Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKIDAH AKHLAK

AKHLAK TERCELA

Disusun Oleh Kelompok 10

1. Desta putriani (2111240133)

2. Yevin syariski (2111240119)

Dosen Pengampu:

Drs. Lukman,SS., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO

BENGKULU

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, puji dan syukur kami panjatkan kepada Allahu Ta’ala. Yang telah
memberi kelompok kami kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga
dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Akidah Akhlak MI.
Namun demikian semoga makalah ini akan bermanfaat dan menambah wawasan bagi semua
pihak. Dalam pembuatan makalah ini kami memiliki kekurangan, namun berkat petunjuk Allah,
motivasi,,bimbingan,serta bantuan dari berbagai pihak, baik secaa langsung maupun secara tidak
langsung, dengan izin Allah tugas makalah ini dapat diselesaikan. Menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kelompok kami mengharapkan saran dan kritikan
kepada pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk masa yang akan datang, semoga
makalah ini ada manfaatnya.

Bengkulu, 6 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pesimis dan Bergantung kepada orang lain
B. Dampak Sikap Pesimis
C. Langkah Untuk Mengatasi Rasa Pesimis
D. Pengertian Serakah dan Tamak
E. Pengertian putus asa
F. Sifat Kikir dan Serakah
G. Kisah Qarun
H. Akhlak Tercela Yang Dimiliki Qarun
I. Menghindari Sifat Kikir dan Serakah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Iman Ibnul Qayyim berkata, "Akhlak yang tercela adalah bermula dari kesombongan
danrendah diri. Dari kesombongan muncul sikap bangga,sok tinggi, hebat, ujub, hasad, keras
kepala, zhalim, gila pangkat, kedudukan dan jabatan,senang dipuji padahal tidak berbuat sesuatu
dan sebagainya. Ibnul Qayyim juga mengatakan bahwa sebagaimana akhlak terpuji, akhlak
tercela juga memiliki akar di mana satuan-satuannya dapat dikelompokkan. Jika akar perilaku
manusia ada dalam pikiran dan jiwanya, maka akar penyakit akhlak juga akan selalu ada disana.
Mengenai hal itu, Ibnul Qayyim menyebutkan dua akar penyakit akhlak, yaitu Pertama, penyakit
syubhat. Penyakit ini menimpa wilayah akal manusia, dimana kebenaran tidak menjadi jelas
(samar) dan bercampur dengan kebatilan (talbis). Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar
manusia memahami secara baik dan memilih secara tepat. Kedua, penyakit syahwat. Penyakit ini
menimpa wilayah hati dan insting manusia, dimana dorongan kekuatan kejahatan dalam hatinya
mengalahkan dorongan kekuatan kebaikan. Penyakit inimenghilangkan kemampuan dasar
manusia untuk mengendalikan diri dan bertekad secarakuat.Begitu banyaknya hal yang dapat
menyebabkan kemerosotan akhlak yang dapatmenimbulkan akhlak atau perilaku tercela.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pesimis dan bergantung kepada orang lain?


2. Apa saja dampak sikap pesimis?
3. Apa saja Langkah untuk mengatasi rasa pesimis?
4. Apa pengertian seraah dan tamak?
5. Apa pengertian putus asa
6. Pengertian Sifat kikir dan serakah?
7. Kisah Qarun
8. Apa saja Akhlak tercela yang dimiliki Qarun?
9. Bagaimana cara menghindari sifat kikir dan serakah?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu pesimis dan bergantung kepada orang lain
2. Untuk mengetahui apa saja dampak pesimis
3. Untuk mengetahui cara mengatasi rasa pesimis
4. Untuk mengetahui apa itu serakah dan tamak
5. Untuk mengetahui apa itu putus asa
6. Untuk mengetahui sifat kikir dan serakah
7. Untuk mengetahui kisah qarun
8. Untuk mengetahui akhlak tercela yang dimiliki Qarun
9. Untuk mengetahui cara menghindari sifat kikir dan serakah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pesimis dan Bergantung kepada Orang Lain

