Anda di halaman 1dari 15

Tugas Makalah

FILSAFAT PENDIDIKAN DAN PENINGKATAN SUMBER


DAYA MANUSIA

Disusun Oleh:
Kelompok 3

1. Annisa Alfridayanti A23119069


2. Milyani. M A23119092
3. Sindi Geby Sintia A23119087
4. Moh. Rais A23119005
5. Elma Rahmayani A23119018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIIKA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmatnya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang disusun dengan
baik yang berjudul “Filsafat Pendidikan dan Peningkatan Sumber Daya Manusia”
Kami menyadari bahwa makalah yang telah kami susun ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekeliruan, oleh karenanya kami sangat mengharapkan saran
dan kritikkan dari teman-teman sekalian.
Demikian yang dapat kami sampaikan, diucapkan terima kasih.

Penulis,

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan .................................................................... 3

2.2 Filsafat Pendidikan dan Pembentukan Kepribadian Manusia ..................... 5

2.3 Filsafat Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia ................ 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 10

3.2 Saran .......................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah sebagai pelaksana dari ide-ide filsafat, atau dengan kata lain
bahwa ide filsafat telah memberikan asas sistem nilai dan atau normatif bagi peranan
pendidikan yang telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan, dan
dengan segala aktifitasnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa filsafat pendidikan
sebagai jiwa, pedoman, dan sumber pendorong adanya pendidikan.
Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah- masalah pendidikan bukan
hanya berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi
permasalahan yang lebih luas, lebih dalam, dan lebih kompleks, yang tidak dibatasi
dengan pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan.
Untuk mencerdaskan dan memajukan kehidupan suatu bangsa dan negara
sesuai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, maka diadakan suatu proses pendidikan
atau suatu proses belajar yang akan memberikan pengertian, pandangan, dan
penyesuaian bagi seseorang atau si terdidik kearah kedewasaan dan kematanga n.
Dengan proses ini, maka akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa seorang anak
didik atau peserta dan atau subjek didik ke arah yang lebih dinamis, baik kearah bakat
atau pengalaman, moral, intelektual maupun fisik (jasmani) menuju kedewasaan dan
kematangan tadi. Tujuan akhir pendidikan akan terwujud untuk menumbuhkan dan
mengembangkan semua potensi si terdidik secara teratur, apa bila prakondisi alamia h
dan sosial manusia memungkinkan, seperti: iklim, makanan, kesehatan, keamanan dan
lain sebagainya yang relatif sesuai dengan kebutuhan manusia.
Untuk memberikan makna yang lebih jelas dan tegas tentang kedewasaan dan
kematangan yang ingin dituju dalam pendidikan, apakah kedewasaan yang bersifat
biologis, pisikologis, dan sosiologis, maka masalah ini merupakan bidang garapan yang
akan dirumuskan oleh filsafat pendidikan. Di samping itu juga dari pengala ma n
menunjukan bahwa tidak semua manusia baik potensi jasmaninya maupun potensi

1
rohaninya (pikir, karsa, dan rasa) berkembang sebagaimana yang diharapkan. Oleh
karena itu lahirlah pemikiran manusian utuk memberikan alternatif pemecahan
masalah terhadap perkembangan manusia. Apakah yang mempengaruhi perkembanga n
potensi manusia, dan mana yang paling menentukan dan dengan adanya lembaga -
lembaga pendidikan dengan berbagai aktivitasnya telah mampu menumbuhkan dan
mengembangkan potensi peserta didik sehingga bermanfaat bagi kehidupan peribadi
dan masyarakat sekitar.
Dari uraian tadi, jelaslah bahwa pendidikan adalah sebagai pelaksanaan dari
ide-ide filsafat. Atau dengan kata lain bahwa ide filsafat telah memberikan asas sistem
nilai dan atau normatif bagi peranan pendidikan yang telah melahirkan lembaga -
lembaga pendidikan dan dengan segala aktivitasnya, sehingga dapat dikatakan bahwa
filsafat pendidikan sebagai jiwa, pendoman, dan sumber pendorong adanya
pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana filsafat pendidikan dan pembentukan kepribadian manusia?
2. Bagaimana filsafat pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui filsafat pendidikan dan pembentukan kepribadian manusia.
2. Mengetahui filsafat pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan


Ragam pengertian filsafat pendidikan telah diungkapkan oleh para ahli.
Menurut Al-Syaibany, filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang
menjadikan filsafat menjadi sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan
memadukan proses pendidikan. Artinya filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-
nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya.
Menurut Imam Barnadib, filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada
hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan
baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi suatu analisis filosofis terhadap bidang
pendidikan. Sedangkan menurut Brubachen, filsafat pendidikan adalah seperti
menaruh sebuah kereta didepan seekor kuda, dan filsafat dipandang sebagai bunga,
bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas
dengan memperoleh keuntungan karena punya kaitan dengan filsafat umum. Kendati
kaitan ini tidak penting, tapi yang terjadi ialah, suatu ket erpaduan antara pandangan
filosofis dengan filsafat pendidikan, karena filsafat sering diartikan sebagai teori
pendidikan dalam segala tahap.
Guna memperoleh pengertian filsafat pendidikan yang lebih, dapat
dikemukakan pula definisi operasional tentang pengertian pendidikan. Pendidikan
adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak didik menuju terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian yang
utama dan ideal. yang dimaksud kepribadian yang utama dan ideal adalah kepribadian
yang memiliki kesadaran moral dan sikap mental secara teguh dan sungguh-sungguh
memegang dan melaksanakan ajaran atau prinsip-prinsip nilai (filsafat) yang menjadi
pandangan hidup secara individu, masyarakat maupun filsafat bangsa dan negara.
Selanjutnya, Al-Syabani menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha menguba h
tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya sebagai bagian dari kehidupan

3
masyarakat dan kehidupan alam sekitarnya. Pendidikan dapat dicermati pula sebagai
rangkaian proses untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, dan
keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan generasi
muda agar dapat memahami fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. Pendidikan
diartikan sebagai suatu proses usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan
kemanusiaannya dalam membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nila i
dan dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi
manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai
manusia, sesuai dengan sifat hakiki dan ciri-ciri kemanusiaannya.
Menurut Hasan Langgunung, pendidikan mencakup dua kepentingan utama,
yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Kedua hal ini
berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-
masing. Dengan kata lain, sistem pendidikan bagaimanapun sederhananya
mengandung karakteristik tentang jati diri atau pandangan hidup masyarakat atau
bangsa yang membuatnya. Filsafat pendidikan, sesuai peranannya, merupakan
landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijakan dan pelaksanaan pendidikan.
Sedangkan filsafat, dengan cara kerjanya yang bersifat sistematis, universal, dan
radikal, yang mengupas dan menganalisis sesuatu secara mendalam, ternyata sangat
relevan dengan problematika hidup dan kehidupan manusia dan mampu menja di
perekat kembali antara berbagai macam disiplin ilmu yang berkembang saat ini.
Sehingga filsafat pendidikan akan menemukan relevansinya dengan hidup dan
kehidupan masyarakat dan akan lebih mampu lagi meningkatkan fungsinya bagi
kesejahteraan hidup manusia.
Filsafat dan pendidikan merupakan semacam usaha yang sama. Filsafat ialah
mencari nilai-nilai ide (cita-cita) yang lebih baik, sedangkan pendidikan menyataka n
nilai- nilai tersebut dalam kehidupan pribadi manusia. Pendidikan bertindak mencari
arah yang terbaik, sedangkan filsafat dapat memberi latihan yang pada dasarnya
diberikan pada peserta didik, yang bertujuan untuk membina manusia dalam
membangun nilai- nilai yang kritis dalam watak mereka, yang mempunyai cita-cita

4
hidup yang tinggi dengan berubahnya filsafat yang tertanam dalam diri mereka.
Dengan demikian tujuan filsafat pendidikan adalah mencari kesatuan pandangan untuk
memecahkan berbagai problem dalam lapangan pendidikan, sehingga menghasilka n
manusia yang akan dapat bertindak sesuai dengan tuntutan dari lingkungan.

2.2 Filsafat Pendidikan dan Pembentukan Kepribadian Manusia


Dalam pengertian sederhana, filsafat diartikan sebagai kepribadian jati diri dan
pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa. Kondisi ini dibentuk oleh tradisi
kehidupan masyarakat ataupun oleh usaha yang terprogram. Namun demikia n,
sesederhana apapun, pembentukan itu tak lepas dari peran pendidikan. Pendidikan
menurut Hasan Langgulung, pada prinsipnya dapat dilihat dari dua sudut pandang:
individu dan masyarakat.
Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk
membimbing dan menghubungkan potensi individu. Sementara dari sudut pandang
kemasyarakat, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai- nilai budaya dari generasi
tua ke generasi muda agar nilai- nilai budaya tersebut tetap terpelihara. Dalam konteks
ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya dan kepribadian
suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat itu.
Transfer nilai-nilai budaya yang paling efektif adalah melalui proses
pendidikan. Dalam masyarakat modern, proses pendidikan tersebut didasarkan pada
suatu sistem yang sengaja dirancang sebagai program pendidikan secara formal. Oleh
sebab itu, dalam penyelenggaraannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal.
Menurut Hasan Langgulung, pendidikan mencakup dua kepentingan utama,
yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan-pewarisan nilai-nilai budaya.
Kedua hal ini berkaitan erat dengan pandangan hidup satu masyarakat atau bangsa itu
masingmasing. Dengan kata lain, sistem pendidikan bagaimanapun sederhana
mengandung karakteristik tentang jati diri atau pandangan hidup masyarakat atau
bangsa yang membuatnya.

5
Setiap manusia pasti memiliki kepribadian dimana dengan kepribadian inila h
satu individu bereaksi dengan individu lainnya dan dilingkungan sekitarnya. Bila
pendidikan dikembalikan pada fungsinya sebagai usaha untuk mengembangka n
potensi individu dan sekaligus sebagai usaha untuk mewariskan nilai-nilai budaya,
maka pendidikan juga menyangkut pembentukan kepribadian. Pendidikan berkaitan
dengan usaha untuk mengubah sikap dan tingkah laku. Sedangkan kepribadian
berhubungan dengan pola tingkah laku. Kepribadian inilah yang merupakan ciri khas
yang membedakan antar individu.
Beberapa pengertian kepribadian diantaranya menurut Golden W. Alport
bahwa kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem
psikologis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan. Sedangkan menurut Whitterington, kepribadian adalah keseluruha n
tingkah laku seseorang yang diintegrasikan sebagaimana yang tampak pada orang lain.
Menurutnya, kepribadian tersebut bukan hanya yang melekat pada diri seseorang tetapi
lebih merupakan hasil dari suatu pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkunga n
kultur.
Pengertian kepribadian dalam ilmu psikologi adalah sifat hakiki yang tercermin
pada sikap seseorang. Kata kepribadian diambil dari terjemahan kata yang berasal dari
Inggris, yaitu Personality. Menurut Kartini Kartono dan Dalih Gulo, Personality
mempunyai pengertian sebagai alat dan tingkah laku khas seseorang yang
membedakannya dari orang lain.
Setidak-tidaknya, kepribadian dapat dilihat dari empat aspek muatannya, antara
lain:
1. Aspek personalia, yaitu kepribadian dilihat dari pola tingkah laku lahir dan batin
yang dimiliki seseorang
2. Aspek individualisme, yakni karakteristik atau sifat-sifat khas yang dimilik i
seseorang, hingga dengan adanya sifat-sifat ini seseorang secara individu berbeda
dengan individu lainnya.

6
3. Aspek mentalitas, sebagai perbedaan yang berkaitan dengan cara berpikir.
Mentalitas sebagai gambaran pola pikir seseorang.
4. Aspek identitas, yaitu kecenderungan seseorang untuk mempertahankan sikap
dirinya dari pengaruh luar. Identitas merupakan karakt eristik yang menggamba rka n
jati diri seseorang.
Berdasarkan keempat aspek tersebut, terlihat bagaimana hubungan antara
pendidikan dan pembentukan kepribadian, dan hubungannya dengan filsa fa t
pendidikan yang bersumber dari nilai- nilai budaya sebagai pandangan hidup suatu
bangsa.

2.3 Filsafat Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Manusia adalah makhluk yang memiliki berbagai potensi bawaan. Dari sudut
pandang potensi yang dimiliki itu, manusia dinamakan dengan berbagai sebutan.
Dilihat dari potensi inteleknya manusia disebut homo intelectus. Manusia juga disebut
homo faber, karena manusia memiliki kemampuan untuk membuat beragam barang
atau peralatan. Kemudian manusia pun disebut sebagai homo sacinss atau homo saciale
abima, karena manusia adalah makluk bermasyarakat. Di lain pihak, manusia juga
memiliki kemampuan merasai, mengerti, membedabedakan, kearifan, kebijaksanaan,
dan pengetahuan. Atas dasar adanya kemampuan tersebut, manusia disebut homo
sapiens.
Filsafat pendidikan, seperti dikemukakan Imam Barnadib, disusun atas dua
pendekatan. Pendekatan pertama bahwa filsafat pendidikan diartikan sebagai aliran
yang didasarkan pada pandangan filosofis tokoh-tokoh tertentu. Sedangkan pendekatan
kedua adalah usaha untuk menemukan jawaban dari pendidikan beserta problema -
problema yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis.
Dari pendekatan pertama, terkait dengan kualitas potensi manusia, terdapat tiga
aliran filsafat. Pertama, aliran naturalisme, yang menyatakan bahwa manusia memilik i
potensi bawaan (natur) yang dapat berkembang secara alami, tanpa memerluka n
bimbingan dari luar (lingkungan). Secara alami manusia akan bertambah dan

7
berkembang sesuai dengan kodratnya masing-masing. Tokoh aliran ini adalah Jean
Jacques Rosseau.
Kedua, aliran empirisme. Menurut aliran ini, manusia tumbuh dan berkembang
atas bantuan atau karena adanya intervensi lingkungan. Tanpa ada pengaruh luar,
manusia tidak akan berkembang. Manusia dianggap sebagai mahluk pasif tanpa potensi
bawaan. Manusia ditentukan bagaimana lingkungan mempengaruhinya. Jika
lingkungan baik maka akan menjadi baik. Sebaliknya jika lingkunga n buruk manus ia
akan menjadi buruk pula. Tokoh aliran ini adalah Schopenhauer.
Ketiga aliran Konvergensi, yang memiliki pandangan gabungan antara
naturalisme dan empirisme. Menurut aliran ini manusia secara kodrati telah dianugra hi
potensi yang disebut bakat. Namun agar potensi itu dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik perlu adanya pengaruh dari luar berupa tuntunan dan bimbingan melalui
pendidikan. Bakat hanyalah kemampuan atau potensi dasar. Pertumbuhan dan
perkembangan tergantung dari pemeliharaan atau pengaruh lingkungan. Tokoh aliran
ini adalah John Locke.
Ketiga aliran tersebut kemudian menjadi dasar pemikiran tentang manus ia
dalam kaitan dengan problema pendidikan. Namun, Kohnstamm menambah faktor
kesadaran sebagai faktor keempat. Dengan demikian, menurutnya, selain faktor dasar
(natur) dan faktor ajar (empiri), yang kemudian dikovergensikan, masih perlu adanya
faktor kesadaran individu.
Menurutnya, walaupun manusia memiliki bakat yang baik, kemudian dididik
secara baik pula, maka hasilnya akan menjadi lebih baik bila ada motivasi intrinsik dari
peserta didik itu sendiri. Kohnstamm melihat bahwa faktor lingkungan belum dapat
memberi hasil yang optimal bila tidak disertai dorongan dalam diri peserta didik.
Pendapat ini dapat dilihat sebagai temuan yang memperkaya pemikiran tentang
manusia dalam kaitannya dengan pendidikan.
Selanjutnya, pendekatan kedua adalah filsafat pendidikan dilihat dari sudut
pandang pendidikan. Berdasarkan pendekatan ini, filsafat pendidikan merupakan usaha

