Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu: Muslimin, S.Pd.I, M.Pd

Disusun Oleh:
Hilyatil Wafiah (2111097)
Nur Alisa Rahmawati (2111065)
Alfina Shofiyurrohmah (2111105)

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ TUBAN


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala


limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Konsep Dasar Ilmu Pendidikan” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuh tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Ilmu Pendidikan bagi para
pembaca dan khusunya bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Muslimin,S.Pd.I, M.Pd, selaku


dosen pengampu mata kuliah “Ilmu Pendidikan”. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, baik dari
segi penyususnan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini
menjadi lebih baik di masa mendatang.

Tuban, 23 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan.....................................................................5
B. Teori Dasar Pendidikan.................................................................................6
C. Hubungan antara Manusia dengan Pendidikan ..............................................
D. Pendidikan Seumur Hidup .............................................................................
BAB III......................................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu lembaga pendidikan keberhasilan proses belajar-mengajar dapat
dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Hasil belajar tersebut
merupakan prestasi belajar peserta didik yang dapat diukur dari nilai siswa setelah
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru pada saat evaluasi dilaksanakan.
Keberhasilan pembelajaran di sekolah akan terwujud dari keberhasilan belajar siswanya.
Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu
maupun dari luar individu. Faktor dari dalam individu, meliputi faktor fisik dan psikis,
di antaranya adalah motivasi.
Pendidikan merupakan tonggak utama kemajuan suatu bangsa. Dengan
pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah
meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, pembaharuan di bidang pendidikan
demi kemajuan suatu bangsa harus selalu dilakukan agar dapat menciptakan kualitas
pendidikan nasional yang mampu bersaing di dunia internasional.
Menurut Undang-undang RI No.20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia
menjelaskan pengertian Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-
anak, adapun maksudnya bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep pendidikan ?
2. Apa saja teori dalam pendidikan ?
3. Apa hubungan antara manusia dengan pendidikan?
4. Apa yang dimaksud pendidikan seumur hidup ?
C.Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan konsep pendidikan
2. Untuk mengetahui apa saja teori dalam pendidikan
3. Untuk mengetahui hubungan antara manusia dengan pendidikan
4. Untuk mengetahui yang dimaksud pendidikan seumur hidup

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pendidikan


Konsep berasal dari bahasa latin conceptum artinya sesuatu yang dipahami.
Menurut istilah konsep merupakan sesuatu yang memiliki komponen, unsur, ciri-ciri
yang dapat diberi nama atau simbol.1 Konsep juga bisa disebut ide yang mewakili suatu
bentuk hanya dapat dimengerti oleh akal pikiran. Berikut pengertian konsep menurut
para ahli :

a. Menurut Aristoteles dalam bukunya yang berjudul “The Classical Theory of


Concept” menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam
pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia.
b. Menurut Hulse, Egenth dan Deese (1981) Konsep adalah sekumpulan sifat yang
dihubungkan oleh aturan-aturan tertentu

Sedangkan menurut bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata


“didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an” mengandung arti
“perbuatan”. Secara etimologi pendidikan berasal dari bahasa Yunani kuno
“paidagogoe” kemudian menjadi “peadagogie”. Kata “peadagogie”terdiri dari kata
“pais” artinya anak, dan “again” diterjemahkan membimbing, jadi “peadagogie”yaitu
bimbingan dari orang dewasa yang diberikan kepada anak.

Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education”


yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering
diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan. Dalam kajian (Kamus Besar
Bhasa Indonesia) pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan. Pendidikan berarti usaha sadar mengembangkan potensi manusia baik
jasmani dan rahani agar mampu mewujudkan tujuan hidup dan kehidupannya menjadi
terarah.

1
Mohammad Yahya, Ilmu Pendidikan, (Jember: IAIN Jember Pres, 2020), hal.13
Pendidikan manusia menjadi penting sebagai upaya untuk melakukan proses
yang terencana dan berkesinambungan sebagai dasar untuk mengembangkan potensi
dan hakikat kemanusiaannya. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan siswa atau peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat. Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan dimulai setelah
anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang hidup ia
akan mampu menerima pengaruh-pengaruh positif. Oleh karena itu proses pendidikan
akan berlangsung di keluarga, sekolah dan masyarakat.

Ilmu Pendidikan digunakan sebagai ilmu pengetahuan dengan tiga syarat pokok
yaitu memiliki objek tertentu, menggunakan metode tertentu, dan menggunakan
sistematika tertentu pula. Dalam hal ini pendidikan juga memiliki kedudukan dalam
penyelenggarannya ataupun pelaksanannya. Salah satunya yaitu membimbing manusia
untuk mewujudkan impiannya agar menjadi manusia yang ideal. Sedangkan jika dilihat
dari sifatnya ilmu pendidikan bersifat teoritis, praktis, dan normatif.

B. Teori Dasar Pendidikan


Teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan dilahirkan oleh 4 aliran yang
berbeda, yaitu aliran Empirisme, aliran Nativisme, aliran Naturalisme, dan aliran
Konvergensi.2

1. Aliran Empirisme

Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan


stimulasi eskternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak
dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari di dapat
dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam
bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Tokoh
peintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke yang
mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir ke dunia bagaikan kertas putih
bersih.

2
M. Abdul Ghofur, Teori-Teori Ilmu Pendidikan, (Kudus: STAIN kudus, 2014), hal. 6
Aliran Empirisme dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan peranan
pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa
anak sejak lahir dianggap tidak menentukan. Pada hal kenyatannya dalam kehidupan
sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena bakat, meskipun lingkungan disekitarnya
tidak mendukung.

Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam
diri berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan
yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam dirinya. Meskipun
demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang
manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, umpamanya melalui
modifikasi tingkah laku. Hal ini tercermin dari pandangan scientific psychology dari BF.
Skinner ataupun pandangan behavioralisme lainnya.3

Behavioralisme itu menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar sebagai


sasaran kajiannya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu sebagai hasil belajar
semata-mata. Meskipun demikian, pandangan behavioralisme ini juga masih bervariasi
dalam menentukan faktor apakah yang paling utama dalam proses belajar.

1. Pandangan yang menekankan peranan stimulus terhadap perilku seperti dalam


“classicalconditioning” atau “respondent learning” oleh Ivan Pavlov di Rusia
daan Jon B Watson di Amerika Serikat.
2. Pandangan yang menekankan peranan dari dampak ataupun balikan dari suatu
perilaku seperti dalam “operant conditioning” atau “instrumental leraning” dari
Edward L. Thorndike dan Rurrhus F. Skinner di Amerika Serikat..
3. Pandangan yang menekankan peranan pengamatan dari itimasi seperti dalam
“observational learning” yang dipelopori oleh NE. Miller dan J. Dollard.

2. Aliran Nativisme

Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan


kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan
kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan ditentukan oleh
pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir.

3
Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Sukses Ofset, 2009), hal. 1
Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak.
Hasil pendidikan tergantung pada pembawaan. Seorang filsuf Jerman Schopenhauer
berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah lengkap dengan pembawaan baik ataupun
buruk.4

Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak


itu sendiri. Dikatakan bahwa “yang jahat menjadi jahat, yang baik menjadi baik”.
Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan
berguna untuk perkembangan anak itu sendiri. Istilah nativisme dari asal kata natie yang
artinya adalah terlahir. Bagi nativisme lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab
lingkungan tidak akan berdaya dala, mempengaruhi perkembangan anak. Pembawaan
tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.

Terdapat suatu pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni dalam
diri individu terdapat suatu “inti” pribadi yang mendorong manusia untuk mewujudkan
diri, mendorong manusia untuk menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang
menempatkan manusia sebagai makhluk yang mempunyai kemauan bebas. Pandangan
tersebut tampal dalam humanistic psychology dari Carl R. Rogers.

3. Aliran Naturalisme

Pandangan ini ada persamaannya dengan nativisme. Aliran naturalisme


dipelopori olh filsuf Perancis J.J Rousseau. Berbeda dengan Schpenhaouer, Rousseau
berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik.
Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan.

Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa


malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Aliran ini juga disebut
negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak
pada alam. Hal ini dilakukan agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh
tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan.

Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan yang dibuat-buat


sehingga anak-anak diperoleh secara alamiah sejak saat kelahiranya itu dapat tampak

4
Zahara Idris, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2000), hal. 6
secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik
untuk mengembangkan pembawaannya, kemampuannya dan kecenderungannya.

4. Aliran Konvergensi

Perintis aliran ini adalah William Stern seorang ahli pendidikan bangsa Jerman
yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan kedunia ini sudah disertai pembawaan
baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses
perkembangan anak, baik faktor pembawaan mapun faktor lingkungan sama-sama
mempunyai peranan yang sangat penting.

Bakat yang dibawa pada waktu anak dilahirkan tidak akan berkembang dengan
baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang baik sesuai dengan perkembangan bakat
itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak
yang optimal kalau memang pada diri anak tidak dapat bakat yang diperlukan untuk
mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak berbahasa dengan kata-
kata, adalah juga hasil dari konvergensi. Pada manusia akan ada pembawaan untuk
berbicara dalam bahasa teretntu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam
mengembangkan pembawaan bahasanya. Oleh karena itu anak manusia mula-mula
menggunakan bahasa lingkungannya. Willian Stern berpendapat bahwa hasil
pendidikan itu tergantung pada pembawaan dan lingkungan.

