Kelompok 3 :
PERPAJAKAN II
Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
KELOMPOK 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................................II
BAB 1.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB 2.............................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Pengertian Pajak Penghasilan.....................................................................3
2.2 Pengertian PPh Pasal 22.............................................................................3
2.3 Dasar Hukum PPh Pasal 22........................................................................5
2.4 Objek PPh Pasal 22....................................................................................9
2.5 Subjek PPh Pasal 22.................................................................................10
2.6 Tarif PPh Pasal 22....................................................................................10
2.7 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22..................................................11
2.8 Pembayaran PPh Pasal 22........................................................................12
2.9 Kewajiban Membuat dan Melaporkan Bukti Potong PPh 22...................12
2.10 Contoh Bukti Potong PPh 22.................................................................13
2.11 Contoh Soal PPh Pasal 22 Impor...........................................................13
BAB 3...........................................................................................................................15
KESIMPULAN.....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pajak Penghasilan ?
2. Apa pengertian dari Pajak Penghasilan Pasal 22 ?
3. Objek Pemungutan PPh pasal 22 ?
4. Cara Menghitung PPh pasal 22 ?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek
PPh Pasal 22 impor barang;
3
2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai
pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau
Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang;
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang meliputi:
PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi
Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel
(Persero);
Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran
atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan
usahanya.
4
Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh Pasal 22 saat
penjualan adalah:
1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri
kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil
produksinya kepada distributor di dalam negeri;
2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM),
dan importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan
bermotor di dalam negeri;
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang
merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan
industri antara dan industri hilir.
5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan
usahanya:
Mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan; dan
Menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang
bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan.
6. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah
menambahkan pemungut PPh Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang
melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
5
Pasal 22 dalam undang-undang pajak penghasilan pertama ini memiliki 2 ayat.
(2) Dasar pemungutan dan besarnya pungutan ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan berdasarkan pertimbangan, bahwa jumlah pungutan itu diperkirakan
mendekati jumlah pajak yang terutang atas penghasilan dari kegiatan usaha yang
bersangkutan.
Perubahan pertama UU PPh dalam UU No. 7 Tahun 1991 ini tidak ada perubahan
dalam Pasal 22 pada UU PPh sebelumnya.
UU PPh No. 10 Tahun 1994 ini merupakan perubahan kedua UU PPh, yang mana
dalam undang-undang ini terdapat perubahan pada Pasal 22 ayat 1 dan ayat 2.
Berikut bunyi PPh Pasal 22 ayat 1 dan ayat 2 dalam UU No. 10 Tahun 1994:
Berdasarkan ketentuan ini yang dapat ditunjuk sebagai pemungut pajak adalah:
6
– Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan
kegiatan di bidang impor, atau kegiatan usaha di bidang lain.
Dalam hubungan ini Menteri Keuangan menetapkan besarnya pungutan yang dapat
bersifat final.
Dalam perubahan ketiga UU PPh ini tidak ada perubahan pada Pasal 22. Sehingga
ketentuan PPh 22 masih mengikuti aturan dalam undang-undang pajak penghasilan
sebelumnya.
Dalam perubahan keempat UU PPh, kembali ada perubahan pada pasal 22.
7
Ketentuan Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2) diubah, serta ditambah 1 (satu) ayat, yakni
ayat (3) sehingga Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:
b. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain;
dan
c. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah.
(2) Ketentuan mengenai dasar pemungutan, kriteria, sifat, dan besarnya pungutan
pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(3) Besarnya pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi
100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang
dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
8
2.4 Objek PPh Pasal 22
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2016, lihat
lampiran berikut ini mengenai objek PPh Pasal 22 berupa impor barang-barang mewah
tertentu.
Impor barang dan ekspor barang komoditas tambang batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam yang dilakukan oleh eksportir
Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah, dan lembaga-lembaga negara
lainnya
Pembayaran atas pembelian barang dengan mekanisme uang persediaan (UP)
yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran
Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS) oleh KPA atau pejabat penerbit surat perintah membayar
yang diberi delegasi oleh KPA
Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan
kegiatan usahanya BUMN (Badan Usaha Milik Negara); diatur dalam pasal 22 e
Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan usaha
yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, yang
merupakan industri hulu, industri otomotif, dan industri farmasi
Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal Pemegang
Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan
bermotor
Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen atau
importir
Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya
atau ekspornya oleh industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan
Penjualan barang yang tergolong sangat mewah yang dilakukan oleh wajib pajak
badan; diatur dalam pasal 22 ayat 1
9
2.5 Subjek PPh Pasal 22
Jenis PPh 22 ini dikenakan pada wajib pajak badan-badan usaha tertentu, baik milik
pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan
re-impor.
10
Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya
lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan/atau luas bangunan
lebih dari 400 m2.
Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10
orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (suv), multi purpose
vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp
5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih
dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan
PPnBM.
8. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh
Pasal 22.
11
3. Pembayaran atas penyerahan barang yang dibebankan kepada belanja
negara/daerah yang meliputi jumlah kurang dari Rp 2.000.000,- (bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah).
4. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air
minum/PDAM, benda-benda pos, dan telepon.
12
5. Klik SIMPAN DAN SETUJU.
6. Pengguna diarahkan kembali ke daftar tampilan e-Bupot yang berhasil dan e-
Bupot PPh 22 dibuat.
13
Maka, perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang dipungut Ditjen Bea Cukai
adalah:
No Diketahui Perhitungan Nilai
a Harga Faktur (Cost) US$500.000
Biaya Asuransi
b (3% x US$500.000) US$15.000
(Insurance)
c Biaya Angkut (Freight) (5% x US$500.000) US$25.000
CIF (Cost, Insurance, Freight) (a + b + c) US$40.000
d CIF (dalam rupiah) (Rp540.000 + Rpp14.550) Rp7.857.000.000
e Bea Masuk (10% x Rp7.857.000.000) Rp785.700.000
f Bea Masuk Tambahan (6% x Rp7.857.000.000) Rp471.420.000
Nilai Impor (d + e + f) Rp9.114.120.000
= 2,5% x Rp9.114.120.000
= Rp227.853.000
14
BAB 3
KESIMPULAN
PPh Pasal 22 adalah pajak yang dikenakan pada bendahara atau badan-badan
tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan
perdagangan ekspor, impor dan re-impor. Sekarang dengan adanya Peraturan
Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah melebarkan badan-badan
yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu menjadi wajib pajak badan yang
melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap
‘menguntungkan’, karena itu PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat penjualan
maupun pembelian.
Tarif PPh Pasal 22 bervariasi tergantung dari objek pajaknya, yaitu berkisar
antara 0,25%-1,5%.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://klikpajak.id/blog/pph-pasal-22-dan-lapor-spt-pph-22/
#a_Contoh_Soal_PPh_Pasal_22_Impor
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pph-pajak-penghasilan-pasal-22
16