8
untuk menemukan jawaban tentang pendidikan dan problema-problema yang ada yang
memerlukan tinjauan filosofis.
Hasan Langgunung menyatakan bahwa pendidikan dalam hubungannya
dengan individu dan masyarakat dapat dilihat dari bagaimana garis hubungannya
dengan filsafat pendidikan dan sumber daya manusia. Dari sudut pandang individ u,
pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu. Sebaliknya dari
sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan adalah sebagai pewaris nilai-nilai budaya.
Kemudian Al-Syaibany mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adalah pemikira n
filsafat yang diterapkan dalam bidang pendidikan. Dalam pandangan ini, filsa fa t
pendidikan menjadi tumpuan bagi penyusunan sistem pendidikan.
Kemajuan peradaban manusia sebagai besar ditentukan oleh IPTEK. Makin
tinggi tingkat penguasaan IPTEK, makin maju pula peradaban suatu bangsa juga
tingkat kualitas sumber daya manusianya. Salah satu sarana yang paling efektif dalam
pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan.
Sejalan dengan hal tersebut, disusunlah suatu sistem pendidikan yang layak dan
serasi dengan tujuan pengembangan sumber daya manusia sebagai pendukung nilai-
nilai budaya bagi peningkatan kemajuan peradaban yang dimiliki. Kemudian agar
sistem pendidikan tersebut tetap terjaga, diperlukan adanya suatu landasan filsa fa t
pendidikan dan nilai mengakar pada kepribadian bangsa itu masing- masing. Dalam
kaitan ini, maka terlihat bagaimana kaitan hubungan antara filsafat pendidikan dengan
pengembangan sumber daya manusia.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadika n
filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses
pendidkan. Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya manusia yang
memiliki kepribadian yang utama dan ideal. yang dimaksud kepribadian yang utama
dan ideal adalah kepribadian yang memiliki kesadaran moral dan sikap mental secara
teguh dan sungguh-sungguh memegang dan melaksanakan ajaran atau prinsip-prins ip
nilai (filsafat) yang menjadi pandangan hidup secara individu, masyarakat maupun
filsafat bangsa dan negara.
Setiap manusia pasti memiliki kepribadian dimana dengan kepribadian inila h
satu individu bereaksi dengan individu lainnya dan dilingkungan sekitarnya. Bila
pendidikan dikembalikan pada fungsinya sebagai usaha untuk mengembangka n
potensi individu dan sekaligus sebagai usaha untuk mewariskan nilai-nilai budaya,
maka pendidikan juga menyangkut pembentukan kepribadian. Kepribadian itu dapat
dilihat dari empat aspek, yaitu aspek personalia, aspek individualisme, aspek
mentalitas, dan aspek identitas.
Manusia adalah makhluk yang memiliki berbagai potensi bawaan. Dari sudut
pandang potensi yang dimiliki itu, manusia dinamakan dengan berbagai sebutan.
Dilihat dari potensi inteleknya manusia disebut homo intelectus. Manusia juga disebut
homo faber, karena manusia memiliki kemampuan untuk membuat beragam barang
atau peralatan. Kemudian manusia pun disebut sebagai homo sacinss atau homo saciale
abima, karena manusia adalah makluk bermasyarakat. Di lain pihak, manusia juga
memiliki kemampuan merasai, mengerti, membedabedakan, kearifan, kebijaksanaan,

10
dan pengetahuan. Atas dasar adanya kemampuan tersebut, manusia disebut homo
sapiens.

3.2 Saran
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, Untuk itu kami
mengharapkan kritikkan dan saran yang bersifat membangun untuk makalah kami
dimasa yang akan mendatang, semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis maupun pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Langgunung, Hasan.(1986).Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi,


Filsafat dan Pendidikan.Jakarta: Pustaka Al Husna
Afkari, Sulistiyowati G.(2010). Filsafat Pendidikan dan Peningkatan Sumber Daya
Manusia.
https://jambi.academia.edu/JurnalInnovatio
Junaedi dongora & Iwan sunarya. (2014). Pengembangan sumber daya manus ia.
http://www.junaedidongoran.my.id/2014/03/bab- ipendahuluana.html?m=1
Mulyono, Setyo. (2012). Filsafat pendidikan peningkatan sumber daya manus ia .
http://arhyiswari.blogspot.com/2012/11/filsafat-pendidikan-dan
peningkatan.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai