Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Perpajakan

Dosen Pengampu:
Albet Maydiantoro, S.Pd., M.Pd.
Widya Hestiningtyas, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 3

1. M. Dimas Syahputra 2213031012


2. Rendi Bagas Saputra 2213031016
3. Deswita Larasati 2213031025
4. Suci Indah Sari 2213031035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-Nya makalah yang
berjudul “Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 22” dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas salah satu mata kuliah, yaitu
Akuntansi Perpajakan yang diampu oleh Bapak Albet Maydiantoro, S.Pd., M.Pd.
dan Ibu Widya Hestiningtyas, S.Pd., M.Pd.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan, baik
yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun pengetikan. Namun, makalah
ini merupakan hasil dari usaha penyusun yang sudah maksimal. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat memberikan ilmu tambahan bagi para pembaca. Kami
menyadari bahwa pengetahuan yang dimiliki masih sangat terbatas, sehingga
mengharapkan masukan, kritik, serta saran untuk membuat makalah selanjutnya
agar menjadi lebih baik.

Bandarlampung, 10 Maret 2024

Penulis, Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Pengertian PPh Pasal 22 ................................................................................ 3

2.2 Objek PPh Pasal 22 ....................................................................................... 3

2.3 Tarif PPh Pasal 22 ......................................................................................... 4

2.4 Cara Menghitung Pph Pasal 22 ..................................................................... 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 9

3.2 Saran .............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan sumber daya alamnya.
Pada saat ini, Indonesia mengalami perkembangan yang mendorong pemerintah
untuk melakukan perubahan disegala sektor demi meningkatkan pendapatan
atau kas negara guna membiayai pembangunan dan biaya negara. Dalam rangka
menyelenggarakan perubahan tersebut, pastilah memerlukan dana yang tidak
sedikit, dana tersebut berasal dari APBN dan APBD, dimana sebgaian besar
bersumber pada penerimaan pajak. Dalam hal ini menjelaskan bahwa pajak
memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya
di dalam pelaksanaan pembangunan. Pajak merupakan salah satu sumber
pendapatan negara yang ada untuk membiayai pengeluaran termasuk
pengeluaran untuk meningkatkan pembangunan.

Pajak penghasilan adalah pajak yang dipungut oleh Bendaharawan pemerintah


baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga
pemerintah dan lembaga negara lainnya berkenan dengan pembayaran atas
penyerahan barang, badan-badan tertentu yang berkenaan dengan kegiatan di
bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. Dasar hukum PPh Pasal 22
adalah UU Pajak Penghasilan nomor 36 tahun 2008, Pasal 22. Untuk memahami
secara lebih mendalam dan komperensif mengenai pajak penghasilan (PPh)
Pasal 22, maka yang dibahas dalam makalah ini adalah paparan mengenai PPh
Pasal 22.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini, diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan PPh Pasal 22?
2. Apa saja objek PPh Pasal 22?
3. Berapa tarif PPh Pasal 22?
4. Bagaimana cara menghitung PPh Pasal 22?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, diantaranya:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan PPh Pasal 22.
2. Mengetahui apa saja objek PPh Pasal 22.
3. Mengetahui tarif PPh Pasal 22.
4. Mengetahui cara menghitung PPh Pasal 22.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PPh Pasal 22


Menurut Resmi (2011), menyatakan pajak penghasilan PPh Pasal 22 merupakan
pembayaran pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh
Bendaharawan pemerintah baik pusat maupun daerah, instansi atau lembaga
pemerintah, dan lembaga negara lainnya sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang, atau badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.

PPh Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang dikenakan kepada badan-badan


usaha tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan
perdagangan eksposr, impor, dan re-impor. Pengenaan PPh 22 ini, berlaku
menyeluruh, baik terhadap badan usaha pemerintah maupun swasta.

2.2 Objek PPh Pasal 22


Objek PPh pasal 22 sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor
34/PMK.010/2017 adalah:
1. Impor barang dan ekspor barang komoditas tambang batubara, mineral
logam, dan mineral bukan logam yang dilakukan oleh ekportir.
2. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh Bendahara
pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak
pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi atau lembaga
pemerintah, dan lembaga-lembaga negara lainnya.
3. Pembayaran atas pembelian barang dengan mekanisme uang persediaan
(UP) yang dilakukan oleh Bendahara pengeluaran.
4. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS) oleh KPA atau pejabat penerbit surat perintah
membayar yang diberi delegasi oleh KPA.

3
5. Pembayaran atas pembelian barang atau bahan-bahan untuk keperluan
kegiatan usaha BUMN (Badan Usaha Milik Negara), yang diatur dalam
pasal 22 e.
6. Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan
usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, yang merupakan industri hulu, industri otomotif, dan industri
farmasi.
7. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleg Agen Tunggal
Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir
umum kendaraan bermotor.
8. Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen
atau importir.
9. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah yang dilakukan oleh wajib
pajak badan yang diatur dalam pasal 22 ayat 1.

2.3 Tarif PPh Pasal 22


Tarif PPh Pasal 22 yakni sebagai berikut:
1. Atas Impor
a) Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% dikali nilai
impor.
b) Non-API = 7,5% dikali nilai impor.
c) Yang tidak dikuasai = 7,5% dikali harga jual lelang.
2. Untuk barang yang dibeli dibuat oleh DJPB, Bendahara Pemerintah,
BUMN/BUMD = 1,5% dikali harga yang akan dibeli (tidak termasuk PPN
serta bukan final).
3. Untuk hasil produksi yang dijual tetap mendasari keputusan DJP, yakni:
a) Kertas = 0,1% dikali DPP PPN (tidak final)
b) Semen = 0,25% dikali DPP PPN (tidak final)
c) Baja = 0,3% dikali DPP PPN (tidak final)
d) Otomotif = 0,45% dikali DPP PPN (tidak final)
4. Untuk hasil produksi yang dijual atau barang yang diserahkan oleh produsen
atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas ialah:

4
a) Pungutan PPh Pasal 22 untuk penyalur atau agen, bersifat final. Selain
penyalur atau agen bersifat tidak final.
5. Atas dibelinya bahan atas kepentingan industri atau ekspor untuk
perdagangan pengunpulan menetapkan = 0,25% dikali harga beli (tidak
termasuk PPN).
6. Untuk impor kedelai, gandum, dan tepung terigu dari importir yang dituju
API = 0,5% dikali nilai impor.
7. Untuk penjual
1. Pesawat udara pribadi serta harga jual melebihi Rp20.000.000.000,-
2. Kapal pesiar serta sejenisnya untuk harga jual melebihi
Rp10.000.000.000,-
3. Rumah dan tanah dengan harga jual serta harga pengalihan mencapai
Rp10.000.000.000,- serta luas bangunan melebihi 500 m2.
4. Apartemen, kondominium, atau sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya melebihi Rp10.000.000.000,- atau luas bangunan lebih
dari 400 m2.
5. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10
orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (suv), multi purpose
vihecle (mvp), minibus dan sejenisnya dengan harga jual mencapai
Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan dengan kapasitas silinder
melebihi 3.000 cc. Sebanyak 5% oleh harga jual tidak termasuk PPN
dan PPhBM.
8. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif
pajak PPh Pasal 22. (Bala, Saerang, dan Elim, 2018).

2.4 Cara Menghitung Pph Pasal 22


1. Cara menghitung PPh Pasal 22 atas kegiatan impor barang.
Besar PPh Pasal 22 atas impor:
Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API), tarif pemungutannya
sebesar 2,5% dari nilai impor.

PPh Pasal 22 = 2,5% x Nilai Importir

5
Yang tidak menggunakan Angka Pengenal Importir (API), tarif
pemungutannya sebesar 7,5% dari nilai impor.

PPh Pasal 22 = 7,5% x Nilai Importir

Yang tidak dikuasai, tarif pemungutannya sebesar 7,5% dari harga jual
lelang.

PPh Pasal 22 = 7,5% x Harga Jual Lelang

Catatan:
Yang dimaksud dengan nilai impor adalah nilai berupa uang yang
digunakan sebagai dasar perhitungan bea masuk. Nilai impor dihitung
sebesar Cost Insurance Freight (CIF) + bea masuk + pungutan pabean
lainnya.

Contoh soal:
PT. Airlangga memiliki nomor API dan melakukan impor komputer dari
Amerika Serikat dengan perincian sebagai berikut:
Harga komputer (cost) US$ 20,000.00
Asuransi (insurance) US$ 1,000.00
Biaya angkut (freight) US$ 4,000.00
Harga pabean US$ 25,000.00
Pungutan:
- Bea masuk 20% US$ 5,000.00
- Bea masuk tambahan 10% US$ 2,500.00
Nilai Impor US$ 32,500.00

Apabila pada tanggal impor (sesuai dokumen impor: pemberitahuan impor


barang) nilai kurs US $ 1.00 = Rp10.000,00, maka:
- Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp10.000,00=
Rp325.000,00
- PPh Pasal 22 yang dipungut: Rp325.000.00 x 2,5% = Rp8.125.000,-

6
2. Cara menghitung PPh Pasal 22 atas pembelian barang yang dibiayai
dengan APBN/APBD

PPh Pasal 22 = 1,5% x Harga Perolehan

3. Cara menghitung PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri


otomotif di dalam negeri.
Besarnya PPh Pasal 22 atas penjualan semua jenis kendaraan bermotor,
beroda dua atau lebih di dalam negeri adalah 0,45% dari dasar pengenaan
pajak (DPP) pajak pertambahan nilai.

PPh Pasal 22 = 0,45% x DPP PPN

Penjualan kendaraan bermotor yang dikecualikan dari pemungutan PPh


Pasal 22 atas industri otomotif adalah penjualan kendaraan bermotor
kepada:
- Instansi pemerintah
- Korps diplomatik
- Bukan subjek pajak

4. Cara menghitung PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri


rokok di dalam negeri.
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri rokok pada saat
penjualan rokok di dalam negeri adalah 0,15% dari harga bandrol (pita
cukai) dan bersifat final.

PPh Pasal 22 (final) = 0,15% x Harga Bandrol

5. Cara menghitung PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri


kertas di dalam negeri.

PPh Pasal 22 = 0,1% x DPP PPN

6. Cara menghitung PPh Pasal 22 atas penjualan hasil industri semen di


dalam negeri.

7
PPh Pasal 22 = 0,25% x DPP PPN

7. Cara menghitung PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri


baja di dalam negeri.

PPh Pasal 22 = 0,3% x DPP PPN

8. Cara menghitung PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Pertamina dan


Badan Usaha selain Pertamina.
Atas penebusan premium, solar, premix atau super TT oleh SPBU
swastanisasi adalah 0,3% dari penjualan.

PPh Pasal 22 = 0,3% x Penjualan

Atas penebusan premium, solar, premix atau super TT oleh SPBU


Pertamina adalah 0,25% dari penjualan.

PPh Pasal 22 = 0,25% x Penjualan

Atas penjualan minyak tanah, gas LPG, dan pelumas adalah 0,3% dari
penjualan.

PPh Pasal 22 = 0,3% x Penjualan

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PPh Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang dikenakan kepada badan-badan
usaha tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan
perdagangan eksposr, impor, dan re-impor. Pengenaan PPh 22 ini, berlaku
menyeluruh, baik terhadap badan usaha pemerintah maupun swasta. PPh Pasal
22 merupakan pembayaran PPh dalam tahun berjalan yang dipungut oleh,
Bendaharawan pemerintah baik pusat atau daerah, instansi atau lembaga
pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang. Badan-badan tertentu baik badan
pemerintah mauapun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lainnya serat wajib pajak badan yang melakukan
penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

3.2 Saran
Makalah ini merupakan resume dari beberapa sumber buku. Untuk lebih
mendalami isi makalah dapat dibaca dalam website, jurnal, maupun buku
rujukan yang tercantum di daftar Pustaka. Selanjutnya, penulis menyampaikan
permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan ataupun kekeliruan dalam penyusunan makalah ini.
Untuk itu, saran dan kritikan dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Sehingga makalah ini bisa menambahkan wawasan
dan pengetahuan bagi kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bala, G. M., Saerang, D. P., & Elim, I. (2018). Analisis Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penghasilan Pasal 22 Pada PT. Makmur Auto Mandiri. Jurnal
Riset Akuntansi Going Concern, 404-411.

Resmi. (2011). Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

10

Anda mungkin juga menyukai