Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi


Dalam Perspektif Islam

Dosen Pengampu :
Miftahal Anjarsabda Wira Buana, S.Pd.I, M.E.

Disusun oleh :
Bachtiar Iqbal Firdaus (192110018)
Ade Yusuf Irwanto (192110019)
Fatimah Putri Aulia (192110006)
Mega Ariska (192110009)

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan kita jalan kemajuan ilmu yakni Addinul Islam.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan agama
islam sekaligus untuk menambah wawasan serta ilmu tambahan bagi para pembaca mengenai
bidang terkait.
Terselesaikannya makalah ini, tidaklah terlepas dari bantuan beberapa pihak, untuk itu
kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Miftahal Anjarsabda Wira Buana, S.Pd.I,
M.E. Yakni selaku Dosen pengampu mata kuliah Pendidikan agama islam dan juga kami
ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini tersusun dengan berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat di harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk kedepannya. Semoga
makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para Mahasiswa khusunya dan bagi
seluruh masyarakat pada umumnya.

Lamongan, 4 November 2021

Penulis

DAFTAR ISI

Makalah Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi 2


JUDUL MAKALAH......................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan...........................................................................................................4
1.4 Manfaat.........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5
2.1 Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi.............................................5
2.1.1 Hak Asasi Manusia..............................................................................5
2.1.2 Demokrasi............................................................................................8
2.1.3 Korupsi.................................................................................................13
BAB III : PENUTUP…………………………………….............................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................14
3.2 Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16

BAB I

Makalah Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi 3


PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Agama Islam memerintahkan umat manusia untuk mengikuti bimbingan yang
Maha Kuasa selama hidupnya. Seluruh bumi ini merupakan masjid tempat manusia
harus bertindak dalam setiap aspek kehidupannya demi beribadat kapada-Nya. Tujuan
eksistensi maunsia di dunia menurut Islam adalah semata-mata untuk beribadah,
menghambahkan diri serta patuh kepada Allah SWT.
Dalam totalitas Islam kewajiban manusia kepada Allah mencakup juga kewajibannya
kepada setiap individu yang lain. Maka secara paradoks hak-hak setiap individu itu di
lindungi oleh segala kewajiban di bawah hukum Ilahi, sebagaimana suatu negara secara
bersama-sama dengan rakyat harus tunduk pada hukum, yang berarti negara juga harus
melindungi hak-hak individu.

1.2 RUMUSAN MASLAH


1. Apa pengertian HAM dalam syariat islam ?
2. Apa itu demokrasi dalam syariat islam ?
3. Apa itu koruspsi dalam syariat islam ?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian-pengertian HAM dalam syariat islam
2. Mengetahui arti demokrasi dalam syariat islam
3. Mengetahui hukum-hukum korupsi dalam syariat islam

Makalah Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi 4


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi

2.1.1 Hak Asasi Manusia (HAM)


Berikut ini akan dikemukakan definisi yang di rumuskan oleh be-berapa ahli,
yaitu :

 Mansur Efendi memberikan definisi ; hak manusia adalah hak milik bersama
umat manu-sia yang diberikan oleh Tuhan untuk selama hidupnya.
 Dad Darmodiharjo memberikan definisi ; Hak asasi manusia untuk dasar dan
hak-hak pokok yang mem-bawa manusia semenjak lahir sebagai anugrah
dari Tuhan Yang Maha Esa.
 Sidney Hook, memberi definisi; Hak asasi manusia adalah tuntutan yang
secara moral bisa dibenarkan, agar seluruh manusia dapat menikmati dan
melaksa-nakan kebebasan dasar mereka harta benda dan pelayanan-pelayanan
mereka yang dipandang perlu untuk mencapai hakikat manusia.

Berdasarkan beberapa definisi para ahli tersebut, dapat dipahami bahwa HAM
adalah berbagai fasilitas dasar yang diberikan oleh Tuhan kepada umat manusia,
yang diantara sesama manusia tersebut memiliki fasilitas yang sama. Hanya pada
level praktisnya, antara yang satu dengan yang lainnya akan ditemukan banyak
perbedaan. Hal ini tergantung pada sejauh mana manusia itu sendiri mampu
mengusahakan hak tersebut secara optimal. Misalnya manusia sama-sama
mempunyai hak hidup pada kenyatannya kehidupan manusia itu ada yang
hidupnya dapat memberi manfaat kepada orang lain, ada juga yang hidupnya justru
membahayakan (merugikan) bagi orang lain. fiqih abad pertengahan. Dalam fiqih
kategori haaq Al-Abd., hak individu muslim, kasus yang tindakan hukumnya terdapat

Makalah Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi 5


pelanggaran diserahkan kepada kebijaksanaan pihak yang dirugikan, berbeda dengan
kategori hak Tuhan, haaq Allah yang tindakan hukumnya harus dilakukan dengan
perintah. Satu prinsip fiqih yang dapat disamakan dengan hak dalam penger-tian
moderen adalah hak pemilik harta untuk mendapatkan bantuan hukum terhadap
gangguan atas hartanya.

Menurut Dr. Syekh Syaurat Hussain, terdapat dua macam HAM jika dilhat
dari ketegori huquuqul' ibad yaitu Pertama : HAM yang keberadaanya dapat
diselenggarakan oleh suatu negara (Islam). Kedua : HAM yang keberadaannya tidak
secara langsung dapat dilaksana-kan oleh suatu Negara.
Hak-hak pertama yang dapat disebut sebagai hak-hak legal, sedang yang
kedua disebut sebagai hak-hak moral. Perbedaaan keduanya hanya ter-letak pada
masalah pertanggung-jawaban didepan suatu negara Islam. Adapun dalam masalah
sumber asal, filsafat dan pertanggungjawabannya dihadapan Allah SWT Yang
Maha Kuasa itu sama.
Aspek khas dalam konsep HAM Islam adalah tidak adanya orang lain yang
dapat memaafkan suatu pelanggaran hak-hak jika pelanggan itu terjadi atas seseorang
yang harus dipenuhi haknya. Meskipun Allah sendiri telah menganugerahkan hak-hak
ini, dan secara asalnya adalah tetap bagiNya. Serta didepanNyalah semua manusia
wajib memper- tanggungjawabkan, Allah tidak akan melaksanakan kekuasaanNya
untuk mengampuni pelanggaran hak-hak pada hari akhirat kelak.
Secara universal, pada hakikat-nya misi Rasulullah itu sendiri adalah untuk
menegakkan HAM. Beliau sebagai Rahmat Lil Alamin, dalam setiap kesem-patan
selalu mendahulukan HAM sekali-gus KAM (Kewajiban Hak Asasi Manusia).
Keadilan sebagai ciri HAM adalah tuntunan jelas yang tercantum dalam Al Qur'an.
Adapun Islam telah memberikan jaminan pada kebebasan manusia. Dalam Al-
Qur'an Allah menegaskan bahwa memeluk agama tidak dipaksakan, sebab telah jelas
yang baik dan buruk itu. Demikian juga kebebasan berpendapat, Islam meletakkan
kedudukannya pada posisi tinggi, bila berangkat dari niat suci semata karena
Allah. Oleh karena itu banyak ayat- ayat Al Qur'an yang mendo-rong umat Islam
agar menggunakan logika (ya'qiluun), berfikir (yatafakkaruun) dan berkontemplasi
(yatadabbaruun).
Sampai abad ke-18 bangsa-bangsa di dunia masih meletakkan sekat-sekat yang
kokoh dalam kelas dan kasta. Namun kehadiran Islam sejak lebih empat belas abad

Makalah Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi 6


lampau telah menghilangkan dinding pemisah itu dengan semangat persamaan
(egalitarianisme) sebelum bast melakukannya.
Dalam hal ini mnegenai persamaan tersebut, termaktub dalam QS. Al
Hujarat (49) : 13, Yaitu :

Artinya :
“Hai sekalian manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah yang paling bertaqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kemudian semasa kerasulan nabi Muhammad SAW yang bersamaan pula
dengan para sahabat, membebaskan sistem perbudakan yang marak saat itu. Tanpa
membedakan warna kulit, suku, ras maupun agama. Ajaran persamaan itu telah
berhasil membentuk watak para sahabat nabi yang umumnya semula sangat feodal
dan aristrokat, begitu tinggi menjunjung hak asasi manusia.
Dengan mengacu kepada landasan Yuridis diatas, dipahami bahwa pada
dasarnya Islam, sejak awal telah mengedepankan konsep hak asasi manusia. Dan
konsep HAM bukanlah hasil evaluasi apapun dari pemikiran manusia, namun
merupakan hasil wahyu Ilahi yang telah diturunkan melalui Rasul-Nya.

