Dosen pengampu :
Oleh :
1. Mushbir Shiddiq
2. Asep Latipurrahman
3. ……….
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan
Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhan. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca. Harapan saya
semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
April 2023
Penyusun
i
DAFTAR ISI
B. Tujuan …………………………………………………………….
A. Kesimpulan ………………………………………………………..
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sempurna dalam dibandingkan dengan semua
makhluk yang ada. Yang membedakannya adalah pikiran. Dengan akal manusia
yang mampu mengendalikan segala sesuatu di dunia, tidak semua hal dapat
dicapai tanpa mengembangkan kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya.
Potensi adalah kemampuan tersembunyi yang perlu digali, sehingga pengguna
ingin mengetahui potensi yang dimiliki orang. Setelah pengetahuan, diharapkan
potensi tersebut dapat dikembangkan sedemikian rupa hingga mencapai tingkat
manusia yang sempurna.
Dalam konsep Islam, manusia yang hidup diberkahi dengan dua potensi
pertama, yaitu potensi tubuh (body). Kedua, potensi pikiran. Konsep pendidikan
Islam merupakan upaya sadar untuk mengembangkan potensi-potensi manusia
tersebut untuk menciptakan manusia yang berkualitas, baik fisik maupun mental
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian potensi kepribadian ?
2. Bagaimana tafsir dari ayat-ayat yang menjelaskan tentang potensi
kepribadian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian potensi kepribadian
2. Untuk mengetahui bagaimana tafsir dari ayat-ayat yang menjelaskan
tentang potensi kepribadian
D. Penelitian Terdahulu
E. Sistematiaka Pembahasan
BAB II
LANDASAN TEORI
Instruments and Observers’, Journal of Personality and Social Psychology, 52.1 (1987), 81–90
<https://doi.org/10.1037/0022-3514.52.1.81>.
5
Digman.
6
Brent W. Roberts and Hee J. Yoon, ‘Personality Psychology Domains of Knowledge’, 2018.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari mana data dapat
diperoleh.10 Sumber data penelitian ini didapatkan dari pustaka maksudnya jenis
data yang diperoleh dari buku-buku atau karya ilmiah yang ada relevensinya
dengan permasalahan dari judul diatas, sumber data tersebut dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1. Sumber Data Primer.
Data primer adalah data yang diperoleh dari merujuk pada al Qur‟an, Tafsir
al-Maraghi, Tafsir Ibnu Katsir/Tafsir al-Quran al-‘Azim, Tafsir Al-Kasysyaf,
Tafsir al-Manar, Al-Quran dan Tafsirnya dan buku-buku yang berkaitan dengan
potensi kepribadian.
2. Sumber Data Sekunder.
Adapun yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku
atau pun tulisan-tulisan orang lain yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan
yangakan dikaji oleh penulis.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan dan analisa data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mencari dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber bacaan yang ada
di perpustakaan ataupun sumber lain yang membahas tentang potensi
kepribadian.
2. Mengklasifikasi data yang sudah di peroleh untuk selanjutnya
dikelompokkankepada data primer dan data sekunder.
3. Menelusuri ayat-ayat yang berkenaan dengan kata potensi kepribadian.
4. Menggabungkan berbagai sumber yang telah didapat, baik dengan cara
mengutip secara langsung ataupun tidak langsung dan lain sebagainnya.
10
Penyusun.
BAB IV
PEMBAHASAN
aka mendapatkan petunjuk.13 Dalam hal ini ibnu katsir mengungkapkan ) الربية
( َش فه –َؤ لء bahwa manusia jenis ini merupakan makhluk yang paling buruk, dan
kedudukannya sama dengan Binatang.14
11
Erma Yulita, ‘AKAL DAN PENGETAHUAN DALAM AL-QUR’AN’, MITRA PGMI: Jurnal
Kependidikan MI, 1.1 (2015), 78–96 <https://doi.org/10.46963/MPGMI.V1I1.34>.
12
Abuddin Nata, Tafsir Ayat Pendidikan, 2009.
13
Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al Maraghi, Cet. Pertama, 1984.
14
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-Azim.
2. Al-Mulk: 10
ِ َوقَالُوا لَوْ ُكنَّا نَ ْس َم ُع َأوْ نَ ْعقِ ُل َما ُكنَّا فِي َأصْ َحا
ِ ب ال َّس ِع
١٠ير
15
Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al Maraghi, Cet. Pertama.
Ibnu katsir menyatakan dalam tafsirnya perihal ayat tersebut yaitu
sekiranya dahulu kami menggunakan akal kami dengan sebenarnya atau
menggunakan akal kami yang dapat memberi petunjuk kepada kami untuk
mengikuti para rasul.16
3. Al-Qiamah: 2
ابلن و ر َٓل–ْ ُا ْق
ّ ْف ِ س ِس ُم
الل
ّ
ّوا رم ِة
Artinya dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya
sendiri).
TAFSIR:
Allah SWT bersumpah dengan hari kiamat dan kengeriannya yang besar,
dan dengan nafsu yang menginginkan ketinggian, yaitu nafsu yang menyesali
kejahatan, mengapa ia melakukannya dan menyesali kebaikan, mengapa ia
tidak memperbanyaknya, karena nafsu itu tetap tidur meskipun ia bersungguh-
sungguh dalam ketaatan, bahwa kamu sungguh akan dibangkitkan dan dihisab
atas perbuatan yang kamu lakukan.17
16
Katsir.
17
Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al Maraghi, Cet. Pertama.
4. Al-Fajr: 27-30
ۙ ْ ٰيٓاَيَّتُها النَّ ْف ْالم
٢٩ ْ فَا ْد ُخلِ ْي فِ ْي ِع ٰب ِد ۙي٢٨ ۚ ًضيَّة
ِ ْضيَةً َّمر
ِ ك َراِ ِّ ارْ ِج ِع ْٓي اِ ٰلى َرب٢٧ ُط َم ِٕىنَّة ُ َُ س
)30-27 :89/ ( الفجر٣٠ ࣖࣖ َوا ْد ُخلِ ْي َجنَّتِ ْي
alloh. Ayat ini berseru Wahai jiwa yang telah yakin akan kebenaran sehingga
tidak ada keraguan padanya(اليت استيقنت قد،)شك خياجلها فال احلق, dan telah berdiri
di batas hukum, sehingga nafsu tidak mengganggunya, dan keinginan tidak
mengganggunya. Kembalilah ke tempat terhormat di sisi Tuhanmu( ارجع ,حمل اىل
)ربك جبوار الكرامة, puas dengan apa yang telah Anda lakukan di dunia ini. Maka
masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku yang mulia( فادخىل عبادى زمرة ىف
)املكرمني, Nikmatilah di dalamnya apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak
pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah dikandung oleh hati manusia.18
5. Al-Syams: 7-10
رونر ْف ٍس و رما س
َ
( قر ْد أ ْفلر رح م ْن ز8) ( فر َألْ ره رم رها فُجو رر رها وتر ْق روا رها7) ّوا رها
َ
( وقر ْد خاب م ْن د9) َّك رها
َ
ّسا رها
)10(
Artinya demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
TAFSIR:
Dari ayat diatas allah menganugerahkan kepada setiap manusia potensi
jiwa kepada jalan kefasikan atau kepada jalan ketakwaan(ويتبني )الضالل من الهدى لها,
serta memberikan gambaran akibat yang terjadi dari kedua jalan tersebut.
Yakni bagi siapa yang mensucikan jiwanya (memilih jalan keatakwaan) maka
syurga jaminannya, begitupun sebaliknya, jika manusia memilih jalan
kefasikan maka akan dapat siksa akhirat berupa neraka yang menyala.19
C. Qalb Dan Ruh
Qalb adalah salah satu aspek terdalam dalam jiwa manusia yang
senantiasa menilai benar salahnya perasaan, niat, angan-angan, pemikiran,
hasrat, sikap dan tindakan seseorang, terutama dirinya sendiri. Sekalipun qalb
18
Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al- Maragi : Juz 10.
