Disusun oleh:
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya yang berjudul “Bahasa Iklan dan Pengumuman”. Makalah ini merupakan
bagian dari tugas kelompok Bahasa Indonesia.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Abdoel Gafar M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
membimbing pembuatan makalah ini selama di Universitas Batanghari Jambi.
Makalah ini berisikan uraian deskripsi mengenai Bahasa Iklan dan
Pengumuman. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman tentang Bahasa
dalam penggunaannya dan berperan menjadi tujuan yang komunikatif dengan ragam
gaya bahasa dan penulisannya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
Penyusun
Kelompok VI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………. 4
B. RUMUSAN MASALAH …………………………………………………5
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................5
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….. 6
A. DEFINISI BAHASA, IKLAN, DAN PENGUMUMAN ………………...6
B. IKLAN DAN PERANANNYA …………………………………………..7
C. KONSEP DAN RAGAM BAHASA IKLAN.............................................8
D. STRUKTUR BAHASA DAN PENULISAN PENGUMUMAN ………. 19
A. LATAR BELAKANG
Setiap orang mempunyai rasa dan pendapat yang berbeda satu dengan lainnya tentang
iklan. Mereka yang tidak setuju dengan iklan berpendapat bahwa bahasa iklan sering menipu,
tidak bermoral. Mereka berpendapat bahwa iklan penuh dengan tipu muslihat yang
menyesatkan. Dari sudut tata bahasa, iklan tidak gramatikal. Yang diutamakan oleh pembuat
iklan hanyalah strategi untuk menjual produk yang diiklankan. Di pihak lain, mereka yang
tidak berposisi negatif terhadap iklan, berpendapat bahwa pembuat iklan mempunyai hak
untuk mempromosikan produk dan jasa. Sama seperti profesional lain, mereka mempunyai
hak untuk bersuara dalam bidangnya. Di Amerika Serikat hak pembuat iklan dijamin dan
diatur dalam undang-undang. Di Indonesia undang-undang tentang iklan masuk dalam
undang-undang pers. Dengan kata lain iklan adalah salah satu produk halal dalam abad 20 ini.
Terlepas dari pro dan kontra tentang keberadaan iklan, iklan telah menjadi bagian tak
terpisahkan dari kehidupan manusia di abad moderen ini. Kehidupan kita tidak pernah bisa
lepas dari iklan. Iklan ada dimana-mana. Media yang memuat iklan tidak terbatas pada media
cetak, tetapi juga elektronik, maya, poster, dll. Iklan telah menjadi bisnis yang mengiurkan
dan bahkan merupakan salah satu motor keberhasilan produsen memasarkan produknya.
Seperti bisnis yang lain, bisnis iklan menjadi sukses apabila pebisnis periklanan mengetahui
kunci sukses bisnis yang digelutinya. Sebagai salah satu bentuk komunikasi, iklan
memanfaatkan bahasa sebagai salah satu alat untuk menyampaikan pesan. Agar pesan itu
bisa efektif sampai kepada konsumen, bahasa iklan dikemas dalam wacana yang berbeda dari
bahasa formal.
Bahasa formal ini seringkali digunakan dalam ranah penulisan yang bertujuan pada
birokrasi formal pula. Walau bahasa secara umumnya digunakan untuk berkomunikasi, ada
beberapa tata bahasa yang berbeda sesuai dengan jenis-jenis bahasa dalam menyampaikan
informasi itu sendiri. Selain iklan, ada bahasa pengumuman dimana pengumuman ini
seringkali kita temui dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya. Berbeda
dengan iklan, yaitu pengumuman memilik format penulisan yang terstruktur dan biasanya
tidak mengandung gaya bahasa seperti iklan. Sifat informasi yang ingin dikomunikasikan
akhirnya menciptakan kebutuhan bahasa yang tepat agar sampai di khalayak ramai.
Mata pelajaran bahasa yang mengajarkan keterampilan membaca dan menyimak tidak
memasukkan bahasa iklan sebagai pokok bahasan, apalagi keterampilan menulis dan
berbicara. Akibatnya adalah lebih banyak siswa dan lulusan sekolah menjadi konsumen yang
kurang kritis dibandingkan dengan mereka yang kritis terhadap isi iklan. Makalah ini
mengajak pembaca untuk memahami bahasa iklan agar mereka menjadi kritis terhadap isi
iklan. Dalam makalah ini makna iklan dan bahasa iklan akan dibahas dengan pemaparan
beberapa contoh sebagai bukti. Selain itu akan terlihat perbedaan bahasa iklan dan
pengumuman yang penulis coba uraikan melalui beberapa pertanyaan yang mendasarinya.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
4. Untuk menginformasikan ragam bahasa dan penulisan pada iklan dan pengumuman
BAB II
PEMBAHASAN
BAHASA
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam bersosialisasi.
Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32), bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk
bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifiksi diri. Pendapat tersebut dapat diartikan
bahwa bahasa berperan penting dalam kehidupan sosial manusia. Bahasa menurut Chaer dan
Leonie Agustina (2010: 14) adalah alat untuk berinteraksi atau alat berkomunikasi, dalam
arti, alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Dalam hal ini
bahasa dianggap sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada pendengar atau pembaca.
Diksi sama artinya dengan pilihan kata. Pilihan kata atau diksi adalah mencakup
pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana
membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan
yang tepat, dan gaya mana yang baik digunakan dalam suatu situasi. Pemakaian diksi yang
tepat, cermat, dan benar membantu memberi nilai pada suatu kata. Pilihan kata yang tepat
dapat mencegah kesalahan penafsiran yang berbeda. Diksi erat kaitannya dengan penggunaan
gaya bahasa. Hal ini dikarenakan, gaya bahasa adalah bagian dari diksi.
Gaya bahasa adalah suatu cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas
yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Gaya bahasa memungkinkan seseorang
untuk menilai pribadi, watak, dan kemampuan orang lain yang menggunakan bahasa. Gaya
bahasa dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya
bahasa berdasarkan nada, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan gaya bahasa
berdasarkan langsung tidaknya makna. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
merupakan hal yang sangat menarik untuk diteliti.
Ada banyak definisi tentang iklan, satu dengan lainnya berbeda. Menurut Albert
Lasker, bapak periklanan modern, iklan merupakan bentuk penjualan tulis yang didukung
dengan suatu alasan mengapa penjualan itu dilakukan. Bagi jurnalis, iklan merupakan bentuk
komunikasi, hubungan publik atau proses persuasi. Sedangkan bagi orang bisnis, iklan
merupakan sutau proses pemasaran. Pendapat jurnalis dan orang bisnis didasarkan pada asal
kata iklan (advertising) yang berasal dari bahasa Yunani, yang artinya kurang lebih adalah
'menggiring orang pada gagasan'. Gagasan yang dikomunikasikan dalam iklan bertujuan
untuk meyakinkan atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan
bagi pihak pembuat iklan. Berbeda dari ke tiga segmen masyarakat tersebut, konsumen
memaknai iklan sebagai sesuatu yang menjengkelkan (nuisance).
Pajangan iklan yang menawarkan gaya verbal dan visual yang kadang-kadang
membentuk budaya citra (image culture) dan budaya cita rasa (taste culture). Iklan
merepresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus (subtle) arti pentingnya citra
diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan cita
rasa seseorang. Selain merangsang masayarakat untuk membeli dan menyadarkan masyarakat
tetang suatu produk, layanan, ide, maupun isu sosial, iklan juga bertujuan untuk memberikan
informasi dan pendidikan (Blundel, 1998: 180).
Peran dan pengaruh iklan yang sinifikan dalam kehidupan manusia menjadikan bisnis
iklan raksasa. Banyak perkembangan bisnis maupun program suatu institusi bergantung pada
banyaknya iklan yang dipasang oleh institusi yang bersangkutan. Memang image perusahaan
sepertinya ditentukan oleh iklan; banyak perusahaan yang sudah sangat dikenal seperti Coca
Cola, McDonald, BMW masih tetap mengiklankan produknya. Dunia bisnis menggunakan
iklan untuk mendapatkan pelanggan baru dan meningkatkan omset penjualan.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa iklan pada hakekatnya adalah suatu cara
berkomunikasi. Iklan merupakan wacana tulis dan lisan yang dimanfaatkan oleh penjual
melakukan tugasnya. Iklan yang sukses biasanya menerapkan empat (4) P: publicity, people,
place, dan product (service). Publikasi merupakan cara yang paling baik untuk melakukan
pemasaran. Pemasaran yang diiklankan harus mengarah kepada komunitas yang ingin dicapai
(klien), dengan distribusi (tempat) yang jelas dan berisi informasi tentang produk atau jasa
tertentu. Prinsip iklan ini menerapkan konsep wacana yang dikemukakan oleh van Dijk
(1997) yang mengatakan bahwa wacana memiliki tiga (3) dimensi utama; language use,
communication of beliefs (cognition), dan interaction di masyarakat.
Pesan iklan dikemas dengan ranah bahasa persuasif untuk mempengaruhi klien
tentang produk, jasa atau ide yang diiklankan. Kemasan iklan tersebut bisa dilakukan dengan
bentuk pesan otobiografi, narasi, atau drama. Pesan otobiografi bercirikan format “Saya”
mempunyai cerita menarik tentang diri saya sendiri untuk “anda” dengarkan. Format narasi
adalah “orang ketiga bercerita tentang pihak lain kepada imagined audience.” Sedangkan
format drama menyajikan “bintang (pelaku peristiwa) melakukan aktivitas pesan sposor di
depan imagined emphaic audience.”
Pengaruh iklan terhadap kehidupan umat manusia begitu besar. Bagaimana bisa
pengaruh itu begitu besar? Ada banyak unsur iklan bisa dianalisa untuk mengetahui
pengaruh; namun demikian salah satu cara yang paling sederhana dan langsung adalah
mempelajari bahasa yang dipakai yaitu penggunaan klaim (Schrank, 1996). Pernyataan klaim
yang dibuat oleh penulis atas pesanan sponsor berisi tentang keunggulan produk yang
diiklankan. Keunggulan produk yang diiklankan seringkali bukanlah informasi yang
sebenarnya; oleh karena itu konsumen seharusnya bisa memahami isi informasi iklan
menyesatkan atau bermanfaat yaitu informasi keunggulan produk secara jujur. Memang, ada
iklan berisi informasi yang bukan bohong besar sekaligus informasi yang berharga (Schrank,
1966). Namun demikian, seringkali iklan berisi informasi antara kebenaran dan kebohongan
dengan memakai kata-kata figuratif atau piranti retoris berupa kata kiasan yang menyimpang
(tropes) (Shie, 2005; Stella dan Adam, 2005).
Alasan klaim iklan seringkali berada pada kategori informasi palsu (pseudo-
information) karena klaim iklan tersebut mengkomunikasikan suatu produk yang di pasaran
banyak ditemui kemiripannya satu dengan yang lain (parity products); dan karena tidak
satupun produk memiliki keunggulan sejati, iklan digunakan untuk menciptakan ilusi
keunggulan (the illusion of superiority). Oleh Corbet (1971) dalam Stella & Adam (2005)
klaim dan piranti retoris yang dipakai dalam iklan disebut sebagai penyimpangan seni (artful
deviation) yang terjadi apabila pernyataan menyimpang dari arti kata yang diharapkan
(Phillips & McQuarrie, 2004). Penggunaan piranti retoris untuk membuat pernyataan klaim
menjadikan pesan iklan mendapatkan banyak perhatian, persuasif, dan mudah diingat. Piranti
retoris tropes dan pernyataan klaim paritas (claim parity) digunakan untuk menyelamatkan
tuduhan membohongi akan tetapi menarik perhatian konsumen.
Ada perbedaan antara gaya bahasa yang dihasilkan oleh penyiasatan struktur dan
penyiasatan makna. Penyiasatan struktur menitikberatkan pada penyisatan kalimat,
sedangkan bahasa kiasan terfokus pada penyiasatan maknanya. Berkaitan dengan hal
tersebut, Keraf (1996: 124) membedakan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
ke dalam dua kelompok yaitu gaya bahasa retoris dan kiasan. Gaya bahasa retoris adalah
gaya bahasa yang maknanya harus diartikan menurut nilai lahirnya. Bahasa yang
dipergunakan adalah bahasa yang mengandung unsur kelangsungan makna. Bahasa kiasan
adalah gaya bahasa yang maknanya tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan makna kata-kata
yang membentuknya. Sementara itu, gaya bahasa retoris lebih terlihat pada penyiasatan
struktur, sedangkan bahasa kiasan lebih terlihat pada penyiasatan makna. Dengan demikian,
gaya bahasa retoris dapat dimasukkan ke dalam penyiasatan struktur, sedangkan bahasa
kiasan dapat dimasukkan ke dalam penyiasatan makna.
Pembagian jenis-jenis gaya bahasa menurut para ahli, memiliki kemiripan antara ahli
bahasa yang satu dengan yang lainnya. Penelitian ini memaparkan pendapat Gorys Keraf
yang membedakan antara gaya bahasa secara non bahasa dan secara bahasa. Dari segi non
bahasa dapat dibagi menjadi tujuh yaitu: (1) berdasarkan pengaruh; (2) massa; (3) media; (4)
subyek; (5) tempat; (6) hadirin; (7) tujuan.
a. Klimaks
Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah
semaccam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin
meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Gaya bahasa klimaks ini
adalah majas non-perbandingan yang dibentuk dengan meletakkan satuan bahasa yang
maknanya kurang penting, kemudian disusul satuan bahasa yang mengandung makna yang
lebih penting, begitu terus sampai terakhir adalah satuan bahasa yang mengandung makna
yang paling penting. Seperti contoh; “untuk rasa ayam yang sebenarnya” pada iklan Royco
bumbu masak. Contoh iklan dengan gaya bahasa klimaks ini ternyatakan dalam unsur yang
paling penting dalam memasak sehingga untuk mendapatkan cita rasa ayam yang sebenarnya
harus memakai Royco sebagai bumbu masakan.
Klimaks disebut juga gradasi. Istilah ini dipakai sebagai istilah umum yang
sebenarnya merujuk kepada tingkat atau gagasan tertinggi. Bila klimaks itu terbentuk dari
beberapa gagasan yang berturut-turut semakin tinggi kepentingannya, maka ia disebut
anabasis.
b. Antiklimaks
Antiklimaks sebagai dinyatakan dalam kalimat terakhir masih efektif karena hanya
mencakup sooal tata tingkat. Tata tingkat ini biasa terjadi karena hubungan organisatoris,
hubungan usia atau besar kecilnya sesuatu barang. Tetapi bila yang dikemukakan adalah
persoalan atau gagasan yang abstrak, sebaiknya jangan mempergunakan gaya antiklimaks.
c. Paralelisme
Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam
pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk
gramatikal yang sama. Kesejajaran tersebut dapat pula berbentuk anak kalimat yang
bergantung pada sebuah induk kalimat yang sama. Gaya ini lahir dari struktur kalimat yang
berimbang. Contoh: “kulitku tampak lebih cerah dan cantik lebih muda” pada sebuah iklan
produk perawatan tubuh. dapat dilihat bahwa ada dua hal yang mempunyai makna sejajar
diletakkan untuk mengatakan bahwa produk yang diiklankan mempunyai dua keunggulan.
