OLEH :
COVER...................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian PPh Pasal 22....................................................................2
1.1. Pemungutan PPh Pasal 22..........................................................5
1.2. Tarif PPh Pasal 22......................................................................6
1.3. Pembayaran PPh Pasal 22..........................................................10
1.4. Kewajiban Membuat Bukti Pungut............................................11
1.5. e-Filing PPh Pasal 22.................................................................11
1.6. Saat terutang dan Pembayaran...................................................11
1.7. Contoh Kasus dan Pemecahan Masalah PPh Pasal 22...............12
2. Pengertian (PPh Pasal 23).................................................................12
2.1. Tarif dan Objek PPh Pasal 23....................................................13
2.2. Bukan Objek..............................................................................15
2.3. Saat Terutang, Penyetoran, Dan Pelaporan................................16
2.4. Dikenakan PPh Pasal 23............................................................22
2.5. Tidak Dikenakan PPh Pasal 23..................................................22
2.6. Contoh Kasus dan Pemecahan Masalah PPh Pasal 23...............22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................26
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
saya kesempatan dan kesehatan sehingga saya bisa menyelesaikan makalah saya
tentang “Ringkasan PPh Pasal 22 dan 23”. Tidak lupa pula shalawat serta salam
selalu saya hadiahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad saw yang
telah membawa kita semua ke alam yang gelap menuju alam yang terang
benderang yakni agama islam.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah
akuntansi perpajakan dari prodi Akuntansi pada Universitas Muslim Nusantara
Al-Washliyah, Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusun tidak terlepas
dari bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karen itu,
penulis mengucapkan banyak terim kasih kepada Ibu Yuni Sahara, M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Perpajakan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saya memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, semoga untuk kedepannyamakalah ini bisa disempurnakan dan
menjadi kebahagiaan apabila makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Demikian pengantar yang bisa saya sampaikan, saya mohon maaf
apabila ada banyak kesalahan yang ada dalam penyusunan makalah ini. Saya
menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun demi kebaikan dan
kemudahan kita bersama dalam menuntut ilmu lebih banyak lagi.
Yenni Apnilawati
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan sumber dana
alamnya. Pada saat ini, indonesia mengalami perkembangan yang
mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan di segala sektor demi
meningkatkan pendapatan atau kas negara guna membiayain pembangunan
dana biaya-biaya negara dalam rangka menyelenggarakan perubahan tersebut,
pastilah memerlukan dana yang tidak sedikit, dana tersebut berasal dari
APBN dan APBD, dimana sebagian besar bersumber pada penerimaan pajak.
dalam hal ini menjelaskan bahwa pajak memiliki peranaan yang sangat
penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan
pembangunan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang
ada untuk membiayai pengeluaran termasuk pengeluaran untuk meningkatkan
pembangunan.
Pajak Penghasilan merupakan pajak yang di pungut oleh
bendaharawan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, instansi atau lembaga pemerintah atau lembaga lembaga negara lain
berkenan dengan pembayaran atas penyerahan barang. Badan-badan tertentu
yang berkenan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di
bidang lainnya . Dasar Hukum PPh Pasal 22 Adalah UU Pajak Penghasilan
Nomor 36 Tahun 2008.
Pajak penghasilan pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas
penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan, selain yang telah dipotong PPh pasal 21.
B. Rumusan Masalah
Pajak Pengahsilan Pasal 22
Pajak Penghasilan Pasal 23
C. Tujuan Penulisan
Menjelaskan tentang Pajak Penghasilan baik itu Pasal 22 maupun Pajak
Penghasilan pasal 23.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan
dengan pembayaran atas pembelian barang.
3. Bendahara mengeluarkan untuk pembayaran yang dilakukan dengn
mekanisme uang persedian (UP)
4. Kuasa Pengguna anggaran (KPA) atau pejabat penerbitan surat perintah
membayar yang diberi delegasi oleh KPA, untuk pembayaran kepada
pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung
(LS)
5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri
kertas, industri baja, dan industri otomotif yang ditunjukkan oleh kepala
kantor pelayanan pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri.
6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atau
penjualan bahan bakar minyak, gas dan pelumas
7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan, yang ditunjuk oleh kepala kantor pelayanan
pajak atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor
mereka dari pedagang pengumpul.
6
pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas,
benda-benda pos;
pemakaian air dan listrik.
d. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor;
e. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan
penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Pengecualian dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas
barang impor sebagaimana dimaksud pada point 2 di atas, tetap berlaku
dalam hal barang impor tersebut dikenakan tarif bea masuk sebesar 0%
(nol persen).
Pengecualian sebagaimana dimaksud pada point 1 dan 6
dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 22
yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pengecualian sebagaimana dimaksud pada point 4, 5, dan 7 di
atas dilakukan tanpa Surat Keterangan Bebas (SKB).
Ketentuan Pengecualian pengenaan PPh Pasal 22 atas kegiatan
Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau PPN,
atas impor sementara dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai yang tata caranya diatur oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai
dan/atau Direktur Jenderal Pajak.
7
Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga-
lembaga negara lainnya, sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga
pembelian tidak termasuk PPN.
3. Atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang
persediaan (UP) oleh bendahara pengeluaran dan pembelian barang,
sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian tidak termasuk
PPN.
4. berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak
ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)
oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat
Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA), sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian tidak
termasuk PPN.
5. pembelian bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha berkenaan
dengan pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk
keperluan kegiatan usahanya oleh BUMN (PT Pertamina (Persero), PT
Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.,
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT
Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero) dan Bank BUMN,
sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian tidak termasuk
PPN.
6. Atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh
produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas adalah sebagai berikut:
a. bahan bakar minyak sebesar:
0,25% (nol koma dua puluh lima persen) dari penjualan tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada
stasiun pengisian bahan bakar umum Pertamina;
0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada stasiun pengisian
bahan bakar umum bukan Pertamina;
0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada pihak-pihak selain di
atas;
b. bahan bakar gas sebesar 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai;
c. pelumas sebesar 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
8
7. Atas penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh
badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri
kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi:
a. penjualan semua jenis semen sebesar 0,25% (nol koma dua puluh
lima persen);
b. penjualan kertas sebesar 0,1% (nol koma satu persen);
c. penjualan baja sebesar 0,3% (nol koma tiga persen);
d. penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih
sebesar 0,45% (nol koma empat puluh lima persen);
e. penjualan semua jenis obat sebesar 0,3% (nol koma tiga persen),
8. Dari dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
a. Atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen
Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM),
dan importir umum kendaraan bermotor sebesar 0,45% (nol koma
empat puluh lima persen) dari dasar pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai.
b. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor
oleh badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan,
sebesar 0,25% (nol koma dua puluh lima persen) dari harga
pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar
penghitungan Bea Masuk yaitu Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah
dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan kepabeanan di bidang impor.
Besarnya tarif pemungutan sebagaimana dimaksud di atas yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Ketentuan ini berlaku untuk pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang
bersifat tidak final.
9
Cara Penyetoran
1. Pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang dilaksanakan dengan cara
penyetoran oleh importir yang bersangkutan atau Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Penyetoran dilakukan dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak.
2. Pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh Bendahara
Pemerintah dan KPA, bendahara pengeluaran dan pejabat penerbit Surat
Perintah Membayar, wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui
Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan,
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang telah diisi atas nama
rekanan serta ditandatangani oleh pemungut pajak.
Surat Setoran Pajak tersebut berlaku juga sebagai Bukti Pemungutan Pajak
3. Pemungutan PPh Pasal 22 oleh pemungut pajak selain , wajib disetor oleh
pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran
Pajak.
Pemungut wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22.
Pemungut PPh Pasal 22 selain wajib membuat bukti pungut juga wajib
menyetor PPh yang dipungut dengan kode pajak 411122-900 ke bank
persepsi, kemudian melaporkannya dalam SPT Masa PPh Pasal 22.
Sedangkan pihak yang dipungut mendapat bukti pungut dan dapat dikreditkan
pada akhir tahun di SPT Tahunan. Penjualan bahan bakar minyak dan gas ke
agen atau penyalur dikenakan atas PPh bersifat final. Artinya, wajib pajak
yang hanya memiliki usaha tersebut, maka hanya wajib lapor SPT Tahunan
yang dilampiri bukti potong.
10
PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh Bendahara Pemerintah dan
KPA, bendahara pengeluaran dan pejabat penerbit Surat Perintah Membayar,
dan pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha
oleh BUMN tertentu dan Bank BUMN, terutang dan dipungut pada saat
pembayaran.
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi Badan usaha yang bergerak
dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi dan atas penjualan kendaraan bermotor di
dalam negeri yang dilakukan oleh ATPM, APM dan importir umum
kendaraan bermotor terutang dan dipungut pada saat penjualan.
PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas,
dan pelumas terutang dan dipungut pada saat penerbitan surat perintah
pengeluaran barang (delivery order).
PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul
terutang dan dipungut pada saat pembelian.
Contoh : pada tanggal 5 Agustus 2016 PT. ABC (produsen rokok dan telah
ditunjuk oleh Kantor Pelayanan Pajak sebagai pemungut PPh pasal 22)
NPWP : 02.446.748.6-623.000, membeli tembakau dari Paijo, NPWP
08.445.546.8-623.000 sebesar Rp. 400.000.000,- diketahui Paijo seorang
pedagang dan tidak mempunyai sawah atau ladang tembakau. Bagaimana
kewajiban perpajakannya atas transaksi tersebut:
Jawaban:
Pemungutan PPh 22 pasal 22 antara lain badanusaha industri atau eksportir
yang bergerak dalam sektor kehutanan, pertanian, perkanan dan perkebunan
atas pembelian bahan untuk keperluannya dan pedagang pengumpul.
Pedagang pengumpul adalah badan atau orang pribadi yang kegiatan
usahanya mengumpulkan hasil tersebut diatas.
Oleh karena paijo adalah peadang dan tidak memiliki sawah atau ladang
tembakau, maka paijo masuk kategori pedagang pengumpul yang membeli
tembakau dari para petani.
PT. ABC wajib memungut PPh Pasal 22 dan membuat bukti pemungutan PPh
pasal 22 kepada paijo pada tanggal 5 agustus 2016 dengan jumlah PPh pasal
22 sebesar 0,25% x Rp. 400.000.000,- = Rp. 1.000.000,-
11
atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan
Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek
pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
Subjek Pajak atau penerima penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan
Pasal 23 adalah Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap.
1. Badan pemerintah;
2. Subjek pajak badan dalam negeri;
3. Penyelenggara kegiatan;
4. Bentuk Usaha Tetap;
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk
oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong Pajak
Penghasilan Pasal 23, yaitu :
a. akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) kecuali Pejabat Pembuat Akta Tanah tersebut adalah camat,
pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas; atau
b. orang pribadi yagn menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan atas pembayaran beruapa sewa.
Pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang diperoleh dari:
Penyerahan jasa
Penggunaan modal
12
3. Sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto atas :
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
persewaan tanah dan atau bangunan yang dikenakan PPh
yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
29 Tahun 1996;
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen,
jasa konsultan hukum, jasa konsultan pajak, dan jasa lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf "c"
Undang-undang Pajak Penghasilan, yang dilakukan oleh
Wajib Pajak Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap selain
jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.
13
ditetapkan batas jumlah sebesar Rp. 240.000,00 setiap bulan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
Atas bunga simpanan yang jumlahnya di atas Rp. 240.000,00 dipotong
PPh Pasal 23 sebesar 15% dari seluruh bunga yang diterima dan bersifat
final
14
2.5. Tidak Dikenakan PPh Pasal 23
Jawaban :
Jasa bongkar muat barang, penimbunan barang dan terminal peti
kemas merupakan bagian dari jasa kepelabuhan sesuai aturan pelabuhan. Jasa
kepelabuhan tidak masuk dalam jenis jasa lain yang yang merupakan objek
pemotongan PPh Pasal 23 sehingga atas jasa tersebut tidak dilakukan
pemotongan PPh pasal 23 PT. ABC.
15
Jawaban :
Jasa tersebut termasuk jasa perantara/keagenan sehingga merupakan objek
pemotongan PPH Pasal 23 PT. ABC wajib memotong PPh pasal 23 kepada
PT. XYZ sebesar 2% x Rp. 20.000.000,- = Rp. 400.000,-
Kewajiban PT. ABC adalah :
1. Memberikan Bukti pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT. XYZ
2. Melakukan penyetoran pajak tersebut paling lambat tanggal 10
Nopember 2016
3. Melaporkan SPT Masa PPH pasal 23 Pajak Oktober 2016 paling
lambat tanggal 20 Nopember 2016
Jawaban:
Jasa tersebut termasuk kategori jasa perhotelan sesuai peratuan di bidang
perhotelan dan jasa perhotelan tidak termasuk sebagai jenis jsaa yang dikenai
pemotongan PPh Pasal 23, sehigga PT. ABC tidak mempunyai kewajiban
untuk melakukan pemotongan PPh pasal 23.
Jawaban :
Jasa tersebut termasuk jasa penyediaan tenaga kerja yang merupakan jenis
jasa lain dan dikenakan pemotongan PPh Pasal 223 sebesar 2% x Rp.
25.000.000,- = Rp. 500.000,-
16
- Pembayaran gaji tenaga kerja Rp. 25.000.000,-
Jawaban :
Jasa tersebut termasuk jasa penyediaan tenaga kerja yang termasuk dalam
kelompok jenis jasa lain dan wajib dipotong PPh pasal 23 dengan tarif 2%
(dua persen)dari jumlah bruto pembayaran. Dalam tagihan telah dipisahkan
hak tenaga kerja, maka PT. ABC wajib memotong PPh Pasal 23 sebesar 2%
x Rp. 5.000.000,- = Rp. 100.000,- PT. XYZ mempunyai kewajiban
pemotongan PPh Pasal 21 pada saat pembayaran gaji kepada pegawainya
Jawaban:
Hadiah perlombaan yang diterima oleh PT. XYZ merupakan objek PPh pasal
23 sehingga PT. ABC wajib memotong PPh pasal 23 sebesar 15% x Rp.
20.000.000,- = Rp. 3.000.000,-
17
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. PPh Pasal 22 adalah pajak yang dikenakan pada bendahara atau badan-badan
tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan
perdagangan ekspor, impor dan re-impor. Sekarang dengan adanya Peraturan
Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah melebarkan badan-
badan yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu menjadi wajib pajak badan
yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
2. PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap
‘menguntungkan’, karena itu PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat
penjualan maupun pembelian.
3. Tarif PPh Pasal 22 bervariasi tergantung dari objek pajaknya, yaitu berkisar
antara 0,25%-1,5%
4. Pemerintah telah menambahkan objek PPh Pasal 23 menjadi 62 jenis jasa
lainnya dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.040/2015.
5. PPh Pasal 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal,
penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong
PPh Pasal 21.
6. Tarif PPh 23 ada dua yaitu 15% dan 2% tergantung pada objek pajaknya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19