Anda di halaman 1dari 10

Nama : Angga Putri Utami

NIM : 195120607111049

“PERAN PARTAI POLITIK DALAM DEMOKRATISASI DI INDONESIA”

Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan sistem demokrasi. Demokrasi
sendiri adalah bentuk pemerintahan yang memungkina semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam menentukan dan pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. 1
Secara etimologis, demokrasi merujuk bahasa Yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan
cratos yang artinya pemerintahan. Demokrasi merupakan sebuah kekuasaan yang berasal dari
rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Demokrasi adalah sistem penunjang terwujudnya
masyarakat sipil karena menyediakan ruang interaksi masyarakat, negara dan pasar.2

Terdapat tiga aspek yang bisa dijadikan sebagau acuan serta tolak ukur keberhasilan
demokras yaitu Pertama, pemilihan umum yaitu sebagai proses dalam penyusunan dan
pembentukan pemerintah yang berdaulat dan merupakan instrumen vital dalam proses
terselenggaranya demokrasi. Kedua, susunan dalam kekuasaan di sebuah negara, yaitu
kekuasaan dalam negara harus dijalankan dengan cara distributif dengan tujuan untuk
menghindari penyalahgunaan wewenang apabila kekuasaan pemerintahan tertumpuk dalam
satu tangan atau wilayah; Ketiga, kontrol rakyat merupakan relasi kuasa untuk menjalankan
chcecks and balances terhadap kekuasaan yang diselenggarakan dan dijalankan oleh Lembaga
eksekutive legislative.3

Dalam sejarahnya, perkembangan demokrasi di Indonesia terbagi dalam tiga masa


yaitu. Pertama, Masa Demokrasi Kontitusional, Miriam Budiardjo mendefinisikan demokrasi
konstitusional sebagai “gagasan bahwa pemerintah yang demokratis adalah pemerintah yang
terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warga
negaranya. Pembatasan-pembatasan atas kekuasaan pemerintahan tercantum dalam
konstitusi”.4 Masa demokrasi Kedua yaitu Demokrasi Terpimpin, dianggap telah melakukan
penyimpangan terhadap demokrasi konstitusional yang merupakan landasan dasarnya. Ketiga,

1
Sumodiningrta, Gunawan. 2008. Mencintai Bangsa dan Negara : Pegangan Dalam Hidup Berbangsa dan
Bernegara di Indonesia. Jakarta: Ilmiah Populer.
2
Nugroho, Heru. 2012. Demokrasi dan Demokratisasi: Sebuah Kerangka Konseptual Untuk Memahami Dinamika
Sosial-Politik di Indonesia. Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol.1 No.1
3
Ubaedillah. 2015. Pancasila Demokrasi Dan Pencegahan Korupsi. Jakarta: Prenadamedia Group Hlm 82.
4
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama hlm xi
Masa Demokrasi Pancasila, merupakan suatu demokrasi konstitusional yang mengedepankan
sistem presidensial.

Bukti bahwa rakyat memegang kekuasaan terpenting dalam pemerintahan Indonesia


ditandai dengan sejarah Panjang runtuhnya rezim Orde Baru Salah satu dinamika dalam
ketatanegaraan yaitu proses pemberhentian presiden sebagai kepala negara yang secara istilah
5
proses ketatanegaraan disebut sebagai pemakzulan atau impeachment. Mei 1998, rakyat
Indonesia padu dalam satu tekad untuk menggulingkan kekuasaan ‘sang jenderal’ yang telah
berkuasa kurang lebih 32 tahun lamanya dibalik topeng Pancasila dan UUD 1945. Semenjak
itulah era Reformasi dimulai dan merupakan semangat demokrasi baru bagi bangsa Indonesia.
Era Reformasi dianggap sebagai awal dari lahirnya periode demokrasi yang mengedepankan
sistem politik yang terbuka dan liberal. Menurut KBBI, Reformasi memiliki pengertian sebagai
perubahan secara signifikan untuk perbaikan dalam bidang-bidang kehidupan di dalam
masyarakat atau negara. Beberapa agenda reformasi antara lain: Mengadili Soeharto dan
kroni-kroninya, Pelaksanaan Amandemen UUD 1945, Penghapusan Dwifungsi dalam tubuh
ABRI, Pelaksanaan Otonomi daerah, penegakan dupremasi hukum, dan pemerintahan yang
bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Menurut Henry B. Mayo, demokrasi
memiliki pengertian yaitu menyelenggarakan penggantian kepemimpinan secara periodic dan
teratur (orderly succesion of rules) salah satunya dengan dilaksanakannya pemilihan umum
atau pemilu. Dalam terselenggaranya Pemilu di Indonesia tentunya partai politik berimplikasi
dan berperan penting, karena partai politik merupakan media atau wadah bagi rakyat dalam
memilih wakil-wakil rakyat yang akan menjalankan kekuasaan.

Partai Politik: Pengertian, Fungsi, Kewenangan dan Tujuan


Clinston Rossiter mempopulerkan sebuah adagium hukum yaitu “Tidak ada Demokrasi
tanpa politik dan tidak ada Politik tanpa Partai” kalimat itu menunjukkan bahwa partai politik
berperan vital dalam keberhasilan dan berjalannya demokrasi di suatu negara.6 Negara
demokratis membutuhkan partai politik dan pemilihan umum, karena partai politik merupakan
penghubung proses yang terjadi di pemerintahan dengan dinamisnya social dalam masyarakat
dan merupakan pilar utama dalam pranara system politik. Banyak pendapat yang menyebutkan
bahwa partai politik justru menentukan demokracy, seperti yang dikemukakan oleh

5
Kristiyanto. Eko Noer. 2013. Pemakzulan Presiden Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945. Jurnal
RechtsVinding Vol. 2 No. 3.
6
Biezen, Ingrid Van . 2003. Financing Political Parties and election campaigns-guidlines, Council of Europe.
Jerman, hlm. 11.
Schattcheider, “political parties created democracy”. Secara umumnya, dapat dikatakan bahwa
partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang para anggotanya berorientasi, nilai-nilai,
dan cita-cita yang sama dengan tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik.7

Fungsi partai politik antara lain. Pertama, sosialisasi politik yaitu partai politik
berfungsi sebagai proses seseorang dalam membentuk sikap dan berorientasi terhadap
fenomena politik dalam masyarakat. Kedua, partisipasi politik yaitu partai politik berfungsi
untuk mendorong agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam perpolitikan Indonesia.
Ketiga, Komunikasi politik yaitu partai politik untuk dapat menyalurkan pendapat dan aspirasi
yang telah disuarakan oleh masyarakat. Keempat, Artikulasi Kepentingan yaitu fungsi parpol
dalam menyatakan atu menyampaikan kepentingan-kepentingan masyarakat kepada
pemerintah. Kelima, Agregasi Kepentingan politik yaitu partai politik berfungsi menyalurkan
aspirasi masyarakat yang nantinya akan dirumuskan sebagai program politik yang diusulkan
kepada badan legislatif. Keenam, Pembuatan kebijakan yaitu partai politik berfungsi
mempertahankan kekuasaan di tubuh pemerintahan mengacu pada konstitusi yang berlaku.8
Tentunya konsekuensi terbesut menjadikan partai politik sebagai representasi kepentingan-
kepentingan golongannya atau masyarakat tertentu.

Dalam negara demokratis, partai politik muncul yang didorong oleh beberapa
kepentingan. Kepenitngan tersebut antara lain, Pertama, rasa tidak puas akan rezim dan
pemerintahan yang berkuasa. Kedua, ideologi tertentu yang berdampak pada inginnya
kelompok kepentingan berpartisipasi dalam politik dengan mengacu pada ideologi yang dianut.
Ketiga, adanya kelompok masyarakat yang memiliki kekuatan massa, perekonomian dan
kecerdasan dalam memperjuangkan kelompoknya dan menjadi wakil untuk menduduki jabatan
di pemerintahan. Keempat yaitu rasa tidak puas dan kecewa serta adanya perbedaan
pemahaman akan kebijakan umum dalam partai politik yang dampaknya akhirnya memisahkan
diri dari partai awalnya atau justru sebaliknya yaitu anggota yang keluar dan memiliki
kesamaan pemahaman akan berkoalisi untuk membentuk partai baru yang mereka hendaki .9

Pasal 6 (enam) dalam Undang-Undang atau UU Nomor 31 Tahun 2002 yang membahas
mengenai Partai Politik menjelaskan bahwa tujuan secara umum dari adanya partai politik yaitu

7
Ibid, hlm. 404.
8
Rahman. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm 103-104.
9
Jafar AW, Muhammad. 2015. Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi di Inodnesia Hlm 213. Program Studi
Administrasi Publik, Sekolah Tinggi ILmu Administrasi Bisnis.
dalam rangka mewujudkan keinginan dan cita nasional bangsa Indonesia dimana tertuang
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
melaksanakan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila serta menjunjung dan menegakkan
kedaulatan rakyat dalam NKRI atau Negara Kesatuan Republik indonesia; dan dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan partai politik
memiliki tujuan yang khsusu yaitu untuk memperjuangkan visi misi sesuai ideologinya dalam
menajalankan kehidupan berbangsa, bermasyarakat, bernegara. Selain itu, partai politik
memiliki kewenangan istimewa yaitu dapat memberhentikan wakil rakyat, sesuai poin yang
tertuang dalam UndangUndang No. 2 tahun 2011 tentang partai politik pasal 16 ayat 1 huruf D
yang berbunyi “Anggota Partai Politik diberhentikan keanggotaannya dari Partai Politik
apabila melanggar AD dan ART serta Ayat (3) dalam pasal yang sama “Dalam hal anggota
Partai Politik yang diberhentikan adalah anggota lembaga perwakilan rakyat, pemberhentian
dari keanggotaan Partai Politik diikuti dengan pemberhentian dari keanggotaan di lembaga
perwakilan rakyat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Dinamika Partai Politik di Indonesia


a. Masa Kolonialisme
Di negara Indonesia sendiri, partai politik mengalami dinamika dan lika-liku. Jumlah
dan regulasi partai peserta Pemilihan Umumj uga telah mengalami berbagai macam. Partai
politik pertama kali lahir pada zaman kolonial Belanda dan merupakan manifestasi kebangkitan
kesadaran nasional dan semanagt memperoleh kemerdekaan Indonesia. Eksistensi Partai
Politik di Indonesia berawal dari berdirinya sebuah organisasi yang bernaman Boedi Oetomo
tahun 1908 di Jakarta oleh Dr. Wahidin Soediro Hoesodo. Boedi Oetomo merupakan kemjuan,
cikal bakal organisasi politik dan organisasi massa di Indonesia. Dalam masa penajajahan
colonial ini, partai-partai yang menyuarakan penentangan kepada colonial, pemimpin
organisasi ditangkap dan dipenjara bahkan mendapatkan pengasingan. Partai politik pertama
di Indonesia yaitu Indische Partij. Didirikan dan dipimpin oleh tiga serangkai yaitu Dr.
Setiabudi, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara pada tanggal 25 Desember 1912
di Kota Bandung. Pada masa Penjajahan, organisasi social sepereti Boedi Oetomo, berazaskan
politik agama seperti Serikat Islam dan Muhammadiyah serta berazas politik sekuler seperti
Partai Nasional Indonesia memiliki andil besar dalam pergerakan nasional untuk mewujudkan
kemerdekaan Indonesia.

Hadirnya partai politik merupakan sebuah kemajuan besar dan wujud kesadaran
nasional dalam rangka tercapainya kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Pada tahun 1939,
Dewan Rakyat terbagi menjadi beberapa fraksi, yaitu Fraksi Nasional yang berada dibawah
pimpinan M. Husni Thamin serta Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi Putera di bawah
pimpinan Muhammad Yamin. Pada tahun itu jugta,berdirinya sebuah komite yaitu Komite
Rakyat Nasional merupakan gabungan dari Gabungan Politik Indonesia (GAPI), adalah
gabungan dari kumpulan partai yang beraliran nasional, kemudian Majelis Isla Indonesia dan
penggabungan partai-partai yang beraliran Islam dan dibentuknya pada tahun 1937, dan
Majelis Rakyat Indonesia atau MRI yang merupakan gabungan organisasi buruh. Setelah itu,
pada era kolonialisme Jepang, seluruh kegiatan partai politik dikecam, namun golongan Islam
diberi kebebasan dalam membentuk partai , yak akhirnya dikenal dengan nama Masyumi
namun kegiatan dan program kerjanya lebih banyak berkecimpung dalam bidang sosial.

b. Masa Orde Lama


Pada era Orde Lama menganut system multi partai, dalam hasil pemilihan umum tahun
1955. Partai Masyumi merupakan partai kedua terbesar setelah Partai Nasional Indonesia (PNI)
dan Partai Nahdhatul Ulama menempati urutan ketiga. Atas inisiatif dari pemerintah
penjajahan Jepang, organisasi – organisasi keagamaan seperti Muhamadiayah dan Nahdatul
Ulama bergabung dalam suatu organisasi massa yang diberi nama Mayumi atau Majelis Syuro
Muslimin Indonesia pada tahun 1943. Partai Komunis Indonesia (PKI) keluar menjadi partai
politik pemenang pemilihan umum pada tahun 1955, PKI juga merupakan partai politik
terbesar keempat yang memiliki pendukung dan anggota banyak, terutama masyarakat yang
berada di daerah desa-desa dan pelosok-pelosok Pulau Jawa.

