BAHASA INDONESIA
BERBICARA UNTUK PRESENTASI, SEMINAR, DAN PIDATO
Kelompok 1 :
1. Anton Wahyudi (05101281924038)
2. Dandi Franando (05101181924003)
3. Rachmad Dwi Purnama (05101281924093)
4. Nafiya Latifa (05101281924022)
5. Okta Widya Nabillah (05101281924035)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, Sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas praktikum Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing kami dalam mengerjakan makalah
ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………...……….……………………………………… i
DAFTAR ISI ……………....……………………………………..…………… iii
BAB I PENDAHULUAN ………..…………………………………………… 1
A. Latar Belakang….........................…………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…....…………….……………………………………….. 1
C. Tujuan …….......………..…………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN ………………..……..….……………………..…… 2
A. Konsep Tentang Berbicara……………....…………...…………………..…. 2
B. Berbicara dengan Presentasi…………….........………….…………………. 6
C. Berbicara dengan Seminar…………...……………………………………… 9
D. Berbicara dengan Pidato………………………......................…………..…. 11
BAB III PENUTUP ………..….……………...……………………………… 14
A. Simpulan …………………...………………………………………… 14
B. Saran …………….……………………….…………………………….. 14
DAFTAR PUSTAKA ……..….……………...……………………………… 15
iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa berbicara sebagai suatu
keterampilan berbahasa yang diperlukan untuk berbagai keperluan. Kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan dalam perkuliahan, yakni berbentuk simulasi, praktik berbicara
yang sesungguhnya, dan pemberian atau penerimaan umpan balik. Kegiatan tersebut
dilakukan, baik secara perorangan, berpasangan, maupun berkelompok.
Kegiatan belajar mengajar diarahkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
secara terpadu, fungsional, dan kontekstual. Artinya, setiap materi yang diberikan selalu
dikaitkan dengan usaha peningkatan keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, dan
menulis) dan pengetahuan bahasa (kosakata dan struktur). Selain itu, agar pengajaran ini
bersifat fungsional dan kontekstual maka materi yang diberikan berupa bahan pengajaran
yang betul - betul bermakna bagi mahasiswa ataupun calon guru, seperti bercerita,
berdialog, berpidato/berceramah, dan berdiskusi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan pada tulisan ini adalah seperti di
bawah ini.
1. Apa konsep tentang berbicara?
2. Bagaimanakah cara berbicara dengan presentasi?
3. Bagaimanakah cara berbicara dengan seminar?
4. Bagimana berbicara dengan pidato?
C.Tujuan
Adapun tujuan tulisan ini adalah sebagai berikut,
1. Untuk mengetahui konsep tentang berbicara
2. Untuk mengetahui berbicara dengan presentasi
3. Untuk mengetahui bagaimana berbicara dengan seminar
4. Untuk mengetahui bagaimana berbicara dengan piato
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Saluran untuk memindahkannya adalah udara. Selanjutnya, simbol yang
disalurkan lewat udara diterima oleh komunikan. Simbol yang disampaikan itu dipahami
oleh komunikan, sehingga komunikan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh
komunikator.
Tahapan selanjutnya, komunikan memberikan umpan balik kepada komunikator.
Umpan balik adalah reaksi yang timbul setelah komunikan memahami pesan. Reaksi
dapat berupa jawaban atau tindakan. Dengan demikian, komunikasi yang berhasil
ditandai oleh adanya interaksi antara komunikator dengan komunikan. Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peristiwa komunikasi dapat berlangsung apabila
memenuhi persyaratan berikut ini.
a) Komunikator : orang yang menyampaikan pesan
b) Pesan : isi pembicaraan
c) Komunikan : orang yang menerima pesan
d) Media : bahasa lisan
e) Sarana : waktu, tempat, suasana, peralatan yang
digunakan dalam penyampaian pesan
f) Interaksi : dearah, dua arah, atau multiarah
Berbicara sebagai salah satu bentuk komunikasi akan mudah dipahami, yakni dengan
cara membandingkan diagram komunikasi dengan diagram peristiwa berbahasa.
Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Pada saat berbicara seseorang
memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan
organ tubuh yang lain, seperti kepala, tangan, dan roman muka juga dimanfaatkan dalam
berbicara. Faktor psikologis memberikan andil yang cukup besar terhadap kelancaran
berbicara. Stabilitas emosi, misalnya, tidak saja berpengaruh terhadap kualitas suara yang
dihasilkan oleh alat ucap, tetapi juga berpengaruh terhadap kerantutan bahan pembicaran.
Berbicara tidak terlepas dari faktor neurologis, yaitu jaringan syaraf yang
menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam
aktivitas berbicara. Demikian pula faktor semantik yang berhubunga dengan makna, dan
faktor liguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan
berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan kata- kata harus disusun menurut
aturan tertentu agar bermakna.
3
Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial (homo
homine socius) agar mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Dalam kaitan ini,
Stewart dan Zimmer (Depdikbud, 1984/85:8) memandang kebutuhan akan komunikasi
yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan dalam
setiap individu, baik aktivitas individu maupun kelompok. Kemampuan berbicara yang
baik sangat dibutuhkan dalam berbagai jabatan pemerintahan, swasta, ataupun
pendidikan. Seorang pemimpin, misalnya, perlu menguasai keterampilan berbicara agar
dapat menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pembangunan.
Seorang pedagang perlu menguasai keterampilan berbicara agar dapat meyakinkan dan
membujuk calon pembeli. Demikian pula halnya pendidik, mereka dituntut menguasai
keterampilan berbicara agar dapat menyampaikan informasi dengan baik kepada anak
didiknya.
Selanjutnya, di bawah ini diuraikan beberapa prinsip umum berbicara menurut
Tarigan (1983), yakni seperti di bawah ini.
a) Membutuhkan paling sedikit dua orang.
b) Mempergunakan studi linguistik yang dipahami bersama.
c) Merupakan suatu pertukaran peran antara pembicara dan pendengar yang
berhubungan dengan masa kini.
2. Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk menginformasikan gagasan kepada
pendengar yang harus ditempatkan sebagai sarana penyampaian sesuatu kepada orang
lain. Lebih lanjut, pengelompokan tujuan berbicara ada empat tujuan yaitu
a) Tujuan social
b) Tujuan ekspresif
c) Tujuan ritual
d) Tujuan instrumental.
Ada juga tujuan berbicara yang menitik beratkan pada efek pembicaraan, yaitu
seperti di bawah ini.
a) Berbicara untuk meyakinkan pendengar.
b) Berbicara dengan tujuan mempengaruhi pendengar.
c) Berbicara dengan tujuan merriperluas wawasan pendengar.
d) Berbicara dengan tujuan memberi gambaran tentang suatu objek
4
3. Penyusunan Bahan Berbicara
Topik pembicaraan dinilai baik apabila menarik bagi pembicara dan pendengar,
misalnya aktual dan relevan dengan kepentingan partisipan. Agar topik pembicaraan itu
mudah dipahami perlu disusun naskah secara sistematis, misalnya sesuai dengan urutan
waktu, tempat dan sebab akibat.
Kegiatan berbicara sering kali ditopang dengan persiapan tertulis, baik berupa
referensi yang harus dibaca maupun konsep yang akan disampaikan. Pokok pembicaraan
itu ada baiknya dipersiapkan dalam bentuk tertulis, misalnya berupa naskah lengkap atau
out line. Para penyimak ada kalanya memerlukan kegiatan tulis-menulis, terutama untuk
membuat catatan atau ringkasan dari apa yang didengamya. Dengan demikian,
keterpaduan keempat keterampilan berbahasa dalam pengajaran berbicara harus
diwujudkan secara alami, seperti halnya yang teijdi di tengah masyarakat.
Mempersiapkan materi untuk bahan bicara di depan orang banyak, idealnya
memang dilakukan selama beberapa hari. Paling tidak ada kesempatan untuk
mempersiapkan bahan, kemudian melatih cara bicara, dan mempersiapkan mental.
Kadang – kadang kesempatan untuk tampil tidak diiringi waktu persiapan yang
memadai. Ketika tiba saatnya kita berbicara di depan orang banyak, apalagi dengan
bahasa asing. Kalau waktu persiapan hanya sesaat jangan langsung mengatakan ‘tidak.
Janie Lipsmeyer, salah satu penulis di situs bisnis, Helium.com mengungkapkan, pada
saat mendesak mempersiapkan satu naskah berbicara di depan orang banyak sebenanya
bisa dilakukan dalam waktu lima menit saja. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, seperti di bawah ini.
a) Siapkan materi yang paling dikuasai atau paling digemari. Bicarakantentang hal-hal
yang selama ini paling menarik minat kita. Bisa tentang olahraga, film, atau musik.
b) Memasukkan pengalaman berkesan yang pemah kita alami dalam materi presentasi
juga bisa membantu kita memiliki bahan yang familier. Kesan dan pengalaman yang
kita dapat pada liburan kita yang terakhir, misalnya, mungkin bisa menjadi masukan
yang berarti bagi orang lain.
c) Selipkan sedikit simpulan atau saran yang akan semakin membuat presentasi kita
memiliki manfaat bagi orang lain. Kalau akhimya kita memilih berbicara tentang
liburan, kita bisa memberikan rekomendasi tempat liburan atau menyarankan audiens
untuk pergi ke tempat yang barn kita datangi. Atau, kalau tempat yang kita datangi
ternyata kurang asyik, ingatkan mereka agar jangan sampai salah langkah seperti yang
kita alami.
5
d) Persiapkan diri juga untuk tampil dengan bahasa tubuh yang baik dan kalimat
pembuka yang baik. Menyapa rekan atau kolega yang hadir dengan ramah bisa
sekaligus menjadi pemecah ketegangan yang baik
4. Berbicara Formal
Kegiatan berbicara formal adalah kegiatan berbicara yang dilakukan dalam situasi
atau acara-acara formal. Berbicara formal dikelompokkan menjadi dua, yaitu monolog
dan dialog. Berbicara monolog adalah berbicara satu arah, artinya dalam kegiatan
berbicara tersebut tidak terjadi interaksi antara pembicara dengan pendengar. Kegiatan
berbicara yang bersifat monolog seperti pidato/sambutan dan memandu. Memandu dapat
berapa memandu acara atau mewara dan memandu wisatawan. Kegiatan berbicara yang
bersifat dialog, wawancara, dan diskusi. Diskusi memiliki ragam antara lain seminar dan
simposium (pertemuan dengan beberapa pembicara yang mengemukakan pidato singkat
tentang topik tertentu atau tentang beberapa aspek dari topik yang sama).
Untuk memperoleh keterampilan berbicara formal diperlukan penguasaan
terhadap faktor – faktor yang menentukan keberhasilan berbicara. Faktor – faktor tersebut
adalah faktor kebahasaan dan non kebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi keberaniaan,
kelancaran, kenyaringan suara, pandangan, gerak-gerik, penalaran, dan sikap yang wajar.
6
orang untuk presentasi adalah program Ms. PowerPoint. Dalam program itu anda dapat
menggunakannya sebebas mungkin untuk membuat desain presentasi, seperti animasi,
background, dan tulisan.
secara umum presentasi memiliki empat tujuan pokok, yaitu :
a) Menginformasikan pesan-pesan bisnis kepada audiens
b) Menghibur audiens
c) Menyentuh emosi audiens
d) Memotivasi audiens untuk bertindak sesuatu.
Hal ini berarti bahwa presentasi memiliki bermacam-macam tujuan sesuai dengan
isi materi yang ingin disampaikan. Untuk mencapai tujuantujuan tersebut, seorang
presenter harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, baik yang berkaitan dengan
persiapan mental, pemahaman materi yang akan disampaikan, alat bantu yang digunakan,
dan pemahaman yang baik terhadap audeins.
2.Keterampilan Teknik Presentasi Melalui Dasar-dasar Berbicara Efektif
Berbicara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada orang atau khalayak
secara lisan dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya. Hal ini
memberikan keterangan bahwa yang disebut dengan berbicara efektif adalah suatu
langkah yang dilakukan pembicara untuk menyampaikan pendapat atau informasi dengan
caracara tertentu sehingga pendengar dapat dengan mudah mengerti maksud dari
informasi yang disampaikan. Secara garis besar dasardasar berbicara efektif terdiri dari:
pembukaan, isi/inti pembicaraan, dan penutup.
Berbicara efektif merupakan penyampaian pesan yang seharusnya dilakukan
dengan sistematis, benar, tepat, dan tidak berbelit-belit. Informasi disampaikan dengan
sesederhana mungkin dan menggunakan tingkat bahasa yang disesuaikan dengan latar
belakang audiens. Jangan menggunakan bahasa dengan istilah yang kurang awam atau
terlalu tinggi untuk audiens yang berlatar belakang 15 pendidikan menengah ke bawah.
Hal ini akan membuat pendengar tidak dapat memahami informasi yang disampaikan.
3. Kelebihan dan Kelemahan Presentasi
a. Umpan balik langsung. Yang dimaksud umpan balik adalah masukan-masukan yang
disampaikan oleh audiens kepada komunikan. Umpan balik dari audiens ini mungkin
saja diperoleh saat presentasi sedang berlangsung, misalnya tepuk tangan atau gelak
tawa audiens karena tertarik dengan penjelasan presenter atau kejenuhan audiens
terhadap penyampaian presenter.
b. Kesempatan untuk menampilkan pribadi. Saat seorang presenter diundang untuk
7
melakukan presentasi, di situlah kesempatannya memperkenalkan diri dan kemampuan
yang dimiliki.
c. Mempunyai pengaruh lebih kuat terhadap audiens. Presentasi yang sukses akan
membawa pengaruh yang lebih kuat kepada audiensnya. Presentasi lebih berjiwa dari
pada sekadar laporan tertulis dalam berkomunikasi. Hal ini bertujuan
menginformasikan, menghibur, dan menggerakan untuk bertindak.
4. Hal-Hal yang dilakukan Sebelum Presentasi
a. Persiapan Presentasi
Persiapan yang harus anda lakukan sebelum pelaksanaan presentasi adalah sebagai
berikut.
1) Kenali audience
2) Kuasai materi
3) Buat outline
4) Siapkan alat peraga/bantu
5) Siapkan introduction
6) Siapkan penutup
b. Latihan Sebelum
Agar lebih baik dalam melaksanakan presentasi lakukan latihan. Latihan adalah
cara yang paling efektif karena beberapa alasan.
1) Dapat mengeliminir kejelekan dalam presentasi
2) Melatih transisi antar bagian supaya lebih halus
3) Memberi gambaran waktu yang diperlukan
4) Meningkatkan percaya diri.
B. Seminar
Seminar bertujuan untuk mengeksplorasi sebuah ide. Seminar berbeda dengan
pelatihan karena di dalam pelatihan, ada sebuah keahlian yang dibawakan oleh seseorang
yang menguasainya dan di dalam pelatihan terjadi transfer ilmu. Seminar adalah satu
pertemuan, dimana semua pesertanya terlibat aktif.dalam seminar, tidak ada perbedaan
antara pembicara dan peserta Agar sebuah seminar berjalan dengan baik perlulah
dipikirkan beberapa syarat berikut ini.
a) Ruang Seminar
Ruang seminar yang memadai adalah sebuah ruang yang memungkinkan interaksi
aktif selurah peserta seminar. Sebuah meja bundar besar adalah sebuah contoh yang baik
atau kursi yang disusun dengan melingkar. Ruangan tentu saja haras cukup tenang dan
cukup terang untuk memberikan iklim yang nyaman untuk berseminar. Keberadaan
sebuah papan tulis dapat membantu.
b) Peserta
Agar sebuah seminar berjalan dengan baik, peserta adalah bukan kertas kosong
yang menunggu diisi, seperti halnya kuliah. Mereka haras sudah membaca tentang tema
yang akan diseminarkan. Mereka bisa membuat sebuah esai pendek tentang tema yang
diseminarkan. Apabila yang diseminarkan adalah sebuah teks, teks tersebut telah dibaca
secara analitis, ditandai, disertai tanggapan dan kritik. Dengan membaca terlebih dahulu
tentang yang akan diseminarkan, mereka telah mengolahnya di dalam kepala mereka.
Mereka telah memiliki bayangan tentang apa yang diseminarkan. Kertas di tangan yang
berisi ringkasan tema yang diseminarkan menurut masing-masing peserta, nantinya akan
memandu mereka di dalam seminar.
c) Moderator
Seorang moderator di dalam seminar berbeda dengan seorang lektor di dalam
9
kuliah. Ia bukanlah seorang yang memberikan pelajaran, melainkan orang yang
mengarahkan jalannya seminar. Dalam hal ini seorang moderator adalah orang yang
paling senior dalam menguasai tema yang akan diseminarkan. Hal ini bukan berarti
pendapatnyalah yang paling benar. Senioritas dalam penguasaan materi semata-mata
untuk mengarahkan seminar karena ia semestinya yang paling tahu tentang seluk beluk
tema yang diseminarkan. Peran seorang moderator ada dua, yaitu mengarahkan
(directing) dan memoderasi (moderating). Dalam mengarahkan, ia menjaga agar seminar
tidak menyimpang dari tema. Dengan memoderasi, ia menjaga agar tidak ada satu orang
atau satu ide tertentu yang terlalu mendominasi seminar sehingga seluruh tema seminar
tidak tereksplorasi dengan baik.
Sebelum seminar, seorang moderator haras telah membaca tema yang akan
diseminarkan, menyiapkan catatan tentang tema tersebut, menentukan kata – kata kunci,
dan menyusun pertanyaan-pertanyaan kunci yang nantinya akan ditanyakan di dalam
seminar. Pada awal seminar ia dapat menuliskan terlebih dahulu butir – butir yang akan
didiskusikan atau menggambarkan sebuah diagram yang mencerminkan ide yang akan
didiskusikan. Seorang moderator yang baik haruslah seorang pendengar dan pembicara
yang baik. Ia mampu menangkap maksud sebuah pembicaraan dan membuatnya lebih
jelas. Ia mampu memparafrasekan sebuah pertanyaan menjadi pertanyaan lain yang lebih
jelas. Mengingat beratnya tugas seorang moderator, sebaiknya seorang moderator tidak
memimpin sebuah seminar lebih dari satu kali dalam sehari..
d) Jalannya Seminar
Seminar dimulai dengan pengantar singkat dari moderator, kemudian langsung
dilanjutkan dengan pertanyaan kunci yang dibahas oleh semua peserta secara bergiliran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya seminar berjalan baik.
a. Seminar adalah sebuah diskusi dua arah. Tidak ada seorang yang lebih
mendominasi pembicaraan.
b. Seminar bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah jelas ada
jawabannya, lalu mengarah ke pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih dalam dan
tidak jelas jawabannya. Pertanyaan jenis kedualah yang memberikan manfaat
terbesar. Tidaklah banyak pertanyaan seperti itu.
c. Semua pertanyaan dan pemyataan dinyatakan dengan jelas
d. Masih berhubungan dengan butir pertama, setiap pertanyaan haruslah jelas sebelum
ditanggapi dengan jawaban. Penanggap berhak meminta penjelasan lebih lanjut atas
10
pertanyaan sebelum ia menjawab. Tanggapan tentunya juga harus relevan dengan
pernyataan. Moderator juga harus memperhatikan hal ini.
e. Sebuah pertanyaan bisa dilihat sebagai jembatan menuju pertanyaan lain yang lebih
mendasar. Hanya dengan cara demikian sebuah seminar dapat memberikan manfaat
lebih.
f. Apabila ada istilah yang sama, tetapi dipakai dengan arti yang berbeda oleh
beberapa orang, moderator harus menunjukkan hal itu dan membuat kesepakatan
dalam arti apakah istilah itu dipakai sebelum melanjutkan seminar.
g. Etiket harus diperhatikan dalam sebuah seminar, seperti halnya di sebuah meja
makan. Bahasa harus santun dan tidak merendahkan. Dalam hal ini moderator
terlebih harus memberikan contoh yang dapat diikuti oleh peserta yang lain. Bukan
berarti seminar tidak bisa dilakukan dengan ringan dan diiringi tawa, tetapi canda
dan tawa dilakukan dengan wajar dan memberi makna di dalam seminar. Tidak ada
yang lebih membantu untuk mengingat daripada ide-ide kreatif yang kadang –
kadang membangkitkan tawa.
h. Seminar adalah sebuah tempat untuk menggodok ide. Ia bukanlah tempat untuk
membenarkan diri. Setiap orang haras kritis, teteapi menerima apabila ada pendapat
yang lebih baik. Di dalam seminar semua orang memiliki posisi yang sama.
i. Sebuah seminar yang baik tidaklah haras menghasilkan sebuah simpulan tunggal.
Setiap orang bisa pulang dengan pendapatnya masing-masing. Dalam hal ini yang
terpenting adalah mata mereka lebih terbuka, mereka telah melihat ide-ide baru
yang sebelumnya tidak terpikirkan olehnya. Demikianlah sebuah seminar Sokratik
sebaiknya dilaksanakan. Dengan seminar seperti ini, semua peserta dapat
mengambil manfaat. Sebuah
j. seminar yang baik seperti ini dapat memberikan manfaat seumur hidup yang
mengendap sebagai manfaat terbaik yang dapat diberikan oleh sebuah pendidikan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pengetahuan tentang ilmu atau teori berbicara sangat menunjang kemahiran serta
keberhasilan seni dan praktik berbicara. Untuk itulah diperlukan pendidikan berbicara
(speech education). Konsep-konsep dasar pendidikan berbicara mencakup tiga kategori,
yaitu (1) hal-hal yang berkenaan dengan hakikat atau sifat-sifat dasar ujaran, (2) hal-hal
yang berhubungan dengan proses intelektual yang diperlukan untuk mengembangkan
kemampuan berbicara, dan (3) hal-hal yang memudahkan seseorang untuk mencapai
keterampilan berbicara.
Selain itu, berbicara dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek, yaitu (1)
arah pembicaraan, (2) tujuan pembicaraan, dan (3) suasana. Pengelompokan berdasarkan
arah pembicaran menghasilkan berbicara satu arah (pidato dan ceramah), dan berbicara
dua/multi-arah (konversasi, diskusi). Berdasarkan aspek tujuan, berbicara dapat
dikelompokkan ke dalam berbicara persuasi, argumentasi, agitasi, instruksional, dan
rekretif. Sementara itu, berdasarkan suasana dan sifatnya, berbicara dapat dikelompokkan
ke dalam berbicara formal dan nonformal.
B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan bahan/materi tulisan ini. Dalam hal ini
penulis menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi tulisan ini, maka saran kritik
dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan penulis dan menjadikan semua itu
sebagai bahan acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan tulisan ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Bandung : Erlangga
Arifin, E. Zaenal dan SAmran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesiauntuk
Perguruan Tinggi. Jakarta : Akapress
Kerf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores : Nusa Indah
Trigan, Henry Guntur. 1993. Berbicara. Bandung : Angkasa
15