C. Hubungan Antara Manusia dengan Pendidikan


Manusia sebagai makhluk yang diberikan kelebihan oleh Allah dengan suatu
bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain dalam
kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirannya manusia memerlukan pola
pendidikan melalui suatu proses pembelajaran. Hubungan manusia dengan pendidikan
sangat erat karena mempunyai ikatan yang tidak dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia
yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan
hidupnya. Manusia disebut juga “ Homo Sapiens ” yang artinya sebagai makhluk yang
mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Salah satu insting manusia adalah
selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu disekelilingnya, yang belum
diketahuinya. Berawal dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi
bisa. Dari rasa ingin tahu maka timbulah ilmu pengetahun yang bermanfaat untuk
manusia itu sendiri.
Dalam hidupnya manusia digerakan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai
sesuatu dan sebagian lagi oleh tanggung jawab sosial dalam bermasyarakat. Manusia
bukan hanya mempunyai kemampuan – kemampuan, tetapi juga mempunyai
keterbatasan – keterbatasan. Manusia tidak hanya memiliki sifat – sifat yang baik
namun juga mempunyai sifat – sifat yang kurang baik. Menurut pandangan pancasila
manusia mempunyai keinginan untuk mempertahankan hidup dan menjaga kehidupan
lebih baik. Setiap manusia itu membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan
manusia dapat mempunyai kemampuan – kemampuan untuk mengatur dan mengontrol
serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian
manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan
tingkah laku manusia dapat didekati dan di analisis secara murni. Kemampuan seperti
itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan
berkembang melalui pendidikan, karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui
suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani.
Oleh sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan perkembangan
yang optimal sebagai manusia.
Dalam ajaran Agama Islam memandang bahwa manusia sebagai tubuh, akal dan
hati nurani. Potensi dasar manusia yang dikembangkan itu tidak lain adalah bertuhan
dan cenderung kepada kebaikan bersih dari dosa, berilmu pengetahuan serta bebas
memilih dan berkreasi. Kemampuan kreatif manusia pun berkembang secara bertahap
sesuai ukuran tingkat kekuatan dan kelemahan unsur penunjang kerativitas seperti
pendengaran, pengelihatan serta pola piker manusia tersebut. Berdasarkan undang –
undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 BAB I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Kaitan manusia, kebudayaan dan pendidikan
Manusia seperti yang kita ketahui sangat erat sekali hubungannya dengan
kebudayaan dan pendidikan. Pendidikan merupakan upaya untuk memelihara
kebudayaan, “ Education as Cultural Conservation ”. Disini peran pendidikan sebagai
pelestarian budaya dan pendidikan harus didasarkan kepada nilai – nilai kebudayaan
yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Pendidikan merupakan salah satu
unsur kebudayaan, karena proses pendidikan pada dasarnya merupakan hakikat dari
kebudayaan itu sendiri. Berdasarkan nilai – nilai kebudayaan yang beragam, kompleks
dan terintegrasi maka suatu proses pendidikan tidak dapat dilihat dari satu sudut saja.
Tetapi harus menggunakan pandangan yang multi displiner.
Manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupannya tidak dapat terlepas dari
hubungan sosial. Kebudayaan mengatur manusia untuk bertindak. Kebudayaan
melahirkan kaidah – kaidah untuk melindungi masyarakat dari kehancuran yang
diakhibatkan oleh kekuatan – kekuatan tersembunyi di masyarakat. Kaidah – kaidah ini
berupa petunjuk cara bertingkah laku di dalam pergaulan hidup. Kebudayaan mengatur
agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan
sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Apabila manusia hidup sendiri,
maka tak aka nada manusia lain yang merasa terganggu oleh tindakan – tindakannya.
Akan tetapi setiap manusia, bagaimana hidupnya akan selalu menciptakan kebiasaan
bagi dirinya sendiri.
Manusia tanpa kebudayaan dan pendidikan bagaikan kesatuan tubuh yang
tanpa arti. Karena kebudayaan manusia dapat mengetahui semua yang ada di
lingkungannya. Peranan kebudayaan dan pendidikan sangat penting bagi kehidupan
manusia. Sekolah adalah salah satu contoh kebudayaan dan pendidikan. Sekolah
merupakan suatu lembaga utama ( selain keluarga ) yang dipergunakan oleh orang
dewasa dalam mewariskan kebudayaan kepada anak – anaknya ( generasi penerus ).
Oleh karena itu orang dewasa yang ada di sekolah ( guru ) harus memiliki pemahaman
yang jelas tentang budaya yang berkembang di masyarakat, baik secara mikro maupun
secara makro yang meliputi tentang nilai, kepercayaan, dan norma.
Manusia merupakan individu yang memerlukan pendidikan yang layak.
Pendidikan salah satu contoh kebudayaan yang selalu berkembang sesuai
perkembangan zaman. Manusia yang baik adalah manusia yang dapat melestarikan
kebudayaannya karena manusia sebagai makhluk budaya. Pendidikan hanya dapat
dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang menghasilkan nilai kebudayaan yaitu
manusia. Hal ini juga yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya
( hewan ) dengan adanya kebudayaan dan pendidikan. Perkembangan pendidikan sejajar
dengan perkambangan kebudayaan. Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan
kebudayaan, karena pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai
cermin nilai – nilai kebudayaan ( pendidikan bersifat reflektif ). Pendidikan juga
bersifat progresif yaitu yang selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan
perkembangan kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk
itu perlu pendidikan formal dan informal yang disengaja diadakan atau tidak. Perbedaan
kebudayaan menjadi cermin bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem, isi dan
pendidikan pengajaran sekaligus menjadi cermin tingkat pendidikan.
Pendidikan informal lebih dahulu ada dari pada pendidikan formal
( education dan schooling ) pendidikan informal merupakan unsur mutlak kebudayaan
untuk semua tingkat kebudayaan yang muncul karena adanya pembagian kerja. Pada
dasarnya keduanya disengaja dan gejala kebudayaan, pemisahan keduanya tidak
berguna. Tugas kebudayaan bukan memonopoli lembaga pendidikan formal, tetapi
kebersamaan warga dan negara karena segala unsure kebudayaan bernilai pendidikan
baik yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan. Setiap manusia itu
membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai
kemampuan – kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya
sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan
kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia
dapat didekati dan di analisis secara murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak
dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan berkembang
melalui pendidikan, karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui suatu proses
alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani. Oleh sebab
itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan perkembangan yang optimal
sebagai manusia
Dengan demikian pendidikan merupakan ikhtiar pembudayaan demi peradaban
manusia. Pendidikan bermakna sebagai proses pembudayaan dan seiring bersama itu
berkembanglah sejarah peradaban manusia. Seluruh kebudayaan hanya bias dialihkan
dari satu generasi ke generasi lain melalui pendidikan. Kalau demikian halnya maka
pendidikan tidak hanya merupakan prakarsa bagi terjadinya pengahlian pengetahuan
dan keterampilan tetapi juga melalui pengalihan nilai – nilai budaya dan norma – norma
sosial.
Nilai – nilai budaya yang diwariskan merupakan unsur luar yang masuk ke
dalam diri manusia, sementara dalam diri manusia ada unsur yang menonjol keluar
seperti perkembangan potensi yang dimiliki manusia. Tugas utama pendidikan adalah
berusaha mewariskan nilai – nilai budaya tersebut, sesuai dengan potensi dan
lingkungan pada individu dan masyarakat. Hasan Langgulung, menyatakan sulit
dibayangkan bahwa seseorang tanpa lingkungan yang member corak kepada watak dan
kepribadian, sebab lingkungan inilah yang berusaha mewariskan nilai – nilai budaya
yang dimilikinya dengan tujuan memelihara kepribadian dan identitas budaya tersebut
sepanjang zaman. Sebab budaya dan peradaban juga bias mati apabila nilai – nilai,
norma – norma dan berbagai unsur lainnya yang dimiliki berhenti dan tidak berfungsi
lagi.
D.PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
 KONSEP PENDIDIKAN SEMUR HIDUP

Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan


adalah suatu proses yang terus-menerus dari bayi sampai meninggal dunia. Dalam
pendidikan seumur hidup dikenal dengan adanya 4 konsep kunci, yaitu :
1. Konsep Pendidikan Seumur Hidup Itu Sendiri
Sebagai suatu konsep, pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau
ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman
pendidikan. Hal ini berarti pendidikan akan meliputi seluruh rentangan usia dari usia
yang paling muda sampai yang paling tua dan adanya basis institusi yang amat berbeda
dengan basis yang mendasari persekolahan konvensional.
2. Konsep Belajar Seumur Hidup
Pendidikan seumur hidup berarti pelajar belajar karena respon terhadap keiginan
yang didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi
yang membantu belajar. Istilah belajar ini merupakan kegiatan yang dikelolah walaupun
tanpa organisasi sekolah dan kegiatan ini justru mengarah pada penyelenggaraan asa
pendidikan seumur hidup.
3. Konsep Pelajar Seumur Hidup
Belajar seumur hidup dimaksudkan adalah orang-rang yang sadar tentang diri
mereka sebagai pelajar seumur hidup, melihat belajar baru sebagai cara yang logis
untuk mengatasi problema dan sangat terdorong utnuk belajar diseluruh tingkat usia,
serta menerima tangtangan dan perubahan seumur hidup sebagai pemberi kesempata
untuk belajar baru.
4. Kurikulum Yang Membantu Pendidikan Seumur Hidup
Dalam konteks ini, kurikulum didesain atas dasar prinsip pendidikan seumur
hidup betul-betul telah menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara berurutan
melaksanakan belajar seumur hidup. Kurikulum yang demikian merupakan kurikulum
praktis untuk mencapai tujuan pendidikan dan mengimplementasikan prinsip-prinsip
pendidikan seumur hidup.
 KARAKTERISTIK PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

1. Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan


sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup.
2. Pendidikan seumur hidup tidak diartikan sebagai pendidikan orang dewasa, tetapi
pendidikan seumur hidup mencakup dan memadukan semua tahap pendidikan
(pendidikan dasar, menengah dan sebagainya).
3. Pendidikan seumur hidup
 PENTINGNYA PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

Mencakup pola-pola pendidikan formal maupun pola pendidikan nonformal,


baik kegiatan-kegiatan belajar terencana maupun kegiatan insidental.
4 Tujuan akhir pendidikan seumur hidup adalah mempertahankan dan meningkatkan
mutu hidup.
1. Pertimbangan ekonomi
2. Keadilan
3. Faktor peranan keluarga
4. Faktor perubahan peranan sosial
5. Perubahan teknologi
6. Faktor-faktor vocasional
7. Kebutuhan-kebutuhan orang dewasa
8. Kebutuhan anak-anak awam

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan
Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan, hidup
berbudaya, dan membudaya. Kebudayaan bukan sesuatu yang ada di luar manusia,
bahkan hakikatnya meliputi perbuatan manusia itu sendiri. Berbicara tentang
kebudayaan adalah berbicara tentang manusia itu sendiri. Kebudayaan bertautan dengan
kehidupan manusia sepenuhnya, kebudayaan menyangkut sesuatu yang Nampak dalam
bidang eksistensi setiap manusia. Manusia tidak terlepas dari kebudayaan, bahkan
manusia itu baru menjadi manusia karena bersama kebudayaannya ( C. A. Van Peursen,
1957 ).
Setiap manusia itu membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia
dapat mempunyai kemampuan – kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta
menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian
manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan
tingkah laku manusia dapat didekati dan di analisis secara murni. Kemampuan seperti
itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan
berkembang melalui pendidikan, karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui
suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani.
Oleh sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan perkembangan
yang optimal sebagai manusia.
Manusia merupakan individu yang memerlukan pendidikan yang layak. Pendidikan
salah satu contoh kebudayaan yang selalu berkembang sesuai perkembangan zaman.
Manusia yang baik adalah manusia yang dapat melestarikan kebudayaannya karena
manusia sebagai makhluk budaya. Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh makhluk
yang berbudaya dan yang menghasilkan nilai kebudayaan yaitu manusia. Hal ini juga
yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya ( hewan ) dengan adanya
kebudayaan dan pendidikan. Perkembangan pendidikan sejajar dengan perkambangan
kebudayaan. Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena
pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai – nilai
kebudayaan ( pendidikan bersifat reflektif ). Pendidikan juga bersifat progresif yaitu
yang selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan
kebudayaan.
Pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang
menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. proses pendidikan seumur hidup
berlangsung secara kontinue, dan tidak terbatas oleh waktu seperti pendidikan formal,
proses belajar seumur hidup tidak hanya dilakukan seorang yang terpelajar tetapi semua
lapisan masyarakat bisa melaksanakanya.

DAFTAR PUSTAKA
Yahya, Mohammad, 2020, Ilmu Pendidikan, Jember: IAIN Jember Pres
Ghofur, M. Abdul, 2014, Teori-Teori Ilmu Pendidikan, Kudus: STAIN Kudus
Maunah, Binti, 2009, Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Sukses Ofset
Idris, Zahra, 2000, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Hatimah, I. dkk. ( 2010 ) Pembelajaran Berwawasan Kemasyaraktan.

Jakarta : Universitas Terbuka

Wahyudin, D. dkk. ( 2010 ) Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.


http://hadirukiyah.blogspot.com/2010/07/hubungan-kebudayaan-dengan-pendidikan.html
Ihsan, Fuad.2005. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Sahabuddin. 1985. Pendidikan Non Formal. Ujung Pandang : Ikip Ujung Pandang
Mudyahardjo, Redja,1998. Pengantar Pendidikan. Bandung: Rajawali Pers
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai