakan

baik terkait dengan sistem pemilihan umum hingga mekanisme electoral system.

Keberadaan partai politik merupakan keniscayaan dalam sistem demokrasi kita.

Karena itu upaya untuk mendorong agar partai politik mampu mengembangkan

pendidikan politik adalah harapan bersama untuk mewujudkan demokrasi substansial.

Melalui proses pendidikan politik yang baik maka partai politik mampu

mengembangkan sistem rekruitmen kader partai politik secara profesional,

berintegritas dan kredibel.

Dalam proses pembangunan partai politik di Indonesia harus diakui peran

penting elit politik. Interaksi politik atau adanya tarik menarik kepentingan antar

kekuatan politik dapat dilacak melalui bagaimana sikap politik dan konsistensi

perilaku dari elit politik yang memegang kekuasaan, baik di level suprastruktur

kekuasaan (lembaga Negara) maupun infrastruktur kekuasaan (partai Politik). Hal ini

mengingat sikap politik dan perilaku elit merupakan isyarat dan indikator penting
untuk menentukan dalam sikap politik apa dalam sebuah proses komunikasi politik

berlangsung.

Interaksi politik lazimnya terjadi dalam bentuk komunikasi politik yang

biasanya diperankan oleh elit politik. Esensinya suatu interaksi politik akan senantiasa

terkait dengan motif dasar yang dimiliki para elit politik. Dengan demikian untuk

memahami suatu interaksi politik, utamanya dalam proses pembuatan kebijakan dan

UU maupun pengambilan keputusan, penting dicermati apa latar belakang atau motif

dasar para elit dalam menentukan suatu keputusan dalam kebijakan politik, termasuk

dalam proses pembahasan sebuah substansi dalam Rancangan Undang-Undang.

Dalam pandangan Suzanne Keller, terdapat konsep bahwa elit adalah

sekelompok individu yang memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan

politik. Disinilah peran elit menentukan sebuah keputusan politik itu lahir atau tidak

dan akan seperti apa bentuknya. Sementara Geatano Mosca melihat elit sebagai

sebagai sebuah kelompok politik. Dalam proses interaksi politik, elit berkuasa

merupakan aktor utama yang mengelola dan mengendalikan sumber komunikasi. Elit

selalu menjalin komunikasi dan interaksi dengan elit masyarakat untuk mendapatkan

legitimasi dan memperkuat kedudukan sekaligus mempertahankan status quo.

Dalam proses politik ini ada hal yang diperjuangkan partai politik yakni,

melakukan dialog secara intensif dengan masyarakat untuk mengetahui public.

Anggota DPR mewujudkan hal ini melalui program kunjungan kerja dan kegiatan

survei opini publik. Melalui proses ini dilakukan identifikasi dan sortirisasi isu-isu

public yang penting sebagai prioritas untuk diperjuangkan secara politik. Setiap

parpol melalui fraksi masing-masing di DPR RI memiliki cara yang berbeda-beda

sesuai kebutuhan basis sosial dan strategi politik yang digunakan.


DAFTAR PUSTAKA

● Budiardjo, Miriam. 2005. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka.

● Jafar, Muhammad, AW. 2017. Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi di Indonesia.

Jurnal Kajian Administrasi dan Pemerintahan Daerah, Vol. 10(6): 138-139.

● Haboddin, Muhtar. 2016. Pemilu dan Partai Politik di Indonesia. Malang: UB Press.

● Romli, Lili. 2011. Reformasi Partai Politik dan Sistem Kepartaian di Indonesia. Politica

Vol. 2 (2): 199-219

● Rosana, E. 2012. Partai Politik dan Pembangunan Politik. Jurnal TAPIs, Vol.14 (01):

135-137.

● Syahrin, dan Sapitri. 2020. Peran Partai Politik Dalam Demokrasi Perwakilan.

Eksekusi: Journal Of Law, Vol. 2 (2): 146-165.

● Taufiqulhadi, T. 2015. Relasi DPR, Partai Politik dan Konstituen. Jurnal

Transformative, Vol. 1 (1): 1-9.

● Teniwut, Meilani. 2023. Fungsi Partai Politik dan Peranannya dalam Pemilu. Media

Indonesia,Link: https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/559713/fungsi-partai-pol

itik- dan-peranannya-dalam-pemilu. Diakses pada 16 Maret 2023.

Anda mungkin juga menyukai