Anda di halaman 1dari 13

B a b

PARTAI POLITIK

Tujuan Instruksional
a. Menjelaskan Peng.dan definisi b. Menyebutkan Sistem Kepartaian c. Menyebutkan Tujuan Parpol d. Menyebutkan fungsi Parpol Klasifikasi Parpol f. Menyebutkan Institusi Pengesahan Parpol

Pokok Bahasan Partai Politik I. Bahan Bacaan a. Budiardjo Miriam, Prof, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. b. .........................., 2005, Partai Politik dan Pemilu di Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI, Jakarta c. Raoef Maswadi Dr. Prof, 2000, Book Review Teori-Teori Politik, Pasca sarjana Ilmu Politik, Universitas Nasional, Jakarta. d. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Partai Bintang Reformasi, 2003, Strategi Pemenangan Pemilu, CV. Kembar Hari, Jakarta. II. Pertanyaan Kunci
a. Menjelaskan Peng.dan definisi b. Menyebutkan Sistem Kepartaian c. Menyebutkan Tujuan Parpol d. Menyebutkan fungsi Parpol Klasifikasi Parpol f. Menyebutkan Institusi Pengesahan Parpol

III. Tugas A. Sejarah Partai Politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan factor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjad penghubung antara rakyat disatu pihak dan pemerintah di pihak lain. Partai politik umumnya dianggap sebagai manifestasi dari suatu system politik yang sudah modern atau yang sedang dalam proses memodernisasikan diri. Maka dari itu, dewasa ini di negara-negara baru pun partai politik sudah menjadi lembaga politik yang biasa

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

di jumpai. Di negara-negara yang menganut faham demokrasi, gagasan mengenai partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis, bahwa rakyat berhak turut menentukan siapa-siapa yang akan menjadi pemimpin bangsa yang nantinya menentukan kebijaksanaan umum (public Policy). Di negara totaliter gagasan mengenai partisipasi politik rakyat didasari pandangan elite politiknya bahwa rakyat perlu di bimbing dan di bina untuk mencapai stabilitas yang langgeng. Untuk mencapai tujuan itu, partai politik merupakan alat yang baik. Pada permulaan perkembangannya di negara-negara Barat seperti, Inggris, Perancis, kegiatan politik pada mulanya dipusatkan pada kelompok-kelompok politik dalam parlemen. Kegiatan ini mula-mula bersifat elitis dan aristokratis, mempertahankan kepentingan kaum bangsawan terhadap-terhadap tuntutan raja. Dengan meluasnya hak pilih, kegiatan politik juga berkembang di luar parlemen dengan terbentuknya panitiapanitia pemilihan yang mengatur pengumpulan suara para pendukungnya menjelang masa pemilihan umum. Oleh karena di rasa perlu memperoleh dukungan dari berbagai golongan masyarakat, kelompok politik dalam parlemen lambat laun berusaha memperkembangkan organisasi massa, dan dengan demikian terjalinlah suatu hubungan tetap antara kelompok-kelompok politik dalam parlemen dengan panitia pemilihan yang memiliki faham dan kepentingan yang sama, dan lahirlah partai politik. Partai politik semacam ini menekankan kemenangan dalam pemilihan umum dan dalam masa antara kedua pemilihan umum biasanya kurang aktif. Ia bersifat patronage party ( partai lindungan) yang biasanya tidak memiliki disiplin partai yang ketat. Dalam perkembangan selanjutnya di Eropa Barat, timbul pula partai yang lahir di luar parlemen. Partai-partai ini bersandar pada suatu pandangan hidupatau ideology tertentu seperti sosialisme, Kristen democrat, dan sebagainya.Dalam partai semacam ini disiplin partai lebih kuat, sedangkan pimpinan pimpinan lebih bersifat terpusat. Di negara-negara jajahan partaipartai politik sering didirikan dalam rangka pergerakan nasional di luar DPR kolonial; Malahan partai-partai kadang-kadang menolak untuk duduk dalam badan legislative, seperti yang terjadi di India dan Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan dicapai dan dengan meluasnya proses urbanisasi, komunikasi massa, serta pendidikan umum, maka bertambah kuatlah kecendrungan untuk berpartisipasi dalam proses politik melalui partai.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

B. DEFINISI PARTAI POLITIK 1. Menurut Miriam Budiarjo, partai politik adalah : Suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik melalui cara yang konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan yang mereka miliki. Menurut Carl J. friedrich : Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan, berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil. 3. Menurut R.H. Soltau : Partai Politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka. 4. Menurut Sigmund Neumann : Partai Politik adalah dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan-galongan atau gaolongan-golongan lain yang mempunyai pandangan berbeda. Partai Politik berbeda dengan Movement (gerakan). Movement merupakan kelompok yang memiliki aktivitas melakukan perubahan dengan cara-cara politik, terbatas, fundamentil dan bersifat ideologis terhadap lembaga politik sedangkan partai politik merupakan lembaga yang aktivitasnya bertujuan untuk meraih kekuasaan politik.

C. TUJUAN PARTAI POLITIK

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

Tujuan yang diharapkan dalam mendirikan dan mengembangkan partai politik adalah : 1. Untuk menjadi wadah aktualisasi diri bagi warga negara yang memiliki kesadaran yang tinggi untuk ikut serta dalam partisipasi politik. 2. Untuk menjadi wadah agregasi kepentingan masyarakat 3. Untuk menjadi sarana dalam upaya meraih dan mempertahankan kekuasaan politik. 4. Untuk menjadi wadah berhimpun bagi masayrakat atau kelompok yang memiliki ideology dan kepenitngan yang sama. D. FUNGSI-FUNGSI PARTAI POLITIK Dalam menjalankan fungsinya, partai politik akan ikut ditentukan oleh kelompokkelompok dan tujuan yang ingin dicapai. Suatu partai revolusioner akan berjuang untuk merubah seluruh tatanan organisasi pemerintahan, kebudayaan masyarakt, dan system ekonomi dari suatu negara; dan apabila berhasil ia mungkin mengendalikan setiap kegiatan penting dalam masyarakat itu. Suatu partai konservatif dan tradisional, yang terjadi adalah sebaliknya yaitu hanya berusaha mempertahankan keadaan seperti apa Fungsi Partai Politik yang melekat dalam suatu partai politik adalah meliputi : Sosialisasi Politik Adalah fungsi sebagai proses melalui mana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana dia berada.Biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari kanak-kanak sampai dewasa (Miriam Budiarjo). Partisipasi politik Adalah fungsi yang dimiliki oleh partai politik untuk mendorong masyarakat agar ikut aktif dalam kegiatan politik. Biasanya dilakukan melalui indoktrinasi ideology, platform, asas partai kepada anggota, masyrakat yang ada dalam jangkauan partainya. Komunikasi Politik Fungsi ini adalah fungsi menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarkat berkurang. Di Inggris, komunikasi politik cenderung bersifat netral. Pers, Radio dan televisi yang menyelenggarakan diskusi politik dalam system radio dan televisi yang dikuasai oleh pemerintah dan pemerintah harus dibagi rata sehingga semua partai politik memperoleh kesempatan untuk tampil dalam media komunikasi tersebut (Miriam Budiarjo) Artikulasi Kepentingan Adalah fungsi menyatakan atau menyampaikan (mengartikulasi) kepentingan konstituen (masyarakat) kepada badan-badan politik dan pemerintah melalui
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

kelompok-kelompok yang mereka bentuk bersama orang lain yang meiliki kepentingan yang sama (Miriam Budiarjo). Bentuk artikulasi yang paling umum di semua system politik adalah pengajuan permohonan secara individual kepada anggota dewan kota, parlemen, pejabat pemerintah atau dalam masyarakat tradisional kepada kepala desa atau ketua suku. Idealnya, fungsi ini menjadi tugas partai politik untuk mengartikulasikannya. 5. Agregasi Kepentingan Adalah menjadi fungsi partai politik untuk memadukan semua aspirasi yang ada dalam masyarakat yang kemudian dirumuskan sebagai program politik dan diusulkan kepada badan legislative dan calon-calon yang diajukan untuk jabatanjabatan pemerintahan mengadakan tawar menawar dengan kelompok-kelompok kepentingan, dengan menwarkan pemenuhan kepentingan mereka kalau kelompok kepentingan itu mau mendukung calon tersebut ( Miriam Budiarjo). 6. Pembuat Kebijaksanaan Fungsi ini adalah fungsi yang dimiliki oleh partai politik setelah partai politik meraih dan mempertahankan kembali kekuasaan di dalam pemerintahan secara konstitusional. Kekuasaan dimaksud adalah kekuasaan di lembaga eksekutif maupun di legislative. Setelah memperoleh kekuasaan ini, maka partai politik memberikan pengaruhnya dalam membuat kebijaksanaan yang akan digunakan dalam suatu pemerintahan.

E. KLASIFIKASI PARTAI POLITIK 1. Klasifikasi partai politik dapat dilakukan dengan berbagai cara. Bila dilihat dari segi komposisi dan fungsi keanggotaanya, secara umum dapat dibagi : Partai Massa Partai massa mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota; oleh karena itu biasanya terdiri dari pendukung-pendukung dari berbagai aliran politik dalam masyarakat yang memiliki ideology dan tujuan yang sama.Kelemahan dari partai massa ini adalah bahwa masing-masing aliran atau kelompok yang menjadi anggotanya cenderung untuk memaksakan kepentingan masing-masing, sehingga persatuan partai menjadi lemah atau hilang sama sekali sehingga salah satu golongan memisahkan diri dan mendirikan partai baru (Miriam Budiarjo). Partai Kader Kekuatan partai ini adalah terletak pada keketatan organisasi dan disiplin kerja dari anggota-anggotanya. Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan seleksi terhadap calon anggotanya dan memecat anggota yang menyeleng darigaris partai yang telah
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

ditetapkan. 2. Klasifikasi lainnya menurut sifat dan orientasi, partai politik dapat dibagi dalam dua (2) jenis : a. Partai Lindungan (Patronage Party) Partai lindungan umumnya memeiliki organisasi nasional yang kendor (sekalipun organisasi di tingkat local cukup ketat), disiplin yang lemah dan biasanya tidak terlalu mementingkan pemungutan iuran secara teratur. Maksud utamanya ialah memenangkan pemilihan umum untuk anggota-anggota yang dicalonkannya; karena itu hanya giat menjelang masa-masa pemilihan umum. Partai Demokrat dan Partai Republik di Amerika Serikat merupakan contoh dari partai semacam ini (Miriam Budiarjo). b. Partai Ideologi atau Partai Azas ( Weltanschauungs Partei atau programmatic party) Partai ideology atau partai azas (sosialisme, fasisme, Komunisme, KristenDemokrat) biasanya mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam kebijaksanaan pimpinan dan berpedoman pada disiplin partai yang kuat dan mengikat. Terhadap calon anggota diadakan saraingan, sedangkan untuk menjadi anggota pimpinan disyaratkan lulus melalui beberapa tahap percobaan. Untuk memperkuat ikatan bathin dan kemurnian ideology, maka dipungut iuran secara teratur dan disebarkan organ-organ partai yang memuat ajaran-ajaran serta keputusan-keputusan yang telah dicapai oleh pimpinan (Miriam budiarjo) 3. Klasifikasi Partai politik menurut jumlah system partai yang ada dalam suatu negara. Klasifikasi ini dikemukakan oleh Marice Duverger dalam bukunya yang terkenal dengan nama political Parties, yaitu : a. Sistem Partai Tunggal (One-Party System) Adalah system yang dipakai oleh negara baru merdeka, negara multi etnis, dan negara komunis. Tujuannya adalah untuk menghindari terjadaninya gejolakgejolak social politik yang menghambat usaha-usaha pembangunan atau untuk mengintegrasikan aneka golongan yang ada dalam suatu negara. Partai tunggal yang dimaksud adalah bahwa dalam suatu negara tersebut hanya ada satusatunya partai politik yang mempunyai kedudukan dominan diantara partai lain/beberapa partai lainnya, sehingga tidak ada kompetisi partai politik dalam pemilu. Negara negara yang menganut system partai tunggal ini adalah antara lain : beberapa negara Afrika (Ghana di masa pemerintahan Nkumah, Guinea, Mali Pantai Gading), Eropa Timur dan RRC. Negara yang paling berhasil menerapkan system ini adalah Uni Soviet. Negara ini menganggap oposisi adalah penghianatan. Partai Tunggal serta organisasi yang bernaung di bawahnya berfungsi sebagai pembimbing dan penggerak masyarakat dan menekankan perpaduan dari kepentingan partai dengan kepentingan rakyat secara menyeluruh. b. Sistem Dwi Partai (Two Party System)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

Sistem ini diartikan bahwa dalam suatu negara menganut dua partai politik atau adanya beberpa partai tetapi hanya dua partai yang memiliki peranan yang dominan. Negara yang memiliki cirri-ciri menganutnya system ini adalah Inggris, Amerika Serikat dan Pilipina. Partai ini di bagi dalam dua partai yaitu ada partai yang berkuasa (menang dalam pemilu) dan partai oposisi (kalah dalam pemilu). Partai yang kalah berperan sebagai pengecam utama tapi yang setia (loyal Opposition) terhadap partai pemenang pemilu di pemerintahan. Dalam pemilu, kedua partai ini berusaha meraih suara pemilih terapung/pemilih mengambang (floating vote). Sistem dwi partai pernah disebut a Convenient system for contented people dan memang kenyataanya ialah bahwa system dwi partai dapat berjalan baik apabila terpenuhi tiga (3) syarat, yaitu : 1) Kompoisi masyarakat adalah homogen (social homogenenity) 2) Konsensus dalam masyarakat mengeni azas dan tujuan social yang pokok (political consensus) adalah kuat, 3) Adanya kontinuitas sejarah (Histotrical Continuity) (Peter G.J. Pulzer, 1967) Negara yang menjalankan secara utuh (ideal) system ini adalah Inggris. Di Inggris terdapat dua partai politik yaitu, Partai Buruh dan Partai Konservatif. Perbedaan keduanya adalah Partai buruh lebih condong melaksanakan program pengendalian dan pengawasan dari pihak pemerintah, sedangkan Partai Konservatif lebih cenderung memilih cara-cara kebebasan berusaha. Disamping kedua partai tersebut, terdapat juga partai liberal. Posisinya adalah sebagai rebutan untuk koalisi kedua partai jika tidak menang lebih dari 50% di tambah satu (1). Dalam pemilihan umum. Sistem dwi partai umumnya diperkuat dengan digunakan system pemilihan Single Member Constituency ( Sistem Distrik) dimana dalam setiap daerah pemilihan hanya dapat dipilih satu wakil saja. Sistem Pemilihan ini mempunyai kecendrungan untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan partai kecil, sehingga dengan demikian memperkokoh system dwi partai dimana ada (Miriam Budiarjo). c. Sistem Multi partai (Multi-Partay System). Penyebabnya adanya Sistem banyak partai ini adalah karena adanya aneka ragam suku, agama, ras dan golongan yang ada dalam suatu negara. Negaranegara yang menganut system ini adalah antara lain, Indonesia, Malyasia, Belanda, Perancis, Swedia dan sebagainya. Dalam system ini tidak ada partai politik yang memiliki suara mayoritas di Parlemen, oleh karenanya harus melakukan koalisi agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil. Dalam imlementasinya pemerintahan yang demikian ini harus selalu mengutamakan musyawarah dan kompromi. Namun apabila terdapat satu partai yang dominan, stabilitas politik dapat lebih di jamin. India sering dikemukakan sebagai negara dimana terdapat dominasi satu partai (one party dominance), tetapi karena suasana kompetitif maka pola dominasi sesetiap waktu dapat berubah. Hal ini terlihat dari pasang surutnya
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

partai kongres. Partai ini sejak jaman kolonial menguasai kehidupan politik India. Jumlah wakilnya dalam DPR melebihi jumlah total wakil-wakil partai lainnya, dan karena itu sering disebut one and a half party system (system satu setengah partai). Sekalipun Partai Kongres sesudah meninggalnya Jawaharlal Nehru dan terutama sesudah pemilihan umum 1967 mengalami kemunduran antara lain karena keretakan dlam tubuhnya sendiri, akan tetapi tetap merupakan partai politik yang penting. Apalagi setelah Ny. Indira Gandhi memperoleh kemenangan yang meyakinkan dalam pemilihan umum 1971, dan dalam bulan juni 1975 memerintah atas dasar keadaan darurat (SOB) (Miriam Budiarjo). Pola multi partai umumnya diperkuat oleh system pemilihan Perwakilan Berimbang (Proportional Representation) yang memberi kesempatan luas bagi pertumbuhan partai-partai dan golongan-golongan kecil. Melalui system ini partai-partai kecil dapat menarik keuntungan dari ketentuan bahwa kelebihan suara yang diperolehnyadi suatu daerah pemilihan dapat ditarik ke daerah pemilihan lain untuk menggenapkan jumlah suara yang diperlukan. F. PARTAI POLITIK DI INDONESIA Partai politik pertama-tama lahir dalam zaman kolonial sebagai perwujudan bangkitnya kesadaran nasional. Dalam suasana itu semua organisasi, apakah dia bertujuan social (seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah) ataukah yang terang-terangan azas politk/agama (Serikat Islam dan partai Katolik) atau azas politik/sekuler (PNI dan PKI), memainkan peranan penting dalam pergerakan nasional. Pola kepartaian masa ini menunjukkan keanekaragaman, pola mana diteruskan dalam masa merdeka dalam bentuk system multi-partai. 1. Perkembangan Partai politik Perkembangan partai politik di Indonesia dimulai sejak Pemerintah Hindia Belanda mencanangkan politik etis pada tahun 1908, dan berdiri organisasi kemasyarakatan yang merupakan pelopor berdirinya parpol di Indonesia, yaitu Boedi utomo. Kenmudian sesudah kemerdekaan, dengan Maklumat Wakil Presiden No. X, 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah 3 November 1945, Indonesia menganut system multi partai, yang di tandai dengan munculnya 25 partai politk. Menjelang pemilu 1955 (Herbert Feith, 1999) yang berdasarkan demokrasi liberal, terdapat lebih dari 29 partai politik maupun peserta perorangan. Pada masa itu diberlakukan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dilakukan penyederhanaan system kepartaian Indonesia, dengan Penpres No. 7/1959 dan Perpres No. 13/1960, mengatur tentang pangakuan, pengawasan dan pembubaran partai politik. Kemudian pada 17 Agustus 1960, PSI dan Masyumi dibubarkan. Tanggal, 14 April 1961 diumumkan hanya 10 partai mendapat pengakuan, masing-masing adalah PNI, NU, PKI, PSII, PARKINDO, Partai Katolik, PERTI, MURBA, dan PARTINDO (Deklarasi Bogor, 1964). Pada tanggal 12 Maret 1966, PKI dibubarkan, dan dimulai usaha pembinaan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

partai-partai politik. Tanggal 20 Februari 1968 didirikan PARMUSI (Partai Muslimin Indonesia) sebagai langkah peleburan dan penggabungan ormas Islam yang sudah ada tetapi belum tersalurkan aspirasinya (dengan massa pendukung Muhammadiyah, HMI, PII, Al Washliyah, HSBI, Gasbindo, PUI, dan IPM). Pada tanggal, 9 Maret 1970, terjadi pengelompokan partai, dengan terbentuknya Demokrasi pembangunan yang terdiri dari PNI, Partai Katolik, Parkindo, IPKI, dan Murba. Kemudian tanggal, 13 Maret 1970, terbentuk kelompok persatuan pembangunan yang terdiri dari NU, Parmusi, PSII, dan Perti. Dan ada pula kelompok fungsional yang dimasukkan dalam salah satu kelompok tersendiri yang kemudian disebut dengan Golongan Karya. Akhirnya dalam Pemilu 1977, terdapat 3 peserta, yaitu dua partai politik yaitu PDI dan PPP dan satu Golongan Karya. Hingga Pemilu tahun 1997, pada masa pemerintahan Orba, peseta pemilihan umum hanya 2 parpol dan satu Golkar. Selama masa Pemerintahan Orba, Golkar selalu memenangkan Pemilu. Walaupun secara akumulatif Golkar menang di Pemilu 1997, akan tetapi rakyat tidak puas dengan keadaan tersebut, karena pemerintahan yang korup, dengan hanya mementingkan KKN konglomerat dan keluarga Presiden Soeharto. Akhirnya mahasiswa, pelajar, dan masyarakat bangkit mendemo pemerintah serta mendesak DPR agar melaksanakan perubahan secara total di segala bidang. Mahasiswa turun ke jalan memprotes KKN, menghendaki reformasi ekonomi, politik secara menyeluruh. Protes dan demo mahasiswa mencapai puncaknya pada awal Mei 1998, yang diakhiri dengan turunnya Soeharto sebagai Presiden pada tanggal, 21 Mei 1998. Kemudian pada tahun 1999, diadakan pemilu, menjelang pemilu 1999, terdaftar 100 peserta parpol, akan tetapi yang memenuhi syarat ada 48 parpol yang lolos verifikasi sebagai peserta pemilu (B.N. Marbun, 2002) 2. Persyaratan Pendirian Partai Politik di Indonesia Dalam pendirian suatu partai politik menurut Pasal 2 UU No. 31 tahun 2002, tentang Partai Politik adalah meliputi : a. Partai Politik didirikan dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya 50 orang Warga Negara RI yang telah berusia 21 tahun keatas dengan akta notaries. b. Akta Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Kepengurusan Tingkat Nasional. c. Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus didaftarkan pada Departemen Kehakiman dengan syarat : 1) Memiliki akta notaries pendirian partai politik yang sesuai dengan UUD 1945 Negara RI dan peraturan Perundang-undangan lainnya. 2) Mempunyai Kepengurusan sekurang-kurangnya 50 % dari jumlah provinsi, 50 % dari jumlah kabupaten/kota pada setiap provinsi yang bersangkutan, dan 25 % dari jumlah kecamatan pada setiap
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

kabupaten/kota yang bersangkutan. 3) Memiliki nama, lambing dan tanda gambar yang tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambing dan tanda gambar partai politik lainnya, dan 4) Memiliki Kantor yang tetap. Pasal 3 UU No. 31 tahun 2002, tentang Partai politik, berbunyi : 1. Departemen Kehakiman dan HAM menerima pendaftaran pendirian partai politik yang telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2. 2. Pengesahan Partai Politik sebagai Badan Hukum dilakukan oleh Menteri Kehakiman selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah penerimaan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 3. Pengesahan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diumumkan dalam berita negara RI. Pasal 4 UU No. 31 tahun 2002, tentang Partai Politik yaitu : Dalam hal perubahan Anggaran Dasar(AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), nama, lambing, dan tanda gambar partai politik didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM. 3. Lembaga pelaksana Verifikasi Partai Politik Lembaga yang berwenang melaksanakan verifikasi partai politik di Indonesia adalah ditetapkan sebagai berikut : a. Departemen Kehakiman dan HAM Pusat dan Daerah Verifikasi Departemen Kehakiman dan HAM tingkat pusat dan daerah adalah : 1) Verifikasi Tingkat Pusat : Pengiriman surat pemberitahuan bagi yang memenuhi syarat Verifikasi Kantor DPP parpol Evaluasi hasil verifikasi Penggabungan hasil verifikasi pusat dan daerah Penelaahan hasil verifikasi pusat dan daerah oleh tim pusat. Pengumuman parpol yang dinyatakan sah sebagai badan hukum 2) Verifikasi Tingkat Daerah : Pengiriman data dan daftar parpol oleh tim verifikasi pusat kepada tim daerah Pengiriman pemberitahuan kepada parpol yang akan diverifikasi Verifikasi kepengurusan parpol daerah dengan mendatangi kantor DPW dan DPC sesuai jadwal. Pelaporan tim daerah dengan pengecekan oleh tim pusat.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

daerah oleh tim pusat. sebagai badan hukum.

Pengiriman hasil verifikasi daerah ke pusat. Penelaahan hasil gabungan verifikasi pusat dan Pengumuman parpol yang dinyatakan sah

b. Lembaga Komisi Pemilihan Umum Pusat, Provinsi dan Kabupaten. Setelah mendaftar (mengembalikan formulir yang telah diisi beserta kelengkapannya), ada dua jalan yang dilalui parpol di KPU. b. Bagi partai politik yang telah lolos Electoral Threshold dalam pemilu 1999 hanya akan diberlakukan 2 syarat yaitu, menyerahkan SK dari Departemen Kehakiman dan HAM yang mengesahkan sebagai badan hokum dan menyerahkan nama dan tanda gambarnya (dalam ukuran 10 cm x 10 cm, berwarna) c. Bagi partai politik yang tidak lolos electoral threshold dan partai baru akan diberlakukan penelitian dan verifikasi. Verifikasi akan dilakukan dalam dua tahap yaitu verifikasi Administratif dan verifikasi factual, yaitu : 1) Verifikasi administrasi, meliputi penelitian keabsahan: a. Surat pendaftaran partai politik b. Salinan Surat Menkeh dan HAM, ttg pengesahan parpol. b. Surat pernyataan pimpinan parpol ttg jumlah pngurus tkt propinsi sekurangnya 2/3 dari jumlah seluruh propinsi. c. Surat pernyataan pimpinan parpol ttg jumlah pngurus tkt Kab/kota sekurangnya 2/3 dari jumlah seluruh kab/kota. d. Surat pernyataan memiliki anggota sekurang-kurangnya 1000 dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan di Kab/kota. e. Surat Keterangan domisili kantor tetap dan dokumen yang sah. f. Nama dan tanda gambar yang partai politk. 2). Verifikasi Faktual, meliputi penelitian dan pengecekan kebenaran data mengenai : a. Jumlah dan susunan kepengurusan partai di tingkat propinsi sekurangnya 2/3 dari jumlah seluruh propinsi. b. Jumlah dan susunan kepengurusan tingkat Kab/kota sekurangnya 2/3 dari jumlah seluruh kab/kota. c. Jumlah anggota sekurang-kurangnya 1000 dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan di Kab/kota. d. Domisili kantor tetap dan dokumen yang sah.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

Penelitian factual dilakukan dengan cara : a. KPU kab/kota mengambil dan meneliti secara acak 10 % dari seluruh nama anggota parpol pada kepengurusan kab/kota yang berjumalh diatas 100 orang anggota. b. Bagi yang anggotanya di bawah 100 orang dilakukan secara tidak acak. c. Bial ada kekeliruan diberi waktu perbaikan selambat-lambatnya 3 hari. d. KPU meneliti kembali dan apabila masih terdapat kesalahan, maka partai tersebut dinyatakan tidak memenuhi syarat di kab/kota yang bersangkutan. e. Untuk melakukan penelitan syarat parpol menjadi peserta pemilu; KPU, KPU Propinsi, dan KPU kab/kota membentuk kelompok kerja. Tata Cara verifikasi Faktual di Tingkat provinsi : Aspek yang diverifikasi penelitain factual oleh KPU Provinsi meliputi pengecekan kebenaran : a. Data Kepengurusan lengkap parpol di provinsi berdasarkan SK pimpinan Parpol tingkat pusat. b. Surat Keterangan domisili kantor tetap. Tata Cara verifikasi Faktual di Tingkat Kabupaten/kota : Aspek yang diverifikasi penelitain factual oleh KPU Kab/kota meliputi pengecekan kebenaran : a. Data Kepengurusan lengkap parpol di provinsi berdasarkan SK pimpinan Parpol tingkat pusat. b. Jumlah anggota sekurang-kurangnya 1000 orang atau 1/1000 dari jumlah penduduk di kab/kota yang bersangkutan. c. Surat Keterangan domisili kantor tetap dari kecamatan yang dilampiri dengan dokumen yang sah. Tujuan Umum Partai politik di Indonesia saat ini adalah : a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945. b. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasrkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam NKRI c. Mewujudkan kesejahtraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan khusus Partai Politik Indonesia adalah : Memperjuangkan cita-cita dalam kehidupan, berbangsa dan bernegara (UU Parpol No. 31/2003).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

Sedangkan fungsi Partai politik menurut UU No. 31, tentang Partai politik adalah sebagai sarana : a. Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi WN RI yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. b. Penciptaan iklim yang kondusif serta sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa untuk menyejahtrakan masyarakat. c. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara. Partisipasi politik WN; dan reckruitmen politk dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Kasus

Zainudin dan Zaenal Akar Konflik PBR


Menurut Sekretaris Jenderal Partai Bintang Reformasi (PBR) kubu Zaenal Maarif, Migdat Husein jika kedua kubu memaksakan Zaenudin atau Zaenal menjadi calon ketua umum, maka PBR potensial muncul konflik. "Zaenudin dan Zaenal itu akar konflik, kami berharap ada nama baru yang ditawarkan selain kedua itu untuk menjadi ketua umum PBR yang baru hasil islah,"ujar Migdat. Nama baru yang ditawarkan ini antara lain, Djafar Bajeber dari Kubu Zaenal, Bursah Zarnubi, Mahendradata atau Ade Nasution. "Mereka ini nama-nama baru yang akan mengusung islah dan tidak punya akar konflik,"ujar Migdat. Pertemuan itu juga membahas komposisi anggota penhurus pusat yang rata dan adil, sesuai dengan anggaran dasar partai. Komposisi pengurus berjumlah 33 orang terdiri dari 20 orang ketua, 10 orang sekretaris dan 3 orang bendahara. "Pembagian 33 orang ini tentu harus rata, 16 dari Zaenal dan 17 dari Zaenudin jika ketua umum dari kubu mereka atau sebaliknya,"ujar Migdat. Selama ini persoalan konflik berasal dari kubu Zaenudin. "Mereka (kubu Zaenudin) yang melanggar kesepakatan muktamar dan secara aklamasi menunjuk ketua umum, kalau tidak ada itu mungkin sekarang tidak akan ada kejadian seperti ini,"kata Migdat.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai