Disusun Oleh :
Prodi Psikologi
Fakultas Psikologi dan Sosial Ilmu Budaya
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Agama dan
Kepribadian” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta Salam saya
haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta Sahabat.
Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Dosen Dr. Faraz Umaya, SIP., M.M.
yang telah memberikan tugas ini sehingga saya bisa mendapatkan pemahaman yang
lebih luas mengenai materi ini.
Tentunya makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saya sebagai penulis meminta maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan. Semoga makalah ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.
Terimakasih.
Penulis
i
i
DAFTAR ISI
BAB I PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PEMBAHASAN
I.I AGAMA
A. Pengertian Agama
2
"… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhai Islam itu jadi
agama(din) bagimu …" (QS 5:3)
3
c) Asy-syariah adalah suatu nama untuk bagian-bagian hukum
(undang-undang) meliputi masa hidup pokok atau dikembalikan
kepada Nash dari Al-Quran Hadits atau pun tidak.
d) Ad-din menurut bahasa arab yang dapat berarti adat kebiasaan atau
tingkah laku. Taat, patuh, dan tunduk kepada Tuhan. Hukum-hukum
atau peraturan-peraturan. Ad-Diin itu untuk menyebut salah satu
peristiwa yang amat mengharukan/dahsyat yaitu hari kiamat/hari
pembalasan.
4
Individu yang beragama, seyogyanya berperilaku layaknya seorang
hamba Tuhan dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan pelanggaran untuk
kemudian menunaikan kewajiban-kewajiban yang mendatangkan
kemaslahatan bagi dirinya dan lingkungannya. Karena agama sesungguhnya
adalah seperangkat aturan yang membantu umat menjalani kehidupan yang
baik, sesuai kodrat kemanusiaannya yang menolak kenistaan dan menemukan
kehidupan sejati lahir dan batin.
5
I.II KEPRIBADIAN
A. Pengertian Kepribadian
1. Faktor Biologis
2. Faktor Sosial
6
Faktor sosial di sini adalah masyarakat ; yakni manusia-manusia
lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam
faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan,
bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu. Sejak
dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang
disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga.
Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan
menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan
dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang
bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak.
3. Faktor Kebudayaan
C. Unsur-Unsur Kepribadian
7
Koentjaraningrat (1985:103-110) menjelaskan ada beberapa unsur yang
mempengaruhi terbentuknya kepribadian sebagai berikut :
1. Pengetahuan
2. Perasaan
3. Dorongan Naluri
Dorongan naluri adalah dorongan hati yang dibawa sejak lahir, yang tanpa
disadari mendorong untuk berbuat sesuatu. Kesadaran manusia menurut para ahli
psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena
pengaruh pengetahuannya, melainkan karena sudah terkandung dalam
organismenya, dan khususnya dalam gen-nya sebagai naluri. Kemauan yang
sudah merupakan naluri pada tiap makhluk manusia itu, oleh beberapa ahli
psikologi disebut “dorongan” (drive).
D. Pembentukan Kepribadian
8
seperti intelegensi, emosionalitas, karakter, temperamen, keberanian,
ketenangan, daya penarik, percaya diri, baik pandangan dan
kebijaksanaan. Faktor dari luar diri (lingkungan) terdiri dari :
a. Keluarga
b. Sekolah
9
tersebut mempengaruhi pola sikap anak contohnya, sekolah yang
berorientasi umum akan berbeda dengan sekolah yang berorientasi
kejuruan, pun berbeda dengan yang berorientasi agama. Tidak kalah
pentingnya adalah faktor guru, sebab guru sebagai peran central dalam
pelaksanaan pembinaan terhadap anak. Guru harus mencerminkan
sebagai sosok yang harus diteladani dalam segala hal baik ucap maupun
laku. Guru di sekolah adalah sebagai pengganti orang tua di rumah, guru
harus membawa anak didik kearah pemebentukan pribadi yang sehat dan
baik. Setiap guru harus menyadari bahwa segala sesuatu yang ada pada
dirinya akan merupakan unsur pembinaan pada anak didik melalui
keteladanannya sebagai guru. Oleh sebab itu guru harus memilki akhlak
yang baik dan memilki wawasan keagamaan yang luas. Pembinaan
keagamaan disekolah betul‐betul merupakan dasar‐dasar pembentukan
kepribadian anak. Apabila sekolah mampu membina sikap positif
terhadap agama dan berhasil membentuk pribadi anak, maka anak telah
memiliki pegangan atau bekal dalam menghadapi kehidupannya di masa
depan.
