Disusun oleh:
Kelas A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2020
Kata Pengantar
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Konsep Pendidikan Seumur Hidup....................................................................3
B. Pendidikan Seumur Hidup Dalam Berbagai Perspektif....................................7
C. Tujuan Pendidikan Seumur Hidup.....................................................................9
D. Implikasi Pendidikan Seumur Hidup Pada Program-Program Pendidikan. 13
BAB III PENUTUP....................................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................................17
B. Saran...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki menuju kearah kedewasaan. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak
dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijaksanaan.Salah satu dasar utama pendidikan adalah
untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahuikonsep pendidikan seumur hidup
2. Mengetahui pendidikan seumur hidup dalam berbagai prespektif
3. Mengetahui tujuan pendidikan seumur hidup
4. Mengetahui implikasi pendidikan seumur hidup pada program-program
prndidikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
M. Noor Syam, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta, Usaha Nasional, 1998)
hlm. 123
2
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2003)
hlm.31
3
Konsep pendidikan seumur hidup sebenarnya sudah sejak lama
dipikirkan para tokoh pendidikan dan Islam sudah mengenal pendidikan
seumur hidup, jauh sebelum orang-orang barat mempopolerkannya.3Umat
Islam juga menekankan pentingnya pendidikan seumur hidup dengan
tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia.
3
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009) hlm.
63.
4
Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1
4
mempunyai pandangan kehidupan yang dicita-citakan pada masa yang akan
datang.
5
1. Dasar Teoritis
Konsep pendidikan seumur hidup pada mulanya diajukan oleh
filosof dan pendidik Amerika yang paling terkenal yakni John Dewey.
Kemudian dipopulerkan oleh Paul Langrend melewati bukunya: An
Introduction to Life Long Education. Berdasarkan keterangan dari John
Dewey, pendidikan tersebut menyatu dengan hidup. Oleh karena tersebut
pendidikan terus dilangsungkan sepanjang hidup sampai-sampai
pendidikan tersebut tidak pernah berakhir.
Konsep pendidikan seumur hidup sebetulnya telah lama dipikirkan
oleh pakar edukasi dari zaman ke zaman dan sudah lama diajarkan oleh
Islam.
2. Dasar Yuridis
Konsep pendidikan seumur hidup di Indonesia mulai
dimasyarakatkan melalui kepandaian negara yaitu melewati Ketetapan
MPR No. IV/MPR/1973 JO TAP. NO. IV/MPR/1978 mengenai GBHN
memutuskan prinsip-prinsip pembangungan nasional, antara beda :
Pembangunan nasional dilakukan dalam rangka pembangunan insan
Indonesia seutuhnya dan pembangunan semua rakyat Indonesia (Arah
Pembangunan Jangka Panjang)
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003, mengenai system
edukasi nasional pada pasal 26, disebutkan bahwa edukasi non formal
diselenggarakan untuk warga masyarakat yang membutuhkan layanan
edukasi yang bermanfaat sebagai pengganti, penambah, dan atau
perlengkap edukasi formal dalam rangka menyokong pendidikan seumur
hidup.5
6
1. Perspektif Islam
7
limit to study (belajar tanpa batas).9yang secara aplikatif sebenarnya lebih
menekankan pada Pendidikan Orang Dewasa (education for adults dan
bersifat permanen serta berulang. Adapun konsep pendidikan seumur
hidup yang dimaksudkan dalam Islam menekankan pada proses
berkesinambungan (prinsip kontinuitas) dan holistik dalam
pengembangan pribadi seseorang yang tujuan akhirnya tidak lain untuk
kebahagiaan dunia - akhirat, dilakukan sejak dari buaian hingga liang
lahat.
9
Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dalam Perubahan Sosial: Suatu Teori Pendidikan,
(Yogyakarta: Rake Sarasin, 1987), hal. 88
10
Baca Bâb al Tsânî Bâb Adab al „Ilm “ Sharaf al „Ilm wa fadhlih” oleh Al Imâm Abû al
Hasan âli Muhammad bin Hasîb al Bashriy a Mâwardî, Adab al Dunyâ wa al Dîn ( Beirut, Dâr
al ilmiyah, 2014), 64.
8
Engkau jaga, Dan aku melihat waktu itulah yang paling mudah
hilang darimu.”11
- Angkuh dan lambat kembali lagi12
- Waktu adalah modal paling mahal dan tidak bisa diganti apapun
- Waktu adalah hakikat diri seseorang
c. Pembelajaran yang tidak dibatasi oleh tempat
Dalam ajaran Islam, pendidikan seumur hidup tidak hanya
dipandang sebagai aktifitas dalam rangka mengantisipasi
ketertinggalan skill dalam mengadapi hidup atau sekedar komplemen
dari pendidikan formal.Namun ada satu hal yang sifatnya ideologis.
