DOSEN PENGAMPU :
Saprudin S. E., M. Si., Ak.
Muhammad Nordiansyah S. E., M.A.K., Ak.
Disusun Oleh :
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah PPh Pasal 21 yang penyusun buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan II.
Atas selesainya penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang tidak terhingga kepada Bapak Saprudin S. E., M. Si., Ak.dan Bapak
Muhammad Nordiansyah S. E., M.A.K., Ak. sebagai Dosen pengajar mata kuliah
Perpajakan II yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik, serta semua pihak yang telah membantu dan
memberikan dukungan.
Penulis berharap makalah yang cukup sederhana ini dapat bermanfaat
dan dapat dijadikan sebagai sarana informasi yang berguna bagi para generasi
muda dalam pembelajaran Perpajakan II.
Mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kesalahan sehingga perlu ada saran yang sifatnya membangun. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat memberikan dampak positif bagi berbagai kalangan,
baik itu terhadap mahasiswa maupun masyarakat.
Penulis
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. Pengertian PPh Pasal 22.......................................................................................6
B. Pemungut PPh Pasal 22........................................................................................6
C. Objek PPh Pasal 22...............................................................................................8
D. Kegiatan yang tidak dikenakan PPh Pasal 22..................................................10
E. Saat Terutang PPh Pasal 22...............................................................................11
F. Pemungutan dan Penyetoran PPh Pasal 22......................................................13
G. Sifat Pemungutan................................................................................................15
H. Menghitung PPh Pasal 22...................................................................................15
BAB III
KESIMPULAN..............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................30
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dan sumber daya
alamnya. Pada saat ini, Indonesia mengalami perkembangan yang mendorong
pemerintah untuk melakukan perubahan di segala sector demi meningkatkan
pendapatan atau kas Negara guna membiayai pembangunan dan biaya – biaya
Negara.dalam rangka menyelenggarakan perubahan tersebut, pastilah
memerlukan dana yang tidak sedikit, dana tersebut berasal dari APBN dan
APBD, dimana sebagian besar bersumber pada penerimaan pajak. Dalam hal
ini menjelaskan bahwa pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan. Pajak
merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang ada untuk membiayai
pengeluaran termasuk pengeluan untuk meningkatkan pembangunan.
Indonesia memiliki beraneka ragam kekayaan yag sangat kuat oleh sebab
itu sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam
membangun pertumbuhan ekonomi untuk menunjang segala kebutuhan dalam
negeri. Namun pada kenyataannya Indonesia pada saat ini hanya mampu
menjadi penonton ditengah persaingan global yang begitu selektif. Kebijakan
kontrofersial yang dambil oleh pemerintah Indonesia yang tergabung dalam
pembebasan PPh pasal 22 dengan Negara Cina, pada konteks tersebut
kebijakan yang diambil sangat menggiurkan karena penduduk cina yang
begitu banyak dibandingkan jumlah penduduk Indonesia dan dapat menjadi
sasaran empuk bagi para produsen dalam negeri. Akan tetapi para produsen
dalam negeri belum mampu bersaing dengan produk – produk yang dihasilkan
oleh negeri tirai bamboo tersebut. Dalam hal ini kedewasaan sangatlah
diperlukan dalam melakukan suatu kebijakan karena besar atau kecilnya
pendapatan dari PPh pasal 22 bergantung pada kebijakan yang diambil oleh
peraturan pemerintah.
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini, selian untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perpajakan II, juga untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis
dalam memahami lebih lanjut mengenai PPh Pasal 22.
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas impor barang
dan ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral
bukan logam yang dilakukan oleh eksportir, kecuali yang dilakukan
oleh Wajib Pajak yang terikat dalam perjanjian kerja sama pengusaha
pertambangan dan Kontrak Karya.
2. Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai
pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi
atau lembaga pemerintah, dan lembaga-lembaga Negara lainnya atas
pembelian barang.
3. Bendahara pengeluaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan
mekanisme uang persediaan (UP).
G. Sifat Pemungutan
Pemungutan PPh Pasal 22 dapat bersifat final dan tidak final.
Pemungutan pajak bersifat final artinya pajak yang telah dibayar oleh
wajib pajak melalui pemungutan leh pihak lain dalam tahun berjalan
tersebut tidak dapat dikreditkan pada total PPh yang terutang pada akhir
suatu tahun saat pengisian SPT tahunan PPh. Sebaliknya, pemungutan
pajak bersifat tidak final berarti pajak yang sudah dipungut oleh pemungut
atau dibayarkan dapat dikreditkan/diperhitungkan sebagai pembayaran
pajak penghasilan dalam tahun berjalan oleh wajib pajak yang dipungut.
Tarif dan dasar pengenaan pajak untuk setiap kegiatan yang dikenakan
PPh Pasal 22 dijelaskan dalam table berikut :
Keterangan :
a) Nilai Impor: nilai uang yang menjadi dasar penghitung Bea Masuk, yaitu
Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan
pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan kepabeanan di bidang impor.
Cost merupakan harga faktur, insurance merupakan biaya asuransi antar-
daerah pabean, freught merupakan biaya angkut (pengapalan) antardaerah
pabean.
b) Nilai ekspor adalah nilai Free on board (FoB).
c) Dasar pengenaan pajak pertambahan nilai (DPP PPN): dapat berupa harga
pembelian atau harga penjualan, merupakan nilai atau harga tertentu yang
menjadi hak pengusasha kena pajak atau penjual.
Besarnya DPP PPN ditentukan sebagai berikut:
1. Jika harga pembelian/penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan
Nilai dan/atau Pajak Penjualan atas barang mewah (PPnBM), besarnya
DPP PPN sama dengan harga pembelian/penjualan.
2. Jika harga pembelian/penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan
Nilai, besarnya DPP PPN sama dengan harga pembelian/penjualan
dibagi 110.
Contoh 1.a.
PT Anda adalah importer telah memiliki API. Pada Desember 2018, melakukan
impor barang (pakaian selam) dari Jepang dengan harga faktur USD100.000.
biaya asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari Jepang ke dalam daerah
pabean (Indonesia) masing-masing sebesar 0,5% dan 10% dari harga faktur. Biaya
tersebut dibayar oleh PT Anda. Tarif bea masuk 10% dari CIF, Pungutan lain
yang sah di daerah Pabean adalah Rp. 10.000.000. Kurs yang ditetapkan oleh
menteri keuangan pada saat itu adalah USD1=Rp. 14. 500, sedangkan kurs BI
adalah USD1=Rp.14.540. hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Anda.
Contoh 1.b.
PT Bunda tidak menggunakan API. Pada desember 2018 melakukan impor barang
tas olahraga dari Negara Zimbabwe dengan harga faktur USD 100.000. biaya
asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari Negara x ke dalam daerah
pabean masing-masing sebesar 2% dan 6% dari harga faktur. Biaya tersebut
dibayar oleh PT bunda. Tariff bea masuk dan bea masuk tambahan masing-
masing 10% dan 20% dari CIF. Pungutan lain yang sah di daerah pabean adalah
Rp 10.000.000 kurs yang ditetapkan oleh menteri keuangan pada saat itu adalah
Contoh 1.c.
PT ceria menggunakan Api dalam melakukan impor barang. Pada januari 2019
melakukan impor kedelai dari Zimbabwe dengan harga faktur USD 30.000, biaya
asuransi dan biaya angkut pengapalan barang dari Negara Zimbabwe ke pabean
masing-masing sebesar 0,5% dan 15% dari harga faktur. Biaya tersebut dibayar
oleh PT ceria, tariff bea masuk 10% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh menteri
keauangan pada saat itu adalah USD1=Rp 13.570, sedangkan kurs BI adalah
USD1=Rp 14.533. hitung PPh pasal 22 yang harus dibayar oleh PT ceria
Contoh 1.d.
Pada januari 2019 PT dinda melakukan impor barang elektronik. Barang yang
diimpor sebanyak 100 unit dengan harga faktur USD 900 per unit. Biaya asuransi
dan biaya angkut pengapalan barang dari Zimbabwe ke daerah pabean masing-
masing sebesar 5% dan 10% dari harga faktur. Biaya tersebut dibayar oleh PT
dinda. Tariff bea masuk 20% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh menteri
keuangan pada saat itu adalah USD1=Rp 13.570 sedangkan kurs BI adalah
USD1=14.533. hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT dinda.
Contoh 2
PT Endra merupakan eksportir komoditas tambang batubara. Pada Januari 2019
melakukan ekspor bubuk mika ke Negara Y dengan nilai ekspor sebesar
USD200.000. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah
USDI = Rp13.750, sedangkan Kurs BI adalah USDI = Rp14.5333. Hitung PPh
Pasal 22 tang harus dibayar oleh PT Endra.
Contoh 3.a
Pada 1 April 2019, Dinas Perhubungan membeli mebel dan peralatan kantor
lainnya dari Perdana Furniture senilai Rp 220.000.000 (termasuk PPN 10%).
Pembayaran dilakukan dengan uang persediaan.
PPh Pasal 22 yang dipungut olehbendaharawan dinas tersebut pada saat
pembayaran dihitung sebagai berikut.
Dasar pegenaan pajak: (100/110) x Rp 220.000.000 Rp 200.000.000
Besarnya PPh Pasal 22
1,5% x Rp 200.000.000 Rp 3.000.000
Contoh 3.b
Pada 20 April 2019, Dinas Pekerjaan Umum membeli peralatan senilai Rp
962.500.000 (termasuk PPN 10%) dari PT Nagata. Sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di wilayah tersebut, untuk pembelian dengan nil;ai diatas Rp 200.000.000
dilakukan dengan cara mekanisme langsung, yaitu pembayaran dilakukan oleh
bendahara umum daerah dalam hal ini Badan Pengelolaan Pendapatan Keuangan
dan Aset Daerah langsung kepada PT Nagata.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut pada saat
pembayaran dihitung sebagai berikut
Dasar pegenaan pajak: (100/110) x Rp 962.500.000 Rp 875.000.000
Besarnya PPh Pasal 22
1,5% x Rp 875.000.000 Rp 13.125.000
Contoh 3.c
Pada tanggal 2019, Dinas Pendidika dan Olahraga melakukan pembelian barang
mewah sebanyak 10 unit dengan harg aper unit Rp 3.900.000.000 (termasuk PPN
10% dan PPnBM 20%).
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut pada saat
pembayaran dihitung sebagai berikut.
Contoh 3.d
Pada 25 April 2019,Dinas Koperasi dan UMKM melakukan pembelian alat tulis
kantor dar Toko Putih senilai Rp 2.200.000 (termasuk PPN 10%).
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan dinas tersebut pada saat
pembayaran dihitung sebagai berikut.
Dasar pegenaan pajak: (100/110) x Rp 2.200.000 Rp 2.000.000
Dasar pengenaan pajak tidak melebihi Rp. 2.000.000 maka atas transaksi ini tidak
dikenakan PPh Pasal 22
Contoh 3.e
Pada 26 April 2019, Bagian Umum Setda Kab. X melakukan pembelian snack
dari Toko Jajan Pasar sebanyak 200 kotak dengan harga Rp 20.000 per kotak (tida
termasuk PPN). Toko Jajan pasar tidak memiliki NPWP.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendaharawan Bagian Umum Setda tersebut
pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut.
Dasar pegenaan pajak: 200 x Rp 20.000 Rp 4.000.000
Besarnya PPh Pasal 22
1,5% x Rp 4.000.000 Rp 60.000
Tambahan karena tidak memiliki NPWP
100% x 1,5% x Rp 4.000.000 Rp 60.000 +
Rp 120.000
Contoh 4.a
PT bank BNI merupakan salah satu BUMN. Pada Januari 2019, melakukan
pembayaran kepada PT Bahtera Motor atas pembelian kendaraan sebanyak 14
unit dengan harga Rp 220.000.000 per unit. Harga ini termasuk PPN 10%.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Bank BNI pada saat pembayaran dihitung
sebagai berikut.
Contoh 4.b
PT Indonesia power merupakan salah satu badan usaha yang dimiliki langsung
oleh BUMN yang ditunjuk sebagai pemungut pajak. Pada maret 2019 melakukan
pembayaran kepada PT edoluxary atas pembelian barang tergolong mewah
dengan tariff 10%. Harga barang senilai Rp 24.000.000.000. harga ini termasuk
PPN 10% dan PPnBM 10%. PPh Pasal 22 yang dipugut oleh PT indonesia power
pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut
Nilai transaksi pembelian Rp 24.000.000.000
Dasar pengenaan pajak (100/120) x Rp. 24.000.000.000 Rp 20.000.000
PPh Pasal 22 1,5% x Rp 20.000.000 Rp 300.000.000
Contoh 4.c
PT pupuk kujang merupakan salah satu badan usaha yang dimiliki langsung oleh
BUMN yang ditunjuk sebagai pemungut pajak. Pada maret 2019 melakukan
pembayaran kepada PT anaconda atas pembelian bahan keperluan industry senilai
Rp 10.800.000 harga barang termasuk PPN 10%. PPh pasal 22 yang dipungut
oleh PT pupuk kujang pada saat pembayaran dihitung sebagai berikut
Nilai transaksi pembelian Rp 10.800.000
Dasar pengenaan pajak (100/110) x Rp. 10.800.000 Rp 9.545.455
Dasar penggunaan pajak tidak melebihi Rp 10.000.000 maka atas transaksi ini
tidak dikenakanPPh pasal 22.
Contoh 5
PT bima merupakan importer bahan bakkar inyak. Pada bulan juni 2019
melakukan impor senilai Rp 2.000.000.000. pada bulan juli 2019 menjual
sebagian bahan bakar minyak senilai Rp 1.700.000.000 kepada PT dua motor.
PPh pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan dari bahan Rp 1.700.000.000
Contoh 6.a
PT semen padang pada mei 2019 menjual hasil produksi berupa semen ke CV
bangun (salah satu distributor) degan total harga sebesar Rp 340.000.000. harga
tersebut tidak termasuk PPN. PPh pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung
sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan Rp 340.000.000
Dasar pengenaan pajak = nilai transaksi penjualan Rp 340.000.000
PPh Pasal 22 0,25% x Rp 340.000.000 Rp 850.000
Contoh 6.b
PT cahaya dunia paper pada mei 2019 menjual kertas hasil produksi kertas ke CV
merah jaya (salah satu distributor) dengan total harga sebesar Rp 880.000.000.
harga tersebut sudah termasuk PPN 10%. PPh Pasal 22 atas penjualan tersebut
dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan Rp 880.000.000
Dasar pengenaan pajak (100/110) x Rp 715.000.000 Rp 650.000.000
PPh pasal 22 0,3% x Rp 650.000.000 Rp 1.950.000
Contoh 6.c
PT beton jaya merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pencetakan plat
baja. Pada juni 2019 melakukan penjualan kredit sebesar Rp 715.000.000
termasuk PPN 10%. Penjualan ditujukan kepada beberapa distributor dalam
negeri. PPH pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan Rp.715.000.000
Dasar pengenaan pajak (100/110) x Rp 715.000.000 Rp 650.000.000
PPh pasal 22 0,3% x Rp 650.000.000 Rp 1.950.000
Contoh 6.e
PT bio farma salah satu perusahaan farmasi pada juli 2019 melakukan penjualan
hasil produksi kepada salahsatu distributor senilai Rp 825.000.000 termasuk PPN
10%
PPh pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan Rp 825.000.000
Dasar pengenaan pajak (100/110) x Rp 825.000.000 Rp 750.000.000
PPh pasal 22 0,3% x Rp 52.000.000.000 Rp 234.000.000
Contoh 7
PT astra salah satu ATPM pada mei 2019 melakukan penjualan kendaraan
bermotor senilai Rp 1.100.000.000 termasuk PPN.
PPh pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan Rp 1.100.000.000
Dasar pengenaan pajak (100/110) x Rp 1.100.000.000 Rp 1.000.000.000
PPh pasal 22 0,45% x Rp 1.000.000.000 Rp 4.500.000
Contoh 8
PT salaka adalah produsen makanan olahan dari salak. Pada juni 2019 melakukan
pembelian 5 ton salak dengan harga Rp 5000 per kg dari tuan reza. Tuan reza
merupakan pedagang pengumpul dan tidak memiliki NPWP.
PPh pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan 5 x 1000 x Rp 5000 Rp 25.000.000
Contoh 9
Pada juni 2019 PT ABC melakukan pembelian batubara dari pak ipung senilai Rp
90.000.000.000. pak ipung salah satu pemegang izin usaha pertambangaan di
Balikpapan.
PPh pasal 22 atas penjualan tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan Rp 90.000.000.000
Dasar pengenaan pajak = nilai transaksi pembelian Rp 90.000.000.000
PPh pasal 22 1,5% x Rp 90.000.000.000 Rp 1. 350.000.000
Contoh 10
PT antar merupakan badan usaha yang melakukan penjualan emas batangan di
dlam negeri senilai Rp 1.200.000.000.
PPh pasal 22 atas pembelian tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi penjualan Rp 1.200.000.000.000
Dasar pengenaan pajak = nilai transaksi pembelian Rp 1.200.000.000.000
PPh pasal 22 0,45% x Rp 1.200.000.000.000 Rp 5.400.000
Contoh 11
PT kuantum perusahaan property yang melakukan penjualan hunian mewah.
Februari 2019 melakukan penjualan apartemen sebanyak 10 kavling dengan
harga Rp 6.050.000.000 per kavling. Harga termasuk PPN 10%.
PPH pasal 22 atas pembelian tersebut dihitung sebagai berikut.
Nilai transaksi pembelian 10x Rp 6.050.000.000 Rp 60.050.000.000
Dasar pengenaan pajak (100/110) x Rp 60.050.000.000 Rp 55.000.000.000
PPh pasal 22 5% x Rp 55.000.000.000 Rp 2.750.000.000