Anda di halaman 1dari 22

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

(LIFE LONG EDUCATION)

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu: Dian Rif’iyati, M.S.I

Disusun oleh:

Nida Fitri Hilmina (2119274)


Rifqi Hanif Alauddin (2119244)
Firda Laily (2119247)
Nia Risyana (2119252)
Yujzauna Ghurfa (2119329)
Elin Almalia Yulfani (2119330)

Kelas A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2020
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas izin-Nya makalah


ini dapat terselesaikan, salawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad saw, sahabatnya, keluarganya dan umatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Ilmu


Pendidikan. Makalah ini menjelaskan tentang “Pendidikan Seumur Hidup”. Hal
ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan dan sebagai acuan untuk
menjalani dan menelusuri tentang Ilmu Pendidikan.

Penulis sudah berusaha untuk menyusun makalah ini selengkap mungkin.


Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan juga
segala sumber informasi dan referensi beberapa buku yang menjadi tolak ukur
selesainya makalah ini. Penulis juga menerima saran dan juga kritik dari pembaca
guna penyempurnaan penulisan makalah mendatang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dian Rif’iyati, M.S.I


selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan yang telah memotivasi dan
membimbing kami selama perkuliahan berlangsung. Semoga makalah ini
diharapkan bisa bermanfaat bagi para pembacanya. Aamiin ya robbal alamin.

Pekalongan, Desember 2020

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Konsep Pendidikan Seumur Hidup....................................................................3
B. Pendidikan Seumur Hidup Dalam Berbagai Perspektif....................................7
C. Tujuan Pendidikan Seumur Hidup.....................................................................9
D. Implikasi Pendidikan Seumur Hidup Pada Program-Program Pendidikan. 13
BAB III PENUTUP....................................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................................17
B. Saran...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki menuju kearah kedewasaan. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak
dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijaksanaan.Salah satu dasar utama pendidikan adalah
untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Pendidikan secara umum diyakini menyimpan kekuatan untuk


menciptakan secara kseluruhann visi kehidupan dalam menciptakanperadaban
manusia. Pendidikan dalam kehidupan sosial kemanusiaan, merupakan satu
upaya yang dapat melahirkan proses pembelajaran yang dapat membawa
manusia menjadi sosol yang potensial secara inteltual melalui proses transfer
of knowledge dan proses transfer of values. Pendidikan merupakan proses
panjang yang berlangsung secara terus menerus, tidak terbatas pada tempat
dan waktu dalam rangka mengantarkan manuisia untuk menjadi seorang
yang memiliki kekuatan spiritual dan intelektual. sehingga dapat menigkatkan
kualitas hidupnya. Permasalahan mengenai Pendidikan seumur hidup dan
segala problema yang bersangkutan dengannya akan saya bahas pada
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan seumur hidup?
2. Bagaimana pendidikan seumur hidup dalam berbagai prespektif?
3. Apa tujuan pendidikan seumur hidup?
4. Bagaimana implikasi pendidikan seumur hidup pada program-program
pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahuikonsep pendidikan seumur hidup
2. Mengetahui pendidikan seumur hidup dalam berbagai prespektif
3. Mengetahui tujuan pendidikan seumur hidup
4. Mengetahui implikasi pendidikan seumur hidup pada program-program
prndidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Seumur Hidup

Pendidikan seumur hidup adalah sebuah konsep pendidikan yang


menerangkan tentang keseluruhan peristiwa kegiatan belajar mengajar dalam
proses pembinaan kepribadian yang berlangsung secara kontinyu dalam
keseluruhan hidup manusia. Proses pembinaan kepribadian memerlukan
rentang waktu yang relatif panjang, bahkan berlangsung seumur hidup.1

Pendidikan seumur hidup, yang disebut dengan Life Long Education


adalah pendidikan yang menekankan bahwa proses pendidikan berlangsung
terus menerus sejak seseorang dilahirkan hingga meningeal dunia, baik
dilaksanakan di jalur pendidikan formal, non formal maupun informal.2