Cara pandang seorang muslim terhadap ilmu dan pengetahuan akan
sangat mempengaruhi bagaimana sikap seorang muslim terhadap
ilmu. Cara pandang demikian bukan reaksi spontan, namun karena
adanya keyakinan yang tertanam dalam diri mereka.
2. Perspektif Barat
Ada beberapa alasan mengapa penulis dalam meneropong
fenomena pendidikan di nusantara dengan pendekatan polarisasi Barat
dan Islam. Karena akar dari pemikiran pendidikan yang melahirkan
praktik – praktik pendidikan dengan segala coraknya adalah bermula dari
dua ideologi yang berbeda ini. Barat dengan materialisme, sekulerisme,
pluralisme dan profan. Sedangkan Islam yang spiritualisme, intergratif
dan akhirat-oriented.
Barat sebenarnya mencerminkan sebuah pandangan hidup atau
suatu peradaban yang mengkombinasikan Yunani, Romawi, tradisi
bangsa-bangsa Jerman, Inggris, Perancis, dan Celtic. Dari perspektif
sejarah. Worldview barat modern adalah scientific worldview (pandangan
hidup keilmuan). Artinya cara pandang terhadap alam ini melulu saintifik
dan tidak lagi religius. Hal – hal yang tidak dapat dibuktikan secara
saintifik atau secara empiris tidak dapat diterima, termasuk metafisika dan
11
Abdul Fattah Abu Ghuddah, Qimatul Zaman Inda al Ulama (Maktabah Matbuât al
Islamiyah), hlm. 41
12
Ibn Qoyyim al Jauziyah, Madarijus Salikin, III, 49.
9
teologi. Ciri saintifik tercermin dari perkembangan paham-paham seperti
empirisisme, rasionalisme, dualisme atau dikotomi, sekulerisme,
desakralisasi, pragmatisme dan sebagainya. Paham-paham tersebut
dengan sendirinya akan memarginalkan agama dari peradaban Barat.
Barat berbeda dengan kristen. Barat tidak lahir dari pandangan hidup
kristen.
Pandangan liberal Barat memberi apresiasi kebebasan
berpendapat, kebebasan berekspresi seni, kebebasan menghujat dan
kebebasan beragama. Tidak hanya bebas memilih agama, namun juga
kebebasan untuk tidak beragama. Liberalisme Barat mencakup tiga hal :
Kebebasan berfikir tanpa batas (free thingking), Senantiasa meragukan
dan menolak kebenaran dan semena-mena dalam beragama.
Sedangkan Pendidikan seumur hidup mencakup ruang lingkup
yang lebih luas : pendidikan formal, non formal dan informal. Ada
beberapa alasan mengapa pendidikan seumur hidup perlu. Jalur
pendidikan formal memiliki banyak kelemahan antara lain terlalu
menekankan pada aspek kognitif, tidak mampu menampung jumlah
manusia, sekolah tidak mampu memberikan informasi terkini yang terus
mengalami percepatan yang diperparah oleh ledakan kemajuan teknologi
informasi. Jika skill dan kognitif seseorang hanya mengandalkan dari
pendidikan formal, pasti ia akan mengalami ketertinggalan.
UNESCO Institute for Education (UIE Hamburg) menetapkan
suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah pendidikan
yang harus :
1) Meliputi seluruh hidup setiap individu
2) Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan
penyempurnaan secara sitematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya
3) Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self
fulfilment) setiap individu
4) meningatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri
10
5) Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin
terjadi, termasuk formal, non-formal dan informal.
Kurikulum pendidikan formal dapat memberikan dukungan
terhadap pendidikan seumur hidup dengan cara :
(1) mengkaitkan kurikulum dengan masa depan anak didik dan
pengintegrasian masalah kehidupan nyata ke dalam kurikulum
(2) Kurikulum mengantisipasi perubahan sosial-budaya yang terus
berubah di masyarakat
(3) Kurikulum dirancang berdasarkan prognosis: perilaku tamatan sekolah
di dalam sebuah sistem yang berlaku
(4) Mempertahankan motivasi belajar secara permanen dengan melihat
kemanfaatan dari pendidikan itu
(5) Kurikulum sekolah adalah merefleksikan kehidupan di luar sekolah
(6) membuat kegiatan pembelajaran di luar sekolah
(7) Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan belajar.
Sarana – sarana yang digunakan di negeri-negeri Barat untuk
menggiatkan pendidikan seumur hidup ada banyak ragamnya. Melalui
penyelenggaraan pelatihan, kursus-kursus, perpustakaan. Kelemahan
Konsep Pendidikan Seumur Hidup Barat Konsep Barat memandang
bahwa pendidikan seumur hidup lebih identik dengan pendidikan
informal yang fungsinya adalah pelengkap dari pendidikan formal.
Barat memandang pendidikan seumur hidup dengan kacamata
pendidikan formal. Konsep ini seakan mendikotomikan antara pendidikan
formal di satu sisi dan pendidikan informal di sisi lain. Sikap mengambil
pendidikan formal yang mengambil jarak dengan pendidikan informal
sebenarnya tidak lepas dari polarisasi basis perkembangan dua kubu ilmu
yang berbeda dalam sejarah sain barat. Ilmu sain berkembang di jalur
pendidikan formal sedangkan persoalan agama diisolir hanya di gereja
dan disingkirkan dari ruang publik.
Kelemahan konsep pedidikan seumur hidup Barat
11
Konsep Barat memandang bahwa tujuan dari pendidikan seumur
hidup adalah untuk memberikan bekal kepada seseorang untuk
mendapatkan skill dalam bertahan hidup. Ini memang sangat terkait
dengan tujuan pendidikan Barat yang tidak jelas. Ketidakjelasan ini
disebabkan karena cara barat memandang manusia sangat beragam dan
berbeda dengan cara pandang Islam yang pasti dalam memandang
manusia. Barat mendefinisikan kesuksesan seseorang jika ia telah menjadi
orang dewasa dengan indikasi mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari,
mandiri secara ekonomi, dan mampu memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi. Barat tidak sampai pada bagaimana seseorang mampu memaknai
hidup apalagi memperoleh kebahagiaan yang setinggi - tingginya.
Dalam paradigma Barat, penguatan nilai-nilai moral kurang
menjadi perhatian. Kalaupun ada, penguatan dilakukan di jalur formal dan
dengan sistem evaluasi yang tidak memadahi. Sekolah tidak memiliki
kewenangan dalam mengendalikan kontent media baik cetak dan
elektronik yang ada di luar. Pendidikan tidak menjangkau aturan
kesopanan dan tata krama publik. Padahal, nilai-nilai yang diwarisi
generasi kita diperoleh sebagian besar dari apa yang dilihat, didengar dan
dialami di tengah-tengah lingkungannya secara informal. Pendidikan di
sebuah negeri adalah sepenuhnya menjadi tanggungjawab kementerian
pendidikan. Kementerian lain tidak bertangggung jawab atas moralitas
bangsa. Di satu sisi, kontrol atas kurikulum, kualitas guru, manajemen
sekolah dan sarana sekolah melalui instrumen akreditasi dan sertifikasi
semakin menguat dan ketat. Sementara di sisi lain, kontent media yang
merusak moralitas generasi muda kurang atau tidak sama sekali mendapat
perhatian. Kontent majalah dan televisi yang mengajarkan kekerasan,
pergaulan bebas, perilaku kriminal, kesyirikan dan mengolok-olok
kekurangan orang menjadi tontonan yang menginspirasi anak-anak
muda.13
13
Nur Huda, Pendidikan Seumur Hidup Dalam Perspektif Pendidikan Islam Dan Barat :
Sebuah Kajian Komparatif, Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam Vol. VI No. 2, 2017–2018,
Surabaya : STAI Luqman Al Hakim, hlm. 82-86
12
C. Tujuan Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan pada dasarnya dipandang sebagaipelayanan untuk
membantu pengembangan personal sepanjang hidup. Konsepsi pendidikan
semur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang
akan belajar seumur hidup agar lebihbernilai bagi masyarakat.14
Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan dilaksanakan seumur hidup
adalah untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan
kodrat dan hakekatnya, dan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa proses
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan
dinamis serta untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu kehidupan.
13
kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak
didik.Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk
mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya tersebut.
2. Pendidikan vokasional
3. Pendidikan profesional
14
perlengkapan, terminologi, dan sikap profesionalnya kontinu.Buatlah yang
tepat bagi pekerja dan buruh, siap pula bagi profesional, bahkan tantangan
buat mereka lebih besar.
15
pendidikan hidup dapat berjalan menyenangkan. Spesialisasi yang
berlebihan masyarakat dapat menyebabkan pandangannya terhadap
bidangnya sendiri.Pendidikan budaya sangat membantu agar mereka
berpandangan luas dan dapat mengisi waktu senggangnya, sebab itu
merupakan bagian penting dalam pendidikan hidup.16
16
Fathul Jannah "Pendidikan Seumur Hidup dan Implikasinya", Dinamika Ilmu, vol. 13
No. 1, juni 3013
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Darajat, Zakiah dkk. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Tafsir, Ahmad. 1994. llmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Cropley, Aj. Pendidikan Seumur Hidup, pent. M. Sardjan Kadir. Surabaya: Usaha
Nasional.
Muhadjir, Noeng. 1987. Ilmu Pendidikan dalam Perubahan Sosial: Suatu Teori
Pendidikan. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Mâwardî, Al Imâm Abû al Hasan âli Muhammad bin Hasîb al Bashriy. 2014.
Adab al Dunyâ wa al Dîn. Beirut: Dâr al ilmiyah.
Ghuddah, Abdul Fattah Abu. Qimatul Zaman Inda al Ulama. Maktabah Matbuât
al Islamiyah.
18
Ridawati. 2020. Taffaquh Fiddin dan implementasinya pada pondok pesantren
dijawa barat. Indragiri hilir : PT Indragiri Dot Com.
19