Anda di halaman 1dari 5

Review Model Partai Politik “Party Models” Andre Krouwel

Oleh : Yong Irwana Indrajaya

Dalam jurnalnya yang berjudul Party Model, Andre Krouwel berupaya untuk mengkaji
penelitian-penelitan ilmiah sebelumnya terhadap partai politik yang kemudian memberikan
gambaran terkait model-model dalam partai politik. Temuan pertamanya ialah model partai
politik di Eropa Barat dan Amerika Serikat memiliki keterbatasan kapasitas perpindahan
terhadap konseptualisasinya. Kemudian, sebagian besar model partai terlalu menitikberatkan
terhadap aspek keorganisasiaannya dibandingkan tujuannya. Melalui pengkajiannya, Andre
menyatakan bahwa partai merupakan komunitas dengan struktur tertentu. Salah satu model yang
dikaji oleh Andre ialah Partai Modern yang memiliki karakteristik tertentu yg dapat dilihat dari
anatomi partainya. Selain struktur, terhadapat point-point lainnya yang penting untuk dimiliki
suatu partai yaitu, prinsip, kesamaan tujuan, dan perspektif beserta ideologi partai. Hal tersebut
dikarenakan fungsi dari partai politik yang luas seperti menjadi penghubung antara negara
dengan masyarakat sipil.

Andre melakukan pengkajian untuk klasifikasi partai menggunakan perspektif ilmu


politik yang membagi cara mengklasifikasikan partai menjadi tiga metode berdasarkan tujuan
dan kegunaannya. Metode pertama yang tergolong sederhana ialah untuk menjabarkan tipe-tipe
partai berdasarkan karakteristik utama yang terdapat pada partainya. Penjabaran tersebut dapat
melalui sudut pandang elite, mass, catch-all, dan cartel party yang dimiliki oleh partai tersebut.
Metode berikutnya ialah melalui ‘genera’ tipe partai dimana para akademisi berusaha mengkaji
sejarah dan perkembangan partai dari bentuk partai pendahulunya. Metode terakhir yang relatif
lebih abstrak ialah pengkajian partai melalui dimensi seperti vote-seeking, policy-seeking, dan
office-seeking nya partai tersebut dalam mencapai tujuannya. Andre juga berpendapat bahwa
setiap partai tidak selalu memiliki keunikan masing-masing, sebagian diantaranya hanya
pengulangan dan duplikat dari partai lainnya.

Semenjak kehadiran tipologi dan model dari partai politik yang kemudian berkembang
menurut konteks sosial-politiknya masing-masing, menyebabkan model partai menjadi beragam
dengan substansi dan fokus yang berbeda-beda. Dan seperti yang telah diutarakan sebelumnya,
sebagian besar partai terlalu berfokus kepada aspek organisasinya. Pendapat lainnya yang
terdapat di jurnal ini mendefinisikan partai sesuai dengan tingkatan profesionalitas, birokrasi,
institusi, dan efisiensi dari organisasi partai tersebut. Model partai juga membahas mengenai
rekrutmen para kader partai dalam hal fungsionaris ataupun representatifnya.

Beberapa model partai melibatkan aspek sosiologis dan karakteristik elektoralnya seperti
bentuk-bentuk representasi dari kelas sosial, agama, hingga etnis. Model partai yang termasuk
mass parties, elite parties, dan amateur parties, diklasifikasikan menurut kelas sosial kadernya.
Kelas sosial tersebut merujuk pada dominasi kelompok sosial. Menurut Andre, model partai
seharusnya tidak hanya menonjolkan salah satu aspek dalam partai politik saja, tetapi model
partai juga harus dapat dipahami sebagai suatu fenomena kompleks dengan berbagai komponen
di dalamnya. Komponen tersebut kemudian dapat mendefinisikan suatu model utuh dari partai
politik yang ada.

Salah satu deskripsi dari partai politik dicetuskan oleh Edmund Burke, ia mendefinsikan
partai sebagai kelompok representasi dari parlemen yang bersepakat untuk bekerja bersama
dengan prinsip serta tujuan yang sama. Definisi ini dijelaskan oleh Andre sebagai bentuk awal
partai politik yang sesuai dengan sistem demokrasi dengan kelas yang memiliki privileged dan
didominasi oleh laki-laki dibanding perempuan di dalam sistemnya. Definisi tersebut kemudian
berkembang menjadi konsep elite party model ataupun model partai elit. Partai ini umumnya
dipimpin oleh kader dengan status sosial dan ekonomi yang tinggi dibandingkan yang lainnya,
tetapi memiliki hubungan yang lemah dengan elektoralnya. Pada tingkat organisasi, partai elit
memiliki dua lapisan yaitu di konstituen dan di parlemen.

Model partai berikutnya yang berhasil didefinisikan oleh Andre adalah mass party model,
dimana pada model ini kekuatan politik berkebalikan dengan model sebelumnya yaitu elite party
model. Pada umumnya, mass parties dibentuk dan termobilisasi dengan segmentasi yang luas
dari para elektoral yang sebelumnya. Partai model ini berupaya untuk mencari integrasi dari
kelompok sosial yang sebelumnya tidak tergabung dalam sistem politik pada suatu daerah.
Tujuan utamanya ialah untuk mendistribusikan kekuatan sosial, ekonomi, dan politik hingga
partai model ini menuntut komitmen yang tinggi dari para anggotanya.

Model partai Mass Party telah terbukti sukses diimplementasikan di Eropa, dimana partai
tersebut dapat berhasil mengintegrasi pengikutnya masuk ke dalam sistem politik di negaranya.
Ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang baik dan kesejahteraan masyarakat yang sama
baiknya, berimplikasi terhadap kelompok yang dapat mewakili kelas menengah yang berisi
pekerja kerah putih, aparatur negara, dan pekerja manual. Berangkat dari urgensi tersebut, mode
partai mass party kemudian berevolusi menjadi model baru dengan perpaduan ideologi yang
kemudian menjadi model partai catch-all party model. Prinsip yang diterapkan pada modern
catch-all party model berbeda dengan yang tradisional, perbedaan tersebut terletak di pola pikir
partai yang lebih memfokuskan kepada keuntungan dan kerugian dari dukungan dan kebijakan
elektoral. Dalam aspek keorganisasian, mass party memiliki kesamaan karakteristik yaitu
luasnya dan tersentralnya birokrasi pada tingkat nasional. Variasi demokrasi yang
diimplementasikan oleh mass party lebih lanjut dikarakteristikan oleh representasi dan tokoh
politik yang terpilih yang dipadukan dengan kekuatan formal pada kongres nasional yang
dihadiri oleh para tokoh politik yang berpengaruh.

Selanjutnya, model yang dikemukakan oleh Andre ialah cartel party model, model ini
dapat dicirikan dengan kartel politik yang berusaha untuk menguasai dan mendominasi sistem
politik diantaranya melalui penguasaan kadernya di lembaga-lembaga publik. Hal ini merupakan
hasil dari absennya oposisi yang memiliki tujuan jelas dan dipadukan dengan konsensus terhadap
isu kebijakan yang penting, serta kompetisi politik yang secara keseluruhan hilang dari sistem
perpolitikan yang ada, kombinasi tersebut menghasilkan inter-party cartel. Jenis kartel partai
berikutnya adalah state-party cartel dimana para partai memisahkan dirinya dari pondasi sosial
yang berpengaruh kepada instabilitas politik.

Model partai terakhir yang dijelaskan di dalam jurnal Andre ialah business-firm party
model, partai dengan model ini menjadi fenomena terbaru yang terdapat di Eropa. Asal muasal
partai dengan landasan bisnis ini dapat dibagi menjadi dua, pertama perusahaan komersil yang
strukturnya memang ditujukan untuk tujuan politik serta yang satunya merupakan organisasi
terpisah yang khusus dikonstruksikan untuk kepentingan politik di masa yang akan datang.
Dalam aspek organisasi, business-firm party mendapatkan sumber dayanya melalui sektor swasta
yang membuatnya berbeda dengan cartel parties yang mendapatkan sumber dayanya dari
kegiatan-kegiatan politiknya. Namun tidak menutup kemungkinan juga bahwa business-firm
party mendapatkan dukungannya dari interest group.

Pada kesimpulannya, model dari partai yang dikemukakan oleh Andre Krouwel telah
menunjukan bahwasannya partai terutama partai politik merupakan suatu komponen politik yang
memiliki beragam dimensi dan memiliki pola nya masing-masing serta memiliki perkembangan
yang tidak memiliki arah yang tidak bisa ditentukan ataupun tidak linear. Adapun gagasan
tentang model-model partai politik yang diutarakan oleh Andre berdasarkan kajian empiris
dimana data-data yang ditemukan bersumber dari penelitian terdahulunya. Model-model yang
disampaikan oleh Andre juga mencakup seluruh model yang dapat mempermudah penelitian
berikutnya dalam mengkaji bentuk dari partai politik.
DAFTAR PUSTAKA

Katz, R. S., & Crotty, W. J. (Eds.). (2005). Handbook of party politics. Sage. Hal 249-270

Anda mungkin juga menyukai