Anda di halaman 1dari 8

Nama : Angga Putri Utami

NIM : 195120607111049

ANALISIS PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA


(STUDI KASUS PARTAI KEBANGKITAN BANGSA)

I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan sistem demokrasi. Demokrasi
sendiri adalah bentuk pemerintahan yang memungkinkan semua warga negaranya memiliki
hak setara dalam menentukan dan pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka
(Sumodiningrat, 2008). Demokrasi merupakan sebuah kekuasaan yang berasal dari rakyat,
untuk rakyat, dan oleh rakyat. Indonesia sendiri telah menjalani histori demokratisasi yang
panjang sejak kemerdekaan hingga saat ini. Salah satu pilar dalam demokrasi yaitu adanya
partai politik. Demokrasi dan partai politik diibaratkkan sebagai dua sisi mata uang yang saling
membutuhkan satu sama lain.
Partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang para anggotanya berorientasi,
nilai-nilai, dan cita-cita yang sama dengan tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik dan
merebut kedudukan politik. Negara demokratis membutuhkan partai politik dan pemilihan
umum, karena partai politik merupakan pilar demokrasi yang menghubungkan proses yang
terjadi di pemerintahan dengan dinamisnya sosial dalam masyarakat dan merupakan pilar
utama dalam pranara system politik. Clinston Rossiter berkata “Tidak ada Demokrasi tanpa
politik dan tidak ada Politik tanpa Partai”, menunjukkan secara jelas bahwa partai politik
berperan vital dalam keberhasilan dan berjalannya demokrasi di suatu negara (dalam Biezen,
2003:11).
Partai politik hadir mengemban tanggung jawab konstitusional, etika dan moral dalam
mengaspirasikan sega;a situasi dan kondisi yang dialami masyarakat agar lebih baik. Pasal 6
(enam) dalam Undang-Undang atau UU Nomor 31 Tahun 2002 yang membahas mengenai
Partai Politik menjelaskan bahwa tujuan secara umum dari terbentuknya partai politik yaitu
dalam rangka mewujudkan keinginan dan cita nasional bangsa Indonesia dimana tertuang
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
melaksanakan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila serta menjunjung dan menegakkan
kedaulatan rakyat dalam NKRI atau Negara Kesatuan Republik indonesia; dan dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan partai politik
memiliki tujuan yang khsusu yaitu untuk memperjuangkan visi misi sesuai ideologinya dalam
menajalankan kehidupan berbangsa, bermasyarakat, bernegara.
Dalam terselenggaranya Pemilu di Indonesia tentunya partai politik berimplikasi dan
berperan penting, karena partai politik merupakan media atau wadah bagi rakyat dalam
memilih wakil-wakil rakyat yang akan menjalankan kekuasaan. Tak hanya itu, partai politik
juga merupakan sebuah parameter atau tolak ukur perpolitikan dan keberhasilan demokrasi di
Indonesia. Problematika partai politik Indonesia saat ini adalah rendahnya pelembagaan partai
politik itu sendiri. Pelembagaan adalah seluruh proses partai politik mendapatkan dukungan
massa sehingga memiliki power dalam proses politik. Partai politik dengan pelembagaan yang
baik dapat memberikan energi positif bagi dunia perpolitikan karena dapat mengakarkan
ideologi partainya dalam masyarakat sehingga program-progamnya dapat tersalur dengan baik.
Salah satu partai politik yang eksis di Indonesia hingga saat ini adalah Partai
Kebangkitan Bangsa atau biasa disebut PKB. PKB merupakan salah satu partai politik yang
didirikan sejak lengsernya rezim Orde Baru. Partai ini didirikan pada tanggal 4 Juli 1998 yang
merupakan wujud PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) dalam merespon dan memnuhi
aspirasi warga NU yang menginginkan sebuah partai politik untuk menampung aspirasi warga
nahdiyyin. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan membahas pelembagaan Partai Kebangkitan
Bangsa di Indonesia dengan menggunakan teori pelembagaan partai politik yang dikemukakan
oleh Vicky-Randall dan Lars-Svasand.

II. PENJELASAN KONSEPTUAL


Dalam negara demokrasi, partai politik merupakan pilar penting untuk keberhasilan
demokrasi. Sistem demokrasi tidak melulu membahas mengenai sistem pemilihan umum,
namun juga memprioritaskan substansi dan prinsip-prinsip dari demokrasi itu sendiri. Oleh
karena itu, partai politik dengan pelembagaan partai yang baik akan berpengaruh terhadap
suksesnya demokrasi dan politik di negara itu sendiri. Berikut merupakan penjelasan
konseptual dalam tulisan ini.

Konsepsi Demokrasi
Secara etimologis, demokrasi merujuk kepada bahasa Yunani yaitu demos yang berarti rakyat
dan cratos yang artinya pemerintahan. Demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan yang
memprioritaskan kedaulatan rakyat. Menururt Lincoln adalah sebagai berikut: “demokrasi
merupakan sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat”. Sistem demokrasi ini telah digunakan di berbagai negara tak terkecuali Indonesia. Ciri-
ciri dari negara yang menganut demokrasi yaitu adanya kebebasan media dan pers, persamaan
hak bagi seluruh warga negara, adanya pemilihan umum yang dilakukan secara langsung, serta
pemerintah yang ada di tangan rakyat. Menurut Munir Fuady (dalam Konsep Negara
Demokrasi, 2010:2), “yang dimaksud demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dalam suatu
negara dimana warga negara secara memiliki hak, kewajiban, kedudukan, dan kekuasaan yang
baik dalam menjalankan kehidupannya maupun dalam berpartisipasi terhadap kekuasaan
negara, dimana rakyat berhak untuk ikut serta dalam menjalankan negara atau mengawasi
jalannya kekuasaan baik secara langsung misalnya melalui ruang ruang publik maupun melalui
wakil-wakilnya yang telah dipilih secara adil dan jujur dengan pemerintahan yang dijalankan
semata-mata untuk kepentingan rakyat, sehingga sistem pemerintahan dalam negara tersebut
berasal dari rakyat, dijalankan oleh rakyat, untuk kepentingan rakyat (from the people, by the
people, to the people)”.

Konsepsi Partai Politik


Menurut Miriam Budiardjo (2008:160) “partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir
yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini adalah untuk mendapatkan kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik
(biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksankan programnya”. Kemudian Sigmund
Neumann (dalam Miriam Budiardjo, 2008: 403) mendefinisikan partai politik yaitu: “Partai
politik adalah organisasi dari aktifitas-aktifitas politik yang berusaha untuk menguasai
kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu
golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda”. Menurut
Ramlan Surbakti (1992:116) menyatakan bahwa “partai politik merupakan sekelompok orang
yang terorganisir secara rapi yang dipersatukan oleh persamaan ideologi yang bertujuan untuk
mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemilihan umum guna melaksanakan
alternative kebijakan yang telah mereka susun”. Salah satu ahli politik, Carl J. Friedrich dikutip
(dalam Miriam Budiardjo, 2008: 403) mengemukakan pendapatnya mengenai definisi partai
politik sebagai berikut: “Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara
stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi
pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya
kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil”. Definisi partai politik dalam UU No. 2 Tahun
2008 tentang partai politik Pasal 1 Ayat 1 adalah organisasi yg bersifat nasional dan dibentuk
oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan
cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentigan politik anggota, masyarakat, bangsa
dan negara, serta mempelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

Konsepsi Teori Pelembagaan Partai Politik


Konsepsi pelembagaan partai politik yang dikemukakan oleh Vicky-Randall dan Lars-Svasand
merupakan salah satu konsep pelembagaan yang sering dipelajari dalam dunia politik. Menurut
Randall & Svasand (2002:12) pelembagaan partai politik suatu proses pemantapan partai
politik baik secara struktural dalam rangka mempolakan perilaku maupun secara kultural dalam
rangka mempolakan sikap atau budaya (The process by wich the party becames established in
term of both integrated patterns on behavior and of attitudes and culture). Berikut merupakan
table dimensi pelembagaan partai politik menurut Randall & Svasand:
Internal Eksternal
Kesisteman Otonomi
Struktural
Identitas Nilai Citra Publik
Kesikapan

Menurut mereka, proses pelembagaan terdiri dari dua aspek yaitu aspek internal-eksternal serta
aspek struktural-kultural yang bilamana keduanya disilangkan akan menghasilan: (1) derajat
kesisteman (systemness) adalah proses pelaksanaan fungsi-fungsi partai meliputi aturan,
persyaratan, prosedur dan meknaisme yang telah ditetapkan dalam AD/ART partai politik; (2)
derajat identitas nilai (value infusion) yaitu terkait dengan orientasi kebijakan dan tindakan
partai politik menurut ideologi ; (3) derajat otonommi suatu partai politik dalam pengambilan
keputusan (decisional autonomy) berkaitan dengan hubungan partai dengan aktor di luar partai,
baik dengan sumber otoritas tertentu (penguasa, pemerintah), maupun dengan sumber dana
(pengusaha, penguasa, negara atau lembaga luar), dan sumber dukungan massa (organisasi
masyarakat).; dan (4) derajat citra publik (reification) yaitu sebuah citra partai politik di publik
untuk memperoleh suara dan kepercayaan publik.

III. PEMBAHASAN
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merupakan partai yang terbuka untuk umum, tidak
hanya bagi suku, ras, agama. Maupun golongan tertentu. Semangat dari partai ini yaitu humanis
religius yang peduli dengan nilai-nilai kemanusiaaan, agamis, serta berwawasan kebangsaan.
Tujuan pendirian PKB ini yaitu mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia
sebagaimana dituangkan dalam pembukaan UUD 1945; mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur secara lahir-batin, material-spiritual; mewujudkan tatanan politik nasional yang
demokratis, terbuka, bersih, dan berakhlakul karimah. Garis perjuangan PKB sendiri sebagai
partai yang dibentengi oleh para ulama, yaitu diharapkan dapat memberantas ketidakadilan dan
kesewenangwenangan yang selama ini dipraktekkan oleh para pemimpin negara. Berikut
merupakan analisis kelembagaan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan menggunakan
teori pelembagaan partai politik yang dikemukakan oleh Vicky-Randall dan Lars-Svasand:
A. Derajat Kesisteman (Systemness)
Partai politik dapat dikatakan sudah melembaga dari segi kesisteman bila partai politik
melaksanakan fungsinya sesuai dengan menurut AD/ART yang dirumuskan secara
komprehensif dan terperinci. AD/ART merupakan sumber dan landasan konstitusional atau
sumber hukum tertulis yang mengikat segala langkah partai. Seluruh keputusan dan
kebijakan yang akan dibuat oleh partai politik, kinerja dan tata laksana kepartaian mulai
tingkat pusat hingga unit terkecil kepengurusan bersumber dalam AD/ART partai.
Partai Kebangkitan Bangsa telah melaksankan muktamar pada tanggal 20-22 Agustus
2019 di Bali dan menghasilkan sebuah AD/ART baru melaui mekanisme musyawarah
mufakat. Penyusunan AD/ART baru ini lahir dikarenakan kebutuhan konstektual dan
eksistensi PKB dalam dunia perpolitikan nasional antara lain penegakan disiplin partai,
penyempurnaan penguatan struktur partai hingga tingkat TPS, kaderisasi secara berjenjang
dan berkelanjutan serta kesiapan parta dalam menghadapi era digital.
Salah satu contoh pelaksanaan systemness yaitu demokrasi internal partai, pada tanggal
7 Maret 2021 di Hotel Sunshine Sorean dilaksankan Muscab Kab. Bandung untuk memilih
ketua DPC PKB Kab. Bandung. Pada masa bakti sebelumnya 2016-2021 kursi tersebut
diduduki oleh Cucun Ahmad Syamsurijal. Secara aklamasi Muscab DPC PKB Kab.
Bandung memilih HM. Dadan Supriatna sebagai Ketua DPC Kab. Bandung untuk masa
bakti 2021-2026. Hal tersebut tentunya berdasar pada AD/ART yang telah ditetapkan oleh
PKB.
Contoh lainnya yaitu rekruitmen anggota dan pengurus secara prosedur telah diatur
dalam AD/ART partai. Perekrutan PKB ada beberapa macam yaitu perekrutan menjadi
anggota partai, simpatisan dan caleg. Pada tahun 2019, PKB merekrut bakal calon legislatif,
bakal caleg yang sudah diterima akan menjadi anggota partai secara otomatis. Perekrutan
partai dilaksaksanakan dengan membuka pendaftaran anggota partai, simpatisan partai, dan
perekrutan anggota legislative, dibuka secara umum. Dalam melaksanakan dimensi
kesisteman, PKB telah berusaha dengan baik untuk seluruh proses pelaksanaan fungsi
partainya sesuai dengan yang sudah ditetapkan dalam AD/ART yang telah ditetapkan
B. Derajat Identitas Nilai (Value Infusion)
Randall dan Svavand (2002) menyebutkan bahwa identitas nilai tidak hanya terlihat
pada pola arah kebijakan yang diperjuangkan, melainkan terlihat juga pada basis sosial
pendukung. PKB memiliki basis dukungan partai salah satunya yaitu organisasi internalnya
antara lain Gemasaba, Perempuan Bangsa dan Garda Bangsa. Organisasi sayap PKB ini
berdampak positif yaitu meringankan beban partai dalam melakukan kaderisasi. Selain itu,
perolehan suara yang diperoleh partai merupakan keberhasilan yang diraih oleh anggota
organisasi sayap melalui sosialisasi dan militansi. Hal tersebut membuktikan bahwa adanya
organisasi sayap yang memiliki ideologi yang sama dengan partai dapat menanamkan
identitas nilai nilai dan platform partai.
Selain itu, basis dukungan eksternal PKB adalah NU, hubungan yang baik dan era
antara keduanya ini memperkuat basis dukungan bagi PKB. Contohnya, salah satu tokoh
dari NU yang terkenal adalah Alm Abdurrahman Wahid yang menduduki kursi
kepresidenan pada tahun 1999. Identitas PKB di mata masyarakat masih erat dengan tokoh
para kyai dan NU, kharisma yang dimiliki oleh para kyai berpengaruh besar terhadap PKB
yang mayoritas dukungan massanya adalah santri, masyarakat NU, serta masyarakat yang
tinggal di pedesaan.
C. Derajat Otonomi (Decisional Autonomy)
Dalam derajat otonomi partai politik terdapat dua aspek yang penting yaitu keuangan
partai serta kemandirian dalam mengambil keputusan. Dalam AD/ART PKB BAB XII Pasal
30 tentang Keuangan dan Kekayaan Partai menyebutkan bahwa keuangan dan asset partai
berasal dari iuran anggota; Bantuan Negara, Usaha-usaha yang dilakukan oleh Partai;
Sumbangan yang sah dan halal serta tidak mengikat; dan Peralihan hak untuk dan atas nama
partai. PKB sudah dapat mandiri dalam keuangan partai dibuktikan dengan pemungutan
iuran anggota yang telah ditetapkan dalam AD/ART dan dilaksanakan oleh kader Partai
Kebangkitan Bangsa ini.
Kemandirian PKB dalam mengambil keputusan juga sudah baik, seperti contohnya
dalam pemilihan untuk menentukan calon eksekutif maupun legisatif yang di
musyawarahkan dengan matang dan melalui koordinasi kepada tingkat atas serta tokoh
masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemandirian PKB masih dengan intervensi
dari pihak eksternal maupun internal partai.

D. Derajat Pengetahuan Publik (Reification)


Reification merupakan upaya yang dilakukan oleh partai politik untuk menampakkan
citra baik di mata publik. Karena partai yang memiliki citra baik dapat mendapatkan
kepercayaan yang tinggi juga dari publik. Hadirnya fraksi PKB berperan krusial sebagai
kepanjangan tangan partai di legislatif untuk menyuarakan aspirasi masyarakat. Selain itu,
untuk membentuk citra baik, PKB merekrut kader yang memiliki modal sosial dan satu visi
misi salah satu contohnya yaitu kyai dan ulama. Tak hanya itu, pemanfaatan media daring
merupakan alat untuk menunjukkan citra baik partai maupun caleg PKB yang bertujuan
untuk memperoleh suara terutama milenial. PKB juga mengupayakan untuk melibatkan
masyarakat dalam kegiatannya contohnya yaitu pelaksanaan Harlah, adanya Musabaqoh,
majelis sholawat, serta kegiatan-kegiatan lainnya. Oleh karena itu, citra PKB di mata publik
baik dan jauh dari konflik.

IV.KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dianalisis
menggunakan teori pelembagaan partai politik oleh Vicky-Randall dan Lars-Svasand telah
sesuai. Derajat Kesisteman yang dilaksanakan oleh PKB sesuai dengan AD/ART PKB yang
telah dibuat contohnya yaitu demokrasi internal partai dan rekruitmen anggota serta pengurus
sesuai dengan AD/ART. Derajat Identitas Nilai PKB terlihat pada basis sosial pendukungnya,
organisasi sayap yang sesuai dengan ideologi partai, serta NU yang menjadi penyokong
lahirnya PKB memiliki peran dalam kaderisasi partai.
Derajat Otonomi Partai, keuangan PKB sudah baik karena telah gambling diatur dalam
AD/ART PKB. Tak hanya itu, PKB juga mandiri dalam pengambilan keputusan partai yang
diwarnai dengan intervensi eksternal dan internal partai. Derajat Pengetahuan Publik, PKB
telah memiliki citra baik di masyarakat hal tersebut didukung dengan baiknya kerja fraksi PKB
di kursi legislative dalam menyuarakan aspirasi rakyat serta kader PKB yang memiliki modal
sosial dan satu visi misi dengan partai. Hingga saat ini, PKB merupakan salah satu partai yang
dinilai baik oleh masyarakat serta jarang terjadi konflik maupun drama politik di dalamnya.
Dapat disimpulkan bahwa hingga saat ini PKB masih berproses untujk mewujudkan demokrasi
partai agar lebih baik, menjaga utuhnya partai serta tunduk terhadap AD/ART yang telah
disusun.

DAFTAR PUSTAKA
AD/ART PKB Hasil Muktamar PKB Nusa Dua Bali.

Biezen, Ingrid Van. (2003). Financing Political Parties and election campaigns-guidlines,

Council of Europe. Jerman, hlm. 11.

Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama hlm xi.

Fuady, Munir. (2010). Konsep Negara Demokrasi. Bandung:PT. Refika Aditama, hlm 2.

Randall, Vicky dan Lars Svasand. 2002. “Party Institusionalzation in New Democracies”

Dalam Jurnal Party Politics, Vol.8 No. 1. London: Sage Publication.

Ramadhanti, Rika. (2019). Partai Politik dan Demokrasi. Skripsi. Riau: Universitas Islam

Kuantan Singingi.

Romli, Lili. (2008). Kerangka Penguatan Partai Politik di Indonesia. Jakarta: Kemitraan

Setiadi, Fachri. (2019). Pelembagaan Partai Kebangkitan Bangsa di Kab. Kendal Tahun 2014-

2019. Skripsi. Semarang: UIN Walisongo.

Sumodiningrat, Gunawan. (2008). Mencintai Bangsa dan Negara : Pegangan Dalam Hidup

Berbangsa dan Bernegara di Indonesia. Jakarta: Ilmiah Populer.

Surbakti, Ramlan. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik.

Anda mungkin juga menyukai