Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berjalannya suatu negara pasti tidak lepas dari sebuah sistem politik. Karena pasti
sistem politiklah yang menjadi tolak ukur kemajuan dalam suatu  negara. Negara
yang maju dapat dipastikan bahwa sistem politik didalamnya tertata dengan baik.
Sistem politik sendiri dapat diartikan sebagai suatu mekanisme dari seperangkat
fungsi, dimana fungsi-fungsi tadi melekat pada suatu struktur-struktur politik,
dalam rangka pelaksanaan dan pembuatan kebijakan yang mengikat masyarakat. 

Dalam suatu sistem politik terdapat berbagai unsur, dan salah satu unsur tersebut
adalah partai politik. Partai politik dalam hubunganya dengan sistem sosial politik
ini memainkan berbagai fungsi, salah satunya pada fungsi input, dimana partai
politik menjadi sarana sosialisasi politik, komunikasi politik, rekrutmen politik,
agregasi kepentingan, dan artikulasi kepentingan. 

Lalu apa sajakah sebenarnya fungsi partai politik dalam hubungannya dalam
proses pembuatan dalam penerapan kebijakan di Indonesia, apabila melihat
keadaan sekarang dimana partai politik telah dipandang sebelah mata oleh
masyarakat yang merasa bahwa partai politik tidak lagi membawa aspirasi
masyarakat melainkan keberadaannya hanya dianggap sebagai kendaraan politik
yang dipakai oknum-oknum tertentu untuk menggapai jabatan-jabatan publik di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari partai politik?
2. Bagaimanakah sejarah terbentuknya partai politik?
3. Apakah fungsi dan klasifikasi kepartaian?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami sumber definisi dari partai politik.
2. Untuk mengetahui dan memahami sejarah terbentuknya partai politik.
3. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dan  klasifikasi kepartaian. 

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Partai Politik
Partai politik adalah sarana politik yang mengatur tentang elit-elit politik dalam
upaya mencapai kekuasaan politik dalam suatu  negara yang bercirikan mandiri
dalam hal finansial, memiliki platform atau haluan politik tersendiri, mengusung
kepentingan-kepentingan kelompok dalam urusan politik, dan turut menyumbang
political development sebagai suprastruktur politik.

Dalam rangka memahami partai politik sebagai salah satu komponen infrastruktur
politik dalam negara, berikut beberapa pengertian mengenai partai
politik, yakni:

1. Carl J. Friedrich: Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir


secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan pemerintah
bagi pemimpin partainya, dan berdasarkan penguasan ini memberikan kepada
anggota  partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materil. 
2. R.H. Soltou: Partai politik adalah sekelompok warga  negara  yang sedikit
banyaknya terorganisir, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik, yang dengan
memanfaatkan kekuasan memilih, bertujuan menguasai pemerintah dan
melaksanakan kebijakan umum mereka. 
3. Sigmund Neumann: Partai politik adalah organisasi  dari aktivis-aktivis politik
yang berusaha untuk menguasai kekuasan pemerintah serta merebut dukungan
rakyat atas dasar persaingan melawan golongan-golongan lain yang tidak
sepaham. 
4. Miriam Budiardjo: Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir
yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang
sama dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan
politik (biasanya), dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijakan-
kebijakan mereka.

2
B. Sejarah Partai Politik
Partai politik pertama lahir di  negara- negara Eropa Barat bersamaan dengan
gagasan bahwa rakyat merupakan fakta yang menentukan dalam proses politik.
Dalam hal ini partai politik berperan sebagai penghubung antara rakyat di satu
pihak dan pemerintah di lain pihak. Maka dalam perkembangannya kemudian
partai politik dianggap sebagai manivestasi dari suatu sistem politik yang
demokratis, yang mewakili aspirasi rakyat. 

Pada permulaannya peranan partai politik di negara Barat bersifat elitis dan
aristokratis, dalam arti terutama mempertahankan kepentingan golongan
bangsawan terhadap tuntutan raja, namun dalam perkembangannya kemudian
peranan tersebut meluas dan berkembang ke segenap lapisan masyarakat. 

Hal ini antara lain disebabkan oleh perlunya dukungan yang menyebar dan merata
dari semua golongan masyarakat. Dengan demikian terjadi pergeseran dari
peranan yang bersifat elitis ke peranan yang meluas dan populis. Perkembangan
selanjutnya adalah dari Barat, partai politik mempengaruhi dan berkembang  di
negara-negara baru, yaitu di Asia dan Afrika. 

Partai politik  di  negara- negara jajahan sering berperan sebagai pemersatu
aspirasi rakyat dan penggerak ke arah persatuan nasional yang bertujuan mencapai
kemerdekaan. 

Hal ini terjadi di Indonesia (waktu itu masih Hindia Belanda) serta India. Dan
dalam perkembanganya akhir-akhir ini partai politik umumnya diterima sebagai
suatu lembaga penting terutama  di  negara-negara yang berdasarkan demokrasi
konstitusional, yaitu sebagai kelengkapan sistem demokrasi suatu  negara.

Perkembangan selanjutnya di dunia Barat timbul pula partai yang lahir di luar
parlemen  partai ini kebanyakan bersandar pada suatu asas atau ideologi atau
weltanschauung tertentu seperti Sosialisme, Fasisme, Komunisme, Kristen
Demokrat, dan sebagainya. Dalam  partai semacam ini disiplin partai lebih ketat.

3
Di Barat, ada konsensus di antara para intelektual tentang masalah politik yaitu:
diterimanya negara kesejahteraan (welfare state); diidamkannya desentralisasi
kekuasaan sebuah sistem ekonomi campuran (mixed economy) dan dan
pluralisme politik (political pluralism). 

Sejarah partai politik di Indonesia partai politik yang pertama ada di Indonesia
adalah De Indische Partij yang pada 25 Desember 1912 dibentuk Douwes Dekker,
Tjipto Mangunkoesoemo dan Ki Hadjar Dewantara ketika Indonesia masih dalam
penjajahan Belanda. Tujuan partai politik itu adalah mencapai kemerdekaan bagi
bangsa Indonesia. Sekalipun paham Indonesia baru ditegaskan pada 28 Oktober
1928 dalam Sumpah Pemuda, namun para pendiri partai politik ini sudah
dilandasi oleh pikiran bahwa seluruh rakyat Hindia Belanda merupakan kesatuan. 

Pada tahun 1911 Haji Samanhudi membentuk Sarikat Dagang Islam (SDI) sebagai
organisasi untuk mengejar perbaikan nasib rakyat Indonesia dalam daerah jajahan
Hindia Belanda. Pada tahun 1912 Haji Oemar Said Tjokroaminoto memberikan
kepada Sarikat Dagang Islam (SDI) nama baru, yaitu Sarikat Islam (SI), karena
hendak meluaskan perjuangannya tidak terbatas pada bidang ekonomi saja.
Dengan begitu Sarikat Islam (SI) juga melakukan perjuangan politik. 

Meskipun tidak secara resmi dinamakan partai politik, tetapi melihat sifat
perjuangannya Sarikat Islam (SI) adalah satu partai politik. Maka boleh dikatakan
bahwa sejarah partai politik di Indonesia bermula pada tahun 1912. Setelah itu
telah berkembang berbagai partai politik di Indonesia, baik yang berorientasi
nasionalisme, agama maupun sosialisme. Di masa penjajahan Belanda jelas sekali
bahwa mayoritas partai politik bertujuan mencapai kemerdekaan bangsa
Indonesia, kecuali beberapa partai politik yang dibentuk orang-orang Belanda atau
orang-orang yang dekat dengan kepentingan penjajahan Belanda. 

Partai yang menonjol adalah Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mulanya
bernama Perserikatan Nasional Indonesia, dibentuk pada 4 Juli 1927 oleh Dr.
Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr. Iskak Tjokrohadisuryo dan Mr.

4
Sunaryo. Kemudian pada tahun 1928 berganti nama menjadi Partai Nasional
Indonesia dan dipimpin Ir. Sukarno atau Bung Karno yang pada 17 Agustus 1945
bersama Drs. Mohamad Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia
atas nama rakyat Indonesia.

Pada 1 Juni 1945 Bung Karno menyampaikan pandangannya depan Panitia


Persiapan Kemerdekaan tentang Pandangan Hidup Bangsa (Weltanschauung).
Uraian yang beliau beri nama Pancasila kemudian diterima sidang dan kemudian
dengan beberapa perubahan redaksional ditetapkan sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia. 

Sejak permulaan berdirinya Republik Indonesia ada partai politik. Semula hendak
dibentuk partai politik tunggal, tapi kemudian dimungkinkan berdirinya banyak
partai politik, itu berarti bahwa partai politik oleh para pendiri negara tidak dinilai
bertentangan dengan pandangan hidup Pancasila, sekalipun asal mulanya di
masyarakat Barat yang dasarnya individualisme dan liberalisme. Namun karena
berada dalam masyarakat dengan dasar Pancasila, partai politik itu menyesuaikan
eksistensi dan perilakunya dengan nilai dasar Pancasila, yaitu perbedaan dalam
kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan. 

C. Fungsi Partai Politik.


1. Fungsi di  Negara Demokrasi
a. Sebagai Sarana Komunikasi Politik.
Partai politik berfungsi menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpang-siuran
pendapat dalam masyarakat berkurang. Dalam masyarakat modern yang begitu
luas, pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tak
berbekas seperti suara di padang pasir apabila tidak ditampung dan digabung
dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan
“penggabungan kepentingan” (interest aggregation). Sesudah digabung, pendapat
dan aspirasi ini diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang teratur. Proses ini
dinamakan, “perumusan kepentingan” (interest articulation).

5
Disisi lain, partai politik juga berfungsi memperbincangkan dan menyebarluaskan
rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Dengan demikian terjadi
arus informasi dan dialog dua arah, dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Dalam pada itu partai politik memainkan peran sebagai penghubung antara yang
pemerintah dan yang diperintah. Peran partai sebagai jembatan sangat penting,
karena di satu pihak kebijakan pemerintah perlu dijelaskan kepada semua
kelompok masyarakat, dan dipihak lain pemerintah harus tanggap terhadap
tuntutan masyarakat. 

b. Sarana Sosialisasi Politik (Instrument of Political Socializzation)


Sosialisasi politik diartikan sebagai suatu proses dari seseorang memperoleh sikap
dan orientasi terhadap fenomena politik di dalam lingkungan masyarakat dimana
ia berada. Ia adalah bagian dari proses yang menentukan sikap politik seseorang
misalnya mengenai nasionalisme, kelas sosial, suku bangsa, ideologi, hak dan
kewajiban. Biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa
kanak-kanak sampai dewasa. 

Disisi lain sosialisasi politik merupakan proses dimana masyarakat


menyampaikan budaya politik yaitu norma-norma dan nilai-nilai, dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian sosialisasi politik merupakan
faktor terbentuknya budaya politik suatu bangsa. Sisi lain dari fungsi sosialisasi
politik partai adalah upaya menciptakan citra (image) bahwa ia memperjuangkan
kepentingan umum. Ini penting jika dikaitkan dengan tujuan partai untuk
menguasai pemerintah melalui kemenangan dalam pemilihan umum. Karena itu
partai harus memperoleh dukungan seluas mungkin, dan partai berkepentingan
agar para pendukungnya mempunyai solidaritas yang kuat dengan partainya.

c. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik


Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik
kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas.
Untuk kepentingan internalnya, setiap  partai butuh kader-kader yang berkualitas,
karena dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang mempunyai

6
kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan mempunyai kader-
kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan pemimpinnya sendiri dan
mempunyai peluang untuk megajukan calon untuk masuk ke bursa kepemimpinan
nasional.

d. Sebagai Sarana Pengatur Konflik


Potensi konflik selalu ada di setiap masyarakat, apalagi di masyarakat yang
bersifat heterogen, apakah dari segi etnis (suku bangsa), sosial-ekonomi, ataupun
agama. Setiap perbedaan tersebut menyimpan potensi konflik. Apabila
keanekaragaman itu terjadi di  negara yang menganut paham demokrasi,
persaingan dan perbedaan pendapat dianggap hal yang wajar dan mendapat
tempat, tetapi di dalam  negara yang heterogen sifatnya potensi pertentangan lebih
besar dan dengan mudah mengundang konflik. Disisi peran partai politik
diperlukan untuk membantu mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat diatur
sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin.
Elite partai dapat menumbuhkan pengertian diantara mereka dan bersamaan
dengan itu juga meyakinkan pendukungnya.

2. Fungsi di  Negara Otoriter


Fungsi partai politik negara otoriter dapat dilihat dari pandangan negara
komunisme, seperti Uni Soviet yang pada kenyataannya pandangan tersebut
memang berbeda, contoh lain negara yang otoriter adalah China dan Kuba, tetapi
disisi hanya dibahas komunisme di Uni Soviet masa lampau. Menurut paham
komunis, sifat dan tujuan partai politik bergantung pada situasi apakah partai
komunis berkuasa di negara ia berada atau tidak. 

Di negara ini partai komunis tidak berkuasa, partai-partai politik lain dianggap
sebagai mewakili kepentingan kelas tertentu yang tidak dapat bekerja untuk
kepentingan umum. Dalam situasi ini partai komunis akan mempergunakan setiap
kesempatan dan fasilitas yang tersedia (seperti yang banyak terdapat di negara-
negara demokrasi) untuk mencari dukungan seluas-luasnya, misalnya dengan
jalan memupuk rasa tidak puas di kalangan rakyat. Partai komunis bertujuan

7
mencapai kedudukan kekuasaan yang dapat dijadikan batu loncatan guna
menguasai semua partai politik yang ada dan menghancurkan sistem politik yang
demokratis. Maka dari itu, partai ini menjadi paling efektif di negara yang
pemerintahannya lemah dan yang rakyatnya kurang bersatu. 

3. Fungsi di  Negara Berkembang


Di negara berkembang keadaan politik sangat berbeda satu sama lain, demikian
pula keadaan partai politiknya menunjukan banyak sekali variasi. Pada umumnya
partai politik juga diharapkan mampu melaksanakan fungsi-fungsi seperti  di
negara-negara yang sudah mapan kehidupan politiknya. Partai politik diharapkan
mampu menjadi alat penting untuk mengorganisir kekuasaan politik,
mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah serta turut melaksanakannya,
menghubungkan secara efektif masyarakat umum dengan proses politik, dan
merumuskan aspirasi dan tuntutan rakyat serta memasukannya kedalam proses
pembuatan keputusan. 

Akan tetapi di negara-negara baru, partai politik berhadapan dengan berbagai


dengan berbagai masalah seperti kemiskinan, terbatasnya kesempatan kerja,
pembagian pendapatan yang timpang dan tingkat buta huruf yang tinggi. Beban
yang diletakkan atas pundak partai sering terlalu berat dan harapan-harapan yang
ditujukan kepada partai politik terlampau tinggi. 

Di beberapa  negara fungsi yang agak sukar dilaksanakan ialah sebagai jembatan
antara yang memerintah dan yang diperintah. Selain itu, partai politik sering tidak
mampu menengahi pertikaian dalam masyarakat dan persaingan antar partai
sering memperuncing situasi konflik, dan bisa menimbulkan masalah baru. Satu
peran yang sangat diharapkan dari partai politik adalah sebagai sarana untuk
memperkembangkan integrasi nasional dan memupuk identitas nasional, karena
negara-negara baru sering dihadapkan dengan berbagai masalah mengintegrasikan
berbagai golongan. 

8
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa di negara-negara berkembang partai
politik memiliki banyak kelemahan, masih tetap diaggap sebagai sarana penting
dalam kehidupan politiknya. Usaha melibatkan partai politik dan golongan-
golongan politik lainnya dalam proses pembangunan dalam segala aspek dan
dimensinya, merupakan hal yang amat utama dalam negara yang ingin
membangun suatu masyarakat atas dasar pemerataan dan keadilan sosial. 

D. Klasifikasi Sistem Kepartaian


1. Sistem Partai Tunggal
Ada pengamat yang berpendapat bahwa sistem Partai Tunggal merupakan istilah
yang menyangkal diri sendiri, karena partai tersebut merupakan satu-satunya
partai yang memiliki kedudukan dominan diantara beberapa partai lain. Pola
partai tunggal terdapat di beberapa  negara seperti, Afrika, China dan Kuba,
sedangkan dalam masa jayanya Uni Soviet dan beberapa negara Eropa Timur
termasuk dalam kategori ini. Suasana ke partaian dinamakan non kompetitif
karena semua  partai harus menerima pimpinan dari  partai yang dominan, dan
tidak dibenarkan bersaing dengannya.

Terutama di negara-negara yang baru lepas dari kolonialisme ada kecenderungan


kuat untuk memakai pola sistem partai-tunggal karena pimpinan (sering seorang
pemimpin yang kharismatik) dihadapan dengan masalah bagaimana
mengintegrasikan berbagai golongan, daerah, serta suku bangsa yang berbeda
corak sosial serta pandangan hidupnya. Dikhawatirkan bila keanekaragaman
sosial dan budaya ini tidak diatur dengan baik akan terjadi gejolak-gejolak sosial
politik yang menghambat usaha pembangunan. Padahal pembangunan itu harus
memfokuskan diri pada suatu program ekonomi yang Future-Oriented. 

Fungsi partai ini adalah meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk menerima
persepsi pimpinan partai mengenai kebutuhan utama dari masyarakat seluruhnya.
Di Indonesia pada tahun 1945 ada usaha mendirikan partai tunggal sesuai dengan
pemikiran yang ada saat itu banyak dianut negara- negara baru yang melepaskan
diri dari rezim kolonial. Di harapkan partai ini akan menjadi “motor perjuangan”.

9
Akan tetapi sudah beberapa bulan usaha itu dihentikan sebelum terbentuk secara
konkret, penolakan ini antara lain disebabkan karena dianggap berbau fasis.

2. Sistem Dwi Partai


Dalam kepustakaan ilmu politik pengertian sistem Dwi Partai biasanya diartikan
bahwa ada dua partai diantara beberapa partai, yang berhasil memenangkan dua
tempat teratas dalam pemilihan umum secara bergiliran, dan dengan demikian
mempunyai kedudukan dominan. Dewasa ini hanya beberapa negara yang
memiliki ciri-ciri sistem dwi-partai, yaitu Inggris, Amerika Serikat, Filipina,
Kanada, dan Selandia Baru. Oleh Maurice Duverger malahan dikatakan bahwa
sistem ini adalah khas Anglo Saxon. Dalam sistem ini  partai-partai dengan jelas
dibagi dalam partai yang berkuasa (karena menang dalam pemilihan umum) dan
partai oposisi (karena kalah dalam pemilihan umum). Dengan demikian jelaslah
dimana letak tanggung jawab mengenai pelaksanaan kebijakan umum. Dalam
sistem ini partai yang kalah berperan sebagai pengecam utama tapi yang setia
(loyal opposition) terhadap kebijakan  partai yang duduk dalam pemerintahan,
dengan pengertian bahwa peran ini sewaktu-waktu dapat bertukar tangan. Dalam
persaingan memenangkan pemilihan umum kedua partai berusaha untuk merebut
dukungan orang-orang yang ada di tengah dua partai dan yang sering dinamakan
pemilihan terapung (floating vote) atau pemilih di tengah (median vote).

Sistem Dwi Partai pernah juga disebut dengan a convenient sistem for contented
people dan memang kenyataannya ialah bahwa sistem dwi-partai dapat berjalan
baik apabila terpenuhi tiga syarat yaitu: komposisi masyarakat homogen, adanya
konsensus kuat dalam masyarakat mengenai asas dan tujuan sosial dalam politik,
dan adanya kontinuitas sejarah. Inggris biasanya digambarkan sebagai contoh
yang paling ideal dalam menjalankan sistem dwi-partai ini. Partai Buruh dan
Partai Konservatif boleh dikatakan tidak mempunyai pandangan yang banyak
berbeda mengenai asas dan tujuan politik, dan perubahan pimpinan umumnya
tidak terlalu mengganggu kontinuitas kebijakan pemerintah. 

10
Perbedaan yang pokok antara kedua partai hanya berkisar pada cara serta
kecepatan melaksanakan berbagai program pembaharuan yang menyangkut
masalah sosial, perdagangan, dan industri. Partai Buruh lebih condong agar
pemerintah melaksanakan pengendalian dan pengawasan terutama di bidang
ekonomi, sedangkan partai politik Konservatif cenderung memilih cara-cara
kebebasan berusaha. Disamping kedua partai ini, ada beberapa partai kecil
lainnya, diantaranya Partai Liberal Demokrat. Pengaruh partai ini biasanya
terbatas, tetapi kedudukannya berubah menjadi sangat krusial pada saat perbedaan
dalam perolehan suara dari kedua partai besar dalam pemilihan umum sangat
kecil. Dalam situasi seperti ini partai pemenang terpaksa membentuk koalisi
dengan Partai Liberal Demokrat atau  partai kecil lainnya.

3. Sistem Multi Partai


Umumnya dianggap bahwa keanekaragaman budaya politik suatu masyarakat
mendorong pilihan ke arah multi-partai. Dianggap bahwa pola multi-partai lebih
sesuai dengan pluralitas budaya dan politik daripada pola dwi-partai. Sistem
multi-partai ditemukan antara lain di Indonesia, Malaysia, Nederland, Australia,
Prancis, Swedia, dan Federasi Rusia. Prancis mempunyai jumlah partai yang
berkisar antara 17 dan 28, sedangkan di Federasi Rusia sesudah jatuhnya Partai
Komunis jumlah  partai mencapai 43.   

Sistem multi-partai sangat erat hubungannya dengan sistem pemerintahan


parlementer, yang mempunyai kecenderungan untuk menitik beratkan kekuasaan
pada badan legislatif, sehingga peran badan eksekutif sering lemah dan ragu-ragu.
Hal ini disebabkan karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk membentuk
suatu pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa berkoalisi dengan partai-partai lain.
Dilain pihak, partai-partai oposisi pun kurang memainkan peranan yang jelas
karena sewaktu-waktu masing-masing partai dapat diajak untuk duduk didalam
pemerintahan koalisi baru.

Hal semacam ini menyebabkan sering terjadinya siasat yang berubah-ubah


menurut kepentingan situasi yang dihadapi partai masing-masing. Sering kali

11
partai-partai oposisi kurang mampu menyusun suatu program alternatif bagi
pemerintah. Dalam sistem semacam ini masalah letak tanggung jawab menjadi
kurang jelas. 

Dalam situasi dimana terdapat suatu  partai yang dominan stabilitas politik dapat
lebih dijamin. Belanda, Norwegia, dan Swedia merupakan contoh dari
pemerintahan yang dapat mempertahankan stabilitas dan kontinuitas dalam
kebijakan publiknya. Melalui sistem perwakilan berimbang partai-partai kecil
dapat menarik keuntungan dari ketentuan bahwa kelebihan suara yang
diperolehnya disuatu daerah pemilihan dapat ditarik ke daerah pemilihan lain
untuk menggenapkan jumlah suara yang diperlukan guna memenangkan suatu
kursi. Indonesia mempunyai sejarah panjang dengan berbagai jenis sistem multi-
partai yang telah melalui beberapa tahap dengan bobot kompetitif yang berbeda-
beda. Sejak 1989 Indonesia berupaya untuk mendirikan suatu sistem multi-partai
yang mengambil unsur-unsur positif dari pengalaman masa lalu, sambil
menghindari unsur negatifnya.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Partai politik adalah sarana politik yang mengatur  tentang elit-elit politik dalam
upaya mencapai kekuasaan politik dalam suatu  negara yang bercirikan mandiri
dalam hal finansial, memiliki platform atau haluan politik tersendiri, mengusung
kepentingan-kepentingan kelompok dalam urusan politik, dan turut menyumbang
political development sebagai suprastruktur politik.
Partai politik pertama lahir di negara-negara Eropa Barat bersamaan dengan
gagasan bahwa rakyat merupakan fakta yang menentukan dalam proses politik.
Dalam hal ini partai politik berperan sebagai penghubung antara rakyat di satu
pihak dan pemerintah di lain pihak. Maka dalam perkembangannya kemudian
partai politik dianggap sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang
demokratis, yang mewakili aspirasi rakyat. 
Pada permulaannya peranan partai politik di  negara- negara Barat bersifat elitis
dan aristokratis, dalam arti terutama mempertahankan kepentingan golongan
bangsawan terhadap tuntutan raja, namun dalam perkembangannya kemudian
peranan tersebut meluas dan berkembang ke segenap lapisan masyarakat. Hal ini
antara lain disebabkan oleh perlunya dukungan yang menyebar dan merata dari
semua golongan masyarakat. Dalam partai politik juga ada 3 kategori kalasifikasi
sistem kepartaian, yaitu sistem Partai Tunggal, sistem Dwi Partai, dan sistem
Multi Partai 
B. SARAN
Untuk tetap memperbaiki citra partai politik sebagai institusi demokrasi, tentu
partai politik lebih maksimal memikirkan nasib masyarakat ketimbang
memperebutkan kursi kekuasaan. Sedangkan dalam konteks konflik internal partai
politik, meminimalisir mungkin adanya sikap politik yang bisa merusak citra
partai politik itu sendiri, tetap membuka adanya ruang bagi kedua pihak yang
bertikai untuk melakukan komunikasi politik yang lebih sehat dan lebih konsisten
pada aturan main organisasi. Konflik tentu tidak bisa dihindari, tetapi partai
politik juga harus memberikan ruang bagi terbangunnya suatu sistem manajemen
konflik yang lebih baik. 

13
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Utama, 2008.

14

Anda mungkin juga menyukai