Sifat pesimis dapat diartikan berprasangka buruk terhadap Allahu Ta'ala. Seseorang yang
pesimis biasanya selalu khawatir akan memperoleh kegagalan, kekalahan, kerugian atau
bencana, sehingga ia tidak mau berusaha untuk mencoba. Pesimis adalah sikap manusia yang
selalu didominasi oleh pikiran negatif, melihat segala sesuatu dengan fokus pada hal buruk dan
jahat.

Bergantung kepada orang lain adalah sikap selalu mengharapkan bantuan atau
pertolongan dari orang lain. Akibat buruk yang ditimbulkan dari sifat bergantung antara lain
tidak percaya diri dan selalu berharap bantuan orang lain. Cara menghindari sikap bergantung
adalah menumbuhkan sikap percaya kepada diri sendiri.

B. Dampak Sikap Pesimis

Berikut adalah dampak dari orang yang memiliki sikap pesimis :

1. Membuat rasa takut yang besar saat memulai sesuatu di mana sikap pesimis ini akan
menimbulkan rasa takut yang besar pada diri seseorang dan selalu berpikir bahwa kita tidak
mampu.
2. Semangat dan kepribadian yang mudah tergoyah, karena sikap pesimis akan membuat kita
menjadi tidak memiliki pendirian.
3. Sulit memiliki mimpi besar karena tidak yakin dengan diri sendiri dan akan terus
membandingkan dengan orang lain.
4. Menganggap diri tidak berguna menjadi dampak buruk dari sikap pesimis selanjutnya. Selain
itu kita juga tidak dapat menarik pembelajaran dalam setiap kejadian hidup.
5. Tidak memiliki tujuan hidup yang jelas karena setiap waktu tujuan hidup akan berubah-rubah
dan kita tidak berpikir untuk segera keluar dari masalah-masalah yang kita hadapi.

3
C. Langkah untuk Mengatasi Rasa Pesimis

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi rasa pesimis adalah sebagai
berikut :

1. Bangun sikap optimis.


2. Hilangkan sikap ragu dalam diri Tentukan tujuan hidup sebenarnya.
3. Kuatkan iman dalam diri.
4. Percaya pada Allah Ta'ala bahwa Allah akan selalu menolong kita dalam kondisi apapun.

D. Pengertian Serakah dan Tamak

Serakah adalah keinginan mempunyai harta secara berlebihan. Orang yang serakah tidak
pernah puas, merasa kurang, dan ingin menguasai sesuatu lebih dari yang ia miliki.

Hal ini Terdapat dalam Hadits Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

َ ‫ َويَتُوبُ هَّللا ُ َعلَى َم ْن ت‬، ُ‫ َولَ ْن يَ ْمَأل فَاهُ ِإالَّ التُّ َراب‬، ‫ان‬
‫َاب‬ ِ َ‫ب َأ َحبَّ َأ ْن يَ ُكونَ لَهُ َوا ِدي‬
ٍ َ‫لَوْ َأ َّن ِال ْب ِن آ َد َم َوا ِديًا ِم ْن َذه‬

“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua
lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu
setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR.
Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)

Orang yang serakah tidak pernah merasa cukup dengan harta yang dimilikinya, rakus
terhadap harta, dan menginginkan kekayaan berlebihan. Selain itu, orang serakah juga lebih
mementingkan kepentingan pribadi, kalau perlu mengorbankan kepentingan orang lain.

Secara Bahasa Tamak adalah rakus hatinya. Sedangkan menurut istilah tamak adalah
cinta kepada dunia(harta) terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang
mengakibatkan adanya dosa besar.

E. Pengertian Putus Asa

Putus asa adalah hilang harapan atau tidak mempunyai harapan lagi. Akibat buruk yang
ditimbulkan dari sifat putus asa antara lain hilangnya semangat untuk hidup dan bisa

4
menyebabkan bunuh diri. Cara menghindari sikap putus asa adalah merasa yakin bahwa setiap
persoalan pasti ada jalan keluarnya.

F. Sifat Kikir dan Serakah

Jika serakah adalah keinginan untuk menimbun harta, maka sifat kikir adalah enggan
mengeluarkan harta tersebut untuk disedekahkan. Secara implisit, sifat kikir ini merupakan
bentuk perebutan harta orang lain. Bagaimanapun juga, terdapat hak fakir dan miskin pada
sebagian harta orang-orang berlebih. Hak-hak itulah yang harus dikeluarkan dalam bentuk zakat,
sedekah, infak, hibah, dan lain sebagainya.

Dalam Islam, perkara harta adalah urusan muamalah dengan lingkungan sekitar. Jika seorang
muslim memiliki harta berlebih, maka pada harta itu, ada sebagian hak fakir dan miskin.

Karena itulah, Allah memerintahkan umatnya untuk mengeluarkan zakat, sedekah, infak, dan
lain sebagainya. Salah satu tujuan perintah tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran sosial
orang Islam untuk saling tolong menolong, menghindari sifat serakah, dan kikir. Selain itu, jika
harta ditahan dan tidak dikeluarkan, maka harta itulah yang akan menjadi sebab dari azab Allah
di akhirat,

Hal ini terdapat dalam firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 180:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

َ ‫ت َوا اْل‬ ُ ‫َواَل يَحْ َسبَ َّن الَّ ِذ ْينَ يَبْخَ لُوْ نَ بِ َم ۤا ٰا ٰتٮهُ ُم هّٰللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ٖه هُ َو خَ يْـرًا لَّهُ ْم ۗ بَلْ هُ َو شَرٌّ لَّهُ ْم ۗ  َسيُطَ َّوقُوْ نَ َما بَ ِخلُوْ ا ِب ٖه يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة ۗ  َو هّٰلِل ِ ِم ْي َرا‬
ِ ‫ث السَّمٰ ٰو‬
‫ض ۗ  َوا هّٰلل ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َخبِ ْي ٌر‬
ِ ْ‫ر‬

"Janganlah sekali-kali orang-orang menjadi kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada
mereka dari karunia-Nya. Mereka mengira bahwa [kikir] itu baik bagi mereka, padahal [kikir] itu
buruk bagi mereka. Maka [harta] yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan [di leher] pada hari
Kiamat. Milik Allah-lah warisan [apa yang ada] di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang
kamu kerjakan," (QS. Ali Imran [3]: 180).

Sifat kikir dan serakah merupakan akhlak tercela yang harus dihindari dalam Islam.

Orang yang kikir diancam Allahu Ta'ala dalam Al-Quran surah Al-Lail [92]: 8-11

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

5
}١١{ ‫} َو َما يُ ْغنِ ْي َع ْنهُ َما لُهٗۤ اِ َذا تَ َر ٰ ّدى‬١٠{ ‫} فَ َسنُيَ ِّسر ُٗه لِ ْل ُعس ْٰرى‬٩{ ‫ب بِا ْل ُحس ْٰنى‬
َ ‫} َوك ََّذ‬٨{ ‫َواَ َّما َم ۢ ْن بَ ِخ َل َوا ْستَ ْغ ٰنى‬

“Dan adapun orang-orang yang kikir dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala
terbaik, maka akan kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran, dan hartanya tidak
bermanfaat baginya apabila ia telah binasa," (QS. Al-Lail [92]: 8-11).

Orang yang serakah tidak pernah merasa cukup dengan harta yang dimilikinya, rakus terhadap
harta, dan menginginkan kekayaan berlebihan.

Selain itu, orang serakah juga lebih mementingkan kepentingan pribadi, kalau perlu
mengorbankan kepentingan orang lain.

G. Kisah Qarun

Suatu kabar tentang Qorun yang dia adalah kaum dari Nabi Musa. Qorun adalah anak pamannya
Nabi Musa. Qarun terfitnah dengan dunia. Sehingga dengan fitnah dunia ini dia mendzalimi
orang lain, kemudian melampaui batas, sombong dan membuat kerusakan. Dia berbangga-
bangga dengan hartanya di muka bumi ini tanpa hak.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫اِ َّن قَا رُوْ نَ كَا نَ ِم ْن قَوْ ِم ُموْ ٰسى فَبَ ٰغى َعلَ ْي ِه ْم ۖ  َو ٰا تَي ْٰنهُ ِمنَ ْال ُكنُوْ ِز َم ۤا اِ َّن َمفَا تِ َحهٗ لَـتَـنُ ۤوْ اُ بِا ْلعُصْ بَ ِة اُولِى ْالقُ َّو ِة اِ ْذ قَا َل لَهٗ قَوْ ُمهٗ اَل تَ ْف َرحْ اِ َّن هّٰللا َ اَل‬
َ‫ي ُِحبُّ ْالفَ ِر ِح ْين‬

"Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan
Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh
berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya,
"Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan
diri." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 76)

Qarun Tidak bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) dengan hartanya. Justru dia
mendekatkan diri dengan hartanya kepada syaitan dan kepada neraka.

Kisah Qarun Dalam Al-Qur'an Surah Al-Qasas [28] : 76-83,Diantarnya Yaitu:

ٍّ ‫فَ َخ َر َج ع َٰلى قَوْ ِم ٖه فِ ْي ِز ْينَتِ ٖه ۗ قَا َل الَّ ِذ ْينَ ي ُِر ْي ُدوْ نَ ْال َح ٰيوةَ ال ُّد ْنيَا ٰيلَيْتَ لَـنَا ِم ْث َل َم ۤا اُوْ تِ َي قَا رُوْ نُ  ۙ اِنَّهٗ لَ ُذوْ َح‬
‫ظ َع ِظي ٍْم‬

“Lalu Qarun lengkap dengan segala perhiasannya keluar rumah menemui kaumnya. Kala itu
orang2 yg menghendaki kehidupan dunia terkagum-kagum dan berkata: moga-moga kita diberi

6
kekayan seperti yang diberikan kepada Qarun, sejatinya ia adalah orang benar-benar mendapat
keberuntungan besar” (QS. Al Qashas 79)

Namun setelah Qarun ditimpa azab dan ditelan bumi beserta seluruh harta kekayaannya, barulah
terbukti ternyata sukses apalagi kecintaan Allah tidaklah diukur dengan kekayaan.

‫ق لِ َم ْن يَّشَٓا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ٖه َويَ ْق ِد ُر ۚ لَ وْ اَل ۤ اَ ْن َّم َّن هّٰللا ُ َعلَ ْينَا لَخَ سَفَ بِنَا ۗ  َو ْي َكا َ نَّهٗ اَل‬
َ ‫س يَقُوْ لُوْ نَ َو ْي َكا َ َّن هّٰللا َ يَ ْب ُسطُ الرِّ ْز‬
ِ ‫َواَ صْ بَ َح الَّ ِذ ْينَ تَ َمـنَّوْ ا َمكَا نَهٗ بِا اْل َ ْم‬
َ‫يُ ْفلِ ُح ْال ٰكفِرُوْ ن‬

“Dan orang-orang yang sebelumnya mengharapkan agar menjadi seperti Qarun, menjadi sadar
dan berkata: aduhai benarlah bahwa Allah melapangkan rizqi bagi siapa saja yang Ia kehendaki
dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya
kepada kita niscaya Allah juga membenamkan kita. Aduhai benarlah, tidak beruntung orang –
orang yang kufur” (QS. Al Qashas: 82)