10
SAW selain sebagai Rasul dan Nabi juga adalah guru pertama dan utama
dalam pendidikan. Beliau sangat berhasil dalam mendidik para Sahabat
dan orang – orang terdekatnya. Mengapa Rasululah sukses dalam
melaksanakan pendidikan karena pribadi beliau sangat berkualitas.
Sebagaimana sabdanya: “Ibda bi‐annafsik“ (Mulailah dari dirimu
sendiri). Demikian juga para Ulama pewaris Nabi mengikuti jejak
Beliau dalam meningkatkan kualitas pribadinya. Ajaran agama
merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian anak. Apabila
pembentukan pribadi 4 anak terlaksana dengan baik, maka akan
memasuki masa remaja dengan tidak mengalami kesukaran. Tetapi
apabila pembentukan pribadi anak di rumah tidak baik, dan disekolah
juga kurang mendapatkan pembinaan keagamaan, maka akan membuat
pribadi anak pada masa remajanya akan mengalami kegoncangan dan
labil sehingga pertumbuhan pribadinya sangat sukar.
c. Sosial budaya
d. Alam
11
I.III Hubungan Agama dan Kepribadian
1. Sukamto
4. Tingkah laku
a. Qalb
“ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekepal daging. Kalau itu baik,
baiklah seluruh tubuh. Kalau itu rusak, rusaklah seluruh tubuh”. Itulah qalb.
b. Fuad
Fuad adalah perasaan yang terdalam dari hati yang sering kita sebut hati
nurani (cahaya mata hati) dan berfungsi sebagai penyimpangan daya ingatan.
Berbagai rasa yang dialami oleh fuad dituturkan dalam ala-qur’an sebagai
berikut;
12
1. Fuad bisa bergoncang gelisah (QS Al-Qashash: 10):
c. Ego
13
mempersatukan pertentangan-pertentangan antara qalb, dan fuad dengan
dunia luar. Ego adalah derivat dari qalb dan bukan untuk merintanginya.
Kalau qalb hanya mengenal dunia sesuatu yang subyektif dan yang objek
(dunia realitas). Didalam fungsinya, ego berpegang pada prinsip kenyataan
(reality principle). Tujuan prinsip kenyataan ini ialah mencari objek yang
tepat (serasi) untuk mereduksikan ketegangan yang timbul dalam orgasme. Ia
merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya untuk
mengetahui apakah rencana itu berhasil atau tidak.
d. Tingkah laku
2.Mujib
14
a. Dimensi fisik yang disebut dengan fitrah jasmani, tidak bisa
membentuk kepribadian sendiri, keberadaannya tergantung pada
substansi lain. Keberadaan manusia bukan ditentukan oleh fitrah
jasmani, melainkan fitrah nafsani.
15
boleh tidaknya atau baik buruknya cara‐cara untuk meredakan ketegangan itu.
Ini berarti ajaran agama membentuk secara aktif ego dan super ego, sehingga
ketentuan agama menjadi suara hati atau ego ideal (qolbu, hati nurani).
Dengan demikian maka jelas ajaran agama sangat berpengaruh
terhadap pola sikap seseorang sebagai reaksi atas rangsangan‐rangsangan baik
dari dalam maupun dari luar diri individu. Super Ego akan mengevaluasi Ego
berdasarkan norma‐norma agama atau ajaran‐ajaran agama. Baik buruknya
pemecahan masalah ditentukan berdasarkan ajaran agama sehingga semua
keinginan, dorongan dari dalam diri akan mencari pemuasan dirinya dengan
pertimbangan penilaian berdasar ajaran agama. Contoh, seseorang lapar ingin
makan, ego mencari makan dengan peran Super Ego 5 mempertimbangkan
apakah makanan itu boleh atau tidak, halal atau tidak, baik atau tidak baik
bagi dirinya.
16
maupun sebagai anggota masyarakat, maka aturan itu akan membangun
kepribadian yang mencerminkan masyrakat tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
18