Namun, sistem multi partai yang dianut Indonesia ini terjata tidak dapat dijalankan
dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan kurang optimalnya fungsi yang dijalankan oleh
partai politik sehingga berdampak pada jatuh bangunnya cabinet yang tidak konsisten dalam
melaksakan program kerja yang sudah disusun dan berakibat tidak berjalannya pembangunan
di Indonesia. Kemudian demokrasi parlementer berakhir dengan ditandai Dekrit 5 Juli 1959
dan berganti dengan masa Demokrasi Terpimpin. Pada masa ini, peran partai politik berkurang,
sedangkan peran presiden sangat kuat dengan ideologi partai politik NASAKOM (Nasional,
Agama, dan Komunis) yang diwakili oleh partai politik Nahdhatul Ulama (NU), Partai
Nasional Indonesia (PNI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Partai Komunis Indonesia
(PKI) berperan kuat, terutama pada tragedy Gerakan 30 S/PKI tahun 1965.

c. Masa Orde Baru


Masuk pada era Orde Baru, sistem kepartaiannya hanya mengenal satu golongan karya
dan dua partai politik yang ada yaitu Partai Golongan Karya atau biasa dikenal dengan nama
Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari 4 (empat) partai
politik Islam, yaitu Parmusi, NU, Partai Serikat Islam dan Perti; serta Partai Demokrasi
Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari lima partai antara lain Partai Partai Kristen
Indonesia, Partai Katolik Nasionalis Indonesia, , Partai Murba dan Partai Ikatan Pendukung
Kemerdekaan Indonesia (IPKI), tiga partai tersebut merupakan hasil dari penyederahanaan atau
fusi partai secara paksa oleh rezim Orde Baru. Dikarenakan hal tersebut, masyarakat tidak
dapat secara bebas dalam menyalurkan suara dan aspirasinya sebagai warga negara selain
daripada ketiga partai politik yang eksis, termasuk yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).

Pada era ini, sistem kepartaian kurang dikembangjan, pelaksanaan pemilu hanya
sebatas formalitas demokrasi dan politik serta besarnya kekuasaan eksekutif. Banyaknya
pandangan skeptis dan kritisi dari masyarakat terhadap partai politik. Salah satunya yaitu
anggapan bahwa partai politik menjadikan pemilu hanya sebagai ajang dalam memperoleh
kursi jabatan dan bagi-bagi kekuasaan. Ideologi partai yang seharusnya diperjuangkan luntur
secara alami yang diakibatkan oleh penyimpangan para elite politik sudah masuk di
pemerintahan atau sudah menjabat sebagai wakil rakyat. Mayarakat menagnggap mereka
hanya sibuk dalam memikirkan bagaimana bisa bertahan dan melanggengkan kekuasaan dan
jabatan yang telah diperoleh dan memanfaatkan uang negara untuk menghidupi partainya
bukan memperjuangkan aspirasi rakyat seperti tujuan awalnya. Sejak Orde Baru runtuh, terlihat
jelas penurunan drastis kepercayaan rakyat terhadap partai politik di Indonesia.

d. Masa Reformasi
Sejak munculonya reformasi, terdapat amandemen yang mengubah undang-undang
lama menjadi undang-undang baru sesuai dengn tuntutan rakyat. Jumlah organisasi peserta
Pemilu pada tahun 1999 yang diikuti 48 partai politik, sedangkan penyelenggaran Pemilihan
Umum tahun 2004, 24 partai politik ikut berperan. Selain itu, pada era ini rakyat berhak
memilih secara langsung presiden, wakil presiden, dan wakil rakyatnya atau Lembaga
legislative nantinya yang akan menjabat di lembaga DPR, DPRD dan DPD.10 Eksistensi dan
keberadaan partai politik di Indonesia munvul semangat dan bergeliat sejak adanya reformasi

10
Arianto, Henry. 2004. Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi di Indonesia. Fakultas Hukum Universitas
Indonusa Esa Unggul Hlm 78.
pada tahun 1998. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya kelompok-kelompok yang ada di
masyarakat, mendirikan partai politik sebagai pertanda adanya kebebasan hak politik yang
dipercaya membawa perubahan bagi negara Indonesia., dimana hal itu merupakan suatu hal
yang tidak memungkinkan untuk dapat dilakukan pada era sebelumnya, Pada Pemilihan Umum
tahun 1999, 48 peserta partai politik ikut berpartisipasi. Hal postifinya, fenomena tersebut
merupakan euphoria demokrasi dan semangat politik di Indonesia sangat tinggi, namun di sisi
lain menimbulkan kebingungan publik dalam preferensi politik. Berbeda dengan era Orde
Baru, rakyat yang sudah terbiasa diarahkan untuk memilih partai politik tertentu, menjadi
sebuah hal yang baru dan mengagetkan ketika harus berhadapan dan menentukan pilihannya
dengan banyaknya kandidat partai. PDI-Perjuangan pun tampil sebagai pemenang Pemilihan
Umum tahun 1999 dengan total perolehan 33,74% suara yang sah.11

Era Reformasi membawa inovasi dan perubahan dasar yang berdampak dalam sistem
pemilu di negara Indonesia. Perubahan Pertama adalah sistem multi-multi partai yang
digunakan pada tahun 1955 kembali digunakan pada era reformasi, yang sebelumnya pada era
Orde Baru hanya menganut sistem tri-partai. Kedua, sejak tahun 2004 dilaksanakan dua kali
pemilihan umum yang bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di kursi
parlemen, serta pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden secara real time atau lansgung.
Ketiga. berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 yang membahas mengenai
pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Daerah,
maka Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) dilangsungkan sesuai dengan Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004.

Pada Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif yang dilaksankaan tahun 2009, tercatat 44
partai politik berpartisipasi dalam Pemilu dan Partai Demokrat muncul sebagai pemenenag
pemilu 2009 dengan perolehan total 20,85% suara. Wajah perpolitikan Indonesia berubag,
dikarenakan Partai Demokrat merupakan partai politik yang lahir pada era reformasi.
Sedangkan, partai yang lahir dan besar sejak era Orde Baru yaitu Partai Golongan Karya dan
Partai PDI- Perjuangan menempati urutan kedua dan ketiga dalam Pemilu 2009. Kemudian,
pada Pemilihan Umum tahun 2014 yang merupakan pemilu legislative ketiga di Indonesia.
Adanya perubahan peraturan dalam Undang-Undang Pemlihan Umum terbaru yakni UU No.

11
Pamungkas, Sigit, 2011. Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta: Institute Of Democracy and
Welfarism (IDW), hlm 183.
8 Tahun 2012 yang menetapkan ambang batas parlemen untuk DPR adalah sebesar 3,5% yang
naik dari Pemilihan Umum tahun 2009 yang hanya sebesar 2,5%.

Kondisi dinamisnya partai politik setelah era reformasi yaitu banyak ditemukan
permaslahan yang disebabkan oleh internal partai politik, terutama anggota-anggota partai
politik yang sudah memiliki jabatan dalam pemerintahan. Salah satu contohnya yaitu masalah
yang dialami oleh Partai Golkar (Golongan Karya), hal tersebut berawal dari rapat pleno untuk
penentuan waktu Musyawarah Nasional atau MUNAS IX Partai Golkar yang diselenggarakan
di Kantor DPP Partai Golkar pada tanggal 24 hingga selesai pada 25 November 2014.12 Karena
tidak adanya titik temu atau kesepakatan penepat ini pecahlah perpecahan dan kericuhan.
Akibat dari kejadian itu, Partai Golongan Karya terpecah menjadi dua kubu, kubu pertama
adalah kubu yang melaksanakan Munas IX di Bali pada tanggal 30 November hingga 4
Desember 2014 dan yang menjadi Ketua Umum Partai Golkar yaitu Aburizal Bakrie.
Sementara, di sisi lain kubu kedua melaksanakan Munas IX di Ancol pada tanggal 6 hingga 8
Desember 2014 yang menetapkan dan menjadikan Agung Laksono menjabat sebagai Ketua
Umum.Partai Golkar. Munas tersebut diklaim masing-masing kubu bahwa mereka sah dalam
proses Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya, karena tidak adanya titik temu akhirnya
permasalahan semakin rumit dan diajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri Jakarta.
Selain itu, kasus partai politik yang baru terjadi saat ini adalah kasus dualisme Partai
Demokrat. Kejadian tersebut bermula dari saling mengklaim dan mendeklarasikan
kepemimpinan yang berujung pada saling membuat laporan kepada Mahkamah Konstitusi.
Percikan masalah diawali sejak Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono
atau AHY yang menyebut kepada media dalam konferensi pers yang dilaksanakan pada 1
Februari, bahwa adanya indikasi gerakan kudeta kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa,
mendadak yang tentunya mengancam eksistensi dan kedaulatan Partai Demokrat. Hal tersebut
ditandai dengan diadakannya Kongres Luar Biasa atau biasa disebut KLB yang dilaksanakan
di Deli Serdang pada tanggal 5 Maret 2021 dan menjadikan Moeldoko sebagai Ketua Umum
Partai Demokrat baru versi KLB melalui proses pemungutan suara.
Pada tanggal 8 Maret 2021, AHY beserta jajaran dan para pejabat tingkat tinggi Partai
Demokrat serta 34 orang DPD Partai Demokrat dari seluruh Indonesia berbondong-bondnong
datang ke kantor Kemenkumham dan menyerahkan 5 kontainer yang ebrisi berkas untuk
menguatkan tuntutan mereka bahwa KLB Deli Serdang tidak sah dan tidak sesuai dengan

12
Basmi, Sarman. 2016. Peranan Partai Politik Dalam Rangka Demokrasi Pancasila, Skripsi. Program Sarjana
IKIP Malang
AD/ART partai. Di lain sisi, kubu KLB yang dilaksanakan di salah satu hotel Deli Serdang
juga melakukan hal serupa yaitu pada 1 hari setelahnya yaitu tanggal 9 Maret 2021. Kejadian
tersebut diputuskan oleh Kemenkumham bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dan
verifikasi terhadap seluruh kelengkapan dokumen fisik sebagaimana yang dipersyaratkan,
masih terdapat beberapa kelengkapan yang belum dipenuhi, sehingga KLB Deli Serdang
dinyatakan tidak sah
Kehidupan perpolitikan di Indonesia sangat dinamis dalam negara demokrasi. Setiap
partai politik yang ada tentunya memiliki visi misi serta kepentingan yang berbeda untuk
mempengaruhi pemerintah agar kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan keinginan partai dan
memperoleh jabatan publik. Tak hanya itu, pendidikan politik saat ini juga sangaat diperlukan
agar masyarakat sadar akan hak dan kewajiban sebagai Warga Negara Indonesi yang melek
politik. Dengan demikian, partai politik berperan vital, tidak hanya sebagai wadah aspirasi
kelompok masyarakat namun juga tuntutan akan keberhasilan berjalannya demokrasi di
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Arianto, Henry. (2004). Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi di Indonesia. Fakultas

Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul Hlm 78.

Basmi, Sarman. (2016). Peranan Partai Politik Dalam Rangka Demokrasi Pancasila, Skripsi.

Program Sarjana IKIP Malang.

Biezen, Ingrid Van. (2003). Financing Political Parties and election campaigns-guidlines,

Council of Europe. Jerman, hlm. 11.

Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama hlm xi.

Jafar AW, Muhammad. (2015). Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi di Indonesia.

Program Studi Administrasi Publik, Sekolah Tinggi ILmu Administrasi Bisnis.

Kristiyanto. Eko Noer. (2013). Pemakzulan Presiden Republik Indonesia Pasca Amandemen

UUD 1945. Jurnal RechtsVinding Vol. 2 No. 3.

Nugroho, Heru. (2012). Demokrasi dan Demokratisasi: Sebuah Kerangka Konseptual Untuk

Memahami Dinamika Sosial-Politik di Indonesia. Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol.1

No.1.

Rahman. (2007). Sistem Politik Indonesi. Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm 103-104.

Pamungkas, Sigit, (2011). Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta: Institute

Of Democracy and Welfarism (IDW), hlm 183.

Sumodiningrta, Gunawan. (2008). Mencintai Bangsa dan Negara : Pegangan Dalam Hidup

Berbangsa dan Bernegara di Indonesia. Jakarta: Ilmiah Populer.

Ubaedillah. (2015). Pancasila Demokrasi Dan Pencegahan Korupsi. Jakarta: Prenadamedia

Group Hlm 82.

Anda mungkin juga menyukai