Pendapat ini menunjukan, pendidikan bukan hanya didapat dari


bangku sekolah atau pendidikan formal, namun juga dapat diperoleh dari
pendidikan informal dan non formal. Pendidikan berlangsung seumur hidup
melalui pengalaman-pengalaman yang dijalani dalam kehidupan
manusia.Pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem konsep pendidikan
yang menerangkan keseluruhan peristiwa kegiatan belajar mengajar dalam
keseleuruhan kehidupan manusia. Proses pendidikan seumur hidup
berlangsung secara kontinyu dan tidak terbatas oleh waktu, dan tempat
sepanjang perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga meninggal dunia baik
secara formal maupun non formal. Proses pendidikan seumur hidup tidak
hanya dilakukan leh seseorang yang sedang belajar pada pendidikan formal,
manun bagi semua lapisan masyarakat.

1
M. Noor Syam, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta, Usaha Nasional, 1998)
hlm. 123
2
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2003)
hlm.31

3
Konsep pendidikan seumur hidup sebenarnya sudah sejak lama
dipikirkan para tokoh pendidikan dan Islam sudah mengenal pendidikan
seumur hidup, jauh sebelum orang-orang barat mempopolerkannya.3Umat
Islam juga menekankan pentingnya pendidikan seumur hidup dengan
tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia.

Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1,


merupakan landasan hukum mengenai pendidikan seumur hidup di Indonesia.
Pasal itu berbunyi: “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,
nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”.

Dalam hubungannya dengan pendidikan seumur hidup. Pendidikan


luar sekolah yang tidak dilembagakan adalah proses pendidikan yang
diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak
sadar, umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak seseorang lahir
sampai meninggal, seperti di dalam lingkungan keluarga. Pendidikan
keluarga sangat besar pengaruhnya, karena di sanalah anak dipelihara,
dibesarkan, dan menerima sejumlah nilai serta norma yang ditanamkan
kepadanya. Motivasi belajar anak juga didapatkan dalam lingkungan
keluarga. Terkait dengan ini, Wlodkowski dan Jaynes menyatakan bahwa
“para orang tua hendaknya tampil sebagai faktor pemberi pengaruh utama
bagi motivasi belajar anak”.4

Pendidikan seumur hidup bagi anak, merupakan aspek perlu


memperoleh perhatian utama. Proses pendidikan hendaknya menekankan
pada strategi dan metodologi yang dapat menanmkan motivasi belajar dan
kepribadian belajar yang kuat. Program kegiatan disusun mulai peningkatan
kecakapan baca tulis, keterampilan dasar yang mempertinggi daya pikir anak,
sehingga memungkinkan anak terbiasa untuk belajar, berpikir kritis dan

3
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009) hlm.
63.
4
Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1

4
mempunyai pandangan kehidupan yang dicita-citakan pada masa yang akan
datang.

Pendidikan seumur hidup bagi orang dewasa adalah dalam rangka


pemenuhan self interest yang merupakan tuntunan hidup mereka sepanjang
masa. Di antara self interest tersebut adalah latihan keterampilan yang dapat
membantu menghadapi situasi dan persoalan-persoalan penting yang
merupakan kunci keberhasilan.

Kunci konsep pendidikan seumur hidup ada empat, antara lain :

1. Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri


Pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide formal
untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman
pendidikan.Pendidikan meliputi seluruh rentang usia dan ada basis
institusi yang amat berbeda dengan basis yang mendasari sekolah
konsensional. SebagaimanaRasalullah saw, bersabda: “Tuntutlah ilmu
dari buaian hingga liang lahat”
2. Konsep belajar seumur hidup
Belajar seumur hidup diartikan bahwa seseorang dapat belajar dan
berkewajiban mengajar agar ia dapat ilmu baru dari mengajarkan
ilmunya.
3. Konsep pelajar seumur hidup
Pelajar seumur hidup diartikan bahwa saat tiap nafas yang ia tarik
dan hembuskan padanya ada kewajiban pada peningkatan cara
menghadapi dunia. Hal itu akan diperoleh hanya dengan penambahan
ilmu beserta pengalaman kehidupan, Konsep pelajar seumur hidup.
4. Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup.
Kurikulum didesain atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup
dan betul-betul telah menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara
berurutan melaksanakan belajar seumur hidup.

Konsep dasar pendidikan seumur hidup :

5
1. Dasar Teoritis
Konsep pendidikan seumur hidup pada mulanya diajukan oleh
filosof dan pendidik Amerika yang paling terkenal yakni John Dewey.
Kemudian dipopulerkan oleh Paul Langrend melewati bukunya: An
Introduction to Life Long Education. Berdasarkan keterangan dari John
Dewey, pendidikan tersebut menyatu dengan hidup. Oleh karena tersebut
pendidikan terus dilangsungkan sepanjang hidup sampai-sampai
pendidikan tersebut tidak pernah berakhir.
Konsep pendidikan seumur hidup sebetulnya telah lama dipikirkan
oleh pakar edukasi dari zaman ke zaman dan sudah lama diajarkan oleh
Islam.
2. Dasar Yuridis
Konsep pendidikan seumur hidup di Indonesia mulai
dimasyarakatkan melalui kepandaian negara yaitu melewati Ketetapan
MPR No. IV/MPR/1973 JO TAP. NO. IV/MPR/1978 mengenai GBHN
memutuskan prinsip-prinsip pembangungan nasional, antara beda :
Pembangunan nasional dilakukan dalam rangka pembangunan insan
Indonesia seutuhnya dan pembangunan semua rakyat Indonesia (Arah
Pembangunan Jangka Panjang)
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003, mengenai system
edukasi nasional pada pasal 26, disebutkan bahwa edukasi non formal
diselenggarakan untuk warga masyarakat yang membutuhkan layanan
edukasi yang bermanfaat sebagai pengganti, penambah, dan atau
perlengkap edukasi formal dalam rangka menyokong pendidikan seumur
hidup.5

B. Pendidikan Seumur Hidup Dalam Berbagai Perspektif


5
Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : 2014, Bumi Aksara), h. 29-
30

6
1. Perspektif Islam

Pendidikan adalah usaha pengembangan pribadi dalam semua


aspeknya baik yang dilakukan diri sendiri, lingkungan maupun orang lain
yang mencakup aspek jasmani, akal dan hati.6Definisi ini sebenarnya
sama sama menunjuk pada aktifitas (pendidikan) yang dilakukan
sepanjang hayat manusia, baik semua usaha itu dilakukan ketika manusia
masih berada da-lam kandungan maupun ketika sudah lahir dan akan
berakhir ketika ajal telah menjemput. Kesimpulan ini sebagaimana
terdapat dalam hadits Nabi yang artinya: “Tuntutlah oleh kamu sekalian
ilmu pengetahuan sejak dari buaian hingga liang lahat”.

Pendidikan, sebagai bagian dari kehidupan manusia merupakan


sebuah proses yang berjalan secara otomatis dan natural - selain tidak
terikat oleh usia dan waktu, ia tidak juga dibatasi oleh sistematika
lembaga pendidikan tertentu. Hal inilah yang dalam dunia pendidikan
dikenal dengan istilah “Life Long Education”(sebenarnya dalam Islam
telah menjadi sebuah paradigma jauh sebelum konsep barat digulirkan).
Timbulnya istilah Life Long Educationsecara umum dipicu oleh adanya
isu kritis pendidikan di Amerika pada 1960 yang kemudian menjadi
perhatian tersendiri atas prakarsa United Nation (PBB)7, atau dikenal
juga sebagai “Laporan Faure” yang dipublikasikan UNESCO.8

Masih di era 1970-an digulirkan program learning to be(belajar


untuk hidup) kendati justru di dalamnya mengesankan bahwa pendidikan
terlalu formal. Mengingat pelaksanaan program ini dianggap kurang
sukses maka pada 1980 dilakukan revisi dengan jargon baru yakni: No
6
Ahmad Tafsir, llmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung. Remaja Rosdakarya,
1994), hal. 32
7
Imam Syafi'i, Konsep Guru Menurut Al Ghazali: Pendekatan Filosofis Pedagogis,
(Yogyakarta: Duta Pustaka, 1992), hal. 4
8
Aj. Cropley, Pendidikan Seumur Hidup, pent. M. Sardjan Kadir, (Surabaya: Usaha
Nasional, tt), hal. 28

7
limit to study (belajar tanpa batas).9yang secara aplikatif sebenarnya lebih
menekankan pada Pendidikan Orang Dewasa (education for adults dan
bersifat permanen serta berulang. Adapun konsep pendidikan seumur
hidup yang dimaksudkan dalam Islam menekankan pada proses
berkesinambungan (prinsip kontinuitas) dan holistik dalam
pengembangan pribadi seseorang yang tujuan akhirnya tidak lain untuk
kebahagiaan dunia - akhirat, dilakukan sejak dari buaian hingga liang
lahat.

Pilar Pendidikan seumur hidup dalam islam

a. Kedudukan ilmu dan pencari ilmu dalam islam


Dalam kitab Adab al Dunya wa al Dîn, al Imam Abi Al Hasan
mengatakan bahwa ilmu adalah sesuatu yang paling mulia diantara
apa yang dicari oleh manusia. Juga terdapat dalam Al-Qura’an Q.S
Az- Zumar ayat 9, Al-Ankabut ayat 43 dan hadis Nabi Muhammad
SAW.
Mus‟ab bin al Zubair berkata pada anaknya:”belajarlah ilmu,
karena sesungguhnya jika engkau memiliki harta, ilmu itu akan
menambah keindahan, jika engkau tidak memiliki harta maka ia
akan menjadi hartamu. Abdul Malik bin Marwan berkata pada
anaknya :”Wahai anakku belajarlah ilmu karena jika engkau
seorang pemimpin kamu akan lurus, jika kamu dalam kebimbangan
akan terbimbing, jika kamu kesulitan kamu akan dapat bertahan”10

b. Nilai waktu dalam islam


Sifat waktu :
- Paling sering disia-siakan
- Mudah berlalu
- Paling berharga . Yahya bin Hubairoh al Baghdadi mengatakan
dalam syairnya “Waktu adalah hal yang paling penting untuk

9
Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dalam Perubahan Sosial: Suatu Teori Pendidikan,
(Yogyakarta: Rake Sarasin, 1987), hal. 88
10
Baca Bâb al Tsânî Bâb Adab al „Ilm “ Sharaf al „Ilm wa fadhlih” oleh Al Imâm Abû al
Hasan âli Muhammad bin Hasîb al Bashriy a Mâwardî, Adab al Dunyâ wa al Dîn ( Beirut, Dâr
al ilmiyah, 2014), 64.

8
Engkau jaga, Dan aku melihat waktu itulah yang paling mudah
hilang darimu.”11
- Angkuh dan lambat kembali lagi12
- Waktu adalah modal paling mahal dan tidak bisa diganti apapun
- Waktu adalah hakikat diri seseorang
c. Pembelajaran yang tidak dibatasi oleh tempat
Dalam ajaran Islam, pendidikan seumur hidup tidak hanya
dipandang sebagai aktifitas dalam rangka mengantisipasi
ketertinggalan skill dalam mengadapi hidup atau sekedar komplemen
dari pendidikan formal.Namun ada satu hal yang sifatnya ideologis.
Cara pandang seorang muslim terhadap ilmu dan pengetahuan akan
sangat mempengaruhi bagaimana sikap seorang muslim terhadap
ilmu. Cara pandang demikian bukan reaksi spontan, namun karena
adanya keyakinan yang tertanam dalam diri mereka.
2. Perspektif Barat
Ada beberapa alasan mengapa penulis dalam meneropong
fenomena pendidikan di nusantara dengan pendekatan polarisasi Barat
dan Islam. Karena akar dari pemikiran pendidikan yang melahirkan
praktik – praktik pendidikan dengan segala coraknya adalah bermula dari
dua ideologi yang berbeda ini. Barat dengan materialisme, sekulerisme,
pluralisme dan profan. Sedangkan Islam yang spiritualisme, intergratif
dan akhirat-oriented.
Barat sebenarnya mencerminkan sebuah pandangan hidup atau
suatu peradaban yang mengkombinasikan Yunani, Romawi, tradisi
bangsa-bangsa Jerman, Inggris, Perancis, dan Celtic. Dari perspektif
sejarah. Worldview barat modern adalah scientific worldview (pandangan
hidup keilmuan). Artinya cara pandang terhadap alam ini melulu saintifik
dan tidak lagi religius. Hal – hal yang tidak dapat dibuktikan secara
saintifik atau secara empiris tidak dapat diterima, termasuk metafisika dan
11
Abdul Fattah Abu Ghuddah, Qimatul Zaman Inda al Ulama (Maktabah Matbuât al
Islamiyah), hlm. 41
12
Ibn Qoyyim al Jauziyah, Madarijus Salikin, III, 49.

9
teologi. Ciri saintifik tercermin dari perkembangan paham-paham seperti
empirisisme, rasionalisme, dualisme atau dikotomi, sekulerisme,
desakralisasi, pragmatisme dan sebagainya. Paham-paham tersebut
dengan sendirinya akan memarginalkan agama dari peradaban Barat.
Barat berbeda dengan kristen. Barat tidak lahir dari pandangan hidup
kristen.
Pandangan liberal Barat memberi apresiasi kebebasan
berpendapat, kebebasan berekspresi seni, kebebasan menghujat dan
kebebasan beragama. Tidak hanya bebas memilih agama, namun juga
kebebasan untuk tidak beragama. Liberalisme Barat mencakup tiga hal :
Kebebasan berfikir tanpa batas (free thingking), Senantiasa meragukan
dan menolak kebenaran dan semena-mena dalam beragama.
Sedangkan Pendidikan seumur hidup mencakup ruang lingkup
yang lebih luas : pendidikan formal, non formal dan informal. Ada
beberapa alasan mengapa pendidikan seumur hidup perlu. Jalur
pendidikan formal memiliki banyak kelemahan antara lain terlalu
menekankan pada aspek kognitif, tidak mampu menampung jumlah
manusia, sekolah tidak mampu memberikan informasi terkini yang terus
mengalami percepatan yang diperparah oleh ledakan kemajuan teknologi
informasi. Jika skill dan kognitif seseorang hanya mengandalkan dari
pendidikan formal, pasti ia akan mengalami ketertinggalan.
UNESCO Institute for Education (UIE Hamburg) menetapkan
suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah pendidikan
yang harus :
1) Meliputi seluruh hidup setiap individu
2) Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan
penyempurnaan secara sitematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya
3) Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self
fulfilment) setiap individu
4) meningatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri

10
5) Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin
terjadi, termasuk formal, non-formal dan informal.
Kurikulum pendidikan formal dapat memberikan dukungan
terhadap pendidikan seumur hidup dengan cara :
(1) mengkaitkan kurikulum dengan masa depan anak didik dan
pengintegrasian masalah kehidupan nyata ke dalam kurikulum
(2) Kurikulum mengantisipasi perubahan sosial-budaya yang terus
berubah di masyarakat
(3) Kurikulum dirancang berdasarkan prognosis: perilaku tamatan sekolah
di dalam sebuah sistem yang berlaku
(4) Mempertahankan motivasi belajar secara permanen dengan melihat
kemanfaatan dari pendidikan itu
(5) Kurikulum sekolah adalah merefleksikan kehidupan di luar sekolah
(6) membuat kegiatan pembelajaran di luar sekolah
(7) Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan belajar.
Sarana – sarana yang digunakan di negeri-negeri Barat untuk
menggiatkan pendidikan seumur hidup ada banyak ragamnya. Melalui
penyelenggaraan pelatihan, kursus-kursus, perpustakaan. Kelemahan
Konsep Pendidikan Seumur Hidup Barat Konsep Barat memandang
bahwa pendidikan seumur hidup lebih identik dengan pendidikan
informal yang fungsinya adalah pelengkap dari pendidikan formal.
Barat memandang pendidikan seumur hidup dengan kacamata
pendidikan formal. Konsep ini seakan mendikotomikan antara pendidikan
formal di satu sisi dan pendidikan informal di sisi lain. Sikap mengambil
pendidikan formal yang mengambil jarak dengan pendidikan informal
sebenarnya tidak lepas dari polarisasi basis perkembangan dua kubu ilmu
yang berbeda dalam sejarah sain barat. Ilmu sain berkembang di jalur
pendidikan formal sedangkan persoalan agama diisolir hanya di gereja
dan disingkirkan dari ruang publik.
 Kelemahan konsep pedidikan seumur hidup Barat

11
Konsep Barat memandang bahwa tujuan dari pendidikan seumur
hidup adalah untuk memberikan bekal kepada seseorang untuk
mendapatkan skill dalam bertahan hidup. Ini memang sangat terkait
dengan tujuan pendidikan Barat yang tidak jelas. Ketidakjelasan ini
disebabkan karena cara barat memandang manusia sangat beragam dan
berbeda dengan cara pandang Islam yang pasti dalam memandang
manusia. Barat mendefinisikan kesuksesan seseorang jika ia telah menjadi
orang dewasa dengan indikasi mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari,
mandiri secara ekonomi, dan mampu memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi. Barat tidak sampai pada bagaimana seseorang mampu memaknai
hidup apalagi memperoleh kebahagiaan yang setinggi - tingginya.
Dalam paradigma Barat, penguatan nilai-nilai moral kurang
menjadi perhatian. Kalaupun ada, penguatan dilakukan di jalur formal dan
dengan sistem evaluasi yang tidak memadahi. Sekolah tidak memiliki
kewenangan dalam mengendalikan kontent media baik cetak dan
elektronik yang ada di luar. Pendidikan tidak menjangkau aturan
kesopanan dan tata krama publik. Padahal, nilai-nilai yang diwarisi
generasi kita diperoleh sebagian besar dari apa yang dilihat, didengar dan
dialami di tengah-tengah lingkungannya secara informal. Pendidikan di
sebuah negeri adalah sepenuhnya menjadi tanggungjawab kementerian
pendidikan. Kementerian lain tidak bertangggung jawab atas moralitas
bangsa. Di satu sisi, kontrol atas kurikulum, kualitas guru, manajemen
sekolah dan sarana sekolah melalui instrumen akreditasi dan sertifikasi
semakin menguat dan ketat. Sementara di sisi lain, kontent media yang
merusak moralitas generasi muda kurang atau tidak sama sekali mendapat
perhatian. Kontent majalah dan televisi yang mengajarkan kekerasan,
pergaulan bebas, perilaku kriminal, kesyirikan dan mengolok-olok
kekurangan orang menjadi tontonan yang menginspirasi anak-anak
muda.13
13
Nur Huda, Pendidikan Seumur Hidup Dalam Perspektif Pendidikan Islam Dan Barat :
Sebuah Kajian Komparatif, Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam Vol. VI No. 2, 2017–2018,
Surabaya : STAI Luqman Al Hakim, hlm. 82-86

12
C. Tujuan Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan pada dasarnya dipandang sebagaipelayanan untuk
membantu pengembangan personal sepanjang hidup. Konsepsi pendidikan
semur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang
akan belajar seumur hidup agar lebihbernilai bagi masyarakat.14
Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan dilaksanakan seumur hidup
adalah untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan
kodrat dan hakekatnya, dan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa proses
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan
dinamis serta untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu kehidupan.

D. Implikasi Pendidikan Seumur Hidup Pada Program-Program Pendidikan

Implikasi diartikan sebagai akibat langsung dari suatu keputusan tentang


kehidupan pendidikan.WP Guruge dalam buku Toward Better Educational
Management menyebutkan bahwa implikasi pendidikan hidup pada program
pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan baca tulis fungsional

Pendidikan keaksaraan fungsional adalah sebuah usaha pendidikan


luar sekolah dalam membelajarkan warga masyarakat penyandang cacat
yang memiliki kemampuan menulis, membaca dan berhitung untuk tujuan
yang pada kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan potensi sumber
daya yang ada di lingkungan sekitarnya, untuk meningkatkan mutu dan taraf
hidup.

Prioritas usia penyandang buta aksara berusia 15-50 tahun pada


pemberantasan buta aksara melalui program keaksaraan fungsional. Buta
aksara adalah orang yang tidak memiliki kemampuan membaca, menulis
dan berhitung serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.Pendidikan
baca tulis sangat penting bagi masyarakat, baik negara maju maupun negara
berkembang. Adapun dengan perawatan hidup hidup:Sebuah. Memberikan
14
Fuad Hasan, Dasar-Dasar Kependidikan, cet. 6 (Jakarta, Reneka Cipta, 2010), hlm. 42

13
kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak
didik.Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk
mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya tersebut.

Relasi baca tulis fungsional, minimal memuat dua hal yaitu,


memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung yang fungsional
bagi anak didik.Dan menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan
untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya.15

2. Pendidikan vokasional

Pendidikan vokasional merupakan penggabungan antara teori dan


praktik secara seimbang pada kesiapan kerja lulusannya.Kurikulum dalam
pendidikan vokasional, terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian
(magang pembelajaran) pada kejuruan-kejuruan khusus (perdagangan
khusus). Kelebihan pendidikan vokasional ini, antara lain, peserta didik
secara langsung dapat mengembangkan keahliannya yang disesuaikan
dengan kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan dihadapinya.

Adapun perkembangan pendidikan hidup yaitu pendidikan vokasional


sebagai program pendidikan di luar sekolah anak di luar batas usia sekolah
atau sebagai program pendidikan formal dan non formal dalam rangka
'pelatihan kapal magang merupakan salah satu program dalam pendidikan
hidup. Namun pendidikan vokasional tidak boleh dipandang sebagai jalan
pintas tetapi tetap dilaksanakan secara kontinu. Jadi, pendidikan vokasional
bertujuan untuk membekali peserta didik dengan keahlian yang akan
membantunya dalam mengatasi permasalahan hidup yang kompleks.

3. Pendidikan profesional

Sebagai realisasi pendidikan hidup, dalam profesi yang tepatlah


tercipta dibangun dalam mekanisme yang memungkinkan golongan
profesional mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan metodologi,
15
Ridawati, Taffaquh Fiddin dan implementasinya pada pondok pesantren dijawa barat,
Indragiri hilir : PT Indragiri Dot Com, 2020.Hlm. 62

14
perlengkapan, terminologi, dan sikap profesionalnya kontinu.Buatlah yang
tepat bagi pekerja dan buruh, siap pula bagi profesional, bahkan tantangan
buat mereka lebih besar.

4. Pendidikan arah perubahan dan pembangunan

Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar


mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga
merupakan hal penting dari asas pendidikan hidup. Diakui bahwa diera
globalisasi dan berbagai informasi yang ketakutan dengan pesatnya
perkembangan IPTEK, telah mempengaruhi dimensi kehidupan
masyarakat,dengan cara masak yang serba menggunakan mekanik, sampai
dengan cara menerobos angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja
konsekuensinya menurut pendidikan yang berlangsung secara kontinue
(pendidikan seumur hidup).

5. Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik

Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik yang perlu


diberikan dalam pendidikan hidup bagi kehidupan berbangsa dan bernegara
baik menjadi rakyat maupun pimpinan.Disamping menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dalam kondisi dimana pola pikir
masyarakat yang semakin maju dan kritis, baik rakyat biasa, maupun
pemimpin pemerintahan di Negara yang demokratis, diperlukan pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga Negara.
Pendidikan hidup yang bersifat kontinu dalam koteks ini merupakan
konsekuensinya.

6. Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang

Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang diberikan secara


konstruktif sebagai konsep pendidikan umur panjang. Dengan cara ini
waktu senggang dapat memanfaatkan berbasis budaya yang baik sehingga

15
pendidikan hidup dapat berjalan menyenangkan. Spesialisasi yang
berlebihan masyarakat dapat menyebabkan pandangannya terhadap
bidangnya sendiri.Pendidikan budaya sangat membantu agar mereka
berpandangan luas dan dapat mengisi waktu senggangnya, sebab itu
merupakan bagian penting dalam pendidikan hidup.16

16
Fathul Jannah "Pendidikan Seumur Hidup dan Implikasinya", Dinamika Ilmu, vol. 13
No. 1, juni 3013

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan seumur hidup adalah sebuah konsep pendidikan yang


menerangkan tentang keseluruhan peristiwa kegiatan belajar mengajar dalam
proses pembinaan kepribadian yang berlangsung secara kontinyu dalam
keseluruhan hidup manusia. Proses pembinaan kepribadian memerlukan
rentang waktu yang relatif panjang, bahkan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan pada dasarnya dipandang sebagaipelayanan untuk membantu
pengembangan personal sepanjang hidup. Konsepsi pendidikan semur hidup
merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar
seumur hidup agar lebihbernilai bagi masyarakat.
Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan dilaksanakan seumur hidup
adalah untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan
kodrat dan hakekatnya, dan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa proses
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan
dinamis serta untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu kehidupan.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat mengenai materi yang menjadi
pokok pembahasan dalam masalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami
sudah berusaha agar menghasilkan makalah yang sempurna. Namun, pasti
masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan
maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih perlu
ditambahkan ataupun dikoreksi. Sehingga penulis sangat mengharapkan saran
dan kritikan yang dapat membuat makalah ini lebih baik. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca agar
dapat menambah wawasan mengenaipendidikan seumur hidup.

17
DAFTAR PUSTAKA

Syam, M. Noor. 1998. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta, Usaha


Nasional.

Mudyahardjo, Redja. 2003. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1

Darajat, Zakiah dkk. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

Tafsir, Ahmad. 1994. llmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung : Remaja
Rosdakarya.

Syafi'i, Imam. 1992. Konsep Guru Menurut Al Ghazali: Pendekatan Filosofis


Pedagogis. Yogyakarta: Duta Pustaka.

Cropley, Aj. Pendidikan Seumur Hidup, pent. M. Sardjan Kadir. Surabaya: Usaha
Nasional.

Muhadjir, Noeng. 1987. Ilmu Pendidikan dalam Perubahan Sosial: Suatu Teori
Pendidikan. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Mâwardî, Al Imâm Abû al Hasan âli Muhammad bin Hasîb al Bashriy. 2014.
Adab al Dunyâ wa al Dîn. Beirut: Dâr al ilmiyah.

Ghuddah, Abdul Fattah Abu. Qimatul Zaman Inda al Ulama. Maktabah Matbuât
al Islamiyah.

Ibn Qoyyim al Jauziyah. Madarijus Salikin. III.

Huda, Nur. 2017–2018 Pendidikan Seumur Hidup Dalam Perspektif Pendidikan


Islam Dan Barat : Sebuah Kajian Komparatif. Jurnal Prodi Manajemen
Pendidikan Islam Vol. VI No. 2. Surabaya : STAI Luqman Al Hakim.

Hasan, Fuad. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan, cet. 6. Jakarta: Reneka Cipta.

18
Ridawati. 2020. Taffaquh Fiddin dan implementasinya pada pondok pesantren
dijawa barat. Indragiri hilir : PT Indragiri Dot Com.

Jannah Fathul. 2013. "Pendidikan Seumur Hidup dan Implikasinya", Dinamika


Ilmu, vol. 13 No. 1.

19

Anda mungkin juga menyukai