Dosen Pengampu :
Miftahal Anjarsabda Wira Buana, S.Pd.I, M.E.
Disusun oleh :
Bachtiar Iqbal Firdaus (192110018)
Ade Yusuf Irwanto (192110019)
Fatimah Putri Aulia (192110006)
Mega Ariska (192110009)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan kita jalan kemajuan ilmu yakni Addinul Islam.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan agama
islam sekaligus untuk menambah wawasan serta ilmu tambahan bagi para pembaca mengenai
bidang terkait.
Terselesaikannya makalah ini, tidaklah terlepas dari bantuan beberapa pihak, untuk itu
kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Miftahal Anjarsabda Wira Buana, S.Pd.I,
M.E. Yakni selaku Dosen pengampu mata kuliah Pendidikan agama islam dan juga kami
ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini tersusun dengan berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat di harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk kedepannya. Semoga
makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para Mahasiswa khusunya dan bagi
seluruh masyarakat pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian-pengertian HAM dalam syariat islam
2. Mengetahui arti demokrasi dalam syariat islam
3. Mengetahui hukum-hukum korupsi dalam syariat islam
Mansur Efendi memberikan definisi ; hak manusia adalah hak milik bersama
umat manu-sia yang diberikan oleh Tuhan untuk selama hidupnya.
Dad Darmodiharjo memberikan definisi ; Hak asasi manusia untuk dasar dan
hak-hak pokok yang mem-bawa manusia semenjak lahir sebagai anugrah
dari Tuhan Yang Maha Esa.
Sidney Hook, memberi definisi; Hak asasi manusia adalah tuntutan yang
secara moral bisa dibenarkan, agar seluruh manusia dapat menikmati dan
melaksa-nakan kebebasan dasar mereka harta benda dan pelayanan-pelayanan
mereka yang dipandang perlu untuk mencapai hakikat manusia.
Berdasarkan beberapa definisi para ahli tersebut, dapat dipahami bahwa HAM
adalah berbagai fasilitas dasar yang diberikan oleh Tuhan kepada umat manusia,
yang diantara sesama manusia tersebut memiliki fasilitas yang sama. Hanya pada
level praktisnya, antara yang satu dengan yang lainnya akan ditemukan banyak
perbedaan. Hal ini tergantung pada sejauh mana manusia itu sendiri mampu
mengusahakan hak tersebut secara optimal. Misalnya manusia sama-sama
mempunyai hak hidup pada kenyatannya kehidupan manusia itu ada yang
hidupnya dapat memberi manfaat kepada orang lain, ada juga yang hidupnya justru
membahayakan (merugikan) bagi orang lain. fiqih abad pertengahan. Dalam fiqih
kategori haaq Al-Abd., hak individu muslim, kasus yang tindakan hukumnya terdapat
Menurut Dr. Syekh Syaurat Hussain, terdapat dua macam HAM jika dilhat
dari ketegori huquuqul' ibad yaitu Pertama : HAM yang keberadaanya dapat
diselenggarakan oleh suatu negara (Islam). Kedua : HAM yang keberadaannya tidak
secara langsung dapat dilaksana-kan oleh suatu Negara.
Hak-hak pertama yang dapat disebut sebagai hak-hak legal, sedang yang
kedua disebut sebagai hak-hak moral. Perbedaaan keduanya hanya ter-letak pada
masalah pertanggung-jawaban didepan suatu negara Islam. Adapun dalam masalah
sumber asal, filsafat dan pertanggungjawabannya dihadapan Allah SWT Yang
Maha Kuasa itu sama.
Aspek khas dalam konsep HAM Islam adalah tidak adanya orang lain yang
dapat memaafkan suatu pelanggaran hak-hak jika pelanggan itu terjadi atas seseorang
yang harus dipenuhi haknya. Meskipun Allah sendiri telah menganugerahkan hak-hak
ini, dan secara asalnya adalah tetap bagiNya. Serta didepanNyalah semua manusia
wajib memper- tanggungjawabkan, Allah tidak akan melaksanakan kekuasaanNya
untuk mengampuni pelanggaran hak-hak pada hari akhirat kelak.
Secara universal, pada hakikat-nya misi Rasulullah itu sendiri adalah untuk
menegakkan HAM. Beliau sebagai Rahmat Lil Alamin, dalam setiap kesem-patan
selalu mendahulukan HAM sekali-gus KAM (Kewajiban Hak Asasi Manusia).
Keadilan sebagai ciri HAM adalah tuntunan jelas yang tercantum dalam Al Qur'an.
Adapun Islam telah memberikan jaminan pada kebebasan manusia. Dalam Al-
Qur'an Allah menegaskan bahwa memeluk agama tidak dipaksakan, sebab telah jelas
yang baik dan buruk itu. Demikian juga kebebasan berpendapat, Islam meletakkan
kedudukannya pada posisi tinggi, bila berangkat dari niat suci semata karena
Allah. Oleh karena itu banyak ayat- ayat Al Qur'an yang mendo-rong umat Islam
agar menggunakan logika (ya'qiluun), berfikir (yatafakkaruun) dan berkontemplasi
(yatadabbaruun).
Sampai abad ke-18 bangsa-bangsa di dunia masih meletakkan sekat-sekat yang
kokoh dalam kelas dan kasta. Namun kehadiran Islam sejak lebih empat belas abad
Artinya :
“Hai sekalian manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah yang paling bertaqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kemudian semasa kerasulan nabi Muhammad SAW yang bersamaan pula
dengan para sahabat, membebaskan sistem perbudakan yang marak saat itu. Tanpa
membedakan warna kulit, suku, ras maupun agama. Ajaran persamaan itu telah
berhasil membentuk watak para sahabat nabi yang umumnya semula sangat feodal
dan aristrokat, begitu tinggi menjunjung hak asasi manusia.
Dengan mengacu kepada landasan Yuridis diatas, dipahami bahwa pada
dasarnya Islam, sejak awal telah mengedepankan konsep hak asasi manusia. Dan
konsep HAM bukanlah hasil evaluasi apapun dari pemikiran manusia, namun
merupakan hasil wahyu Ilahi yang telah diturunkan melalui Rasul-Nya.
2.1.2 Demokrasi
1. As-Syura
Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara
eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja disebut dalam QS. As-Syura: 38:
Dalam surat Ali Imran : 159 dinyatakan: “Dan bermusayawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu”.
Dalam praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling dikenal sebagai
pelaksana syura adalah ahl halli wa-l‘aqdi pada zaman khulafaurrasyidin. Lembaga
Makalah Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi 8
ini lebih menyerupai tim formatur yang bertugas memilih kepala negara atau
khalifah. Jelaslah bahwa musyawarah sangat diperlukan sebagai bahan
pertimbanagan dan tanggung jawab bersama di dalam setiap mengeluarkan sebuah
keputusan. Dengan begitu, maka setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah
akan menjadi tanggung jawab bersama. Sikap musyawarah juga merupakan bentuk
dari pemberian penghargaan terhadap orang lain karena pendapat-pendapat yang
disampaikan menjadi pertimbangan bersama. Begitu pentingnya arti musyawarah
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara, sehingga Nabi
sendiri juga menyerahkan musyawarah kepada umatnya.
1. al-‘Adalah
al-‘adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum termasuk rekrutmen
dalam berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan secara adil dan bijaksana.
Tidak boleh kolusi dan nepotis. Arti pentingnya penegakan keadilan dalam sebuah
pemerintahan ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat-Nya, antara lain
dalam surat an-Nahl: 90:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang berbuat keji, kemungkaran dan permusuhan”. (Lihat pula,
QS. as-Syura:15; al-Maidah:8; An-Nisa’:58 dst.).
Ajaran tentang keharusan mutlak melaksanakan hukum dengan adil tanpa pandang
bulu ini, banyak ditegaskan dalam al-Qur’an, bahkan disebutkan sekali pun harus
menimpa kedua orang tua sendiri dan karib kerabat. Nabi juga menegaskan, bahwa
kehancuran bangsa-bangsa terdahulu ialah karena jika “orang kecil” melanggar pasti
dihukum, sementara bila yang melanggar itu “orang besar” maka dibiarkan berlalu9.
Betapa prinsip keadilan dalam sebuah negara sangat diperlukan, sehingga ada
ungkapan yang “ekstrem” berbunyi: “Negara yang berkeadilan akan lestari kendati
ia negara kafir, sebaliknya negara yang zalim akan hancur meski ia negara (yang
mengatasnamakan) Islam”.
2. al-Musawah
3. al-Amanah
al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan seseorang kepada
orang lain. Oleh sebab itu kepercayaan atau amanah tersebut harus dijaga dengan
baik. Dalam konteks kenegaraan, pemimpin atau pemerintah yang diberikan
kepercayaan oleh rakyat harus mampu melaksanakan kepercayaan tersebut dengan
penuh rasa tanggung jawab. Persoalan amanah ini terkait dengan sikap adil.
Sehingga Allah SWT. menegaskan dalam surat an-Nisa’: 58:
5. al-Hurriyyah
al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang, setiap warga masyarakat
diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan pendapatnya. Sepanjang hal itu
dilakukan dengan cara yang bijak dan memperhatikan al-akhlaq al-karimah dan
dalam rangka al-amr bi-‘l-ma’ruf wa an-nahy ‘an al-‘munkar, maka tidak ada alasan
bagi penguasa untuk mencegahnya. Bahkan yang harus diwaspadai adalah adanya
kemungkinan tidak adanya lagi pihak yang berani melakukan kritik dan kontrol
sosial bagi tegaknya keadilan. Jika sudah tidak ada lagi kontrol dalam suatu
masyarakat, maka kezaliman akan semakin merajalela. Patut disimak sabda Nabi
yang berbunyi: “Barang siapa yang melihat kemunkaran, maka hendaklah
diluruskan dengan tindakan, jika tidak mampu, maka dengan lisan dan jika tidak
mampu maka dengan hati, meski yang terakhir ini termasuk selemah-lemah iman”.
Jika suatu negara konsisten dengan penegakan prinsip-prinsip atau elemen-elemen
demokrasi di atas, maka pemerintahan akan mendapat legitimasi dari rakyat. Dus
dengan demikian maka roda pemerintahan akan berjalan dengan stabil.
Makalah Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi 11
2.1.3 Korupsi
“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang).
Barang siapa yang berkhianat (dalam urusan rampasan perang) maka pada hari
kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-
tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan
(pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya”.(QS. Ali-Imran ayat 161).
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan dapat disimpulkan, Bahwa hal-hal yang fundamental
dan kebebasan-kebebasan universal dalam Islam adalah suatu bagian yang integral
dari agama Islam itu sendiri. Untuk menegakkan HAM, Cara berdemokrasi, dan
Hukum-hukum dalam hal korupsi itu harus berdasarkan hukum yang jelas dan adil.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah tentang Hak asasi manusia, Demokrasi dan
Korupsi dalam Perspektif islam ini kita menjadi lebih tahu secara mendalam tentang
Hukum-hukum dan peranannya dalam islam, tidak hanya sekedar tahu tentang teori-
teorinya saja yang sekarang sudah dikenali secara umum.