Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

HAM DAN RULE OF LAW

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan

DOSEN PENGAMPU :
Muhammad Erham, S. H., M. H.
Muslimah Hayati, S. H., M. H.
Dr. Suprapto, S.H., M. H.

Disusun Oleh :
Roberto Carlos (1900311310024)
Zunaidin (1900311310029)
Muhammad Faisal Madani (1900311310031)
Rio Rinaldo (1900311310033)
Irvan Wiratama Gunawan (1900311310034)
Muhammad Riyadh (1900311310076)
Muhammad Rizqi Dharma (1900311310077)

PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah HAM dan Rule Of Law yang penyusun buat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Atas selesainya penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang tidak terhingga kepada Bapak Muhammad Erham, S. H., M. H.,
Bapak Dr. Suprapto, S.H., M. H dan Ibu Muslimah Hayati, S. H., M. H., sebagai
Dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang
telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik, serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan.
Penulis berharap makalah yang cukup sederhana ini dapat bermanfaat
dan dapat dijadikan sebagai sarana informasi yang berguna bagi para generasi
muda dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kesalahan sehingga perlu ada saran yang sifatnya membangun. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat memberikan dampak positif bagi berbagai kalangan,
baik itu terhadap mahasiswa maupun masyarakat.

Banjarmasin, 23 November 2019

Penulis

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN............................................................................................5
D. METODE PENULISAN MAKALAH....................................................................5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................6
A. PENGERTIAN HAM..............................................................................................6
B. CIRI POKOK DAN TUJUAN HAM......................................................................7
C. MACAM-MACAM HAM.......................................................................................7
D. HAM DI INDONESIA.............................................................................................8
E. LEMBAGA PENEGAK HAM................................................................................9
F. KOMISI NASIONAL HAM..................................................................................16
G. HAM DALAM PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL................................17
H. PELANGGARAN HAM........................................................................................22
I. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP RULE OF LAW..............................23
J. PRINSIP-PRINSIP RULE OF LAW....................................................................24
K. PRINSIP-PRINSIP RULE OF LAW SECARA FORMAL DI INDONESIA....28
L. STRATEGI PELAKSANAAN PENGEMBANGAN RULE OF LAW..............29
BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................33
A. KESIMPULAN.......................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................34

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 3


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki

manusia sejak ia lahir yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu

gugat siapapun. Hak Asasi merupakan sebuah bentuk anugrah yang

diturunkan oleh Tuhan sebagai sesuatu karunia yang paling mendasar dalam

hidup manusia yang paling berharga. Hak Asasi dilandasi dengan sebuah

kebebasan setiap individu dalam menentukan jalan hidupnya, tentunya hak

asasi juga tidak lepas dari kontrol bentuk norma-norma yang ada. Hak-hak ini

berisi tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan suku,

golongan, keturunanan, jabatan, agama dan lain sebagainya antara setiap

manusia yang hakikatnya adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.

Terkait tentang hakikat hak asasi manusia, maka sangat penting

sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus saling menjaga dan menghormati hak

asasi masing-masing individu. Namun pada kenyataannya, kita melihat

perkembangan HAM di Negara ini masih banyak bentuk pelanggaran HAM

yang sering kita temui.

Rule of Law adalah suatu doktrin yang mulai muncul pada abad ke

19, bersamaan dengan kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi. Rule of

Law merupakan konsep tentang common law dimana segenap lapisan

masyarakat dan Negara beserta seluruh kelembagaannya menjungjung tinggi

supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Ada

tidaknya Rule of Law dalam suatu Negara ditentukan oleh kenyataan apakah

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 4


rakyatnya benar-benar menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil

baik sesama warga Negara maupun pemerintah.

B. RUMUSAN MASALAH

A. Apa yang dimaksud dengan HAM?

B. Bagaimanakan Sejarah perkembangan HAM?

C. Apa saja pengelompokan dalam HAM?

D. Bagaimana HAM di Indonesia?

E. Apa itu Rule of Law?

F. Bagaimanakah prinsip-prinsip yang terdapat dalam Rule of Law?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari HAM

2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan HAM

3. Untuk mengetahui Pengelompokan dalam HAM

4. Untuk mengetahui Seperti apa HAM di Indonesia

5. Untuk mengetahui mengenai Rule of Law

6. Untuk mengetahui prinsip–prinsip dalam Rule of Law

D. METODE PENULISAN MAKALAH

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis melakukan metode penelaahan

melalui studi pustaka dan bahan bacaan dari media lainnya yang bertujuan

untuk melengkapi materi atau data-data dalam penyusunan makalah ini.

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 5


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN HAM

HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak itu,

manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh

bersama dengan kelahirannya atau kehadirannya didalam kehidupan

masyarakat (Tilaar, 2001). HAM bersifat umum (universal) karena diyakini

bahwa beberapa hak dimiliki tanpa perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis

kelamim. HAM juga bersifat supralegal, artinya tidak tergantung pada adanya

suatu negara atau undang-undang dasar, kekuasaan pemerintah, bahkan

memiliki kewenangan lebih tinggi karena berasal dari sumber yang lebih

tinggi (Tuhan). UU No.39 Tahun 1999 Tentang HAM mendefinisikan HAM

sebagai seperngkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia

sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Hendarmin Ranadireksa memberikan definisi mengenai hak asasi manusia,

yaitu pada hakikatnya hak asasi manusia adalah seperangkat ketentuan atau

aturan untuk melindungi warga negara mdari kemungkinan penindasan,

pemasungan, atau pembatasan ruang gerak warga negara oleh negara. Artinya,

ada pembatasan-pembatasanm tertentu yang diberlakukan pada negara agar

hak warga negara yang paling hakiki terlindungi dari kesewenang-wenangan

kekuasaan.

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 6


B. CIRI POKOK DAN TUJUAN HAM

Dasar Hak Asasi Manusia adalah manusia berada dalam kedudukan yang

sejajar dan memiliki kesempatan yang sama dalam berbagai macam aspek

untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Berdasarkan

beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang ciri pokok

hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :

1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli maupun diwarisi. HAM merupakan

bagian dari manusia secara otomatis.

2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,

agama, etnis, pandangan politik, atau asal-usul sosial bangsanya.

3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk

melanggar dan membatasi hak orang lain.

Tujuan Hak Asasi Manusia adalah :

1. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang-

wenangan.

2. HAM mengembangkan saling menghargai antar manusia.

3. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab

untuk menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar.

C. MACAM-MACAM HAM

Hak asasi manusia menurut sifat/masyarakat pada umumnya, hak asasi

manusia dapat dibagi enam macam,yaitu:

1. Hak asasi pribadi (personal right) yang meliputi kebebasan menyatakan

pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak, dan

sebagainya.

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 7


2. Has asasi ekonomi (proverty right), yaitu hak untuk memiliki sesuatu,

membeli, dan menjual sesuatu serta memanfaatkannya.

3. Hak asasi politik (political right), yaitu hak untuk ikut serta dalam

pemerintahan, hak memilih (hak memilih dan dipilih dalam pemilu), hak

untuk mendirikan partai politik dan sebagainya.

4. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan

pemerintahan (right legal equality).

5. Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture right), yaitu hak untuk

memilih pendidikan, hak untuk mengembangkan kebudayaan dan

sebagainya.

6. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan

perlidungan (procedural right), misalnya perlakuaan dalam hal penahanan.

penangkapan, penggeledahan, peradilan, dan sebagainya

D. HAM DI INDONESIA

Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku

tiga undang-undang dalam 4 periode, yaitu :

1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945.

2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku Konstitusi

Republik Indonesia Serikat.

3. Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, berlaku UUDS 1950.

4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku kembali UUD 1945.

Pencantuman pasal-pasal tentang Hak-hak Asasi Manusia dalam tiga UUD

tersebut berbeda satu sama lain. Dalam UUD 1945 butir-butir Hak Asasi

Manusia hanya tercantum beberapa saja. Sementara Konstitusi RIS 1949 dan

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 8


UUDS 1950 hampir bula-bulat mencantumkan isi Deklarasi HAM dari PBB.

Hal demikian ini karna memang situasinya sangat dekat dengan Deklarasi

HAM PBB yang masih aktual. Di samping itu terdapat pula harapan

masyarakat dunia agar deklarasi HAM PBB dimasukkan ke dalam Undang-

Undang Dasar atau perundangan lainnya di negara-negara anggota PBB, agar

secara yuridis formal HAM dapat berlaku di negara masing-masing.

Ketika UUD 1945 berlaku kembali sejak 5 Juli 1959, secara yuridis formal,

hak-hak asasi manusia tidak lagi lengkap seperti Deklarasi HAM PBB, karena

yang terdapat di dalam UUD 1945 hanya berisi beberapa pasal saja,

khususnya pasal 27, 28, 29, 30 dan 31. Pada awal Orde baru saja tujuan

Pemerintah adalah melaksanakan hak asasi manusia yang tercantum dalam

UUD 1945 serta berupaya melengkapinya. Tugas untuk melengkapi HAM ini

ditanda tangani oleh sebuahh panitia MPRS yang kemudian menyusun

Rancangan Piagam Hak-hak Asasi Manusia serta hak-hak dan Kewajiban

warganegara yang dibahas dalam sidang MPRS tahun 1968. Dalam

pembahasan ini sidang MPRS menemui jalan buntu, sehingga akhirnya

dihentikan. Begitu pila setelah MPR terbentuk hasil pemilihan umum 1971

persoalan HAM tidak lagi diagendakan, bahkan dipeti-eskan sampai

tumbangnya Orde Baru di tahun 1998 yang berganti dengan era Reformasi.

Pada awal Reformasi itu pula diselenggarakan sidang istimewa MPR tahun

1998 yang salah satu ketetapannya berisi Piagam HAM.

E. LEMBAGA PENEGAK HAM

Hak asasi manusia merupakan hak yang harus dilindungi, baik oleh individu,

masyarakat maupun oleh Negara. Hal ini dikarenakan Hak Asasi Manusia

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 9


merupakan hak paling asasi yang dimiliki oleh manusia sebagai anugerah

yang diberikan oleh Tuhan. Oleh sebab itu, HAM harus dijaga, dihormati dan

ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tidak seorangpun

berhak untuk melanggar hak asasi yang dimiliki oleh manusia dengan alasan

apapun.

Untuk merealisasikan penegakan HAM di Indonesia, telah dibentuk suatu

komisi mengenai hak asasi manusia. Dasar hukum bagi penegakan HAM di

Indonesia sudah sangat jelas, baik melalui UUD, ketetapan MPR maupun

perundang-undangan, baik yang sudah disahkan, maupun ratifikasi dari

konvensi hak asasi manusia yang ada di dunia Internasional.

Berikut ini adalah lembaga penegak HAM yang ada di Indonesia :

1. POLRI (Kepolisian Negara Republik Indonesia)

Pada tahun 2002, Polri telah ditetapkan sebagai lembaga yang memberikan

perlindungan HAM rakyat Indonesia. Hal ini sesuai dengan ketetapan

yang tertuang dalam UU (Undang-Undang) No. 2 Tahun 2002 “Kepolisian

Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam

1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
0
negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,

tertib dan tegak hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan

pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat, dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia”. Untuk melaksanakan UU tersebut,

polisi harus menjaga supremasi HAM dengan melaksanakan tugas-tugas

yang dijelaskan dalam UU yang sama, meliputi:

 Polri harus menjaga dan melindungi keamanan masyarakat, tata tertib

serta penegakan hukum dan HAM

 Polri harus menjaga keamanan umum dan hak milik, serta menghindari

kekerasan dalam menjaga tata tertib bermasyarakat dengan

menghormati supremasi HAM

 Polri dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka harus

menghormati asas praduga tak bersalah sebagai hak tersangka sampai

dinyatakan terbukti bersalah oleh pengadilan.

 Polri harus mematuhi norma-norma hukum dan agama untuk menjaga

supremasi HAM.

2. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Komnas Perempuan bertujuan untuk memberikan perlindungan pada kaum

perempuan. Komnas ini dibentuk pada tanggal 9 Oktober 1998

berdasarkan Keppres No. 181 Tahun 1998 dan diperkuat dengan PP

(Peraturan Presiden) No. 65 Tahun 2005. Pada Keppres No. 181 Tahun

1998 dalam Pasal 4 menuangkan tentang tujuan dibentuknya Komnas

Perempuan, diantaranya adalah:

1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
1
 Penyebarluasan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap

perempuan yang berlangsung di Indonesia,

 Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala

bentuk kekerasan terhadap perempuan di Indonesia,

 Peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk

kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan hak asasi manusia

perempuan.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka Komnas Perempuan harus

melaksanakan berbagai kegiatan seperti yang tertuang dalam Pasal 5 pada

Keppres yang sama, yakni:

 Penyebarluasan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap

perempuan Indonesia dan upaya-upaya pencegahan dan

penanggulangan serta penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap

perempuan,

 Pengkajian dan penelitian terhadap berbagai intrumen Perserikatan

Bangsa-Bangsa mengenai perlindungan hak asasi manusia perempuan

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta menyampaikan

berbagai saran dan pertimbangan kepada pemerintah, lembaga

legislatif dan masyarakat dalam rangka penyusunan dan penetapan

peraturan dan kebijakan berkenaan dengan upaya-upaya pencegahan

dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan

Indonesia serta perlindungan dan penegakan hak asasi manusia bagi

perempuan,

1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
2
 Pemantauan dan penelitian, termasuk pencarian fakta, tentang segala

bentuk kekerasan terhadap perempuan serta memberikan pendapat,

saran dan pertimbangan kepada pemerintah,

 Penyebarluasan hasil pemamtauan dan penelitian atas terjadinya segala

bentuk kekerasan terhadap perempuan kepada masyarakat,

 Pelaksanaan kerjasama regional dan internasional dalam rangka

meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan kekerasan

terhadap perempuan dalam rangka mewujudkan penghapusan segala

bentuk kekerasan terhadap perempuan.

3. KPAI (Komnas Perlindungan Anak Indonesia)

lembaga perlindungan HAM Pada awalnya KPAI diberinama KPAN

(Komisi Perlindungan Anak). Kemudian seiring berjalnnya waktu

nama tersebut berubah menjadi KPAI. KPAI memiliki fokus untuk

melindungi HAM anak-anak. Didirikannya lembaga ini didasarkan

pada UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang

bertujuan untuk meningkatkan efektivitas perlindungan terhadap anak.

Tugas dari KPAI tertuang pada Pasal 76 dalam UU yang sama,

meliputi:

 Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak,

mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan

masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan

pengawasan terhadap penyelenggaran perlindungan anak,

1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
3
 Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada

Presiden dalam rangka perlindungan anak.

Terdapat beberapa aspek hak-hak anak yang harus dilindungi baik

oleh pemerintah, negara, keluarga, lembaga sosial, maupun

orangtua seperti tertuang dalam Pasal 42 sampai Pasal 71 UU No.

23 Tahun 2002 yang secara garis besar berisi tentang:

 Hak Agama, Untuk melindungi hak anak yang terkait agama maka

diperlukan perlindungan berupa pembinaan, pembimbingan, dan

pengamalan ajaran agama bagi anak

 Hak Kesehatan, Upaya perlindungan kesehatan anak dilakukan

secara komprehensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitatif, baik untuk pelayanan kesehatan dasar maupun

rujukan

 Hak Pendidikan, Semua anak berhak mendapatkan pendidikan

yang layak tanpa kecuali dan dilindungi dari tindak kekerasan yang

terjadi di sekolah

 Hak Sosial, Dalam hal ini hak yang dimaksud adalah pelindungan

terhadap anak-anak terlantar baik yang berada di dalam lembaga

maupun di luar lembaga

 Hak Perlindungan Khusus, Hak perlindungan yang satu ini

ditujukan kepada anak-anak yang menjadi pengungsi, korban

kerusuhan, korban bencana alam, dan dalam situasi konflik

bersenjata.

1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
4
4. KONTRAS (Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak

Kekerasan)

Pada mulanya Kontras memiliki nama KIP-HAM yang didirikan pada

tahun 1996. Namun pada tanggal 20 Maret 1998 organisasi ini berubah

nama menjadi Kontras. Kontras merupakan salah satu organisasi yang

memperjuangkan hak asasi manusia yang memiliki fokus kepada orang

hilang dan korban tindak kekerasan. Hal ini tampak dalam visi yang

dijunjung dalam organisasi Kontras yaitu “Terwujudnya demokrasi

yang berbasis pada keutuhan kedaulatan rakyat melalui landasan dan

prinsip rakyat yang bebas dari ketakutan, penindasan, kekerasan dan

berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia atas alasan apapun,

termasuk yang berbasis gender”. Untuk mendukung visi tersebut maka

Kontras memiliki beberapa misi, diantaranya adalah:

 Memajukan kesadaran rakyat akan pentingnya penghargaan hak

asasi manusia, khususnya kepekaan terhadap berbagai bentuk

kekerasan dan pelanggaran berat hak asasi manusia sebagai akibat

dari penyalahgunaan kekuasaan negara

 Memperjuangkan keadilan dan pertanggungjawaban negara atas

berbagai bentuk kekerasan dan pelanggaran berat hak asasi

manusia melalui berbagai upaya advokasi menuntut

pertanggungjawaban negara

1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
5
 Mendorong secara konsisten perubahan pada sistem hukum dan

politik, yang berdimensi penguatan dan perlindungan rakyat dari

bentuk-bentuk kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia.

