Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhamad Syauqi Al Fatah

Kelas : Ilmu Politik 2B


NIM : 11221120000058
Email : syauqi.alfatah22@mhs.uinjkt.ac.id

Tipologi dan Ideologi Partai Politik


Sebagai salah satu pilar demokrasi, partai politik atau parpol merupakan wadah
perjuangan bagi masyarakat untuk mewujudkan kehidupan politik yang lebih baik.
Masyarakat semestinya dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingannya melalui parpol.
Namun kenyataannya, keberadaan parpol tidak berbanding lurus dengan fungsi yang
diembannya. Parpol yang hadir masih dianggap sebagai masalah ketimbang solusi bagi
demokratisasi.

Dalam demokrasi, partai berada dan beroperasi dalam suatu sistem kepartaian tertentu. Setiap
partai merupakan bagian dari sistem kepartaian yang diterapkan di suatu negara. Dalam suatu
sistem tertentu, partai berinteraksi dengan sekurang-kurangnya satu partai lain atau lebih
sesuai dengan konstruksi relasi regulasi yang diberlakukan. Sistem kepartaian memberikan
gambaran tentang struktur persaingan di antara sesama partai politik dalam upaya meraih
kekuasaan dalam pemerintahan. Sistem kepartaian yang melembaga cenderung meningkatkan
stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan.

Tipologi Partai Politik


Era demokrasi modern saat ini, system politik multipartai dianggap sebagai suatu
keniscayaan dalam tatanan Negara dan pemerintahan. Sebagai sebuah skema politik,
keberadaan partai diharapkan dapat menjembatani dan mewakili berbagai spektrum politik
masyarakat dalam penentuan kebijakan yg dampaknya diterima semua pihak. Demokrasi dan
multipartai, bukanlah suatu fenomena eksklusif yg hanya tumbuh dan berkembang subur di
belahan dunia barat, namun menjangkau hamper semua kawasan dunia, termasuk Indonesia
tanpa terkecuali.
I. Definisi Partai Politik
Menurut Sigit Pamungkas, dalam buku Partai Politik Teori dan Partai Politik di Indonesia,
Tipologi ialah ilmu yang mempelajari tentang tipe-tipe. Tipologi ini digunakan untuk
melakukan klasifikasi tipe kepartaian, klasifikasi ini berbasis karakter partai, genus-spesies,
dan orientasi partai. Klasifikasi kepartaian berguna untuk memahami keragaman partai yang
sedang berlangsung disebuah negara, pola pembilahan sosial, dan pola perilaku partai serta
kecenderungan-kecenderungannya.
Menurut Ramlan Subakti, dalam buku Memahami Ilmu Politik Tipologi partai politik
ialah pengklasifikasian berbagai partai politik berdasarkan kriteria tertentu, seperti asas dan
orientasi, komposisi dan fungsi anggota, basis social dan tujuan. Klasifikasi ini dominan yang
bersifat ideal karena dalam kenyataan, tidak sepenuhnya demikian. Tetapi untuk
memudahkan pemahaman, tipologi ini sangat berguna. Sementara, yang tertera di dalam
KBBI, kata tipologi memiliki arti yaitu ilmu watak tentang bagian manusia dalam golongan-
golongan menurut corak dan wataknya masing-masing (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Salah satu cara sederhana untuk mengelompokkan partai adalah dengan melihat spektrum
kanan-kiri berdasarkan ideologinya. Partai sayap kiri seperti Komunis, mengajukan
pemerataan perbedaan kelas dengan menasionalisasikan industri-industri besar. Partai haluan

tengah-kiri seperti partai Sosial Demokrat di Eropa Barat mendukung walfare states namun
tidak menasionalisasikan industri. Partai haluan tengah seperti partai liberal swedia dan italia
umumnya liberal terhadap persoalan sosial, tetapi konservatif (pasar bebas) tentang ekonomi.
Partai haluan tengah-kanan seperti partai Kristen Demokrat Jerman ingin mengandalikan
(tetapi tidak menghancurkan) welfare state demi mendukung perusahaan bebas. Partai sayap
kanan seperti british conservative di bawah kepemimpinan Thatcter ingin membongkar
welfare state, menghancurkan kekuatan serikat pekerja, dan mempromosikan pertumbuhan
kapitalis yang kuat. Kini hampir setiap negara eropa mempunyai partai anti imigran dan
partai anti Uni-Eropa yang dianggap menyimpang jauh dari sayap kanan. Adapun swedia
memiliki sayap spektrum haluan politik yang lebih lengkap.( Michael G.Roskin, Roberth L.
Cord, dll, Pengantar Ilmu Politik).
Tipologi partai politik di Indonesia pada sekarang ini mulai berkembang seiring dengan
perkembangan waktu, pemikiran demokrasi dan juga partisipasi masyrakat dalam dunia
berpolitik. Muhadam Labolo dan Teguh Ilham menjelaskan dalam buku Partai Politik dan
Sistem Pemilihan Umum di Indonesia, Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan model partai politik, yaitu:
1. The electoral dimension.
2. The Interstof the party constitutency.
3. Party organization.
4. The party system.
5. Polici formation.
6. Polici implemantion.
Partai politik dapat diklasifikasikan berdasarkan tipologi tertentu yang sudah ada
ditentukan berdasarkan tipologi tertentu yang telah ditentukan kriterianya.
Dalam kaitanya dengan kriteria dalam kaitanya dengan kriteria dan peran idelogi, menurut
Austin Ranney yang di tulis kembali oleh Ikhsan Darmawan ada dua tipe partai politik:
1. Missionary Parties. Partai politik bertipe seperti ini lebih mengedepankan penyebaran
ideologi daripada memenagkan kursi atau jabatan dalam sebuah pemilihan umum. Untuk
kategori ini yang mana perubahan ideologi sangan tidak diinginkan. Contoh dari kategori ini
ialah Socialist Labor Party di Amerika Serikat.
2. Broker Parties. Partai politik tipe ini ialah kebalikan dari Missionary parties, yang mana
lebih mengedepakan untuk mendapatkan kursi atau jabatan dalam pemilihan umum daripada
mengejar jumlah pengikut atau orang yang percaya terhadap ideolgi partai politik. Bagi partai
politik bertipe ini biasnya ideologi dapat disesuaikan dengan kepentingan atau keinginan
masyrakat pada saat itu. Contoh dari tipe ini yaitu Partai Republik dan Partai Demokrat di
Amerika Serikat. (Ikhsan Darmawan, Mengenal Ilmu Politik h.133)
II. Metode Klasifikasi Tipologi
Partai Politik Pada dasarnya klasifikasi khusus untuk membagi partai dapat dilihat dari
beberapa faktor pendorong partai tersebut. Adapun Catur Wibowo menjelaskan dalam Partai
Politik: Teori dan Praktik di Indonesia, faktor pendorong terbentuknya partai politik, yaitu:
1. Adanya persamaan kepentingan atau persamaan pekerjaan sehingga muncul partai politik
yang memperjuangkan kepentingan atau pekerjaannya.
2. Adanya persamaan cita-cita tentang kenegaraan yang dianut sehingga mendorong lahirnya
beberapa partai politik yang masing-masing memperjuangkan idenya.
3. Adanya persamaan keyakinan agama yang dianut sehingga timbulah partai politik yang
memperjuangkan keyakinan agamanya masing-masing.
Dalam literatur ilmu politik, pada dasarnya terdapat tiga metode pengklasifikasian partai
politik yang pernah ditawarkan dan digunakan. Metode pertama ini paling sederhana, yaitu
dengan mendaftar tipe-tipe partai politik dan merinci karakter utama masing-masing partai.
Klasifikasi Katz dan Mair yang membedakan partai politik ke dalam empat tipologi, yaitu
elit, massa, catch-all, dan kartel. Lalu menemukan 13 aspek yang membedakan
masingmasing tipe partai politik masuk dalam metode ini.
Untuk metode ke dua ini, beberapa studi mengidentifikasi “genus” tipe partai politik dan
setelah itu menjabarkan seluruh tipe partai politik yang berkembang di setiap genus.
Penggunaan metode ini adalah klasifikasi Gunther dan Diamond yang mengembangkan lima
genus kemudian melahirkan 15 spesies. Genus partai politik yang kemudian menurunkan
spesies tertentu partai politik adalah partai berbasis elit, partai berbasis massa, partai berbasis
etnisitas, partai elektoralis, dan partai pergerakan. Genus partai berbasis elit merupakan genus
tertua dalam sejarah evolusi kepartaian. Sementara, genus partai pergerakan yang kemudian
menghasikan dua spesies partai, yaitu partai-partai libertarian kiri dan partai-partai post

industrial atau partai kanan ekstrim, adalah partai yang muncul di penghujung tahun 1900-an
dan awal tahun 2000-an. Menurut Sigit, Partai Politik Teori Dan Partai Politik Di Indonesia
(Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism, 2011), h. 24. Klasifikasi itu didasarkan
pada tiga hal, yaitu:
1. Sifat dari organisasi partai
2. Toleransi dan pluralistik
3. Orientasi programatik partai
Metode pengklasifikasian ketiga menggunakan dimensi yang lebih abstrak dalam
membedakan setiap partai politik. Dalam merumuskan ketiga orientasi atau tujuan
partamasuk dalam kluster yang mana dilihat dari: debat kebijakan di internal partai,
konsistensi asumsi posisi kebijakan, perilaku partai ketika pemilu, dan keberadaan
infrastruktur partai untuk mendukung kebijakan. (Ibid., 270)

III.Kriteria-Kriteria Tipologi Partai Politik


A. Asas dan Orientasi Publik Menurut Ramlan Surbakti dibagi menjadi 3 jenis yaitu partai
pragmatis, partai doktrinater dan partai kepentingan.
1) Partai Politik Pragmatis ialah partai politik yang menjalankan kegiatanya tidak
terikat atau tidak dilandaskan ideology atau asas tertentu. Artinya, partai politik ini
didasari pada siapa pemipinya, perubahan waktu, dan situasi akan juga mengubah
program kegiatan dan penampilanh partai politik tersebut. Jadi, program yang ada di
partai ini merupakan akibat dari adanya gagasan – gagasan umum yang dapat berubah
sesuai kepemipinanya, asasnya pun juga berdasarkan pada isu – isu politik yang
sedang hangat terjadi di masyrakat.
2) Partai Politik Doktriner ialah partai yang memiliki program dan kepentingan
konkret yang berdasarkan pada suatu ideologi tertentu. Ideologi yang dimaksud ialah
seperangkat nilai politik yang dirumuskan secara kongkrit dan sistematis yang
pelaksanaanya diawasi secara ketat oleh aparat partai. Pergantian kepemimpinan
mengubah gaya kepemimpinan pada tingkat tertentu, tetapi tidak merubah prisip dasar
partai, katena ideology partai sudah dirumuskan secara kongkrit dan partai ini
terorganisirkan secara ketat.
Contoh partai politik ini ialah partai komunis. Biasanya dianut oleeh negara yang
menggunakan sistem kepemimpinan otoriter.
3) Partai Politik Kepentingan ialah partai politik yang dibentuk atas dasar kepentingan
tertentu. Kepentingan tersebut dapat berupa atas dasar persamaan agama, etnis,
perkerjaan (Petani, buruh, dan lain – lain). Contoh partai politik kepentingan ialah
Partai Hijau di Jerman, Partai Buruh di Australia, dan Partai Petani di swiss.
B. Kompisisi dan Funsi Anggota Berdasarkan Komposisi dan fungsi anggota partai politik
dibedakaan atas tiga jenis, yaitu:
1) Partai Massa adalah partai yang mengutamakan dan mengandalkan jumlah yang
anggotanya. Banyaknya jumlah anggota disebabkan oleh karena partai ini merupakan
gabungan berbagai aliran politik yang sepakat berada dalam lindungan partai. Namun
terdapat kelemahan dari partai ini yaitu, longgarnya keterikatan anggotanya yang membuat
lemah, dan alotnya dalam proses pembagiaan kursi serta perumusan kebijakan karena
kepentingan setiap partai akan sangat kelihatan.
2) Partai Kader adalah partai yang tidak menitik beratkan kepada banyaknya jumlah anggota
melainkan lebih berfokus kepada pembentukan loyalitas dan disiplinya anggota sehingga
mampu terciptanya sebuah partai yang solid. Proses pembentukan loyalitas dan disiplin yang
tinggi sebagai cerminan dari proses seleksi anggota yang ketat. Namun terdapat beberapa
kelemahan dari partai ini, antara lain kurangnnya dukungan dari suara rakyat kelas bawah.
Sedangkan keuntunganya lebih effisein kerja partai, lebih dinamis dan biasanya dalam
pengakatan jabatan politik sering dipertimbangkan atau diperhitungkan.
Hal diatas merupakan penjelasan dari tipologi partai politik berdasarkan komposisi dan
fungsi anggota dimana sudah dijelaskan bawah tipe partai politik yang sangat cocok untuk
diklasifikasikan berdasarkan komposisi dan fungsi anggota yang mana ada dua tipe, yaitu
Partai Massa dan Partai Kader.

C. Basis Sosial dan Tujuan Berdasarkan basis sosial dan tujuanya partai politik dibagi
menjadi empat tipe yaitu:
1) Partai Politik yang memiliki anggota lapisan – lapisan sosial dalam masyarakat,
baik dari kelas atas, menengah hinga bawah.
2) Partai politik yang memiliki anggota dari banyaknya kelompok atau kalamgan
yang memiliki kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, dan pengusaha.
3) Partai politik yang anggotanya – anggotanya berasal dari penganut atau pemuluk
agama tertentu, seperti Islam, Katolik, Kristen, dan Hindu.
4) Partai Politik yang anggota – anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu,
seperti suku bangsa, bahasa, dan daerah tertentu.
Kenyataanya, sebagian besar parpol tidak hanya memiliki basis sosial dari kalagan tentu
saja, tetapi juga memiliki basis sosial dari berbagai kalangn dengan satu atau dua kelompok.
Pendukung partai demokrat di Amerika Serikat pada umumnya berasal dari kalangan mengah
dan bawah, berkulit hitam, dan katolik. Hal ini tidak berarti pendukung partai ini tidak ada
yang berasal dari kalangan atas, kulit putih, dan prostestan.
Sedangkan berdasarkan tujuanya partai politik dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
1) Partai perwakilan kelompok yang mana diartikan partai yang menghimpun
berbagai kelompok masyarakat untuk memnangkan sebanyak kursi dalam parlemen
seperti Barisan Nasional di Malaysia.
2) Partai pembinaan bangsa dapat diartikan partai yang bertujuan menciptakan
kesatuan nasional dan biasnya menindas kepentingan – kepentingan sempit seperti
Aksi Rakyat di Singapura.
3) Partai mobilisasi dapat diartikan partai yang berupaya memobilisasi masyarakat
kearah pecapian tujuan – tujuan yang ditetapkan oleh pemipin partai, namun
partisipasi dan perwakilan cendurung diabaikan. Seperti komunis di negara – negara
yang menagut paham komunis ini.
Daftar Pustaka
Pamungkas, Sigit. Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta: Insitute For
Democracy and Welafarism, 2011.
Subakti, Ramlan. Mehami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Granmedia Widiasarana Indonesia,
2010.
Labolo, Muhadam dan Teguh Ilham. Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di
Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015.
Darmawan, Ikhsan. Mengenal Ilmu Politik. Jakarta: PT: Kompas Media Nusantara, 2015.
Wibowo, Catur. Partai Politik: Teori dan Praktik di Indonesia. Jakarta Selatan: Indocamp,
2018.
Pamungkas, Sigit. Partai Politik Teori Dan Partai Politik Di Indonesia. Yogyakarta: Institute
for Democracy and Welfarism, 2011.
Michael G. Roskin, Roberth L. Cord, James A. Medeiros, Walter S. Jones. 2008. Pengantar
Ilmu Politik. Jakarta: Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai