Anda di halaman 1dari 25

BAB I GAMBARAN UMUM MATA KULIAH

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Mata Kuliah

Mata kuliah ini secara umum menyajikan bentuk sistem kepartaian dan

pemilihan umum dalam suatu sistem politik yang berlaku di suatu negara termasuk

di Indonesia. Deskripsi Mata Kuliah Fenomena ini diambil berdsarkan teori salah

satu mata kuliah kuliah Sistem Kepartaian dan Pemilu. Mata kuliah Sistem

Kepartaian dan Pemilu ini adalah salah satu mata kuliah wajib prodi yang

diwajibkan kepada para mahasiswa ilmu politik untuk menginputnya. Mata kuliah

ini dipelajari pada semester 4 dengan bobot 3 SKS. Mata kuliah ini menjelaskan

tentang konsep partai politik dan sistem kepartaian umum, pemilihan umum dalam

sistem politik yang terdapat dalam sebuah negara termasuk di Indonesia. Didalam

mata kuliah ini dijelaskan bahwa partai politik merupakan suatu kelompok yang

terorganisir yang angota anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita

yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan poltik dan

memperebutkan kedudukan politik dngan cara konstitusional. Sedangkan

pemilahan umum dijelaskan sebagai tolok ukur suatu Negara demokrasi.

Keberhasilan Negara demokrasi ditunjukan dari prosessnya menjalankan pemilihan

umum. Proses pemilihan umum yang dikatakan berhasil apabila diselenggarakan

dengan suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan

1
berserikat. Keberadaan partai politik dan sistem pemilu tidak dapat dipisahkan dari

negara demokrasi salah satunya ialah Negara indonesia. . Karena Indonesia adalah

salah satu negara di dunia yang menerapkan sistem demokrasi dalam sistem

pemerintahannyaDalam kajian teoritis dijelaskan pengertian partai politik yang

berkenaan dengan arti dan fungsi partai politik, klasifikasi atau tipologi partai

politik, dan hubungan partai politik dengan pemilihan umum. Selanjutnya dibahas

pula pengertian sistem pemilihan umum dan macam-macam sistem pemilihan serta

secara empirik sistem pemilihan umum yang berlaku di suatu negara dan

Indonesia. Melalui Mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan

menjelaskan konsep yang terkait dengan kepartaian dan sistem pemilihan umum

dan penerapannya dalam sistem politik di IndonesiaMata kuliah ini secara umum

menyajikan bentuk sistem kepartaian dan pemilihan umum dalam suatu sistem

politik yang berlaku di suatu negara termasuk di Indonesia. Selanjutnya dibahas

pula pengertian sistem pemilihan umum dan macam-macam sistem pemilihan serta

secara empirik sistem pemilihan umum yang berlaku di suatu negara dan

Indonesia. Sistem Kepartaian dan Pemilu tidak bisa dipisahkan darikajian praktek

demokrasi Barat yang dipakai oleh berbagai negara didunia termasuk di Indonesia.

Hubungan erat antara kajian demokrasi dan partai politik serta Pemilu ini,

disebabkan dalam teori demokrasi Barat disebutkan bahwa sebuah negara yang

mengaku menganutpaham demokrasi wajib memenuhi prasyarat utama, yakni

memberikankebebasan berdirinya partai politik dan memiliki serta mampu melak-

sanakan Pemilu secara berkala. Hal ini membuat kita harus menjelaskan bahasan

2
tentang kehadiran partai politik dan sistem Pemilu di berbagai negara juga dalam

perspektif teori-teori demokrasi yang dikemukakan oleh para ilmuwan politik dari

negara Eropa dan Amerika.Mata kuliah ini secara khusus akan membahas tentang

partai politik dan sistem kepartaian.Pada bagian ini akan diutarakan definisi partai

politik dan sejarah perkembangannya yang didalamnya akan dibahas definisi partai

politikmenurut para ahli dan peraturan perundangan yang berlaku di

Indonesia.Kemudian juga akan dijelaskan teori-teori yang mampu menjelaskan

penyebab lahirnya partai politik di berbagai negara. Fungsi-fungsi partai Sistem

Kepartaian dan Pemilihan Umum politik baik di negara demokrasi maju, negara

otoriter, dan totaliter juga akan dibahas di mata kuliah ini. Selanjutnya juga akan

dikemukakan model-model sistem kepartaian yang pernah dipraktekkan di

berbagai negara. Dalam buku ini secara khusus juga akan dibahas bagaimana

dinamika partai politik di Indonesia pra kemerdekaan dan era orde lama, era orde

baru, dan era reformasi.

1.2 Definisi Partai Politik

UU No 2 Tahun 2008 - Partai Politik adalah organisasi yang bersifat

nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela

atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela

kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara

keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

3
1.3 Tujuan Partai Politik

Tujuan partai politik adalah untuk meraih dan mempertahankan tahta

kekuasaan untuk mewujudkan rencana program yang telah disusun oleh mereka

sesuai ideologi yang dianut.Alat perekrutan pemilih Kehadiran partai politik sudah

merupakan sebuah gejala yang umum diberbagai negara, terutama di negara yang

mengaku menganutpaham demokrasi. Partai politik saat ini telah menjadi

organisasi utamaatau sarana yang sah untuk mengantarkan seseorang untuk

mendapat-kan jabatan politik yang dia inginkan. Selain itu, partai politik men-

jalankan fungsi-fungsi tertentu yang penting dalam penyelenggaraan sebuah

negara. Oleh karena sangat strategisnya peran partai politik disebuah negara, maka

seorang sarjana ilmu pemerintahan dan ilmu politik tentunya harus mengetahui dan

memahami berbagai hal yangberhubun gan dengan partai politik. Sistem kepartaian

didefinisikan sebagai keluruhan struktur partaipolitik yang ada di sebuah negara.

Klasifikasi sistem kepartaiansecara umum dibedakan berdasarkan jumlah partai

politik danukuran relatifnya pada sebuah negara. Jenis sistem kepartaianantara

lain : dua partai, dua partai dengan beberapa partai kecil,multi partai dengan satu

partai dominan dan multi partai tanpapartai dominan.

4
BAB II TEORI DAN KONSEP MATA KULIAH

2.1 Teori dan Konsep Mata Kuliah

Partai politik adalah suatu hal yang menjadi bagian dari pemilihan umum

yang tidak dapat dipisahkan. Partai politik dengan pemilihan umum sering di

asumsikan sebagai satu paket. Dalam Negara demokrasi partai politik sebagai

kontestan. Sedangkan pemilu membutuhkan partai politik sebagai sarana Memilih

wakil wakil dari partai poltik Miriam Budiardjo mendefinisikan partai politik

adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota anggotanya mempunyai orientasi,

nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh

kekuasaan poltik dan memperebutkan kedudukan politik dengan cara

konstitusional. Cara constitutional yang dimaksud ialah pemilihan umum.

Pemilihan umum sering disebut dengan ajang kontestasi politik dari para wakil

wakil partai politik. Kontestan yang menjadi pemenanglah yang akan mendapatkan

kekuasaan Partai politik merupakan organisaasi yang bersifat nasional yang

dibentuk oleh sekelompok warga negara secara sukarela karena adanya kesamaan

tujuan untuk membela dan memperjuangkan tujuan bersama. (UU RI No.2 tahun

2008 tentang partai politik) Carl J.Friedrich, menggatakan partai politik adalah

sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau

mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan

berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan

yang bersifat idiil serta materiil. Neuman, partai politik merupakan perantara yang

5
besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan

lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi. Giovanni Sartori, Partai Politik adalah

suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihan

umum, mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan

public. Sistem kepartaian di Indonesia mengalami perbedaan jika dilihat dari sudut

pandang sejarah politik. Perbedaan ini di antaranya akibat dari tipikal sistem politik

yang berlaku. Di Indonesia, secara bergantian, sistem politik mengalami sejumlah

perubahan dari Demokrasi Liberal tahun 1950 hingga tahun 1955, Rezim Politik

Otoritarian dari tahun 1959 hingga tahun 1965, Rezim Kediktatoran Militer dari

tahun 1966 hingga tahun 1971, Rezim Otoritarian Kontemporer dari tahun 1971

hingga tahun 1998 dan kembali menjadi Demokrasi Liberal dari tahun 1998 hingga

sekarang. Sistem kepartaian di Indonesia mengalami perubahan sesuai dengan

pergantian tipe sistem politik. Tipikal sistem kepartaian apa yang berlaku di suatu

negara, secara sederhana dapat diukur melalui fenomena pemilihan umum. Dari

sisi jumlah misalnya, suatu negara dapat disebut bersistem satu partai, dua partai,

atau multipartai, dapat dilihat dari berapa banyak partai yang ikut serta dalam

pemilu. Perkembangan perbedaan ideologi cukup fundamental sehingga sulit bagi

pemilih partai yang satu untuk berpindah ke partai lainnya. Ideologi yang

fundammental menentukan sistem kepartaian yang digunakan dalam suatu negara.

Demikian pula, di tingkatan parlemen, perbedaan ideologi tersebut membuat

sulitnya tercipta koalisi akibat perbedaan ideologi yang cukup tajam tersebut.

Sistem Partai Berkuasa adalah sistem kepartaian di mana di suatu negara terdapat

6
sejumlah partai, tetapi ada sebuah partai yang selalu memenangkan pemilihan

umum dari satu periode ke periode lain. Partai yang selalu menang tersebut

menjadi dominan di antara partai-partai lainnya, dilihat dari sisi basis massa,

dukungan pemerintah, maupun kemenangkan kursi mereka di setiap pemilihan

umum. Sistem Partai Berkuasa ini ada pada masa era Orde Baru, Golkar selalu

memimpin suara di tiap pemilu mulai dari tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992 dan

1997.

2.2 Peran Partai Politik

Sistem Kepartaian Sistem kepartaian dan partai politik merupakan 2 (Dua)

konsep yang berbeda. Sistem kepartaian menunjukkan format keberadaan antar

partai politik dalam sebuah sistem politik yang spesifik. Disebut sebagai spesifik,

oleh sebab sistem politik berbeda-beda di setiap negara atau di satu negara pun

berbeda-beda dilihat dari aspek sejarahnya. Sistem politik yang dikenal hingga kini

adalah Demokrasi Liberal, Komunis adalah sistem politik tertutup, di mana

kebebasan berorganisasi, termasuk mendirikan partai politik tidak ada. Di dalam

sistem politik komunis, biasanya hanya ada 1(satu) partai yang legal berdiri dan

memerintah, yaitu Partai Komunis. Partai identik dengan pemerintah. Partai-partai

lain ditiadakan dan jika pun terlanjur berdiri, akan dibubarkan. Negara-negara yang

masih menganut sistem politik komunis ini adalah Kuba, Korea Utara, dan Cina.

Di negaranegara tersebut, Partai Komunis adalah satu-satunya partai yang berkuasa

dan menganut sistem partai tunggal. Demokrasi Liberal adalah sistem politik yang

7
melakukan pembebasan warganegara untuk berorganisasi, mendirikan partai

politik, mengemukakan pendapat dan sejenisnya. Dalam Demokrasi Liberal, partai

politik dapat berkembang secara alami, bergabung antara satu partai dengan partai

lain secara sukarela, dan bebas melakukan oposisi terhadap kebijakan pemerintah.

Demokrasi Liberal kini dianut di negara-negara seperti Inggris dan Amerika

Serikat yang biasanya menganut sistem Dwi Partai. Otoritarian Kontemporer

adalah sistem politik di mana personalitas pemerintah (presiden dan

pendukungnya) sangat besar. Dalam Otoritarian Kontemporer, biasanya ada satu

partai dominan dan beberapa partai figuran. Sebuah partai politik adalah

organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan

umum. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-

anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Bisa juga di

definisikan, perkumpulan (segolongan orang-orang) yang seasas, sehaluan,

setujuan di bidang politik. Baik yang berdasarkan partai kader atau struktur

kepartaian yang dimonopoli oleh sekelompok anggota partai yang terkemuka. Atau

bisa juga berdasarkan partai massa, yaitu partai politik yang mengutamakan

kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggotanya. Tujuan kelompok ini ialah

untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik - (biasanya)

dengan cara konstitusionil - untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.

Keberadaan partai politik merupakan sesuatu yang tidak bisa dielakkan dalam

sebuah tatanan masyarakat modern dan berstruktur kompleks. Sebab partai politik

dianggap mempunyai kemampuan untuk menyalurkan partisipasi politik

8
masyarakat yang kompleks tersebut. Semakin kompleks sebuah masyarakat, maka

keberadaan partai politik akan semakin diperlukan sebagai penyalur aspirasi dan

penyalur partisipasi politik masyarakat. Tanpa adanya partai politik, kepentingan

dan partisipasi politik rakyat akan kurang tersalurkan. Miriam Budiarjo dalam

bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik (2009) mengartikan partai politik sebagai suatu

kelompok terorganisir yang anggota-anggotanyamemiliki orientasi, nilai-nilai, dan

cita-cita yang sama. Tujuan utama partai politik adalah untuk mendapatkan

kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional guna

melaksanakan programnya. Dalam program tersebut salah satunya mengandung

aspirasi yang berasal dari masyarakat. Bagi negara penganut demokrasi seperti

indonesia, keberadaan partai politik merupakan hal yang lumrah. Sebab partai

politik merupakan salah satu atribut dari sistem demokrasi itu sendiri. Meskipun

tidak memiliki wewenang untuk merumuskan kebijakan publik, keberadaan partai

politik tidak bisa dipandang sebelah mata. Kegiatan-kegiatan partai politik, baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat memengaruhi pemerintah selaku

perumus utama kebijakan publik.

2.3 Sejarah Lahirnya Partai Politik

Partai politik secara umum lahir dengan dua cara, yakni partai politik yang

lahir dari dalam parlemen (intra parlemen) dan partai politikyang lahir atau

dibentuk masyarakat di luar parelemen (ekstra par-lemen), yang dapat diuraikan

sebagai berikut:1. Partai Politik Intra ParlemenPartai politik pada awalnya tumbuh

9
di Inggris dan Francis Abadke 18 yang disebabkan meluasnya gagasan masyarakat

perlu ikut sertadalam proses politik termasuk menentukan wakil-wakilnya di

parlemen.Hal ini disebabkan kekecewaan masyarakat terhadap kinerja

parabangsawan yang menjadi anggota parlemen tidak mampu

menjadipenghubungan antara rakyat dan raja. Parlemen saat itu bersifat elitisdan

aristokratis untuk mempertahankan kepentingan bangsawan versusraja, sedangkan

kepentingan rakyat kurang diperhatikan. Oleh karenaitu sistem pemilihan anggota

parlemen yang pada mulanya berdasarkanjumlah harta kekayaan, yakni para

bangsawan yang punya banyakharta saja yang berhak menjadi anggota parlemen

diubah dengan syaratbaru yakni seseorang bisa terpilih menjadi anggota parlemen

jika iamendapat dukungan suara yang luas dari masyarakat. Disebabkan meluasnya

hak pilih masyarakat dalam menentukananggota parlemen tersebut, para anggota

parlemen “dipaksa” membuatorganisasi dari dalam parlemen, selanjutnya

memperluas jaringan orga-nisasinya ke tengah-tengah masyarakat guna

mendapatkan dukungansuara yang banyak untuk terpilih kembali menjadi anggota

parlemen.Di dalam parlemen Inggris saat itu sebenarnya sudah terdapat

duakelompok (faksi) yang memang selalu bersaing, yakni kelompokbangsawan

Inggris versus kelompok orang Irlandia. Kelompok bang-sawan Inggris

membentuk kelompok Torries dan kelompok orangIrlandia membentuk kelompok

Whig. Kemudian untuk memper-tahankan eksistensinya di parlemen, kelompok

Torries dan Whigtersebut mengembangkan sayap organisasinya dengan bergerak

keluarparlemen membuat kelompok pendukung dan organisasi massa. Padaabad

10
ke-19, dilangsungkan Pemilu I di Inggris yang diikuti oleh duaorganisasi, yakni

Torries dan Whig. Dengan ikut sertanya dua orga-nisasi yang didirikan oleh

kalangan parlemen tersebut dalam Pemilu,maka secara resmi lahirlah partai politik

dan pada masa selanjutnyaberkembang menjadi penghubung massa dan

pemerintah. Partai politikyang lahir dalam parlemen ini memiliki ciri-ciri

diantaranya meng-utamakan kemenangan dalam pemilu, mengutamakan jumlah

anggotadisiplin tidak ketat, bertindak semacam broker, dan mempunyaiprogam

tertentu.2. Partai Politik Ekstra ParlemenMenjelang Perang Dunia I, di dunia Barat

muncul juga partaiyang lahir didirikan oleh masyarakat yang berada di luar

parlemen.Partai politik ini didirikan masyarakat untuk memperjuangkan asasatau

ideologi tertentu, misalnya ideologi komunisme, sosialisme, fasisme,dan lain

sebagainya. Partai politik ini memiliki ciri mempunyai pandanganhidup (asas/

ideologi) yang jelas, anggotanya berdisiplin ketat danmemiliki ikatan yang kuat

dengan ideologi partai. Partai politik ini lahirdisebabkan adanya pembedaan dan

pertentangan dua ideologi. Pengertian Sistem Kepartaian menurut para ahli

Menurut Ramlan Subekti(1992) - Sistem Kepartaian adalah opola perilaku dan

interaksi diantara partai politik dalam suatu sistem politik.

Austin Ranney(1990)- Sistem Kepartaian adalah pemahaman terhadap karakteristik

umum konflik partai dalam lingkungan dimana mereka berkiprah yang dapat

digolongkan menurut beberapa kriteria.

11
Riswanda Imawan (2004)- Sistem Kepartaian adalah pola interaksi partai politik

dalam satu sistem politik yang menentukan format dan mekanisme kerja satu

sistem pemerintahan. Hague and Harrop(2004) - Sistem Kepartaian merupakan

interaksi antara partai politik yang perolehan suaranya signifikan. Sistem

Kepartaian Indonesia menganut sistem multi partai. Aturan ini tersirat dalam pasal

6A(2) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa presiden dan wakil presiden diusulkan

oleh partai politik atau gabungan partai politik. Frasa gabungan partai politik

mengisyaratkan paling tidak ada dua partai atatu lebih yang bergabung untuk

mengusung seorang calon pasangan presiden dan wakio presiden dan bersaing

dengan calon lain yang diusulkan partai-partai lain. Ini artinya sistem kepartaian di

Indonesia harus diikuti oleh minimal 3 partai politik atau lebih.

Sejak era kemerdekaan, sebetulnya Indonesia telah memenuhi amanat pasal

tersebut. Melalui Keputusan Wakil Presiden No X/1949, pemilihan umum pertama

tahun 1955 diikuti oleh 29 partai politik dan juga peserta independen.

Pada masa pemerintahan orde baru, Presiden Soeharto memandang terlalu

banyaknya partai politik menyebabkan stabilitas poltik terganggu, maka Presiden

Soeharto pada waktu itu memiliki agenda untuk menyederhanakan jumlah partai

politik peserta pemilu. Pemilu tahun 1971 diikuti oleh 10 partai politik dan pada

tahun 1974 peserta pemilu tinggal tiga partai politik saja. Presiden Soeharto

merestrukturisasi partai politik menjadi tiga partai(Golkar, PPP, PDI) yang

merupakan hasil penggabungan beberapa partai. Walaupun jika dilihat secara

12
jumlah, Indonesia masih menganut sistem multi partai, namun banyak ahli politik

menyatakan pendapat sistem kepartaian saat itu merupakan sistem kepartaian

tunggal. Ini dikarenakan meskipun jumlah partai politik masa orde baru memenuhi

syarat sistem kepartaian multi partai namun dari segi kemampuan kompetisi ketiga

partai tersebet tidak seimbang.

Pada masa Reformasi 1998, terjadilah liberasasi di segala aspek kehidupan

berbangsa dan bernegara. Politik Indonesia merasakan dampak serupa dengan

diberikannya ruang bagi masyarakat untuk merepresentasikan politik mereka

dengan memiliki hak mendirikan partai politik. Banyak sekali parpol yang berdiri

di era awal reformasi. Pada pemilu 1999 partai politik yang lolos verifikasi dan

berhak mengikuti pemilu ada 48 partai. Jumlah ini tentu sangat jauh berbeda

dengan era orba. Pada tahun 2004 peserta pemilu berkurang dari 48 menjadi 24

parpol saja. Ini disebabkan telah diberlakukannya ambang batas(Electroral

Threshold) sesuai UU no 3/1999 tentang PEMILU yang mengatur bahwa partai

politik yang berhak mengikuti pemilu selanjtnya adalah parpol yang meraih

sekurang-kurangnya 2% dari jumlah kursi DPR. Partai politikyang tidak mencapai

ambang batas boleh mengikuti pemilu selanjutnya dengan cara bergabung dengan

partai lainnya dan mendirikan parpol baru. untuk partai politik baru Persentase

threshold dapat dinaikkan jika dirasa perlu seperti persentasi Electroral Threshold

2009 menjadi 3% setelah sebelumnya pemilu 2004 hanya 2%. Begitu juga

selanjutnya pemilu 2014 ambang batas bisa juga dinaikan lagi atau diturunkan.

13
Sistem kepartaian dan partai politik merupakan 2 konsep berbeda. Sistem

kepartaian menunjukkan format keberadaan antar partai politik dalam sebuah

sistem politik spesifik. Disebut sebagai spesifik, oleh sebab sistem politik berbeda-

beda di setiap negara atau di satu negara pun berbeda-beda dilihat dari aspek

sejarahnya. Sistem politik yang dikenal hingga kini adalah Demokrasi Liberal,

Kediktatoran Militer, Komunis, dan Otoritarian Kontemporer. Demokrasi Liberal

adalah sistem politik yang melakukan pembebasan warganegara untuk

berorganisasi, mendirikan partai politik, mengemukakan pendapat dan sejenisnya.

Dalam Demokrasi Liberal, partai politik dapat berkembang secara alami,

bergabung antara satu partai dengan partai lain secara sukarela, dan bebas

melakukan oposisi terhadap kebijakan pemerintah. Demokrasi Liberal kini dianut

di negara-negara seperti Indonesia, Swedia, Inggris, Amerika Serikat, Filipina, dan

lain-lain. Komunis adalah sistem politik tertutup, di mana kebebasan berorganisasi,

termasuk mendirikan partai politik tidak ada. Di dalam sistem politik komunis,

biasanya hanya ada 1 partai yang legal berdiri dan memerintah, yaitu Partai

Komunis. Partai identik dengan pemerintah. Partai-partai lain ditiadakan dan jika

pun terlanjur berdiri, akan dibubarkan. Negara-negara yang masih menganut sistem

politik komunis ini adalah Vietnam, Kuba, Korea Utara, dan Cina. Di negara-

negara tersebut, Partai Komunis adalah satu-satunya partai yang berkuasa dan

boleh berdiri. Otoritarian Kontemporer adalah sistem politik dalam mana

personalitas pemerintah (presiden dan pendukungnya) sangat besar. Dalam

Otoritarian Kontemporer, biasanya ada satu partai dominan dan beberapa partai

14
“figuran.” Pemerintah mengontrol keberadaan partai-partai politik dan

mengintervensi jika terdapat masalah dalam struktur internal partai. Indonesia di

masa Orde Baru mencirikan hal ini, di mana Golkar menjadi partai dominan,

sementara PPP dan PDI selaku partai “figurannya.” Negara lain yang

memberlakukan sistem ini adalah Singapura dan Malaysia. Kediktatoran Militer

adalah pemerintahan yang dikuasai sebuah faksi militer. Kediktatoran Militer

biasanya muncul ketika militer menilai politisi sipil tidak mampu menyelesaikan

masalah yang telah berlarut-larut. Militer (salah satu faksinya) kemudian

melakukan kudeta dan langsung memerintah tanpa memperhatikan partai-partai

politik yang ada. Pemerintahan yang muncul ini menyerupai “darurat perang”,

sehingga mustahil partai politik dapat beraktivitas secara leluasa. Myanmar dan

Pakistan di bawah Jenderal Musharraf adalah contoh dari kediktatoran militer ini.

Sistem kepartaian adalah “pola kompetisi terus-menerus dan bersifat stabil, yang

selalu tampak di setiap proses pemilu tiap negara.” Sistem kepartaian bergantung

pada jenis sistem politik yang ada di dalam suatu negara. Selain itu, ia juga

bergantung pada kemajemukan suku, agama, ekonomi, dan aliran politik yang ada.

Semakin besar derajat perbedaan kepentingan yang ada di negara tersebut, semakin

besar pula jumlah partai politik. Selain itu, sistem-sistem politik yang telah

disebutkan, turut mempengaruhi sistem kepartaian yang ada. Sistem kepartaian

belumlah menjadi seni politik yang mapan. Artinya, tata cara melakukan klasifikasi

sistem kepartaian belum disepakati oleh para peneliti ilmu politik.

15
BAB III APLIKASI TEORI

3.1 Aplikasi teori dalam praktek

Sosialisasi Politik adalah proses yang melaluinya orang dalam masyarakat

tertentu belajar mengenali sistem politiknya. Proses ini sedikit banyak menentukan

persepsi dan reaksi mereka terhadap fenomena politik. Partai politik juga menjadi

penghubung mensosialisasikan nilai-nilai politik generasi satu ke generasi yang

lain. Pelaksanaan fungsi sosialisasi ini dilakukan dengan berbagai cara seperti

media massa, ceramah-ceramah, penerangan,kursus kader, penataran, dan

sebagainya. Sisi lain dari fungsi sosialisasi partai politik adalah upaya menciptakan

citra (image) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Fungsi ini bisa

dikaitkan dengan tujuan partai politik ingin menguasai pemerintahan melalui

kemenangan dalam pemilihan umum. Maka oleh itu partai politik berkepentingan

untuk mencari dukungan seluas-luasnya dan para pendukung tersebut mempunyai

solidaritas yang kuat terhadap partainya. Namun ada yang lebih tinggi nilainya jika

partai politik tersebut dapat menjalankan fungsi sosialisasi yang lebih penting yaitu

mendidik anggota-anggotanya menjadi manusia yang sadar akan tanggung

jawabnya sebagai warga negara dan menempatkan kepentingan pribadi dibawah

kepentingan nasional. Bahasa lainnya adalah partai politik harus mampu memupuk

identitas nasionalis dan integritas nasional. Sebagai Sarana Rekrutment Politik

Fungsi ini berkaitan dengan seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal

partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Dalam pilkada sambas

16
yang diadakan pada 9 desember 2020. Bisa dilihat berdasarkan Adapun sistem

rekrutmen calon kepala daerah oleh partai politik yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2015 Pasal 42. Calon kepala daerah didaftarkan oleh

partai politik ke KPU. Pada hari minggu tepatnya tanggal 6 september 2020

pasangan hero aldi rubaeti mendaftarkan diri ke kpu. Pasangan ini daftar dengan

didampinigi partai pengusungnya golkar dan PKB. Untuk diketahui, Golkar di

Sambas mempunyai 6 kursi dan PKB mempunyai 4 kursi sehingga telah memenuhi

persyaratan yang mana harus ada 9 kursi untuk mendaftar sebagai calon di KPU.

Partai golkar dan pkb telah menjalankan fungsinya dalam pilkada sambas yaitu

fungsi rekrutmen politik. PKB dan golkar mengusung pasanan hero rubaeti.

Sebagai persyaratan ia maju dalam pemilihan kepala daerah dan sebagai

kendaraannya dalam pilkada sambas 2020. Untuk maju dalam pilkada sambas

calon harus mendapatkan minimal syarat dukungan 20 persen suara parlemen atau

9 kursi di DPRD Kabupaten. Dan dengan diusung oleh kedua partai tersebut secara

otomatis mendapatkan dukungan tersebut dan telah memenuhi syarat. Pasangan

satonono dan fahru rafi yang di usung oleh gerindra dan PAN maju di pemilihan

kepala daerah sambas. Jumlah kursi DPRD yang dimiliki total kedua pertain ini

ialah 11 dan telah memnuhi persyaratan. Dukungan yang didaptkannya dari partai

Gerindra dan PAN menjadi kendaraannya dalam pilkada sambas. Menurut analisis

penulis perolehan dukungan yang di dapat satono dan fahru raffi telah menunjukan

fungsi partai politik dinegara berkembang aitu rekrutmen politik. Gerindra dan pan

merekrut satono dan fahru raffi sebagai calon bupati dan wakil bupati menandakan

17
bahwa rekrutmen politik telah berjalan. Sesuai dengan teori peran partai politik di

negara berkembang. Bakal calon bupati sambas Dr H Helman Fachri dengan

wakilnya yaitu darso pada hari Jumat 4 september 2020. Mendaftarkan diri ke kpu

sambas sebagai calon bupati. Beliau mendaftarkakn diri bersama Ketua DPC Partai

Nasdem Kabupaten Sambas dan Sekretaris PDI-P Sambas Ferdinand Sholihin, saat

mendaftarkan diri di KPU Kabupaten Sambas. Hal ini merupakan salah satu peran

partai nasdem dann PDI-P dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai sarana

rekrutmen politik. Partai PDIP-P dan Nasdem tentunnya telah menyeleksi bakal

calon tersebut dan sesuai dengan syarat berdasarkan undang undang. Pasangan ini

mendapatkan dukungan dari tiga partai yaitu partai Nasdem PDI-P dan partai

perindo. PKS, PPP, Dmokrat, Hanura. Mengusung H. Atbah Romin Suhaili dan Hj

Hairiah, S.H. M. H. Atbah Romin Suhaili dan Bakal Calon Wakil Bupati Hj

Hairiah, medaftarkan dirinya ke kpu sambas pada 9 September 2020. Beliau

mendaftar dengan di usung oleh 4 partai politik hal dan dinilai telah memnuhi

persyaratan yaitu mendapatkan minimal syarat dukungan 20 persen suara parlemen

atau 9 kursi di DPRD Kabupaten. Sebagaimana diketahui, saat ini masing-masing

partai tersebut memiliki wakil di DPRD Kabupaten Sambas. Dimana PKS

memiliki 4 kursi, PPP 2 kursi, dan Demokrat 3 Kursi dan hanura 3 kursi . Dalam

hal ini fungsi rekrutmen politik yang dijalankan oleh PKS, PPP, Dmokrat, Hanura

telah dijalankannya dengan mengusung atbh dan hairiah. Hal ini sesuai dengan

peran partai politik di ngara demokrasi. Setelah terpenuhinya syarat dan pendaftarn

ke kpu sambas dan kemudian ditentukannya nomor urut masing masing pasangan

18
calon oleh kpu. Pada tahap ini masing masing calon yang telah di usung partai

politik ditentukan nomor urutnya secara acak oleh kpu. Adapun pasangan calon

yang mendapat nomor urut 1 adalah pasangan calon Heroaldi Djuhardi Alwi dan

Hj Rubaety, yang diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan juga Partai

Golkar, dengan jumlah kursi di DPRD 10 kursi. Pasangan Satono-Fahrurrofi,

mendapat nomor urut 2. Paslon ini diusung oleh Partai Gerindra dan PAN. Dengan

total kursi di DPRD 11 kursi. Calon Bupati dan Wakil Bupati Sambas, Dr Helman

Fachri dan Darso, mendapatkan nomor urut 3. Pasangan ini di usung oleh Partai

Nasdem, PDI-P dan Perindo.nDengan jumlah kursi di DPRD 12 kursi. Dan

pasangan yang mendapat nomor urut 4 adalah pasangan petahana, Atbah Romin

Suhaili dan Hj Hairiah, yang di usung oleh PKS, PPP, Demokrat dan Partai

Hanura, dengan jumlah kursi DPRD sebanyak 12 kursi. Adapun hasil dari

penghitungan suara yang telah berhasil dilaksanakan oleh KPU sesuai dengan

undang undang diperoleh data sebagai berikut. (1) pasangan calon Heroaldi

Djuhardi Alwi dan Hj Rubaety memperoleh 72.765 suara atau sebanyak 25,94%

total suara. (2) Pasangan Satono-Fahrurrofi mendapatkan perolehan suara sebanya

85.830 atau 30,62% total suara. (3) Dr Helman Fachri dan Darso mendapatkan

perolehan suara sebanyak 55.346 atau 19,74% total suara (4) pasangan atbah romin

suahaili dengan Hj hairiah mendapatkan 66.491 suara atau 23,71% total suara. Jadi

bisa diketahui bahwa pasangan yang berhasil memenangkan kontestasi pilkada ini

ialah paslon no urut 2 yaitu satono dan ahru raffi yang diusung oeh pan dan partai

gerindra. Dengan terpilihnya satono dan fahru raffi yang diusung oleh partai

19
gerindra dan PAN diharapkan mampu membawa sambas kedepannya yang lebih

baik lagi Semakin baik kepala daerah yang terpilih dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya sebagai kepala daerah. Maka semakin baik pula fungsi rekrutmen

yang telah dijalankan oleh partai ini. Begitu pun sebaliknya apabila kepala daerah

yang terpilih yang diusung oleh partai ini tidak mampu mempertangung jawabkan

amanah yang telah dititipkan oleh rakyat berarti ada fungsi rekrutmennya telah

gagal. Hal ini dikarenakan dalam tahap rekrutmen bakal calon kepala daerah sudah

memiliki kriteria masing masing partai politik sesuaidengan AD/ART partai

tersebut. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader yang

berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai

yang mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan diri.

Dengan mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan

pimpinannya dan mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk masuk ke

bursa kepemimpinan nasional. Selain itu partai politik berkepentingan memperluas

atau memperbanyak keanggotaan. Maka ia pun berusaha menarik sebanyak-

banyaknya orang untuk menjadi anggota. Baik dari kalangan buruh, mahasiswa,

petani, pemuda, wanita dan sebagainya. Rekrutmen politik menjamin kontinuitas

dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara untuk menjaring dan

melatih calon-calon pemimpin. Ada berbagai cara untuk melakukan rekrutmen

politik, yaitu melalui kontak pribadi, persuasi, ataupun cara-cara lainnya. Sebagai

Sarana Pengatur Konflik (Conflict Management) Potensi konflik pada masyarakat

heterogen. sangat mudah terjadi, baik dari segi etnis (suku bangsa), sosial-ekonomi

20
, ataupun agama. Apabila keanekaragaman itu terjadi di negara yang menganut

paham demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dianggap hal yang wajar

dan mendapat tempat. Akan tetapi di dalam negara yang heterogen sifatnya,

potensi pertentangan lebih besar dan dengan mudah mengundang konflik. Disini

partai politik diperlukan untuk membantu mengatasinya, atau sekurang-kurangnya

dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal

mungkin. Elite partai dapat menumbuhkan pengertian di antara mereka dan

bersamaan dengan itu juga meyakinkan pendukungnya. Menurut pendapat seorang

ahli, Arend Lijphart ( 1968) : perbedaanperbedaan atau perpecahan ditingkat massa

bawah dapat diatasi oleh kerja sama di antara elite-elite politik. Dari hal ini dapat

disimpulkan bahwa partai politik dapat menjadi penghubung psikologis dan

organisasional antara warga negara dengan pemerintahannya. Selain itu partai juga

melakukan konsolidasi dan artikulasi tuntutan-tuntutan yang beragam yang

berkembang di berbagai kelompok masyarakat. Partai juga merektrut orang-orang

untuk diikutsertakan dalam kontes pemilihan wakil-wakil rakyat dan menemukan

orang-orang yang cakap untuk menduduki posisi-posisi eksekutif. Pelaksanaan

fungsi ini dapat dijadikan instrumen untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan

partai politik di negara demokrasi.

21
3.2 Aplikasi Teori dalam Penelitian

Teori partai politik menurut carlj fredich partai politik adalah sekelompok

manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau

mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan

berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan

yang bersifat idiil serta materiil. Teori sistem pemilihan umum menurut dieter

dahlen Dieter nohlen mendefinisikan sistem pemilihan umum dalam arti luas.

Dalam arti luas sistem pemilihan umum adalah segala proses yang berhubungan

dengan hak pilih, administrasi pemilihan dan perilaku pemilih Teori pilkada

menurut Haris G warren Harris G Warren juga memberikan pendapatnya terkait

Pilkada yakni kesempatan rakyat memilih pempimpin mereka. Serta memutuskan,

apa yang ingin pemerintah lakukan untuk mereka. Teori peran partai politik

dinegara berkembang menurut Miriam budiardjo Sebagai sarana komunikasi

politik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo,Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik (edisi revisi) Cetakan Ketiga. Jakarta :

PT.Ikra Mandiriabadi :2017 Thoha,Miftah. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan

Aplikasinya. Jakarta : Rajawali Pers: 2012 Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu

politik, Gramedia, Jakarta, 2008. Makmur keliat dkk. Selamatkan Pemilu Agar

Rakyat Tak Ditipu Lagi, the ridep institute. Jakarta. Muhammad Asfar, Mendesain

Managemen Pilkada, Surabaya: Surabaya Eurika, 2016. Titik Triwulan Tutik,

Konstruksi Hukum Tata Negara Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta: Prenada

MediaGroup,2010.https://pontianak.tribunnews.com

http://eprints.polsri.ac.id/356/3/BAB

%20II.pdf24k6cvgQ&redir_esc=y#v=onepage&q=pengertian%20pemilu

%20menurut%20para%20ahli&f=true

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/16892/F.%20BAB

%20II.pdf?sequence= 6&isAllowed=y https://kab-sambas.kpu.go.id

23
3.2 Aplikasi untuk penelitian

Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud di atas, penelitian ini akan

membatasi fokusnya pada hal-hal di seputar penguatan partai politik di Indonesia.

Beranjak pada kondisi obyektif yang terjadi pada partai politik, baik secara internal

dan eksternal, mempertajam kajian ini untuk mengidentifikasi kesenjangan dan

kebutuhan penguatan partai politik dan, secara lebih spesisik, usulan-usulan

penguatan yang dapat dilakukan pemerintah. Kajian ini memfokuskan pada

kepengurusan di tingkat pusat di masing-masing partai politik nasional di Jakarta.

Kepengurusan Pusat menjadi fokus karena partai politik melakukan pengambilan

keputusan di tingkat pusat. Hal ini menunjukkan karakter partai politik yang masih

tersentralisir di pusat. Kajian ini juga akan melihat dinamika partai politik di

tingkat daerah dengan memasukkan parpol di wilayah provinsi (Dewan Pengurus

Daerah), yakni Daerah Istimewa Yogyakarta (DI Yogyakarta). DI Yogyakarta

dipilih berdasarkan karakternya yang tercatat dalam Indeks Demokrasi Indonesia

(IDI) yang merupakan adalah daerah kedua setelah Jakarta yang memiliki skor IDI

tertinggi (skor 83.19). Selama tiga tahun terakhir, DI Yogyakarta menunjukkan

24
konsistensinya dalam tiga aspek demokrasi yang masuk di dalam indikator IDI,

yakni kebebasan sipil, hak-hak politik, dan lembaga demokrasi.

Peran Partai Politik

25

Anda mungkin juga menyukai