F. KOMISI NASIONAL HAM

Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan

lembaga Negara lainnya yang berfungsi untuk melaksanakan pengkajian,

penelitian, penyuluhan, pemantauan dan mediasi hak asasi manusia.

Landasan Hukum :

Pada awalnya, Komnas HAM didirikan dengan Keputusan Presiden Nomor 50

Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Sejak 1999

keberadaan Komnas HAM didasarkan pada Undang-undang, yakni Undang-

undang Nomor 39 Tahun 1999 yang juga menetapkan keberadaan, tujuan,

1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
6
fungsi, keanggotaan, asas, kelengkapan serta tugas dan wewenang Komnas

HAM.

Disamping kewenangan tersebut, menurut UU No. 39 Tahun 1999, Komnas

HAM juga berwenang melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran hak

asasi manusia yang berat dengan dikeluarkannya UU No. 26 Tahun 2000

tantang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Berdasarkan Undang-undang No.

26/2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Komnas HAM adalah

lembaga yang berwenang menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia yang

berat. Dalam melakukan penyelidikan ini Komnas HAM dapat membentuk

tim ad hoc yang terdiri atas Komisi Hak Asasi Manusia dan unsur masyarakat.

Komnas HAM berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang

Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, mendapatkan tambahan

kewenangan berupa pengawasan. Pengawasan adalah serangkaian tindakan

yang dilakukan oleh Komnas HAM dengan maksud untuk mengevaluasi

kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah yang dilakukan secara

berkala atau insidentil dengan cara memantau, mencari fakta, menilai guna

mencari dan menemukan ada tidaknya diskriminasi ras dan etnis yang

ditindaklanjuti dengan rekomendasi.

Sejak didirikan pada 1993, Komnas HAM telah mengalami enam kali

periodisasi keanggotaan, yaitu 1993-1998, 1998-2002, 2002-2007, 2007-2012,

2012-2017, dan 2017-2022.

Tujuan Komnas HAM, Pasal 75 Undang-Undang tentang Hak Asasi

Manusia

1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
7
1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi

manusia sesuai dengan pancasila, UUD 1945 dan piagam PBB serta

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna

berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya

berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

G. HAM DALAM PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL

Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk

hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi

(Undang-undang Dasar Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR).

Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan

perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden dan

peraturan pelaksanaan lainnya.

Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan

yang sangat kuat, karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam

konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang

sangat berat dan panjang antara lain melalui amandemen dan referendum.

Sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat

aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI

yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM melalui TAP

MPR, kelemahannya tidak dapat memberikan sangsi hokum bagi

pelanggarnya. Sedangkan pengaturan HAM dalam bentuk Undang-Undang

dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya pada kemungkinan seringnya

mengalami

1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
8
perubahan.

Berikut adalah isi UUD 1945 Pasal 27 Dan 28 Tentang HAM :

Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan

negara.

Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan

kehidupannya.

Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
9
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.

Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

2
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
0
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.

Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.

Pasal 28I

(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

2
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
1
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia
dijamin,
diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 28J

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum.

H. PELANGGARAN HAM

Hak asasi manusia bersifat universal, yang artinya berlaku dimana saja, untuk

siapa saja, dan tidak dapat diambil siapapun. Hak-hak tersebut dibutuhkan

individu melindungi diri dam martabat kemanusiaan, juga seagai landasan

moral dlam bergaul dengan sesama manusia. Meskipun demikian bukan

berarti manusia dengan hak-haknya dapat berbuat sesuka hatinya maupun

seenak-enaknya.

2
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
2
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan

pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau

kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak

disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,

membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok

orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau

dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar

berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

I. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP RULE OF LAW

Rule of law merupakan suatu doktrin dalam hukum yang mulai muncul pada

abad ke 19 bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi,

kehadirannya boleh disebut dengan reaksi dan koreksi terhadap negara

absolut. Rule of law lahir dengan semangat yang tinggi, bersama-sama dengan

demokrasi, parlemen dan lain-lain, kemudian mengambil alih dominasi dari

golongan-golongan gereja, ningrat, prajurit dan kerajaan.

Gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja maupun

penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan

perundang-undangan dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala

peraturan perundang-undangan itulah yang sering diistilahkan dengan Rule of

Law. Berdasarkan bentuknya sebenarnya Rule of Law adalah kekuasaan

publik yang diatur secara legal. Setiap organisasi atau persekutuan hidup

dalam masyarakat termasuk negara mendasarkan pada Rule of Law. Dalam

hubungan ini Pengertian Rule of Law berdasarkan substansi atau isinya sangat

2
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
3
berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu

negara.

Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule of

Law. Rechsstaat atau Rule of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk

perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi

dan negara hukum merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan.

Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua, yaitu pengertian

secara formal (in the formal sense) dan pengertian secara hakiki/materill

(ideological sense). Secara formal, rule of law diartikan sebagai kekuasaan

umum yang terorganisasi( organized public power), misalnya Negara.

Sementara itu secara hakiki, rule of law terkait dengan penegakan rule of law

karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just and unjust law).

Rule of law terkait dengan keadilan sehingga rule of law harus menjamin

keadilan yang dirasakan oleh masyarakat/bangsa.

Menurut Albert Venn Dicey dalam “Introduction to the Law of the

Constitution” memperkenalkan istilah the rule of law yang secara sederhana

diartikan suatu keteraturan hukum. Menurut Dicey, terdapat tiga unsur yang

fundamental dalam rule of law yaitu :

1. Supremasi aturan-aturan hukum, tidak adanya kekuasaan yang sewenang-

wenang dalam arti seseorang Hanya boleh dihukum jikalau

memangmelanggar hokum.

2. Kedudukan yang sama di muka hukum, hal ini berlaku baik bagi

masyarakat biasa maupun pejabat Negara.

2
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
4
3. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh UU serta keputusan-keputusan

UU.

J. PRINSIP-PRINSIP RULE OF LAW

Pengertian Rule of Law tidak dapat dipisahkan dengan pengertian negara

hukum atau rechts staat. Meskipun demikian dalam negara yang menganut

sistem Rule of Law harus memiliki prinsip-prinsip yang jelas, terutama dalam

hubungannya dengan realisasi Rule of Law itu sendiri. Menurut Albert Venn

Dicey dalam “Introduction to the Law of The Constitution, memperkenalkan

istilah the rule of law yang secara sederhana diartikan sebagai suatu

keteraturan hukum. Menurut Dicey terdapat 3 unsur yang fundamental dalam

Rule of Law, yaitu :

1. supremasi aturan aturan hukum,tidak adanya kekuasaan sewenang-

wenang, dalam arti seseorang hanya boleh dihukum, jikalau memang

melanggar hukum.

2. kedudukanmya yang sama dimuka hukum. Hala ini berlaku baik bagi

masyarakat biasa maupun pejabat Negara.

3. terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh Undang-Undang serta keputusan

pengadilan.

Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa jikalau dalam hubungan dengan

negara hanya berdasarkan prinsip tersebut, maka negara terbatas dalam

pengertian negara hukum formal, yaitu negara tidak bersifat proaktif

melainkan pasif. Sikap negara yang demikian ini dikarenakan negara hanya

menjalankan dan taat pada apa yang termaktub dalam konstitusi semata.

Dengan kata lain negara tidak hanya sebagai “penjaga malam”

2
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
5
(nachtwachterstaat). Dalam pengertian seperti ini seakan-akan negara tidak

berurusan dengan kesejahteraan rakyat. Setelah pertengahan abad ke-20 mulai

bergeser, bahawa negara harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan

rakyatnya. Untuk itu negara tidak hanya sebagai “penjaga malam” saja,

melainkan harus aktif melaksanakan upaya-upaya untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dengan cara mengatur kehidupan sosial ekonomi.

Gagasan baru inilah yang kemudian dikenal dengan welvaartstaat,

verzorgingsstaat, welfare state, social service state, atau “negara hukum

materal”. Perkembangan baru inilah yang kemudian menjadi raison d’etre

untuk melakukan revisi atau bahkan melengkapi pemikiran Dicey tentang

negara hukum formal.

Dalam hubungan negara hukum ini organisasi pakar hukum

Internasional, International Comission of Jurists (ICJ), secara intens

melakukan kajian terhadap konsep negara hukum dan unsur-unsur esensial

yang terkandung di dalamnya. Dalam beberapa kali pertemuan ICJ di berbagai

negara seperti di Athena (1995), di New Delhi (1956),di Amerika Serikat

(1957), di Rio de Jainero (1962), dan Bangkok (1965), dihasilkan paradigma

baru tentang negara hukum. Dalam hubungan ini kelihatan ada semangat

bersama bahwa konsep negara hukum adalah sangat penting, yang menurut

Wade disebut sebagai rule of law is a phenomenon of free society and the

mark of it. ICJ dalam kapasitasnya sebagai forum intelektual, juga menyadari

bahwa yang terpenting lagi adalah bagaiman konsep rule of law dapat

diimplementasikan sesuai perkembangan kehidupan dalam masyarakat.

2
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
6
Secara praktis, pertemuan ICJ di Bangkok tahun 1965 semakin

menguatkan posisi rule of law dalam kehidupan bernegara. Selain itu, melalui

pertemuan tersebut telah digariskan bahwa di samping hak-hak politik bagi

rakyat harus diakui pula adanya hak-hak sosial-ekonomi, sehingga perlu

dibentuk standar-standar sosial ekonomi. Komisi ini merumuskan syarat-

syarat pemerintahan yang demokratis dibawah rule of law yang dinamis,

yaitu:

1. perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak

individual, konstitusi harus pula menentukan teknis prosedural untuk

memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin.

2. lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

3. pemilihan umum yang bebas.

4. kebebasan menyatakan pendapat.

5. kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi.

6. pendidikan kewarganegaraan (Azhary, 1995: 59).

Gambaran ini mengukuhkan negara hukum sebagai walfare state,

karena sebenarnya mustahil mewujudkan cita-cita rule of law sementara posisi

dan peran negara sangat minimal dan lemah. Atas dasar inilah kemudian

negara diberi kekuasaan dan kemerdekaan bertindak atas dasar inisiatif

parlemen. Negara dalam hal ini pemerintah memiliki fries ermessen atau

poivoir discretionnare, yaitu kemerdekaan yang dimiliki pemerintah untuk

turut serta dalam kehidupan sosial ekonomi dan keleluasaan untuk tidak

terlalu terikat pada produk legislasi parlemen. Dala gagasan walfare state

ternyata negara memiliki wewenang yang relatif lebih besar, ketimbang

2
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
7
format negara yang hanya bersifat negara hukum formal saja. Selain itu dalam

welfare state yang terpenting adalah negara semakin otonom untuk mengatur

dan mengarhkan fungsi dan peran negara bagi kesejahteraan hidup

masyarakat. Kecuali itu, sejalan dengan konsep negara hukum, baik

rechtsstaat maupun rule of law, pada prinsipnya memiliki kesamaan

fundamental serta saling mengisi. Dalam prinsip negara ini unsur penting

pengakuan adanya pembatasan kekuasaan yang dilakukan secara

konstitusional. Oleh karena itu, terlepas dari adanya pemikiran dan praktek

konsep negara hukum yang berbeda, konsep negar hukum dan rule of law

adalah suatu realitas dari cita-cita sebuah negara bangsa, termasuk negara

Indonesia.

Prinsip-prinsip rule of law secara hakiki (materiil) erat kaitannya dengan

(penyelenggaraan menyangkut ketentuan-ketentuan hukum) “the enforcement

of the rules of law” dalam penyelenggaraan pemerintahan, terutama

dalampenegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip rule of law.

Berdasarkan pengalaman berbagai Negara dan hasil kajian, menunjukan

keberhasilan “the enforcement of the rules of law” bergantung pada kepribadia

nnasional setiap bangsa (Sunarjati Hartono: 1982). Hal ini didukung

kenyataan bahwa rule of law merupakan institusi sosial yang memiliki struktur

sosiologis yang khas dan mempunyai akar budayanya yang khas pula. Karena

bersifat legalisme maka mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani

dengan pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat

objektif, tidakmemihak, tidak personal dan otonom.Secara kuantitatif,

peraturan perundang-undangan yang terkait rule of law telah banyak

2
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
8
dihasilkan di Indonesia, tetapi implementasinya belum mencapai hasil yang

optimal sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan rule of law

belum dirasakan di masyarakat.

K. PRINSIP-PRINSIP RULE OF LAW SECARA FORMAL DI

INDONESIA

Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat di dalam pasal-

pasal UUD 1945, yaitu sebagai berikut :

1) Negara Indonesia adalah Negara hukum (pasal 1 ayat 3).

2) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hokum dan peradilan

(pasal 24 ayat 1).

3) Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hokum dan pemerintahan itu dengan

tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1).

4) Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat sepuluh pasal antara lain

bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum

(pasal 28 D ayat 1).

5) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan perlakuan yang

adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D ayat 2).

Beberapa kasus dan penegakan rule of law antara lain :

Kasus korupsi KPU dan KPUD, Kasus illegal logging, Kasus dan reboisasi

hutan yang melibatkan pejabat Mahkamah Agung (MA), Kasus-kasus

2
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
9
perdagangan narkoba dan psikotripika dan Kasus perdagangan wanita dan

anak.

L. STRATEGI PELAKSANAAN PENGEMBANGAN RULE OF LAW

Agar pelaksanaan Pengembangan rule of law berjalan efektif sesuai dengan

yang diharapkan, perlu diterapkan hal-hal berikut:

1) Keberhasilan “the enforcement of the rules of law” harus didasarkan pada

corak masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian nasional

masing-masing bangsa.

2) Rule of law yang merupakan institusi sosial harus didasarkan pada akar

budaya yang tumbuh dan berkembang pada bangsa.

3) Rule of law sebagai suatu legalisme yang membuat wawasan sosial,

gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus

dapat ditegakkan secara adil dan hanya memihak kepada keadilan.

Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM

adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara

baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,

membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok

orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau

dikhawatirksn tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan

benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Kasus Ham sering kali

terjadi, tidak hanya di Indonesia tapi juga dinegara-negara lain di dunia. Di

Indonesia sendiri kasus seperti ini masih sering terjadi walaupun sudah ada

lembaga yang berfungsi melakukan pengawasan terhadap kemungkinan

3
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
0
terjadinya pelanggaran HAM di Indonesia seperti Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia (Komnas Ham). Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam

interaksi antara aparat pemerintah dengan masyarakat dan antar warga

masyarakat. Namun, yang sering terjadi adalah antara aparat pemerintah

dengan masyarakat.

Banyak macam Pelanggaran HAM di Indonesia, dari sekian banyak kasus

ham yang terjadi, tidak sedikit juga yang belum tuntas secara hukum, hal itu

tentu saja tak lepas dari kemauan dan itikad baik pemerintah untuk

menyelesaikannya sebagai pemegang kekuasaan sekaligus pengendali

keadilan bagi bangsa ini.

Banyak macam Pelanggaran HAM di Indonesia, dari sekian banyak kasus

ham yang terjadi, tidak sedikit juga yang belum tuntas secara hukum, hal itu

tentu saja tak lepas dari kemauan dan itikad baik pemerintah untuk

menyelesaikannya sebagai pemegang kekuasaan sekaligus pengendali

keadilan bagi bangsa ini.

1. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :

a. Pembunuhan masal (genosida: setiap perbuatan yang dilakukan dengan

maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian

kelompok bangsa).

b. Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan.

c. Penyiksaan.

d. Penghilangan orang secara paksa.

e. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis

2. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :

3
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
1
a. Pemukulan

b. Penganiayaan

c. Pencemaran nama baik

d. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya

e. Menghilangkan nyawa orang lain

Penindakan terhadap pelanggaran HAM dilakukan melalui proses peradilan

HAM mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan persidangan

terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat nondiskriminatif dan

berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di

lingkungan Pengadilan Umum.

Pengadilan HAM berkedudukan di daerah kabupaten atau daerah kota yang

daerah hukumnya meliputi daerah hokum Pengadilan Negeri yang

bersangkutan. Pengadilan HAM bertugas memeriksa dan memutus perkara

pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Pengadilan HAM berwewenang

juga memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang

berada dan dilakukan diluar batas territorial wilayah Negara Republik

Indonesia oleh warga Negara Indonesia.

3
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
2
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat

kodrati dan fundamental sebagai anugrah dari Tuhan yang harus dihormati,

dijaga dan dilindungi oleh setiap individu

Rule of Law adalah gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan

raja maupun penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu

peraturan perundang-undangan dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan

segala peraturan perundang-undangan

Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk

hokum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi

(Undang-undang Dasar Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR).

Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan

perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden dan

peraturan pelaksanaan lainnya.

Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau

kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak

disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,

membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok

orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau

dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar

berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

3
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
3
DAFTAR PUSTAKA

Herdiawan, H., & Hamdayama, J. 2010. Cerdas, Kritis, dan Aktif


Berwargannegara. Jakarta: Erlangga.
Kaelan. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogjakarta: Paradigma.
Muhamad Erwin. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Republik
Indonesia (EdisiRevisi). Jakarta: Erlangga
Refika Aditama. Bandung.Sutoyo. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan
Untuk Perguruan Tinggi. GrahaIlmu. Yogyakarta.

3
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
4

Anda mungkin juga menyukai