19
Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maragi : Juz 10.
ini cenderung menunjukkan hal yang benar dan hal yang salah, tetapi tidak
jarang mengalami keragu-raguan dan sengketa batin sehingga seakan-akan sulit
menentukan yang benar dan yang salah. Tempat untuk memahami dan
mengendalikan diri itu ada dalam qalb. Qalbu-lah yang menunjukkan
watak dan jati diri yang
sebenarnya. Qalbu-lah yang membuat manusia mampu berprestasi,
bila qalbu bening dan jernih, maka keseluruhan diri manusia akan
menampakkan kebersihan, kebeningan, dan kejernihan.20
1. Al-Ma’idah:41,
ۛ ار ُعوْ نَ فِى ْال ُك ْف ِر ِمنَ الَّ ِذ ْينَ قَالُ ْٓوا ٰا َمنَّا بِا َ ْف َوا ِه ِه ْم َولَ ْم تُْؤ ِم ْن قُلُوْ بُهُْ–مِ ۞ ٰيٓاَيُّهَا ال َّرسُوْ ُ–ل اَل يَحْ ُز ْنكَ الَّ ِذ ْينَ يُ َس
ْال َكلم م ْن ب ْعد مواضع ۚه ۢ ْأ
ُب َس ٰ ّمعُوْ نَ لِقَوْ ٍم ٰاخَر ْي ۙ لَم ي تُ ۗ يُح ف ِ َو ِمنَ الَّ ِذ ْينَ هَا ُدوْ ا ۛ َس ٰ ّمعُوْ نَ لِ ْل َك ِذ
ٰۤ ُ ٖ ِ ِ َ َ ِ نَ ْ َ وْ هّٰللاكَ َ رِّ وْ نَ ِ َ ِ َ ِ هّٰللا
َك لَهٗ ِمنَ ِ َش ْيـًٔا ۗ اول ِٕىك َ ِيَقُوْ لُوْ نَ اِ ْن اُوْ تِ ْيتُ ْم ٰه َذا فَ ُخ ُذوْ هُ َواِ ْن لَّ ْم تُْؤ تَوْ هُ فَاحْ َذرُوْ ا– َۗو َم ْن ي ُِّر ِد ُ فِ ْتنَتَهٗ فَلَ ْن تَ ْمل
ۤ
:5/ ( المائدة٤١ َظ ْي ٌم ِ ي ۖ َّولَهُ ْم فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة َع َذابٌ ع ٌ الَّ ِذ ْينَ لَ ْم ي ُِر ِد هّٰللا ُ اَ ْن يُّطَهِّ َر قُلُوْ بَهُ ْم ۗ لَهُ ْم فِى ال ُّد ْنيَا ِخ ْز
)41
Artinya wahai Rasul (Muhammad)! Janganlah engkau disedihkan karena
mereka berlomba-lomba dalam kekafirannya. Yaitu orang-orang (munafik)
yang mengatakan dengan mulut mereka, “Kami telah beriman,” padahal hati
mereka belum beriman; dan juga orang-orang Yahudi yang sangat suka
mendengar (berita-berita) bohong dan sangat suka mendengar (perkataan-
perkataan) orang lain yang belum pernah datang kepadamu. Mereka
mengubah kata-kata (Taurat) dari makna yang sebenarnya. Mereka
mengatakan, “Jika ini yang diberikan kepadamu (yang sudah diubah)
terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah.”
Barangsiapa dikehendaki Allah untuk dibiarkan sesat, sedikit pun engkau tidak
akan mampu menolak sesuatu pun dari Allah (untuk menolongnya). Mereka itu
adalah orang-orang yang sudah tidak dikehendaki Allah untuk menyucikan
hati mereka. Di dunia mereka mendapat kehinaan dan di akhirat akan
mendapat azab yang besar.
TAFSIR:
Janganlah kamu sedih hai rasul, melihat kelakuan orang-orang kafir itu,
yang cepat-cepat memperlihatkan kekafiran dan menampakan permusuhannya
terhadap orang mu’min, ketika mereka melihat ada kesempatan yang baik.
Karena allah lah yang mencukupi kamu terhadap kejahatan mereka, dan
melindungimu dari ancaman mereka, dan menolongmu atas mereka dan atas
20
Mansyur Abyed, ‘Qolbu Dalam Perspektif Al-Quran’ <https://parahikma.ac.id/qalbu-dalam-perspektif-al-
quran/,> [accessed 8 April 2023].
kehendaknya, seperti mengingat-ingat manusia dan membesar-besarkannya,
yang dengan demikian kepedihan hati datang lagi, dan usaha untuk menghibur
diripun makin panjang lagi.13
2. Al-Haj:46,
و ك ْن ارف ر َْل ير ِس ىف ا ْ رَل ْر ِض رف رتك ْو رن ب يَ–ّ ْع ر ا ا رذا ٌن يَ–ّ ْس ربهاۚ فر ِا َل تر ْع رمى ا
ه ر ر لرُه ْم قُلُ– ْو ِقلُ– ْو رن هآْب ْو رم ُع ْو رن ُ ي ْو ا
ل ل ْب– رصا ُر نا
تر ْع رمى الْ ُقلُ ْوب
َال
ِّ ْيت ىف ال
ُ
ّص ُد ْو ِر
Artinya maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati
(akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya
bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.
TAFSIR:
Apakah mereka tidak melakukan perjalanan di bumi maksudnya: dengan
tubuh mereka dan juga pikiran mereka, dan itu sudah cukup.
وقوه، وموته ابلزهد، ونوره ابلفكر، أيح قلبك ابملواعظ : قال بعض احلكامء: أيب ادلنيا وقال ابن
، وحذره صوةل ادلهر وحفش تقلب اٰليم، وبرصه جفائع ادلنيا، وقرره ابلفناء، وذهلل ابملوت، ابليقني
وانظر ما فعلوا، ورس يف ٰديرمه ْٓوأاثرمه، أصاب من َكن قبهل وذكره ما، واعرض عليه أخبار امالضني
. ومع انقلبوا، وأأين حلوا،
Ibnu Abi al-Dunya berkata: Beberapa orang bijak berkata: Bangkitkan
hatimu dengan peringatan, cerahkan dengan pikiran, mati dengan penolakan,
perkuat dengan kepastian, rendahkan dengan kematian, tegakkan dengan
kehancuran, lihat kelaparan dunia , peringatkan dia tentang datangnya waktu
dan kecabulan dari ketidakstabilan hari, hadirkan padanya berita masa lalu, dan
ingatkan dia tentang apa yang menimpa orang-orang sebelumnya. Dan
berjalanlah di rumah dan jejak mereka, dan lihat apa yang mereka lakukan ,
dan di mana mereka menetap, dan apa yang mereka kembalikan.
13
Ahmad mustofa Al marogi, “Tafsir Al Marogi”, juz 2, hal. 354.
Adapun buta hati yang dimaksud adalah segala sesuatu tidak menjadi
pelajaran.21
3. Al-Isra’:84
4. Al-Sajadah:7-9,
م
ِه ۡ ٍۚني
21
Katsir.
22
Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al Maragi : Juz 5.
ما
ْ ٍء
س هل ر ٍل ٰم ۡن
م ۡن
ل نر ۡس ر ٗهل
ج رع
ط ۡ ٍۚني 7
ّث
م ۡن
وبر رد را خلۡ رق ا
ّلك
ا َّ َِّل ۡى
ك ُ ر ۡ و رن 9
ما تر ۡش
قر ِل ۡي ًال
وا ۡ
ر
لۡفــ رد رة
ِٕ
وا ۡ
ر
لبۡ– رصا رر
و رج رعل لر ُ ُْك الس ۡم رع
¸ه ح
ر ۡو
ف ۡي ِه م ۡن
ونر رف رخ
س ٰه–وٮ ُه
8 ّث
Artinya yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia
menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya
dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi)
sedikit sekali dari kamu yang bersyukur.
TAFSIR:
5. Al-Hijr:29.
فر ِا رذا س ونر ت ف م ر ْو ِ ْيح رفقر ٗ ِٰس ِد ْين
َ ُ ع ْو ا َّو ْي– ُت رفخ ْي ِه ْن
ل ٗه
Artinya Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan
Aku telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud.”
TAFSIR:
alloh menyempurnakan penciptaannya dengan meniupkan ruh ke nabi
adam. Adapun maksud dari ِْ ونر ت ف م يحadalah أأحييته (menghidupkan).23
ْو ر رفخ ْي ِه ْن
23
Al Zamahsyari, Al-Kasysyaf.
16
Al-Zamahsyari: Al-Kasysyaf
BAB V
PENUTUP /KESIMPULAN
A. Kesimpulan