Perlu kiranya diingatkan bahwa bentuk pararelilsme adalah sebuah bentuk yang baik untuk
menonjolkan kata atau kelompok kata yang sama fungsinya. Namun bila terlalu banyak
digunakan, maka kalimat-kalimat akan menjadi kaku dan mati.
d. Repetisi
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap
penting untuk member tekanan dalam sebuah kontteks yang sesuai. Dalam bagian ini, hanya
akan dibicarakan repetisi yang berbentuk kata atau frasa atau klausa. Karena nilainya
dianggap tinggi, maka dalam oratori timbullah bermacam-macam variasi repetisi. Repetisi,
seperti halnya dengan paralelisme dan antitesis, lahir dari kalimat yang berimbang. Berikut
contoh majas repetisi; “mari ngeteh mari bicara”, dapat dilihat bentuk perulangan bunyi
yaitu pada kata pergi bersama dan menyusupi.
e. Simile
Gaya bahas simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Dalam perbandingan
eksplisit sesuatu yang dimaksudkan disamakan dengan sesuatu yang lain menggunakan kata
perumpamaan atau pembanding secara eksplisit. Gaya bahasa simile dalam iklan produk,
seperti contoh; “Setiap aku melihatnya, terasa seperti pertama kali bertemu”. Gaya bahasa
simile pada contoh ditandai dengan kata seperti yang menjadi pembanding secara langsung
dalam kalimat tersebut.
f. Metafora
Personifikasi adalah gaya bahasa yang memberikan sifat-sifat yang dimiliki oleh
manusia atau perilaku yang lazim dilakukan manusia kepada benda. Ditemukan gaya bahasa
personifikasi dalam iklan produk seperti contoh; “nikmati kesegaran yang memukau dari
Close Up baru”. Gaya bahasa personifikasi pada contoh ditandai dengan kata memukau.
Close Up merupakan benda mati berupa pasta gigi, sedangkan memukau adalah suatu sifat
yang lazimya ada pada manusia. Seperti contoh: penampilan Maher Zain di panggung musik
Indonesia memukau ribuan mata penonton.
h. Metonimi
Gaya bahasa metonimi, adalah majas perbandingan yang menggunakan unsur tertentu
yang paling menonjol dari objek yang dimaksudkannya. Gaya bahasa metonimi dalam iklan
produk seperti contoh; “Close Up lebih dekat lebih baik”, pada contoh sengaja menyebutkan
unsur terpenting dari produk yang diiklankan yaitu merek produk Close Up sehingga
masyarakat yang menyaksikan iklan tersebut akan menjadi ingat dengan merek produk yang
diiklankan.
Gaya bahasa sinekdoke pars pro toto, adalah majas yang menyebutkan unsur sebagian
yang mengacu pada keseluruhan. Berdasarkan penelitian ini ditemukan Gaya bahasa
sinekdoke pars pro toto seperti contoh; “keajaiban cantik muda dimulai dari sekecil ini”
Gaya bahasa sinekdoke pars pro toto pada contoh menyebutkan perawatan untuk kecantikan
dimulai dari hal kecil saja, akan tetapi pada dasarnya untuk mendapatkan kecantikan adalah
dengan perawatan keseluruhan namun diwakili dengan perawatan yang minimal.
j. Hiperbola
Gaya bahasa hiperbola, adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan berlebihan
dengan membesar-besarkan suatu unsur dari kenyataan yang sebenarnya. Gaya bahasa
hiperbola dalam iklan produk seperti contoh; “gue Ivan, basket adalah segalanya buat gue”.
Pada contoh dinyatakan bahwa basket adalah segalanya bagi Ivan, pernyataan ini dikatakan
berlebihan karena tidak mungkin manusia bisa hidup hanya dengan main basket, sebagai
manusia normal tentu membutuhkan kebutuhan lain seperti kebutuhan sandang, pangan dan
papan.
k. Paradoks
Gaya bahasa paradoks, adalah majas yang menyatakan pernyataan yang bertentangan
dari kebiasaan yang ada. Seperti contoh; “kasih ibu memang tak terhingga, tapi kini cukup
seribu untuk mengungkapkannya”, pada contoh terdapat pertentangan dari sebuah kebiasaan
contoh ini mempertentangkan antara kasih ibu yang tidak terhingga dengan cara
pengungkapan kasih ibu yang bisa hanya dengan seribu rupiah. Padahal, lazimnya sesuatu
yang tidak terhingga adalah hasil dari pengorbanan yang besar.
l. Ellipsis
Gaya bahasa ellipsis adalah gaya bahasa yang berupa penghilangan satu kata/frasa atau lebih
yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca. Contoh;
“Pond’s Flawless White, Buktikan Sendiri Perbedaannya”, merupakan kalimat menggantung
atau kalimat tidak utuh, jadi untuk kelanjutannya pendengar bisa menafsirkan sendiri.
m. Ironi
Gaya bahasa ironi, adalah gaya bahasa yang berupa penyampaian maksud penutur
kepada mitra tuturnya secara tidak langsung. Seperti contoh “sabun cair biasa mengikis
kelembaban kulitmu, Dove shower cream beda!”. Tuturan pada contoh secara tidak langsung
menyebutkan bahwa Dove Shower cream cream tidak mengikis kelembaban alami kulit
Struktur Iklan
Sebuah iklan pada dasarnya memiliki sebuah bentuk (Kasali, 1992). Bentuk iklan
pada media cetak tidak selalu sama, tetapi kebanyakan iklan pada media cetak mempunyai
bentuk dan urutan sebagai berikut:
(1) Headline, atau sering disebut judul adalah bagian terpenting dari sebuah iklan. Headline
tidak selalu terletak pada awal tulisan, tetapi merupakan bagian pertama yang dibaca orang.
Melalui headline pembaca dapat mengetahui iklan yang ditawarkan, meskipun headline tidak
selalu menggambarkan produk yang ditawarkan secara jelas.
(2) Subheadline, merupakan bagian dari judul yang panjang tersebut, sehingga subheadline
mengikuti headline.
(3) Amplikasi adalah naskah atau teks iklan yang mengikuti headline. Pada bagian inilah,
ditulis hal-hal yang hendak disampaikan kepada calon pembeli dengan lebih rinci.
Wacana Iklan
Analisis wacana adalah analisis atas kebahasaan yang digunakan. Analisis wacana
merupakan upaya untuk menganalisis unit bahasa yang lebih besar dari kalimat
(Kartomiharjo,1992: 1). Analisis wacana berusaha mencapai makna yang persis sama atau
paling tidak sangat dekat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan,
atau oleh penulis dalam wacana tulis. Verhaar (1992: 104) mengemukakan bahwa analisis
wacana atau discourse analysis adalah analisis yang menentukan hubungan-hubungan yang
terdapat antara kalimat-kalimat utuh (kalimat majemuk atau kalimat tunggal) dalam suatu
teks yang utuh (misalnya karangan dalam surat kabar ataupun suatu roman seluruhnya).
Bentuk bahasa iklan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu bahasa iklan
dalam bentuk frase, bentuk kalimat dan bentuk wacana. Pembahasan dalam penelitian ini
difokuskan pada iklan dalam bentuk wacana. Wacana merupakan tingkatan yang paling
tinggi di dalam hierarki pembicaraan sintaksis setelah frase, klausa dan kalimat. Jadi satu kata
pun jika sudah memiliki suatu situasi atau konteks pembicaraan sudah dapat disebut sebagai
wacana. Wacana merupakan suatu tulisan yang dapat berupa kata, kalimat, paragraf, bab atau
beberapa bab. Sebuah wacana yang terdiri dari beberapa kalimat harus dibedakan dengan
suatu kumpulan kalimat-kalimat yang tidak beraturan, yaitu kalimatkalimat yang tidak
mempunyai keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kumpulan kalimat-kalimat
tersebut dapat disebut wacana bila antara kalimat yang satu dengan yang lainnya mempunyai
hubungan kohesif dan koherensi. Kohesif menunjuk pada keterkaitan bentuk, sedangkan
koherensi menunjuk pada keterkaitan makna. Oleh karena itu, sebuah wacana harus dapat
memenuhi kedua syarat tersebut yang merupakan suatu ketentuan mutlak pada sebuah
wacana. Hal ini berlaku pula bagi wacana iklan pada koran Harian Jogja. Selanjutnya
menurut Kridalaksana (1987: 3) sebuah wacana iklan dapat dipandang sebagai:
1) Wacana Persuasif
Persuasif merupakan suatu seni vokal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang
agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu yang akan datang
(Keraf, 1983: 118). Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengirim pesan berusaha
dengan berbagai cara, misalnya mengemukakan bukti-bukti tentang keberhasilan yang
dicapai bila menggunakan produk tersebut, sehingga dapat meyakinkan penerima
pesan dan merangsang keingintahuan para penerima pesan.
2) Wacana Horatoris
Berdasarkan pembagian wacana yang dilakukan oleh Longrace (Gloria, 1986: 2),
yang membagi wacana menjadi tujuh jenis maka wacana iklan termasuk wacana
horatoris yaitu wacana yang memberi nasehat atau
3) Wacana yang Mengandung Kata Afektif
Kata afektif adalah kata yang mengandung makna afektif. Makna afektif merupakan
makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan
bahasa. Kata-kata afektif dapat menimbulkan nilai rasa pada pembaca atau pendengar.
Oleh karena itu makna afektif ini berhubungan erat dengan gaya bahasa. Nilai rasa
yang terkandung dalam kata merupakan pernyataan rasa hormat, rasa senang, rasa
indah, rasa kagum dan sebagainya. Untuk menarik perhatian, iklan pun menggunakan
kata-kata afektif agar dapat menimbulkan daya bayang, sehingga pembaca dapat
membayangkan hasil yang diperolehnya pada saat atau setelah menggunakan produk
yang ditawarkan itu. Dengan kemampuannya menimbulkan daya bayang, maka iklan
dapat menimbulkan daya tarik yang besar.
Kepala surat atau kop surat sangat penting, bermanfaat, dan memiliki beberapa fungsi,
yaitu sebagai alat pengenal agar suatu organisasi atau instansi mudah dikenal oleh
masyarakat, yang biasanya memiliki logo khusus sebagai ciri khas.
b. Badan Pengumuman
1.) Salam pembuka adalah bagian surat yang berupa kata pembukaan untuk mengawali
pembicaraan melalui surat seperti halnya seseorang yang mengawali pidatonya. Salam
pembuka ini berfungsi sebagai tanda hormat penulis sebelum memulai berbicara, juga
sebagai sarana menjaga dan memelihara hubungan, dan juga sebagai mengenal watak
atau sifat seseorang.
2.) Isi pengumuman biasanya terdiri atas tiga bagian sebagai berikut: a) Kalimat
pembuka atau pendahuluan, b) Isi sesungguhnya, c) Kalimat penutup.
3.) Bagian Kaki Pengumuman terdapat salam penutup, di mana salam penutup ini harus
disesuaikan dengan salam pembuka, selain itu bagian kaki pengumuman memuat
tentang nama kota tempat pengumuman dikeluarkan, tanggal, bulan, tahun
dikeluarkan, nama penanda tangan, serta jabatan penanda tangan.
c. Kalimat Penutup
Kalimat penutup merupakan bagian akhir isi pengumuman, yang berfungsi sebagai
kunci untuk mengakhiri isi pengumuman. Kata penutup dapat berisi kesimpulan, penegasan,
permintaan maaf, harapan, atau yang lainnya yang berkaitan dengan hal yang telah
disampaikan sebelumnya.
Ketiga bagian diatas saling erat satu sama lain dan merupakan kesatuan yang utuh dan
padu. Jika bagian pendahuluan menggambarkan ide pokok secara umum maka bagian isi
menjelaskan secara terperinci dan bagian penutup memberikan kesimpulan.
Ejaan yang dismpurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun
1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Republik. EYD memberikan
aturan-aturan dasar tentang bunyi kata, kalimat, dan penggunaan tanda baca. Sebagai
pemakai bahasa Indonesia, wajib untuk mematuhi aturan buku berbahasa yang dinyatakan
dalam EYD, terutama saat dituntut untuk mampu berbahasa dengan baik dan benar dalam
forum resmi atau saat menyajikan satu bentuk tulisan ilmiah. Kenyataannya, tidak semua
penutur bahasa Indonesia yang mampu berbahasa Indonesia sesuai aturan EYD. Sering kali
mengalami kebingungan kapan suatu huruf harus ditulis dengan huruf kapital atau huruf
kecil. Kebingungan lainnya adalah penggunaan tanda baca, seperti tanda titik (.), koma (,),
titik dua (:), titik koma (;), tanda petik tunggal („), tanda petik ganda (“), dan sebagainya.
Pedoman umum ejaan yang disempurnakan yang dapat diukur berdasarkan hal dibawah ini:
a. Pemakaian Huruf meliputi: abjad, vocal, diftong, konsonan, persukun dan nama diri.
b. Penulisan huruf meliputi: huruf besar (kapital) dan huruf miring.
c. Penulisan kata meliputi: kata dasar, kata ulang, kata keturunan, gabungan kata, kata
ganti, kata depan, kata si dan sang, partikel, angka dan bilangan.
d. Penulisan unsur serapan.
e. Penulisan tanda baca.
Berdasarkan pedoman umum ejaan diatas, berikut adalah penjelasan dari penggunaan
huruf besar atau kapital dan penggunaan tanda baca, yaitu:
BAB III
KESIMPULAN
(6) mencapai orang-orang yang tidak dapat dicapai oleh tenaga penjualan atau salesman
dalam jangka waktu.
Tujuan yang ada ini mengikutsertakan pilihan bahasa yang menarik untuk mencapai
maksud dan tujuannya. Bahasa iklan ini menunjukan pola penggunaan bahasa yang kaya
akan pengetahuan dimana peran bahasa sebagai komunikasi nya memberikan responsive
timbal balik dalam bahasa iklan. Keberhasilannya akan terlihat apakah bahasa iklan ini
memberikan pengaruh atau tidak.
Keterampilan menulis dan berpikir imajinatif tertuang dalam bahasa yang menjadi
proses komunikasi terhadap suatu tujuan. Dengan begitu memperhatikan dan dapat
membedakan penggunaan bahasa pada media dengan peran yang memiliki maksud juga
tujuan tertentu perlu dicermati untuk mencapai keberhasilan berbahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Adona, Fitri. 2006. Citra dan Kekerasan Simbolik Dalam Iklan Perusahaan di
Televisi. Padang: Andalas University Press.
Agustina. 1995. Pragmatik Pengajaran. Padang: IKIP Padang. Kusumawati.2010.
Analisis Pemakaian Gaya Bahasa Pada Iklan Produk Kecantikan Perawatan
Kulit Wajah Di Televisi.
http://eprints.uns.ac.id/278/1/169981511201010311.pdf
Bloomfield, Leonard. 1995. Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Kasali, Rhenald. 1992. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di
Indoensia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Phillips, Barbara J. and McQuarrie, Edward F. (2004). Beyond Visual Metaphor: A
New Typology of Visual Rhetoric in Advertising. London: Sage Publications.
Stella, J. & Adam, S. (2005). Tropes in Advertising: A Web-Based Empirical Study.
http://ausweb.scu.edu.au/aw05/papers/refereed/stella/paper.html
Van Dijk, T. (1997). Discourse as structure and process. London: Sage Publications.
Schrank, J. (1996). The Language of Advertising Claims.
http://home.olemiss.edu/~egjbp/comp/ad-claims.html
Shie, Jian-Shiung (2005). Master Tropes in English Magazine Advertisements: A
Semiotic Topic-Vehicle Approach. Taiwan Journal of Linguistics Vol. 3.1, 33-
64, 2005