Demikianlah orang yang picik dan lemah iman hanya menyadari kesalahannya setelah melihat
siksa dan murka Allah. Adapun orang-orang yg berilmu dan beriman, senantiasa beriman kepada
syari’at Allah walaupun belum melihat bukti kemurkaan Allah. karena itu walaupun Qarun
belum ditimpa azab, mereka telah berkata:

ّ ٰ ‫صا لِحًـا ۚ  َواَل يُلَ ٰقّٮهَ ۤا ِااَّل ال‬ ‫هّٰللا‬


َ‫صبِرُوْ ن‬ َ ‫َوقَا َل الَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم َو ْيلَـ ُك ْم ثَ َوا بُ ِ َخ ْي ٌر لِّ َم ْن ٰا َمنَ َو َع ِم َل‬

“Sedangkan orang-orang yang berilmu: kecelakaan besar bagimu. pahala Allah adalah lebih
baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan pahala itu tidaklah bisa didapat
kecuali oleh orang-orang yang sabar” (QS. Al Qashas: 80)

Kisah Qorun dengan orang-orang yang berilmu merupakan pelajaran tentang sabar dalam
menghadapi fitnah / ujian dunia. Dunia itu merupakan fitnah, banyak manusia yang terfitnah atau
tergoda dan banyak dari mereka yang celaka dengan dunia. Dunia ini menipu dan banyak
manusia yang tertipu sehingga mereka menyesal. Dunia ini hina, fana dan tidak kekal pada
seseorang. Tetapi banyak diantara manusia yang tidak memahami hal tersebut sehingga tidak
dapat mengambil pelajaran. Padahal dunia ini hina. Dunia itu tidak kekal. Salah satu dari
kemungkinan. Jika bukan kita yang meninggalkan dunia, maka dunia yang akan meninggalkan
kita.

Allah subhanahu wa ta’ala memperingatkan dalam Al-Qur’an tentang fitnah dunia dan
akibatnya. Diantaranya:
7
ٌّ ‫ٰۤيـاَيُّهَا النَّا سُ اِ َّن َو ْع َد هّٰللا ِ َح‬
‫ق فَاَل تَ ُغ َّرنَّ ُك ُم ْال َح ٰيوةُ ال ُّد ْنيَا ۗ  َواَل يَ ُغ َّرنَّ ُك ْم بِا هّٰلل ِ ْال َغرُوْ ُر‬

“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan
dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu,
memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS. Fatir [35]: 5)

Kemudian pada ayat:

ٌّ ‫ٰۤيا َ يُّهَا النَّا سُ اتَّقُوْ ا َربَّ ُك ْم َوا ْخ َشوْ ا يَوْ ًما اَّل يَجْ ِزيْ َوا لِ ٌد ع َْن َّولَ ِد ٖه َواَل َموْ لُوْ ٌد ه َُو َجا ٍز ع َْن وَّا لِ ِد ٖه َشيْــًئا ۗ اِ َّن َو ْع َد هّٰللا ِ َح‬
ُ‫ق فَاَل تَ ُغ َّرنَّ ُك ُم ْال َح ٰيوة‬
‫ال ُّد ْنيَا ۗ  َواَل يَ ُغ َّرنَّ ُك ْم ِبا هّٰلل ِ ْال َغرُوْ ُر‬

“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu)
seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong
bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali
kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan
kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqman [31]: 33)

Kemudian surat Yunus ayat ke-7 sampai ke-8, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫﴾ ُأولَ ٰــِئكَ َمـ ْأ َواهُ ُم النَّا ُر بِ َمــا َكــانُوا‬٧﴿ َ‫اط َمـ َأنُّوا بِهَــا َوالَّ ِذينَ هُ ْم ع َْن آيَاتِنَــا َغــافِلُون‬
ْ ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ اَل يَرْ جُونَ لِقَا َءنَا َو َرضُوا بِ ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َو‬
٨﴿ َ‫﴾يَ ْك ِسبُون‬

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan
Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan
orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan
apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus [10]: 8)

Juga pada ayat berikut ini:

َ ‫﴾ ُأولَـِٰئ‬١٥﴿ َ‫َمن َكانَ ي ُِري ُد ْال َحيَاةَ ال ُّد ْنيَا َو ِزينَتَهَا نُ َوفِّ ِإلَ ْي ِه ْم َأ ْع َمالَهُ ْم فِيهَا َوهُ ْم فِيهَا اَل يُ ْب َخسُون‬
َ ‫ك الَّ ِذينَ لَي‬
ۖ ‫ْس لَهُ ْم فِي اآْل خِ َر ِة ِإاَّل النَّا ُر‬
١٦﴿ َ‫اط ٌل َّما َكانُوا يَ ْع َملُون‬ ِ َ‫صنَعُوا فِيهَا َوب‬ َ ‫﴾ َو َحبِطَ َما‬

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan
kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu
tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah
mereka kerjakan.” (QS. Hud [11]: 15-16)

8
Beberapa ayat di atas, adalah tanda bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memperingatkan kita
tentang dunia. Jangan sampai kita tertipu dengan dunia. Kemudian agar kita tidak cenderung dan
tamak terhadap dunia, Allah subhanahu wa ta’ala sifati dunia dengan sifat yang disebutkan
dalam surat Al-Hadid ayat-20:

ُ‫ب ْال ُكفَّا َر نَبَاتُهُ ثُ َّم يَ ِهي ُج فَت ََراه‬َ ‫ث َأ ْع َج‬ ٍ ‫ال َواَأْلوْ اَل ِد ۖ َك َمثَ ِل َغ ْي‬
ِ ‫ا ْعلَ ُموا َأنَّ َما ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا لَ ِعبٌ َولَ ْه ٌو َو ِزينَةٌ َوتَفَا ُخ ٌر بَ ْينَ ُك ْم َوتَ َكاثُ ٌر فِي اَأْل ْم َو‬
٢٠﴿ ‫ُور‬ ِ ‫ع ْال ُغر‬ ُ ‫ان ۚ َو َما ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا ِإاَّل َمتَا‬
ٌ ‫﴾ ُمصْ فَ ًّرا ثُ َّم يَ ُكونُ ُحطَا ًما ۖ َوفِي اآْل ِخ َر ِة َع َذابٌ َش ِدي ٌـد َو َم ْغفِ َرةٌ ِّمنَ اللَّـ ِه َو ِرضْ َو‬

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid [57]: 20)

H. Akhlak TERCELA Yang Dimilki Qarun

1. kikir
2. sombong
3. Angkuh kepada sesama,
4. Memiliki akhlak yang kasar
5. Dan tidak mau mensyukuri nikmat Allah.

I. Menghindari Sifat Kikir dan Serakah

Berikut ini adalah cara-cara menghindari sifat kikir:

1. Sadar bahwa kekayaan itu tidak kekal;


2. Membiasakan diri berbagi rezeki dengan orang lain (bersedekah);
3. Menyadari bahwa harta kekayaan adalah titipan Allah
4. Punya perhatian terhadap orang miskin;
5. Selalu mengingat bahayanya sifat kikir;
6. Menyadari bahwa dalam rezeki kita ada hak orang lain.

Adapun hikmah dari menghindari sifat kikir antara lain:

a. Hidup lebih tenang dan tentram sebab tidak diperbudak nafsu duniawi;

9
b. Menjadi orang yang pandai bersyukur;
c. Memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap sesama;
d. Disenangi oleh orang sekitar;
e. Terhindar dari perilaku dzalim mengambil hak orang lain.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bertetangga artinya hidup bersama orang lain dalam suatu lingkungan tertentu yang dekat
atau yang jauh. Tetangga dalam pandangan islam ternyata mempunyai hak dan kewajiban yang
harus terpenuhi dan dilaksanakan.hak dan kewajiban secara umum sama, namun secara khas
adalah berbeda. Hak dan kewajiban tetangga yang masih ada hubungan keluarga tentunya tidak
sama dengan orang lain. Demikian pula hak dan kewajiban tetangga sesama muslim dan
nonmuslim. Hak-kewajiban tetangga yang sama dapat dipenuhi dan dilaksanakan antara lain,

10
saling hormat-manghormati dan menciptakan rasa aman dan nyaman selama tinggal bersama
dalam suatu lingkungan sosial tertentu.

Ternyata dalam hidup bertetangga tidak sedikit problematika yang ada, terutama dalam
masyarakat yang heterogen, umumx menyangkut masalah persaingan yang tidak sehat,
keamanan dan lingkungan. Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna ternyata memiliki
konsepsi dan prinsip-prinsip yang dapat mamberikan solusi yang kongkret dalam memecahkan
problem hidup bertetangga ini. Olah sebab itu, akhlak bertetangga menjadi penting dalam hidup
dan kehidupan manusia dalam pergaulan dengan sesama. Masalah akhlak bertetangga bagi setiap
orang muslim sudah seharusnya menjadi masalah tuntutan hidup bersama dengan orang lain
dalam satu lingkungan sosial. Bila orang-orang bertetangga mengabaikan akhlak inimaka
wajarlah jika yang terjadi adalah malapetaka dalam masyarakat akhirnya tidak terwujud rasa
damai. Saking pentingnya tetangga dalam kedudukan dalam ajaran Islam, Nabi sampai
menggambarkan seandainya seseorang berzina kepada satu perempuan tetangganya sungguh itu
lebih besar dosanya dibandingkan dengan zina dengan sepuluh wanita yang bukan tetangganya.
Juga seorang pencuri yang mencuri di satu rumah tetangganya, itu dianggap dosanya lebih besar
dibandingkan dengan mencuri di sepuluh rumah yang bukan tetangganya. Sebagaimana sabda
beliau:man, aman yang mereka harapkan bersama.

Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat-sahabatnya: “apa yang kalian bicarakan


tentang zina?” para sahabat menjawab: “Haram, sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah dan
Rasulnya, maka sampai hari kiamat tetap haram.” Maka Nabi bersabda: “Sesungguhnya seorang
laki-laki berzina kepada sepuluh orang perempuan itu lebih ringan (dosanya) dibandingan
berzina dengan satu wanita tetangganya.”. kemudian Nabi bertanya kepada sahabatnya: “apa
yang kalian bicarakan tentang mencuri?” sahabat menjawab: Allah dan Rasulnya telah
mengharamkan perbuatan mencuri, maka haram. Nabi bersabda: “sesungguhnya seorang laki-
laki yang mencuri di sepuluh rumah itu lebih ringan (dosanya) dibandingkan dengan mencuri di
satu rumah tetangganya.”

Kita menyadari, bahwa terwujudnya suatu masyarakat tidak dapat dipisahkan dari unsur
tetangga sebagai saudaraterdekat keluarga dan kerabat sendiri. Tetangga sebagai saudara terdekat
mempunyai tempat dan perhatian khusus dalamIslam, sehingga baik buruknya bertetangga

11
merupakan ukuran iman seseorang. Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamrah mengatakan: “
Memelihara hubungan dengan tetangga termasuk bagian dari kesempurnaan iman”.

B. Saran

Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca. Penulis akan menerima
kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang memperbaiki makalah ini di
kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan hasil yang lebih
baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

https://riskaapriantisyam.blogspot.com/2016/10/makalah-akhlak-bertetangga_31.html?m=1

https://m.kumparan.com/berita-hari-ini/hadits-memuliakan-tetangga-yang-harus-dipahami-oleh-
umat-muslim-1x3X5YKlTtl/2

12
13

Anda mungkin juga menyukai