2.1.2 Demokrasi

Menurut wikipedia : Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang berusaha


menerapkan prinsip-prinsip Islam ke dalam kebijakan publik dalam
kerangka demokrasi. Teori politik Islam menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi Islam:
pemimpin harus dipilih oleh rakyat, tunduk pada syariah, dan berkomitmen untuk
mempraktekkan "syura", sebuah bentuk konsultasi khusus yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW yang dapat ditemukan dalam berbagai hadits dengan komunitas
mereka.
Negara-negara yang memenuhi tiga ciri dasar tersebut antara
lain Afghanistan, Iran, dan Malaysia. Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab adalah
contoh negara yang tidak menganut prinsip demokrasi Islam meski negara-negara
Makalah Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi 7
Islam, karena negara-negara ini tidak mengadakan pemilihan. Pelaksanaan demokrasi
Islam berbeda di negara-negara mayoritas muslim, karena interpretasi syariah
berbeda-beda dari satu negara ke negara lain, dan penggunaan syariah lebih
komprehensif di negara-negara di mana syariah menjadi dasar bagi undang-undang
negara.
Konsep liberalisme dan partisipasi demokratis sudah ada di dunia Islam abad
pertengahan. Kekhalifahan Rasyidin dianggap oleh para pendukungnya sebagai
contoh awal sebuah negara demokratis dan diklaim bahwa perkembangan demokrasi
di dunia Islam akhirnya terhenti setelah perpecahan Sunni–Syiah.
Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang terkait dengan prinsip-prinsip
utama demokrasi, antara lain QS. Ali Imran: 159 dan al-Syura: 38 (yang berbicara
tentang musyawarah); al-Maidah: 8; al-Syura: 15 (tentang keadilan); al-Hujurat: 13
(tentang persamaan); al-Nisa’: 58 (tentang amanah); Ali Imran: 104 (tentang
kebebasan mengkritik); al-Nisa’: 59, 83 dan al-Syuro: 38 (tentang kebebasan
berpendapat) dst.
  Jika dilihat basis empiriknya, menurut Aswab Mahasin, agama dan demokrasi
memang berbeda. Agama berasal dari wahyu sementara demokrasi berasal dari
pergumulan pemikiran manusia. Dengan demikian agama memiliki dialeketikanya
sendiri. Namun begitu menurut Mahasin, tidak ada halangan bagi agama untuk
berdampingan dengan demokrasi. Sebagaimana dijelaskan di depan, bahwa elemen-
elemen pokok demokrasi dalam perspektif Islam meliputi: as-syura, al-musawah,
al-‘adalah, al-amanah, al-masuliyyah dan al-hurriyyah. Kemudian apakah makna
masing-masing dari elemen tersebut?

1. As-Syura
Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara
eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja disebut dalam QS. As-Syura: 38:

“Dan urusan mereka diselesaikan secara musyawarah di antara mereka”.

Dalam surat Ali Imran : 159 dinyatakan:   “Dan bermusayawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu”.
Dalam praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling dikenal sebagai
pelaksana syura adalah ahl halli wa-l‘aqdi pada zaman khulafaurrasyidin. Lembaga
Makalah Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi 8
ini lebih menyerupai tim formatur yang bertugas memilih kepala negara atau
khalifah. Jelaslah bahwa musyawarah sangat diperlukan sebagai bahan
pertimbanagan dan tanggung jawab bersama di dalam setiap mengeluarkan sebuah
keputusan. Dengan begitu, maka setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah
akan menjadi tanggung jawab bersama. Sikap musyawarah juga merupakan bentuk
dari pemberian penghargaan terhadap orang lain karena pendapat-pendapat yang
disampaikan menjadi pertimbangan bersama. Begitu pentingnya arti musyawarah
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara, sehingga Nabi
sendiri juga menyerahkan musyawarah kepada umatnya.

1. al-‘Adalah
al-‘adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum termasuk rekrutmen
dalam berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan secara adil dan bijaksana.
Tidak boleh kolusi dan nepotis. Arti pentingnya penegakan keadilan dalam sebuah
pemerintahan ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat-Nya, antara lain
dalam surat an-Nahl: 90:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang berbuat keji, kemungkaran dan permusuhan”. (Lihat pula,
QS. as-Syura:15; al-Maidah:8; An-Nisa’:58 dst.).
Ajaran tentang keharusan mutlak melaksanakan hukum dengan adil tanpa pandang
bulu ini, banyak ditegaskan  dalam al-Qur’an, bahkan disebutkan sekali pun harus
menimpa kedua orang tua sendiri dan karib kerabat. Nabi juga menegaskan, bahwa
kehancuran bangsa-bangsa terdahulu ialah karena jika “orang kecil” melanggar pasti
dihukum, sementara bila yang melanggar itu “orang besar” maka dibiarkan berlalu9.
Betapa prinsip keadilan dalam sebuah negara sangat diperlukan, sehingga ada
ungkapan yang “ekstrem”  berbunyi: “Negara yang berkeadilan akan lestari kendati
ia negara kafir, sebaliknya negara yang zalim akan hancur meski ia negara (yang
mengatasnamakan) Islam”.  

2. al-Musawah

Makalah Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi 9


al-Musawah adalah kesejajaran, egaliter, artinya tidak ada pihak yang merasa lebih
tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa tidak bisa
memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif.
Kesejajaran ini penting dalam suatu pemerintahan demi menghindari dari hegemoni
penguasa atas rakyat. Dalam perspektif  Islam, pemerintah adalah orang atau
institusi  yang diberi wewenang dan kepercayaan oleh rakyat melalui pemilihan yang
jujur dan adil untuk melaksanakan dan menegakkan peraturan dan undang-undang
yang telah dibuat. Oleh sebab itu pemerintah memiliki tanggung jawab besar di
hadapan rakyat demikian juga kepada Tuhan. Dengan begitu pemerintah
harus amanah, memiliki sikap dan perilaku yang dapat dipercaya, jujur dan adil.
Sebagian ulama’ memahami 11 al-musawah ini sebagai konsekuensi logis dari
prinsip al-syura dan al-‘adalah. Diantara dalil al-Qur’an yang sering digunakan
dalam hal ini adalah surat al-Hujurat:13, sementara dalil Sunnah-nya cukup banyak
antara lain tercakup dalam khutbah wada’ dan sabda Nabi  kepada keluarga Bani
Hasyim. Dalam hal ini Nabi pernah berpesan kepada keluarga Bani Hasyim
sebagaimana sabdanya: “Wahai Bani Hasyim, jangan sampai orang lain datang
kepadaku membawa prestasi amal, sementara kalian datang hanya membawa
pertalian nasab. Kemuliaan kamu di sisi Allah adalah ditentukan oleh kualitas
takwanya”.

3. al-Amanah
al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan seseorang kepada
orang lain. Oleh sebab itu kepercayaan atau amanah tersebut harus dijaga dengan
baik. Dalam konteks kenegaraan, pemimpin atau pemerintah yang diberikan
kepercayaan oleh rakyat harus mampu melaksanakan kepercayaan tersebut dengan
penuh rasa tanggung jawab. Persoalan amanah ini terkait dengan sikap adil.
Sehingga Allah SWT. menegaskan dalam surat an-Nisa’: 58:  

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyampaikan amanah kepada yang


berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil”.   Karena jabatan pemerintahan
adalah amanah, maka jabatan tersebut tidak bisa diminta, dan orang yang menerima
jabatan seharusnya merasa prihatin bukan malah bersyukur atas jabatan tersebut.
Inilah etika Islam.

Makalah Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi 10


4. al-Masuliyyah 
al-Masuliyyah adalah tanggung jawab. Sebagaimana kita ketahui, bahwa kekuasaan
dan jabatan itu adalah amanah yang harus diwaspadai, bukan nikmat yang harus
disyukuri, maka rasa tanggung jawab bagi seorang pemimpin atau penguasa harus
dipenuhi.  Dan kekuasaan sebagai amanah ini memiliki dua pengertian, yaitu amanah
yang harus dipertanggungjawabkan di depan rakyat dan juga amanah yang harus
dipertenggungjawabkan di depan Tuhan. Sebagaimana Sabda Nabi:   Setiap kamu
adalah pemimpin dan setiap pemimpin dimintai pertanggung jawabannya. Seperti
yang diakatakn oleh Ibn Taimiyyah, bahwa penguasa merupakan wakil Tuhan dalam
mengurus  umat manusia dan sekaligus wakil umat manusia dalam mengatur dirinya.
Dengan dihayatinya prinsip pertanggungjawaban (al-masuliyyah) ini diharapkan
masing-masing orang berusaha untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi
masyarakat luas. Dengan demikian, pemimpin/ penguasa tidak ditempatkan pada
posisi sebagai sayyid al-ummah (penguasa umat), melainkan sebagai khadim al-
ummah (pelayan umat). Dus dengan demikian, kemaslahatan umat wajib senantiasa
menjadi pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan oleh para penguasa,
bukan sebaliknya rakyat atau umat ditinggalkan.

5. al-Hurriyyah 
al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang, setiap warga masyarakat
diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan pendapatnya. Sepanjang hal itu
dilakukan dengan cara yang bijak dan memperhatikan al-akhlaq al-karimah dan
dalam rangka al-amr bi-‘l-ma’ruf  wa an-nahy ‘an al-‘munkar, maka  tidak ada alasan
bagi penguasa untuk mencegahnya. Bahkan yang harus diwaspadai adalah adanya
kemungkinan tidak adanya lagi pihak yang berani melakukan kritik dan kontrol
sosial bagi tegaknya keadilan. Jika sudah tidak ada lagi kontrol  dalam suatu
masyarakat, maka kezaliman akan semakin merajalela. Patut disimak sabda Nabi
yang berbunyi:   “Barang siapa yang melihat kemunkaran, maka hendaklah
diluruskan dengan tindakan, jika tidak mampu, maka dengan lisan dan jika tidak
mampu maka dengan hati, meski yang terakhir ini termasuk selemah-lemah iman”.
Jika suatu negara konsisten dengan penegakan prinsip-prinsip atau elemen-elemen
demokrasi di atas, maka pemerintahan akan mendapat legitimasi dari rakyat. Dus
dengan demikian maka roda pemerintahan akan berjalan dengan stabil.
Makalah Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi 11
2.1.3 Korupsi

Menurut I news : Korupsi dalam kacamata Islam merupakan suatu perbuatan


yang dosa, karena memanfaatkan harta orang lain untuk kepentingan pribadinya
seperti yang dilakukan oleh para pencuri. Tentu saja korupsi hukumnya telah
jelas, yakni haram dan tidak boleh dilakukan oleh umat Islam karena banyak
sekali mudaratnya.
Korupsi dalam syariat Islam diatur dalam fiqh Jinayah. Jinayah adalah sebuah
tindakan atau perbuatan seseorang yang mengancam keselamatan fisik dan tubuh
manusia serta berpotensi menimbulkan kerugian pada harga diri dan harta
kekayaan manusia sehingga tindakan atau perbuatan itu dianggap haram untuk
dilakukan bahkan pelakunya harus dikenai sanksi hukum, baik diberikan di dunia
maupun hukuman Allah kelak di akhirat.
Menggelapkan uang Negara dalam Syari’at Islam disebut Al-ghulul, yakni
mencuri ghanimah (harta rampasan perang) atau menyembunyikan sebagiannya
(untuk dimiliki) sebelum menyampaikannya ke tempat pembagian, meskipun
yang diambilnya sesuatu yang nilainya relatif kecil bahkan hanya seutas benang
dan jarum.
Adapun dasar hukum dari Al-ghulul, adalah dalil-dalil baik yang terdapat dalam
Al-Quran maupun Hadits sebagai berikut:

“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang).
Barang siapa yang berkhianat (dalam urusan rampasan perang) maka pada hari
kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-
tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan
(pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya”.(QS. Ali-Imran ayat 161).

Makalah Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi 12


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan dapat disimpulkan, Bahwa hal-hal yang fundamental
dan kebebasan-kebebasan universal dalam Islam adalah suatu bagian yang integral
dari agama Islam itu sendiri. Untuk menegakkan HAM, Cara berdemokrasi, dan
Hukum-hukum dalam hal korupsi itu harus berdasarkan hukum yang jelas dan adil.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah tentang Hak asasi manusia, Demokrasi dan
Korupsi dalam Perspektif islam ini kita menjadi lebih tahu secara mendalam tentang
Hukum-hukum dan peranannya dalam islam, tidak hanya sekedar tahu tentang teori-
teorinya saja yang sekarang sudah dikenali secara umum.

Makalah Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi 13

Anda mungkin juga menyukai