Kelompok 11:
Dosen Pembimbing:
Nurhikma, M.Pd.
Daftar Isi...................................................................................................................ii
Kata Pengantar.........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan.................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................4
B. Rumus Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.................................................................................................5
BAB II Pembahasan.................................................................................................5
A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Seumur Hidup........................................5
B. Konsep Pendidikan Seumur Hidup ..................................................................6
C. Pendidikn Seumur Hidup Dalam Berbagai perspektif....................................13
D.Pendidikan Seumur Hidup Dalam Perspektif Islam .......................................14
E. Arah Pendidikan Seumur Hidup.......................................................................16
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas semua karunia yang telah
diberikan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “PENDIDIKAN
SEUMUR HIDUP”. Sholawat dan salam tak lupa kita kirimkan kepada Nabi kita Muhammad
SAW. Mungkin dalam makalah kami ini banyak sekali kesalahan dan kesempurnaan oleh sebab
itu kritik dan saran sangat kami harapkan yang sifatnya membangun ke arah yang lebih baik.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Ibuk Nurhikma, M.Pd. selaku dosen Mata
Kuliah Ilmu Pendidikan Islam karena telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memenuhi dan melengkapi tugas penulisan makalah mata
kuliah Ilmu Pendidikan Islam, dan memberi manfaat dan serta wawasan yang lebih baik lagi buat
kita bersama.
Kelompok 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh pakar pendidik
dari zaman ke zaman. Di dalam GBHN 1978, dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung
seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat.
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Prinsip ini mengartikan bahwa sekolah bukanlah satu-satunya masa bagi setiap orang untuk
belajar, melainkan hanya sebagian dari waktu belajar yang akan berlangsung seumur hidup.
Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu
proses yang terus-menerus (kontinyu) dari bayi sampai meninggal dunia. Konsep ini sesuai
dengan konsep agama Islam seperti yang tercantum dalam hadits Nabi Muhammad SAW,
yang menganjurkan belajar mulai dari buaian sampai ke liang kubur. Proses pendidikan ini
mencakup bentuk-benuk belajar secara informal maupun formal, baik yang berlangsug dalam
keluarga, sekolah dalam pekejaan dan kehidupan masyarakat.
Dalam undang-undang no. 2 tahun 1989, penegasan tentang pendidikan seumur hidup
dikemukakan. Dalam pasal 10 ayat (1) yang berbunyi “penyelenggaraan pendidikan
dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan diluar
sekolah”. Pendidikan adalah modal utama yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Dengan
pendidikan akan meninggikan manusia dan merendahkan manusia yang lain, manusia akan
dianggap berharga bila memiliki pendidikan yang berguna bagi sesamanya.
Masa dari pendidikan sangatlah panjang, banyak orang yang beranggapan bahwa
pendidikan itu berlangsung hanya disekolah saja, tetapi dalam kenyataanya pendidikan
berlangsung seumur hidup melalui pengalaman-pengalaman yang dijalani dalam
kehidupanya. Islam juga menekankan pentingnya pendidikan seumur hidup.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan pendidikan seumur hidup?
2. Seperti apa konsep pendidikan seumur hidup?
3. Sebutkan pendidikan seumur hidup dalam berbagai perspektif kehidupan?
4. Bagaimana pendidikan seumur hidup dalam perspektif islam?
5. Sebutkan arah pendidikan seumur hidup?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetian/tujuan pendidikan seumur hidup
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan seumur hidup
3. Untuk mengetahui pendidikan seumur hidup dalam berbagai perspektif
4. Untuk mengetahui arah pendidikan seumur hidup
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan seumur hidup adalah suatu konsep, suatu idea. Gagasan pokok dalam konsep ini
ialah bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung selama seorang berlajar di lembaga-lembaga
pendidikan formal, bahwa seseorang masih dapat memperoleh pendidikan kalau ia mau setelah
ia selesai menjalani pendidikan formal. Ditekankan pula dalam konsep ini, bahwa pendidikan,
dalam arti kata yang sebenarnya, adalah sesuatu yang berlangsung terus sepanjang kehidupan
seseorang.
Hidup (life) mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya, yaitu
(1) individu, (2) masyarakat, dan (3) lingkungan fisik. Perjalanan manusia seumur hidup
(lifelong) mengandung perkembangan dan perubahan yang mencakup tiga komponen, yaitu (1)
tahap-tahap perkembangan individu (masa balita, masa kanak-kanak, masa sekolah, masa
remaja, dan masa dewasa), (2) peranan-peranan sosial yang umum dan unik dalam kehidupan,
yang berbeda-beda di setiap lingkungan hidup, dan (3) aspek-aspek perkembangan kepribadian
(fisik, mental, sosial, dan emosional).
Adapun tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah sebagai berikut:
1. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya,
yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.
2. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat
hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung selama manusia hidup.
Konsep pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar
pendidikan dari zaman ke zaman. Apalagi bagi umat Islam, jauh sebelum orang-orang Barat
mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagaimana dinyatakan oleh
Hadis Nabi Muhammad Saw. Yang berbunyi:
ْ َا
طلُبُ ْال ِع ْل َم ِمنَ ْال َم ْه ِد ِإلَى اللَّحْ ِد
Konsep tersebut menjadi aktual kembali terutama dengan terbitnya buku An Introduction
to Lifelong Education, pada tahun 1970 karya Paul Lengrand, yang dikembangkan lebih lanjut
oleh UNESCO.
Asas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan
merupakan suatu proses kontinu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal
dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal maupun formal
baik yang berlangsung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan
masyarakat. Untuk Indonesia sendiri, konsepsi pendidikan seumur hidup baru mulai
dimasyarakatkan melalui kebijaksanaan Negara (TAP MPR NO.IV/MPR/1973jo.TAP
NO.IV/MPR/1978 tentang GBHN) yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional.
Penerapan konsep pendidikan seumur hidup dalam dunia pendidikan, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Guruge (dalam Ihsan, 2005:48), berimplikasi pada 6 jenis program
pendidikan, antara lain pendidikan baca tulis fungsional, pendidikan vokasional, pendidikan
profesional, pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan serta pendidikan kultural dan
pengisian waktu luang.
2. Pendidikan Vokasional
Program pendidikan vokasional merupakan salah satu program yang penting dalam rangka
pendidikan seumur hidup, khususnya Indonesia. Sebagaimana negara berkembang pada
umumnya, sistem pendidikan yang sudah diterapkan kini sebagian besar diambil dari negara
Barat. Akibatnya, output pendidikan sekolah pada umumnya menjadi kurang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang berada dalam taraf pembangunan diri (Ihsan, 2005:50). Dari sinilah
kemudian pendidikan vokasional hadir untuk memberikan bekal kepada para peserta didik agar
menjadi tenaga kerja yang produktif.
3. Pendidikan Profesional
Pendidikan professional diciptakan untuk mewadahi kebutuhan kaum professional yang
harus selalu bisa mengikuti kemajuan dan perubahan. Sebagai bentuk perwujudannya, muncullah
sebuah konsep built in mechanism yang bisa dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan yang
berkaitan dengan kinerja mereka, seperti halnya metodologi, perlengkapan, sikap yang
professional, dan lain-lain (Ihsan, 2001: 50). Dengan demikian, golongan professional akan
mampu menghadapi berbagai macam tantangan yang ada.
Implikasai di sini diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu
keputusan. Maksudnya adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut atau follow up suatu
kebijakan atau keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Implikaasi pendidikan
seumur hidup pada program pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ananda W.P.
Guruge dalam bukunya Toward Better Educatinal Management, dapat dikelompokan menjadi
bebarapa kategori berikut:
Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak
didik.
Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut
kecakapan yang telah dimilikinya tersebut.
2) Pendidikan Vokasional
Pendidikan vokasional sebagai program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar batas usia
sekolah, atau sebagai program pendidikan formal dan non formal dalam rangka apprentice ship
training, merupakan salah satu program penting dalam rangka pendidikan seumur hidup.
3. Pendidikan Profesional
Baik warga negara maupun para pemimpin masyarakat sangat membutuhkan pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik, karena pendidikan ini mempunyai peranan yang
krusial dalam mencapai sebuah kehidupan bernegara yang demokratis sebagaimana mestinya.
Seseorang yang disebut educated man harus memahami dan menghargai sejarah,
kesusastraan, agama, filsafat hidup, seni dan musik bangsa sendiri. Pengetahuan tersebut di
samping memperkaya khasanah hidupnya, juga memungkinkan untuk mengisi waktu luang yang
lebih menyenangkan.
Selain itu, konsep pendidikan seumur hidup juga berimplikasi pada sasaran pendidikan,
yang terbagi dalam 6 kategori, yaitu para buruh dan tani, golongan remaja yang terganggu
pendidikan sekolahnya, pekerja berketerampilan, golongan teknisian dan profesional, pemimpin
dalam masyarakat, dan anggota masyarakat yang sudah tua.
Implikasai di sini diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan.
Maksudnya adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut atau follow up suatu kebijakan atau
keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Implikaasi pendidikan seumur hidup
pada program pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ananda W.P. Guruge dalam
bukunya Toward Better Educatinal Management, dapat dikelompokan menjadi bebarapa kategori
berikut:
1) Pendidikan Baca Tulis Fungsional
Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak
didik.
Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut
kecakapan yang telah dimilikinya tersebut.
2) Pendidikan Vokasional
Pendidikan vokasional sebagai program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar batas
usia sekolah, atau sebagai program pendidikan formal dan non formal dalam rangka apprentice
ship training, merupakan salah satu program penting dalam rangka pendidikan seumur hidup.
3) Pendidikan Profesional
Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup, dalam tiap-tiap profesi hendaknya telah
tercipta built in mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai
kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi, dan sikap
profesionalnya.
Sebab bagaimanapun apa yang berlaku bagi pekerja dan buruh, berlaku pula bagi profesional,
bahkan tantangan buat mereka lebih besar.
Diakui bahwa era globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan iptek telah memengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dari cara
memasak yang serba menggunakan mekanik dan elektronik, sampai dengan cara menerobos
angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menuntut pendidikan yang berlangsung
secara continue (life long education).
Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu
mengikuti perubahan social dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari asas
pendidikan seumur hidup.
Di samping tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dalam kondisi
sekarang di mana pola pikir masyarakat semakin maju dan kritis, baik rakyat biasa maupun
pemimpin pemerintahan di negara yang demokratis, diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan
kedewasaan politik bagi setiap warga negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat continue
dalam konteks ini merupakan konsekuensinya.
Sementara itu implikasi konsep life long education ini pada sasaran pendidikan, juga
diklasifikasikan dalam enam kategori, yaitu:
Pendidikan seumur hidup atau long life education akan memungkinkan seseorang
mengembangkan potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya semua manusia
dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan
dan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya (skill).
2. Tinjauan Ekonomis
a. Meningkatkan produktivitasnya.
b. Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya.
c. Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan.
d. Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat sehingga
peranan pendidikan keluarga menjadi sangat penting dan besar artinya.
3. Tinjauan Sosiologis
Pada umumnya di negara-negara sedang berkembang ditemukan masih banyak orang tua
yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya. Oleh karena itu,
anak-anak mereka yang kurang mendapatkan pendidikan formal, putus sekolah, dan atau tidak
bersekolah sama sekali. Dengan demikian, pendidikan seumur hidup kepada orang tua akan
merupakan solusi dari masalah tersebut.
4. Tinjauan Filosofis
Negara-negara demokrasi menginginkan seluruh rakyatnya menyadari pentingnya hak
memilih dan memahami fungsi pemerintah, DPR, DPD, dan sebagainya. Oleh karena itu,
pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada setiap orang. Hal ini menjadi tugas
pendidikan seumur hidup.
5. Tinjauan Teknologis
Di era globalisasi seperti sekarang ini, tampaknya dunia dilanda oleh eksplosi ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan berbagai produk yang dihasilkannya. Semua orang,
tidak terkecuali para pendidik, sarjana, pemimpin dan sebagainya dituntut selalu memperbaharui
pengetahuan dan keterampilannya, seperti apa yang terjadi di negara-negara maju.
Konsep pendidikan seumur hidup sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar
pendidikan. Jauh sebelum PBB pada tahun 1970-an memprakarsai “pendidikan seumur hidup-
PSH” (Life Long Integrated Education), apalagi bagi umat Islam, sebelum orang barat
mengusungnya, pada abad ketujuh Islam sudah mengenalnya seperti yang dinyatakan oleh Nabi
Muhammad Saw:
Dalam perspektif Islam, pendidikan seumur hidup didasarkan pada fase-fase perkembangan
manusia itu sendiri. Artinya, proses pendidikan itu disesuaikan dengan pola dan tempo, serta
irama perkembangan yang dialami oleh seseorang sampai akhir hayatnya, yakni:
1. Masa al-Jauin (usia dalam kandungan) tingkat anak yang berada dalam kandungan dan
adanya kehidupan setelah adanya ruh dari Allah swt. Pada usia 4 bulan, pendidikan dapat
diterapkan dengan istilah “pranatal”. Karena itu, seorang ibu ketika mengandung
anaknya, hendaklah mempersiapkan kondisi fisik maupun psikisnya, sebab sangat
berpengaruh terhadap proses kelahiran dan perkembangan anak kelak.
2. Masa bayi (usia 0-2 tahun) Pada tahap ini, orang belum memiliki kesadaran dan daya
intelektual, ia hanya mampu menerima rangsangan yang bersifat biologis dan psikologis
melalui air susu ibunya. Karenanya, dalam fase ini belum dapat diterapkan interaksi
edukatif secara langsung. Proses edukasi dapat dilakukan menurut Islam adalah
membacakan adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri ketika baru lahir, memberi
nama yang baik ketika diaqiqah. Dengan demikian, di hari pertama dan minggu pertama
kelahirannya, sudah diperkenalkan kalimat Tauhid, selanjutnya diberi nama yang baik
sesuai tuntunan agama.
3. Masa kanak-kanak (usia 2-12 tahun) Pada fase ini, seseorang mulai memiliki potensi-
potensi biologis, paedagogis. Oleh karena itu, mulai diperlukan pembinaan, pelatihan,
bimbingan, pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan bakat dan minat atau
fitrahnya. Ketika telah mencapai usia enam tahun hendaklah dipisahkan tempat tidurnya
dan diperintahkan untuk shalat ketika berumur tujuh tahun. Proses pembinaan dan
pelatihan lebih efektif lagi bila dalam usia tujuh tahun disekolahkan pada Sekolah Dasar.
Hal tersebut karena pada fase ini, seseorang mulai aktif dan mampu memfungsikan
potensi-potensi indranya walaupun masih pada taraf pemula.
4. Masa puber (usia 12-20 tahun) pada tahap ini, seseorang mengalami perubahan biologis
yang drastis, postur tubuh hampir menyamai orang dewasa walaupun taraf kematangan
jiwanya belum mengimbanginya. Pada tahap ini, seseorang mengalami masa transisi,
masa yang menuntut seseorang untuk hidup dalam kebimbangan, antara norma
masyarakat yang telah melembaga yang mungkin tidak cocok dengan pergaulan hidupnya
sehari-hari, sehingga ia ingin melepaskan diri dari belenggu norma dan susila masyarakat
untuk mencari jati dirinya, ia ingin hidup sebagai orang dewasa, diakui, dan dihargai,
tetapi aktivitas yang dilakukan masih bersifat kekanak-kanakan. Seringkali orang tua
masih membatasi kehidupannya agar nantinya dapat mewarisi dan mengembangkan
usaha yang dicapai orang tuanya. Proses edukasi fase puber ini, hendaknya di didik
mental dan jasmaninya, misalnya mendidik dalam bidang olahraga dan memberikan
suatu model, mode dan modus yang Islami, sehingga ia mampu melewati masa remaja di
tengah-tengah masyarakat tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.
5. Masa kematangan (usia 20-30) Pada tahap ini, seseorang telah beranjak dalam proses
kedewasaan, mereka sudah mempunyai kematangan dalam bertindak, bersikap, dan
mengambil keputusan untuk menentukan masa depannya sendiri. Proses edukasi yang
dapat dilakukan adalah memberi pertimbangan dalam menentukan masa depannya agar
tidak melakukan langkah-langkah yang keliru.
6. Masa kedewasaan (usia 30 sampai akhir hayat) Pada tahap ini, seseorang telah
berasimilasi dalam dunia kedewasaan dan telah menemukan jati dirinya, sehingga
tindakannya penuh dengan kebijaksanaan yang mampu memberi naungan dan
perlindungan bagi orang lain. Proses edukasi dapat dilakukan dengan cara mengingatkan
agar mereka lebih memperbanyak amal saleh, serta mengingatkan bahwa harta yang
dimiliki agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, negara dan masyarakat.
Yusuf (dalam Ihsan, 2005: 47) menerangkan bahwa arah pendidikan seumur hidup terbagi
menjadi dua, yaitu:
Sebagai generasi penerus, para pemuda ataupun dewasa membuuhkan pendidikan seumur
hidup untuk memenuhi kebutuhan ‘self interest’ mereka, seperti kebutuhan baca tulis dan
latihan keterampilan.
Pendidikan seumur hidup bagi anak merupakan sisi lain ang perlu memperoleh perhatian
dan pemenuhan. Pengetahuan dan kemampuan anak memberikan peluang yang lebih
besar bagi pembangunan di masa depan. Proses pendidikan seumur hidup bagi anak
menenekankan pada metodologi agar motivasi, kunci dan kepribadian belajar dapat
tertanam dengan kuat dalam diri anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan seumur hidup adalah sebuah prinsip pendidikan yang menyatakan bahwa
pendidikan itu berlangsung seumur hidup manusia. Pembahasan tentang konsep pendidikan
seumur hidup dapat ditinjau dari dasar teoritis/religius dan dasar yuridisnya. Salah satu
karakteristik Pendidikan seumur hidup adalah menempatkan peserta didik sebagai individu
yang menjadi pelaku utama dari proses pendidikan, yang mengarahkan kepada pendidikan
diri sendiri (Selfeducation). Pada dasarnya Islam memandang bahwa pendidikan seumur
hidup sudah dilakukan oleh manusia ketika masih dalam kandungan yang dimana, manusia
telah dibekali berbagai potensi yang dinamakan fitrah sampai ke liang lahad.
B. Saran
Demikian makalah yang pemakalah tulis, apa bila terdapat kesalahan dalam penulisan
maupun penyampaian dari makalah dan pemakalah, pemakalah mohon diberi kritik dan saran
guna untuk perbaikan dalam makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA