Disusun Oleh:
Diego Romario de Fretes, S.IP., M.A.
NIP. 19890324 201903 1 001
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................ 1
Bab 1 : Definisi Partai Politik dan Sejarah Perkembangannya...... 2
Bab 2 : Tinjauan Teoritik Kelahiran Partai Politik
dan Tipologi Partai Politik ..............................................8
Bab 3 : Fungsi Partai Politik....................................................... 16
Bab 4: Sistem Kepartaian dan Model Sistem Kepartaian
di Asia Tenggara ............................................................ 22
Bab 5 : Dinamika Partai Politik di Indonesia:
Pra Kemerdekaan dan Orde Lama ................................. 31
Bab 6 : Dinamika Partai Politik di Indonesia:
Orde Baru dan Reformasi .............................................. 40
Bab 7 : Sistem Pemilihan Umum Majoritarian ............................ 49
Bab 8 : Sistem Pemilu Proporsional & Kombinasi ...................... 56
Bab 9 : Seleksi kandidat Pemegang Jabatan Politik .................... 63
Bab 10: Kampanye Pemilu .......................................................... 70
A. Pendahuluan
Kehadiran partai politik sudah merupakan sebuah gejala yang
umum diberbagai negara, terutama di negara yang mengaku menganut
paham demokrasi. Partai politik saat ini telah menjadi organisasi utama
atau sarana yang sah untuk mengantarkan seseorang untuk mendapat-
kan jabatan politik yang dia inginkan. Selain itu, partai politik men-
jalankan fungsi-fungsi tertentu yang penting dalam penyelenggaraan
sebuah negara. Oleh karena sangat strategisnya peran partai politik di
sebuah negara, maka seorang sarjana ilmu pemerintahan dan ilmu
politik tentunya harus mengetahui dan memahami berbagai hal yang
berhubungan dengan partai politik yang terdapat dalam bab 1 bahan
ajar ini.
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa memahami secara umum
definisi partai politik dan sejarah perkembangan partai politik dari dulu
hingga sekarang. Sedangkan secara khusus mahasiswa diharapkan dapat:
a. Mengetahui dan menjelaskan secara teoritik definisi partai politik.
b. Mampu membedakan partai politik dibandingkan organisasi-
organisasi lainnya.
D. Rangkuman
1. Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
definisi partai politik maka dapat disimpulkan bahwa partai politik
adalah sebuah organisasi yang menjadi peserta Pemilu dan
E. Soal latihan
1. Jelaskan definisi partai politik menurut Rod Hague et.al !
2. Jelaskan penyebab lahirnya partai politik dari dalam parlemen!
3. Jelaskan ciri partai politik yang lahir di luar parlemen
4. Jelaskan hal yang menyebabkan partai politik saat ini, mulai
meninggalkan basis ideologi yang kaku!
Daftar Pustaka
Hague, Rod et.al (2001), Comparative Politics & Politics: An
Introduction : 4 .Ed, Hampshire: Mac Millan.
Budiardjo, Miriam (2008), Dasar-Dasar Ilmu Politik , Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Roni, Heriyandi (2006). Demokratisasi Internal Partai Golkar Pasca
Orde Baru (1998-2004 ), Disertasi, di Universitas Indonesia.
Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik.
Undang-Undang Nomor 10 tentang Pemilu dan Partai Politik Tahun
2008.
A. Pendahuluan
Sejak masa orde lama sampai orde reformasi, sudah banyak
partai-partai politik yang tumbuh dan bubar di pentas politik nasional.
Adapun faktor penyebab tumbuh dan bubarnya partai-partai politik,
tidak selalu sama diantara setiap partai, melainkan didahului oleh
penyebab yang khas untuk setiap partai politik. Pengetahuan yang
memadai tentang tentang persfektif teoritik tentang kelahiran partai
politik akan membantu mahasiswa memahami dan menganalisasi faktor
penyebab muncul dan bubarnya partai-partai politik sepanjang sejarah
Indonesia pada masa orde lama, orde baru dan orde reformasi dan
kelahiran berbagai partai politik di negara lainnya. Selain itu dalam
Bab II ini juga akan dibahas konsep teoritik tipologi partai politik serta
bagaimana tipologi partai-partai politik yang ada di Indonesia.
Setelah mempelajari bab II ini secara umum mahasiswa di-
harapkan memahami persektif teoritik tentang kelahiran partai politik
dan berbagai tipologi partai politik. Secara khusus mahasiswa di-
harapkan dapat :
1. Mengetahui berbagai persfektif teoritik yang mampu menjelas-
kan kelahiran partai politik di Indonesia khususnya.
Pusat—Pinggiran Reformasi Tandingan Agama nasional vs agama supranasional; Partai berbasis kesukuan
abad 16 ke 17 bahasa nasonal vs latin dan kebahasaan.
Negara vs Gereja Revolusi nasional tahun Kontrol sekuler vs keagamaan atas Partai-partai keagamaan
1789 dan sesudahnya pendidikan massa
Pertanian vs Revolusi industri abad Tingkat tarif produk2 petani; kontrol vs Partai2 agrarian;
Industri 19 kebebasan usaha industrial konservativ vs Liberal
Majikan vs Buruh Revolusi Rusia, 1917- Integrarasi politik nasional vs komitmen Partai2 sosialis dan
1991 terhadap gerakan revolusioner internasional komunis.
Materialis vs Pasca Revolusi kebudayaan, Kualitas lingkungan vs pertumbuhan Partai2 hijau/ ekologi
Materialis 1968 dan sesudahnya ekonomi
D. Rangkuman
a. Ada beberapa ahli yang mengemukakan secara teoritik penyebab
lahirnya partai politik antara lain Ramlan Surbakti, Lipset &
Rokkan, Angelo Penebianco, Lipset & Rokkan dan Firmanzah.
Ramlan Surbakti mengemukakan teori kelembagaan, teori situasi
historis dan teori modernisasi. Lipset & Rokan menyatakan
partai politik lahir disebabkan adanya pertentangan yag tidak
dapat diselesaikan ditengah masyarakat. Angelo Penebianco
menyatakan partai politik lahir disebabkan adanya prakarsa elit
lokal maupun nasional, dorongan organisasi eksternal negara dan
kehadiran tokoh kharismatik. Firmanzah menyatakan partai
politik lahir sudah merupakan gejala umum di negara pasca kolo-
nial, buah sistem politik, disebabkan adanya aspirasi masyarakat
dan disebabkan konflik antar elit partai yang memunculkan partai
baru yang merupakan pecahan partai yang sebelumnya.
b. Secara umum partai politik dapat dikelompokkan berdasarkan
asas dan orientasinya komposisi dan fungsi anggotanya, basis
sosial pendukung utamannya dan serta tujuan utama didirikannya
sebuah partaipolitik.
Daftar Pustaka
Firmanzah (2008). Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Klingeman et al (2000). Partai, Kebijakan dan Demokrasi. Yogyakarta:
Jentera.
Roni, Heriyandi. Demokratisasi Internal Partai Golkar Pasca Orde
Baru (1998-2004), Disertasi, Universitas Indonesia, 2006.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik.
A. Pendahuluan
Hadirnya partai-partai politik di sebuah negara pada dasarnya
disertai sebuah harapan yakni partai-partai politik tersebut dapat
menjalankan fungsi-fungsi tertentu yang menunjang keberhasilan sebuah
negara. Namun pada kenyataannya partai politik menjalankan fungsi
yang berbeda diantara negara demokrasi maju, negara otoriter dan
totaliter dan negara berkembang yang pernah dijajah oleh bangsa barat.
Selain itu, jika kita memakai konsep fungsi partai politik di negara
demokrasi maju untuk meneropong pelaksanaan fungsi partai politik
di negara dunia ketiga, maka kita akan menemukan bahwa partai politik
dinegara itu gagal menjalankan fungsinya. Namun demikian sebagai
salah satu negara dunia ketiga sudah selayaknya lah partai-partai politik
di Indonesia menjalankan fungsi sebagaimana layaknya partai politik
di negara maju, agar negara kita juga bisa beranjak menuju kemajuan.
Setelah mempelajari bab 3 ini secara umum mahasiswa diharap-
kan memahami fungsi-fungsi utama yang harus dijalankan oleh partai
politik pada sebuah negara. Sedangkan secara khusus mahasiswa
diharapkan dapat :
C. Rangkuman
1. Partai politik mempunyai peran berbeda di negara demokrasi
maju, negara otoriter/totaliter maupun negara berkembang. Partai
politik menjalankan berbagai fungsi penting di negara demokrasi
antara lain sarana sosialisasi politik, rekrutmen politik, edukasi
politik, artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, komunikasi
politik, penghubungan antara masyarakat dan pemerintah,
mengontrol aktivitas pemerintah, integrasi sosial dan menjadi
alat efektif untuk menarik massa dalam pemilu.
2. Partai politik di negara komunis berfungsi sebagai alat utama
untuk mengarahkan masyarakat kepada tujuan mewujudkan
masyarakat komunis, partai politik bukan sebagai pemadu ke-
pentingan, melainkan sebagai alat pemersatu kepentingan dengan
cara menghilangkan kepentingan yang tidak sejalan dengan
kepentingan partai.
3. Fungsi Partai politik di negara maju belum berhasil dijalankan
oleh partai politik di negara berkembang, bahkan imej partai
politik di masyarakat cenderung negatif. Hal ini disebabkan
perilaku partai politik dan kader partai politik di parlemen yang
korup, tidak mendengarkan aspirasi masyarakat, menyimpang
dari kebutuhan masyarakat dan selalu memelihara jarak yang
lebar dengan kepentingan masyarakat.
Daftar Pustaka
Budiardjo, Miriam (2008), Dasar-Dasar Ilmu Politik , Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Firmanzah (2008). Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Kartawidjaja, PR & Kusumah MW (2003). Kisah Mini Sistem
Kepartaian. ———: Closs.
Klingeman et al (2000). Partai, Kebijakan dan Demokrasi.
Yogyakarta: Jentera.
Roni, Heriyandi. Demokratisasi Internal Partai Golkar Pasca Orde
Baru (1998-2004 ), Disertasi, Universitas Indonesia, 2006.
A. Pendahuluan
Pelaksanaan pemilu di setiap negara demokrasi biasanya selalu
diikuti oleh sejumlah partai politik. Adapun jumlah partai politik yang
selalu mengikuti pemilu di sebuah negara ada kalanya jumlahnya selalu
stabil sedang di negara yang lain sering pula terlihat jumlah partai politik
yang mengikuti pemilu selalu berubah-ubah. Kestabilan jumlah partai
politik yang hadir di setiap negara menunjukkan kestabilan sistem
kepartaian di negara itu. Selain itu, sistem kepartaian merupakan cermin
homogenitas atau heterogenitas masyarakat sebuah negara, oleh karena
itu pada negara yang masyarakatnya heterogen akan muncul sistem
kepartaian multi partai, sedangkan dalam negara yang masyarakatnya
homogen cenderung muncul sistem kepartaian dua partai.Adapun model
sistem kepartaian yang dipraktekkan di Indonesia, dari masa orde lama,
orde baru dan reformasi, Indonesia juga memiliki perbedaan. Dalam
rangka memudahkan kita memahami model sistem kepartaian di Indo-
nesia, maka kita perlu mempelajari model-model sistem kepartaian yang
dipraktekkan di negara-negara di asia tenggara yang memang memiliki
model sistem kepartaian yang mirip dengan Indonesia.
2. Malaysia
Sistem politik di Malaysia adalah semu demokrasi yang
diantaranya ditandai tidak adanya kompetisi yang jujur dan adil dalam
pemilu. Menurut Lim Hong Hai (2002), sistem kepartaian di Malaysia
adalah sistem multi partai dan sampai Pemilu 1999, ada dua koalisi
partai politik, yakni koalisi partai memerintah yang dinamakan Barisan
Nasional (UMNO ,MCA dan beberapa partai kecil) dan koalisi partai
oposisi yang terdiri dari PAS, DAP, dan beberapa partai kecil lainnya.
Koalisi Partai pemerintah selalu berusaha melakukan tindakan non
demokratis agar partai oposisi tidak berkembang dengan cara :1)
Membuat aturan sistem pemilu Plurality Single Member District
(FPTP)—menguntungkan partai besar (berkuasa); 2) Mempengaruhi
agar lembaga penyelenggara pemilu agar tidak memproses protes
kelompok oposisi; 3) Melakukan kampanye negatif—fitnah terhadap
partai koalisi; 4) Ada tuduhan Kelompok oposisi bahwa partai
berkuasa merekayasa jumlah pemilih, serta melakukan berbagai
kecurangan dalam pelaksanaan pemilu. Walaupun demikian, partai
oposisi tetap berpartisipasi dalam pemilu.
4. Philipina
Sistem politik di Philipa lebih demokratis dengan sistem ke-
partaian multi partai dan terjadi kompetisi antar partai politik yang
cukup berarti dalam pemilu. Menurut Julio Teehankee (2002) di sistem
kepartaian multipartai yg kompetitif berlangsung di Philipina, termasuk
pada Pemilu legislatif tahun 2001. Sebagai hasil pemilu tahun 2001
maka terbentuk terbentuk dua koalisi besar, yakni koalisi partai meme-
rintah yang terdiri dari partai Lakas NUCD-UMPD, LP, Reforma
5. Thailand.
Sistem politik di Thailand cukup demokratis, namum menghasil-
kan sistem multi partai yang tidak stabil.Menurut Orathai Kockpol
pemerintahan di Thailand disusun berdasarkan koalisi partai-partai
tidak stabil yang ditandai dengan terjadinya 2 kali pergantian Perdana
Menteri dan 3 kali reshufle kabinet sejak tahun 1995 sampai dengan
tahun 2001. Misalnya Perdana Menteri Taksin Shinawatra dari thai
rak thai sering terlihat tidak mau berkompromi dengan koalisinya di
parlemen, akibatnya partai-partai koalisi menarik dukungan sehingga
menyebabkan kabinet menjadi jatuh. Selain itu, kekuatan masyarakat
sipil sangat kuat di Thailand bahkan kekuatan ini tidak jarang mampu
mengalahkan peran pemerintah dan partai politik.
E. Rangkuman
1. Sistem kepartaian didefinisikan sebagai keluruhan struktur partai
politik yang ada di sebuah negara. Klasifikasi sistem kepartaian
secara umum dibedakan berdasarkan jumlah partai politik dan
ukuran relatifnya pada sebuah negara. Jenis sistem kepartaian
antara lain : dua partai, dua partai dengan beberapa partai kecil,
multi partai dengan satu partai dominan dan multi partai tanpa
partai dominan.
F. Soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem kepartaian!
2. Jelaskan tipe sistem kepartaian yang di kemukakan Blondel!
3. Jelaskan dua model sistem kepartaian yang biasanya muncul di
negara dunia ketiga, termasuk di negara-negara Asia tenggara!
4. Jelaskan faktor yang menyebabkan PAP selalu menjadi partai
dominan di Singapura!
Daftar Pustaka
Almond, Gabriel dan Powell, Bingham Jr. 1996. Comparative
Politics Today : A World View, Harper Collins College Publisher.
Kartawidjaja, PR & Kusumah MW (2003). Kisah Mini Sistem
Kepartaian. ———: Closs
Stiftung, FE (2002). Electoral Politics in Southeast an East Asia.
Singapore: South East Printing Pte Ltd.
Taylor, RH (1996). The politics of elections in Southeast Asia. USA
: Woodrow Wilson Center and Cambridge.
Ware, Alan (1996). Political Parties and party Sistem. Britain :
Oxford University Press.
A. Pendahuluan
Peran partai politik dan pimpinan partai politik di awal kemer-
dekaan sangat penting, bahkan peran partai politik semakin starategis
setelah sistem pemerintahan berubah dari presidensiil ke parlementer
yang dikenal dengan era demokrasi parlementer. Pada masa itu, partai-
partai politik lah yang membentuk kabinet dan menentukan jalannya
pemerintahan. Namun disebabkan peran yang besar, tetapi belum diikuti
oleh kedewasaan berpolitik, membuat koalisi partai politik di kabinet
tidak berhasil menjalankan pemerintahan secara efektif. Adanya
kebebasan mendirikan partai politik, menyebabkan terbentuknya
sistem kepartaian multi partai tanpa partai dominan di era demokrasi
parlementer.
Secara umum setelah mempelajari bab 5 ini mahasiswa diharap-
kan mampu memahami sejarah munculnya partai politik dan dinamika
partai politik di era orde lama di Indonesia. Secara khusus mahasiswa
diharapkan dapat:
1. Mengetahui dinamika berubahnya organisasi pra kemerdekaan
menjadi partai politik setelah Indonesia merdeka.
E. Rangkuman
1. Sebelum kemerdekaan sudah ada organisasi yang mirip partai
politik dengan menempatkan wakilnya di Volkraad (badan Per-
wakilan) zaman Belanda, diantaranya Budi Utomo dan Sarekat
Islam. Selanjutnya di tahun 1920-an, muncul organisasi-organisasi
yang menjadi cikal bakal partai politik di masa Indonesia
merdeka, misalnya PKI, PNI dll.
2. Sistem kepartaian di era demokrasi parlementer adalah sistem
multi partai tidak stabil yang ditandai jatuh bangunnya kabinet
disebabkan perilaku elit partai politik yang terlalu berorientasi
kepentingan ideologi dan kepentingan kelompok.
3. Di masa demokrasi terpimpin, presiden soekarno berusaha
mengurangi peran partai politik di parlemen, mengurangi peran
partai politik di kabinet dan berusaha menguragi jumlah partai
politik.
Daftar Pustaka
Budiardjo, Miriam (2008). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Feith Herbert (1999). Pemilihan Umum 1955. Jakarta: KPG.
Hamid, AF (2008). Partai Politik Lokal di Aceh: Desentralisasi
Politik dalam Negara Kebangsaan. Jakarta (Kemitraan).
Karim, M.R et. al (1983). Perjalanan Partai Politik di Indonesia.
Jakarta: CV. Rajawali.
Jurnal Ilmu Politik Volume 13 tahun 1993, AIPI dan LIPI, Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
A. Pendahuluan
Berlakunya sistem politik otoriter dimasa orde baru secara langsung
mempengaruhi dinamika partai politik yang ada pada masa itu. Di
masa orde baru, penguasa melakukan berbagai upaya non demokratis
agar partai politik yang bukan pendukung pemerintah tidak ber-
kembang, bahkan menjadi bonsai. Di era orde baru muncul sistem
kepartaian multi partai dengan satu partai dominan, yakni golongan
karya. Sebaliknya di era reformasi berlaku sistem politik yang lebih
demokratis, sehingga memunculkan sistem kepartaian multi partai tanpa
partai dominan mirip sistem kepartaian pada pemilu 1955. Dinamika
partai politik di masa ini menarik untuk dibahas, adanya perbedaan
sistem politik yang bertolak belakang di dua era ini.
Setelah mempelajari bab 6 ini secara umum mahasiswa diharap-
kan dapat memahami dinamika partai politik dan sistem kepartaian
yang terbentuk pada masa orde baru dan orde reformasi. Sedangkan
secara khusus mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengetahui upaya-upaya penyederhanaan partai politik yang
dilakukan oleh pemerintah orde baru, sehingga muncul sistem
kepartaian multi partai dengan satu partai dominan.
E. Soal Latihan
1. Jelaskan teknik yang digunakan pemerintah orde baru untuk
mengendalikan partai politik!
2. Jelaskan keadaan PDI dimasa orde baru menurut Abdul Madjid!
3. Jelaskan perbedaan model sistem kepartaian yang berlaku di
era orde baru dan reformasi!
4. Jelaskan metode penyederhanaan partai politik yang diterapkan
pada masa reformasi!
Daftar Pustaka
Hamid, AF (2008). Partai Politik Lokal di Aceh: Desentralisasi
Politik dalam Negara Kebangsaan. Jakarta (Kemitraan).
A. Pendahuluan
Sistem pemilu majoritarian biasa digunakan untuk memilih
anggota legislatif maupun memilih pimpinan eksekutif diberbagai negara.
Sistem pemilu ini memiliki cukup banyak variasi, yang beberapa di-
antaranya dipakai di dalam pemilihan anggota Dewan Perwakilan
Daerah, Pemilihan Presiden dan Pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota
di Indonesia. Pengetahuan yang memadai tentang sistem Pemilu majo-
ritarian menambah wawasan sekaligus membuat kita mampu men-
jelaskan bagaimana mekanisme Pemilihan Presiden dan Pemilihan
Gubernur, Bupati/Walikota di Indonesia sebagaimana yang telah di-
amanatkan dalam aturan perundangan.
Setelah mempelajari bab 7 ini, secara umum mahasiswa diharap-
kan dapat memahami dan menjelaskan model-model sistem Pemilu
majoritarian. Secara khusus mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan secara detail varian-varian sistem pemilihan
majoritarian.
2. Mengetahui sistem Pemilu majoritarian yang biasa di gunakan
pada pemilu legislatif.
MAJORITY PLURALITY
D. Rangkuman
1. Sistem pemilu majoritarian memakai prinsip yang menang
mengambil alih semua jatah kursi. Sistem ini menguntungkan
partai mayoritas dan bertujuan membentuk pemerintahan yang
efektif.
2. Sistem pemilu majoritarian terdiri dari dua varian yakni plurality
dan majority. Varian majority terdiri dari runoff dan AV, sedang-
kan varian plurality terdiri dari FPTP, SNTV dan BV.
3. Sistem pemilu majoritarian biasa juga dipakai untuk memilih
presiden di berbagai negara, misalnya runoff, SNTV, FPTP dan
majority-plurality.
E. Soal Latihan
1. Jelaskan prinsip utama system pemilu majoritarian!
2. Jelaskan prinsip sistem pemilu AV!
3. Jelaskan prinsip sistem pemilu BV!
4. Jelaskan prinsip sistem pemilu FPTP!
Daftar Pustaka
ACE Project, 1998. Sistem Pemilu. Kerjasama IDEA, UN dan IFES
Asfar, Muhammad dkk (2002). Model-model Sistem Pemilihan di
Indonesia. Surabaya: Pusat Studi Demokrasi dan HAM.
A. Pendahuluan
Sistem pemilu proporsional dengan beberapa variasinya telah
biasa digunakan untuk memilih anggota dewan perwakilan rakyat di
Indonesia. Sistem pemilu ini masih memberi ruang bertahannya partai
politik dengan kategori menengah dan partai kecil. Sistem pemilu ini,
masih dipertahankan di Indonesia mengingat heterogonitasnya
masyarakat Indonesia yang sangat tinggi. Tetap berlakunya sistem
pemilu proporsional ini membuat sistem kepartaian Indonesia dengan
multi partai tanpa partai dominan. Sedangkan sistem pemilu kombinasi
juga dipakai di Indonesia yakni untuk memilih anggota DPR secara
proporsional dan memilih anggota DPD dengan sistem pemilu SNTV
(majoritarian). Mengingat eksisnya sistem pemilu proporsional di
Indonesia, maka pengetahuan yang memadai tentang sistem pemilu
proporsional perlu didapatkan.
Setelah membaca bab 8 ini, secara umum mahasiswa diharapkan
dapat mengetahui varian-varian sistem pemilu proporsional dan sistem
pemilu kombinasi. Sedangkan secara khusus mahasiswa diharapkan
dapat:
D. Rangkuman
1. Sistem pemilu proporsional bertujuan menghasilkan perwakilan
yang berimbang dengan member peluang bagi partai menengah
dan partai kecil mendapatkan kursi parlemen.
2. Dalam sistem pemilu proporsional, jumlah kursi parlemen yang
berhak didapatkan oleh masing-masing partai politik diban-
dingkan dengan bilangan pembagi pemilih (BPP). Ada beberapa
rumus yang biasanya dipakai dalam menentukan BPP yaitu kuota
hare, kuota droop, d’hondt ataupun sainte-lague.
3. Jenis sistem pemilu proporsional adalah single tranferable vote,
proporsional daftar terbuka dan proporsional daftar tertutup.
4. Di beberapa negara yang memiliki lembaga legislatif dua kamar,
di kenal sistem pemilu kombinasi proporsional dan majoritarian
E. Soal Latihan
1. Jelaskan tujuan pemakaian sistem pemilu proporsional!
2. Jelaskan metode yang digunakan untuk menentukan partai yang
berhak mendapatkan kursi pada sistem pemilu proporsional!
3. Jelaskan aturan yang dipakai dalam sistem pemilu kombinasi
dependen!
4. Jelaskan aturan yang dipakai dalam sistem pemilu kombinasi
independen!
Daftar Pustaka
Asfar, Muhammad dkk (2002). Model-model Sistem Pemilihan di
Indonesia. Surabaya : Pusat Studi Demokrasi dan HAM.
LeDuc, Lawrence, et al (1996). Comparing Democraties Election and
Voting in Global Persfektif. California: Sage Publication, Inc.
Norris, Pippa (2004). Electoral Engineering: Voting Rules and
Political Behavior. New York: Cambridge University Press.
A. Pendahuluan
Seorang kandidat yang dijual oleh partai politik sebagai calon
pemegang jabatan di legislatif maupun eksekutif biasanya melalui proses
seleksi internal di dalam partai politik. Hanya kandidat yang lolos seleksi
internal partailah yang berhak menjadi calon dan bersaing mempe-
rebutkan jabatan di legislatif maupun eksekutif melalui pemilihan oleh
masyarakat umum (Pemilu). Seleksi kandidat ini sering juga dikenal
dengan istilah rekrutmen politik dan pada prakteknya metode rekrutmen
politik yang digunakan masing-masing partai politik sangat bervariasi.
Oleh karena di Indonesia terdiri dari banyak partai politik yang berbeda
ideologi dan kepentingan tentunya metode seleksi satu partai politik
dengan partai politik lainnya tentu akan berbeda pula.
Setelah membaca bab 9 ini, secara umum mahasiswa diharapkan
dapat:
1. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seleksi
kandidat oleh partai politik di berbagai negara.
Melibatkan Seluruh pemilih Melibatkan Delegasi partai Melibatkan Hanya Pimpinan partai
anggota partai
D. Rangkuman
1. Setiap yang ingin ditetapkan menjadi calon pemegang jabatan
legislatif maupun legislatif oleh partai politik di negara demokrasi,
biasanya akan melewati proses seleksi dalam internal internal
partai politik.
2. Faktor-faktor yang membuat seseorang bisa ditetapkan menjadi
calon pemegang jabatan politik oleh partai politik antara lain
adalah norma-norma dan budaya politik yang berlaku dalam
E. Soal Latihan
1. Jelaskan faktor-faktor umum yang mempengaruhi pelaksanaan
seleksi anggota legislatif diberbagai negara!
2. Jelaskan kriteria utama yang digunakan oleh partai politik dalam
menetapkan calon legislatifnya!
3. Jelaskan jenis metode seleksi yang digunakan partai politik dalam
menentukan calon presiden dari partainya!
4. Jelaskan metode penentuan calon presiden yang tidak melibatkan
partai politik!
Daftar Pustaka
Camilla Gjerde “Presidential Recruitment: Selection of presidential
candidate in Africa, Asia and latin America.
LeDuc, Lawrence, et al (1996). Comparing Democraties Election
and Voting in Global Persfektif. California: Sage Publication, Inc.
A. Pendahuluan
Setelah para kandidat calon legislatif maupun calon pemegang
jabatan eksekutif ditetapkan oleh masing-masing partai politik, maka
masing calon dan partai politiknya akan melaksanakan proses kam-
panye Pemilu sebagai usaha memaksimal perolehan suara pemilih.
Calon yang mampu memanfaatkan momen kampanye dengan baik,
mempunyai peluang menang lebih besar dibandingkan calon yang tidak
mampu memanfaatkan momen kampanye dengan baik. Di Indonesia
dewasa ini sudah sangat semarak, dan melibatkan berbagai media,
baik baliho, spanduk, stiker termasuk media cetak dan elektronik bah-
kan melalui media internet.
Setelah membaca bab 10, secara umum mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan definisi dan tujuan kampanye.
2. Menjelaskan bentuk-bentuk pesan kampanye.
3. Menjelaskan jenis media kampanye.
4. Menjelaskan hal-hal yang dilarang dilakukan dalam kampanye.
5. Menggambarkan metode positioning politik.
C. Rangkuman
1. Kampanye adalah sebuah proses yang digunakan oleh kandidat
atau partai politik untuk menyakinkan pemilih agar memperoleh
suara maksimal dalam Pemilu.
2. Momen kampanye yang terbatas perlu dimanfaatkan oleh
kandidat dan partai politik dengan membuat strategi kampanye
berikut strategi khusus dalam menyampaikan pesan kampanye.
3. Media kampanye yang digunakan oleh kandidat dan partai
politik dari masa ke masa terus berkembang, mulai dari peng-
gunaan media cetak dan tatap muka secara langsung, kemudian
menggunakan media elektronik berupa televisi dan radio, serta
terus berkembang dengan memanfaatkan fasilitas internet.
4. Tata cara kampanye Pemilu legislatif tahun 2014 yang akan
datang di Indonesia, termuat dalam UU No. 8 Tahun 2012 tentang
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
D. Soal Latihan
1. Jelaskan definisi kampanye menurut para ahli!
2. Jelaskan bentuk-bentuk media kampanye post modern!
3. Jelaskan bentuk-bentuk kampanye yang dizinkan oleh UU No
8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah!
Daftar Pustaka
Blodgett, Jeff & Lofy, Bill (2008). Winning Your Election the
Wallstone Way: Comprehensive Guide To Candidates and
Campaign Workers. Minneapolis: The University Minnesota.
Firmanzah (2008). Mengelola Partai Politik. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
Gronke, Paul (2004). The Electrorate, The Campaign, and The
Office: A Unified Approach to Senate and House Election.
USA : University of Machigan Press.
LeDuc, Lawrence et al (1996). Comparing Democracies : Election
an Voting in Global Perspective. Thousand Oaks : SAGE
Publications.
Norris, Pippa (2003). A Virtuous Circle: Political Communication in
Post Industrial Societies. Cambridge: Cambridge UniversityPress.
Trammell, KDS (2007). “Candidat Campaign Blogs: Directly Reaching
Out to The Youth Vote. http: ABS. Sagepub.Com.
Undang Undang No 8 tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.