Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

Disusun Oleh:

FAJAR FAHMI ROMDONI

NIM : 222223097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2023

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan hidayah, rahmat serta karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan

makalah mata kuliah Filsafat Pendidikan ini tepat pada waktunya. Shalawat dan

salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,

beserta para sahabatnya, juga seluruh pengikutnya diseluruh dunia, sejak awal

kebangkitan Islam hingga hari kiamat.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat serta

meningkatkan pengetahuan tentang penilaian dalam pembelajaran Filsafat Pendidikan

serta memahami dan mengerti materi tentang Filsafat Pendidikan.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan

dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami sangat mengharapkan

masukan dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun. Semoga Allah SWT

meridhoi usaha dan niat baik kita bersama dalam upaya mewujudkan mahasiswa yang

cerdas dan beriman.Aamiin.

Kuningan, Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………….………………………………………...………ii

DAFTAR ISI………………………………………………….…..………………....iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………...……………………………………………..…..1

B. Rumusan Masalah………………...….………………………………….….....1

C. Tujuan Masalah..………………………...……………………………..…......2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan ……………………………………………….3

B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan………………………..…………………6

C. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan…………….…………………7

D. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan……………..……………...…..…………9

E. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan………………………………...….………13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………..………………..…………..18

B. Saran……………………………………..……………….………………….18

C. Daftar Pustaka……………………………………….………....…………….19

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat adalah pengetahuan yang dimiliki rasio manusia yang

menembusi dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu. Sementara itu,

istilah pendidikan dalam terminology agama kita disebut dengan

tarbiyah, yang mengandung arti dasar sebagai pertumbuhan,

peningkatan, atau membuat sesuatu menjadi lebih tinggi. Karena makna

dasarnya pertumbuhan atau peningkatan, maka hal ini mengandung

asumsi bahwa setiap diri manusia sudah terdapat bibit -bibit kebaikan.

Adalah tugas para orang tua dan para pendidik untuk mengembangkan

bibit-bibit positif anak-anak didik mereka dengan sebaik-baiknya.

filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang

pendidikan merumuskan kaidah-kaidah norma dan atau ukuran tingkah laku

perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan

kehidupannya. Filsafat pendidikan memiliki beberapa aliran, yaitu

esensialisme, perenialisme, progresivisme, eksistensialisme dan rekonstruksi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu filsafat pendidikan?

2. Apa saja ruang lingkup filsafat pendidikan?

3. Bagaimana hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan?

4. Apa hubungannya kurikulum dengan filsafat pendidikan

1
5. Apa saja aliran-aliran filsafat pendidikan?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian dari filsafat pendidikan

2. Mengetahui bagian-bagian dari ruang lingkup filsafat pendidikan

3. Mengetahui hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan

4. Mengetahui hubungan kurikulum dengan filsafat pendidikan

5. Mengetahui aliran-aliran filsafat pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan

Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani: philosophia, yang

berarti cinta akan kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, dan

pengalaman praktis. Filsafat dalam pengertian tersebut menunjukkan

bahwa manusia tidak pernah secara sempurna memiliki pengertian

menyeluruh tentang segala sesuatu yang dimaksudkan kebijaksanaan,

namun terus menerus harus mengejarnya. Filsafat adalah pengetahuan

yang dimiliki rasio manusia yang menembusi dasar-dasar terakhir dari

segala sesuatu. Sedangkan istilah pendidikan dalam bahasa Inggris;

education, berakar dari bahasa Latin, educare, yang dapat diartikan

pembimbingan berkelanjutan. Jika diperluas, arti etimologis itu

mencerminkan keberadaan pendidikan yang berlangsung dari generasi

ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia. Sementara itu,

istilah pendidikan dalam terminology agama kita disebut dengan

tarbiyah, yang mengandung arti dasar sebagai pertumbuhan,

peningkatan, atau membuat sesuatu menjadi lebih tinggi. Karena makna

dasarnya pertumbuhan atau peningkatan, maka hal ini mengandung

asumsi bahwa setiap diri manusia sudah terdapat bibit-bibit kebaikan.

Adalah tugas para orang tua dan para pendidik untuk mengembangkan

bibit-bibit positif anak-anak didik mereka dengan sebaik-baiknya.

3
Menurut Al-Syaibany dalam Jalaludin & Idi (2007: 19), filsafat

pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat

sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses

pendidikan. Artinya, filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan

maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya. Dalam hal ini,

filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman kemanusiaan merupakan

faktor yang integral. Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai

kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-

aspek pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan

prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum

dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.

Menurut Hasan Langgulung dalam bahasannya tentang filsafat

pendidikan diberi definisi sebagai berikut:

1. Filsafat pendidikan adalah penerapan metoda dan pandangan filsafat

dalam bidang pengalaman manusia yang disebut pendidikan. Filsafat

pendidikan adalah mencari konsep-konsep yang dapat menyelaraskan

gejala yang berbeda-beda dalam pendidikan dan suatu rencana

menyeluruh, menjelaskan intilah-istilah pendidikan, mengajukan

asumsi-asumsi dasar tempat tegaknya pernyataan-pernyataan khusus

mengenai pendidikan dan menyingkapkan klasifikasi-klasifikasi yang

berhubungan antara pendidikan dan bidang-bidang kepribadian

manusia.

4
2. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan

filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan,

menyelaraskan, mengharmoniskan, dan penerapan nilai-nilai dan

tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.

3. Filsafat pendidikan adalah aktivitas yang dikerjakan oleh pendidik dan

filsuf-filsuf untuk menjelaskan proses pendidikan menyelaraskan,

mengkritik dan mengubahnya berdasar pada masalah-masalah budaya.

4. Filsafat pendidikan adalah teori atau ideology pendidikan yang muncul

dari sikap filsafat seorang pendidik, dari pengalaman-pengalamannya

dalam pendidikan dan kehidupan dari kajiannya tentang berbagai ilmu

yang berhubungan dengan pendidikan, dan berdasar itu pendidik dapat

mengetahui sekolah berkembang.

Sementara Dewey dalam Jalaludin & Idi (2007:20) menyampaikan

bahwa filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan

dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual)

maupun daya perasaan (emosional), menuju tabiat manusia

Sementara menurut Thompson (Arifin, 1993:2), filsafat artinya

melihat suatu masalah secara total dengan tanpa ada batas atau

implikasinya; ia tidak hanya melihat tujuan, metode atau alat-alatnya, tapi

juga meneliti dengan saksama hal-hal yang dimaksud. Keseluruhan

masalah yang dipikirkan oleh filosof tersebut merupakan suatu upaya untuk

menemukan hakikat masalah, sedangkan suatu hakikat itu dapat dibakukan

melalui proses kompromi.

5
Lebih jauh Barnadib (Jalaludin & Idi, 2007:20), menyatakan

bahwa filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya

merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan.

Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisis filosofis

terhadap bidang pendidikan. Sedangkan menurut seorang ahli filsafat

Amerika, Brubachen (Arifin, 1993:3), filsafat pendidikan adalah seperti

menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda, dan filsafat dipandang

sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan

itu berdiri secara bebas dengan memperoleh keuntungan karena punya

kaitan dengan filsafat umum. Kendati kaitan ini tidak penting, tapi yang

terjadi ialah suatu keterpaduan antara pandangan filosofis dengan filsafat

pendidikan, karena filsafat sering diartikan sebagai teori pendidikan dalam

segala tahap. Lebih jauh, Alwasilah (2008: 15) menyatakan bahwa filsafat

pendidikan dapat didefinisikan sebagai teori yang mendasari alam pikiran

ihwal pendidikan atau suatu kegiatan pendidikan.

Berdasarkan uraian diatas dapat kita tarik pengertian bahwa filsafat

pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan

merumuskan kaidah-kaidah norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan

yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.

B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

Menurut Jalaludin & Idi (2007:24) secara mikro yang menjadi

ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:

6
 Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (the nature of

education);

 Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan

(the nature of man);

 Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan,

agama dan kebudayaan;

 Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori

pendidikan;

 Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideologi), filsafat

pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan);

 Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang

merupakan tujuan pendidikan.

Dengan demikian, dari uraian di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa

yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang

berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat

pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan

pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti

yang dicita-citakan.

C. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan

Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan sangatlah penting

sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Menurut

Jalaludin & Idi (2007: 32) filsafat pendidikan merupakan aktivitas

7
pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun

proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan serta menerangkan

nilai-nilai dan tujuan yang ingin di capai.

Lebih jauh, Jalaludin & Idi (2007:32) menyampaikan hubungan

fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, sebagai berikut:

 Filsafat merupakan suatu cara pendekatan yang dipakai untuk

memecahkan problematika pendidikan dan menyususn teori-teori

pendidikan.

 Filsafat berfungsi memberi arah terhadap teori pendidikan yang memiliki

relevansi dengan kehidupan yang nyata.

 Filsafat, dalam hal ini fisafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk

memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori

pendidikan menjadi ilmu pendidikan.

 Adapun hubungan filsafat umum dan filsafat pendidikan terdapat batasan-

batasan sebagai berikut:

 Filsafat pendidikan merupakan pelaksana pandangan filsafat dan kaidah

filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut pendidikan.

 Kajian tentang filsafat pendidikan sangat penting karena merupakan

upaya dalam pengembangan pandangan terhadap proses pendidikan

dalam upaya memperbaikai keadaan pendidikan.

 Filsafat pendidikan memiliki prinsip-prinsip, kepercayaan, konsep

andaian yang kontinuansi satu sama lainnya.

8
Menurut Saifullah (Zuhairini,1991:18), antara filsafat, filsafat pendidik-

an dan teori pendidikan terdapat hubungan yang suplementer: filsafat

pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatian dan

memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:

 kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidikan, konsep

tentang hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi pendidikan,

 kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi

politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan, metodologi pendidikan

dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan

dalam pembangunan masyarakat.

Dari uraian di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa antara filsafat

pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali dan tak

terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat penting

dalam sistem pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman

dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan

kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.

D. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran–

pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahan pendidikan. Zanti Arbi

(dalam Made Pidarta), dalam sebuah tulisannya menceritakan beberapa

9
maksud filsafat pendidikan dan menurut penulis terkait erat dengan

pengembangan kurikulum yaitu:

1. Bahwa filsafat pendidikan dapat menginspirasikan.

Filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagi siapa pun dalam

melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Melalui pendidikan filosof–

filosof pendidikan memperkenalkan idenya tentang bagaimana pendidikan

itu, kemana diarahkan pendidikan itu, siapa saja yang patut menerima

pendidikan, dan bagaimana cara mendidik serta peran pendidik. Sudah

tentu, ide–ide ini didasari oleh asumsi–asumsi tertentu tentang anak

manusia, masyarakat atau lingkungan, dan negara. Dengan demikian,

maka halnya ini dapat menjadi sumber inspirasi dalam mengembangkan

kurikulum.

Salah satu filsafat pendidikan berfungsi mengispirasi adalah Buku

Emile (Emile adalah nama anak yang menerima pendidikan) karya J.J

Rousseau, yang terdiri dari

 Buku I menekankan perkembangan tubuh dan alat–alat indra bagi anak

yang baru lahir sampai berumur 2 tahun,

 Buku II mengutamakan perkembangan alat–alat indra bagi anak yang

berumur 2-12 tahun,

 Buku III mengutamakan perkembangan intelek bagi anak yang

berumur 12–15 tahun,

10
 Buku IV mengutamakan pendidikan watak dan agama bagi anak yang

berumur 15–20 tahun

 Buku V bercerita tentang Sophia calon istri Emile adalah pendidikan

wanita dan kesusilaan.

Inti dari buku ini adalah pendidikan dilaksanakan secara ilmiah.

Anak–anak mendidik dirinya sendiri dialam terbuka. Artinya anak–anak

harus diberi kesempatan seluas–luasnya dalam mengembangkan dirinya

dalam proses belajar–mengajar. Dari pernyataan tersebut bahwa kurikulum

harus di desain sedemikian rupa sehingga peluang anak untuk belajar

sendiri mendapatkan porsi yang signifikan bagi perkembagan dirinya.

2. Bahwa filsafat pendidikan dapat menganalisis

Dapat memeriksa secara teliti bagian–bagian pendidikan pada

umumnya dan kurikulum pada khususnya agar dapat diketahui secara jelas

validitasnya. Hal ini penting agar dalam menyusun konsep pendidikan

pada umumnya maupun kurikulum pada khususnya tidak terjadi

kerancuan, tumpang tindih, serta arah yang simpang siur. Dengan

demikian ide–ide yang kompleks dapat dijernihkan, tujuan pendidikan

atau tujuan kurikulum menjadi jelas dan alat–alat bantu pendidikan juga

dapat ditentukan dengan tepat.

3. Fungsi mempreskriptifkan

Filsafat pendidikan dapat memberikan petunjuk, penjelas atau

pengarah. Yang dijelaskan dapat berupa harikat manusia, aspek–aspek

11
peserta didik yang patut dikembangkan, proses perkembangan itu sendiri

batas–batas bantuan yang dapat diberikan dalam proses perkembangan,

batas–batas keterlibatan pendidik, arah pendidikan yang jelas, target–

target pendidikan, perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai

dengan kemampuan, bakat, dan minat anak–anak.

4. Fungsi menginvestigasi

Memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori pendidikan untuk

mengembangkan materi atau konten kurikulum melainkan harus mendapat

evaluasi secara cermat dari filsafat pendidikan yang dianut.Nasution

(dalam Dadang Sukirman dan Asra) mengidentifikasi beberapa manfaat

filsafat pendidikan yaitu:

1) Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa kemana anak–

anak melalui pendidikan disekolah. Sekolah ialah suatu lembaga yang

didirikan untuk mendidik anak–anak kearah yang dicita–citakan oleh

masyarakat, bangsa, dan Negara.

2) Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat

pendidikan yang dianut kita mendpatkan gambaran yang jelas tentang

hasil yang dicapai. Manusia bagaimankah yang harus diwujudkan

melalui usaha–usaha pendidikan itu.

3) Filsafat dan tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai

segala usaha pendidikan.

4) Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidikan menilai usahanya,

sejauh manakah tujuan yang dicapai.

12
5) Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan–

kegiatan pendidikan.

E. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan

1. Filsafat esensialisme

Filsafat ini menerapkan prinsip idealism dan realism secara elektif.

Filsafat ini bertitik tolah dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad

lamanya. Kebenaran itulah yang ensial. Kebenaran yang esensial adalah

kebudayaan klasik yang sudah muncul sejak zaman romawi, yang sudah

menghasilkan manusia yang berkaliber internasional. Tekanan

pendidikannya adalah pembentukan intelektual dan logika. Dengan

mempelajari kebudayaan klasik yang sulit, diyakini otak peserta didik

akan terasah dengan baik dan logikanya akan berkembang. Disiplin sangat

diperhatikan, pelajaran dibuat sangat berstruktur dengan materi pelajaran

berupa warisan kebudayaan yang diorganisir terpusat pada guru. pengaruh

filsafat ini masih sangat kuat sampai sekarang, yakni pada sekolah-sekolah

yang mengutamakan kurikulum dan metode tradisionalnya. Filsafat ini

sering disebut pemelihara atau pelestari kebudayaan.

2. Filsafat perenialisme

13
Kebenaran perenialisme berasal dari wahyu Tuhan. Filsafat ini

menekankan pada teori kehikmatan, yaitu: (1) pengetahuan yang

benar/truth. (2) keindahan/beauty. (3) kecintaan pada kebaikan/goodness.

Dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan

atau perennial. Menurut filsafat ini, prinsip pendidikan adalah (a) konsep

pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tidak pernah

berubah. (b) inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan

manusia sebagai makhluk yang unik, yakni memiliki kemampuan berpikir.

(c) tujuan belajar adalah mengenal kebenaran abadi dan universal. (d)

pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya. (e)

kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar/basic

subject. Proses pendidikan yang berlandaskan ini bersifat tradisional.

3. Filsafat progresivisme

Filsafat ini lahir di Amerika Serikat karena sejalan dengan jiwa bangsa

Amerika ketika itu, yaitu sebagai bangsa yang dinamis berjuang mencari

hidup baru. Nilai-nilai abadi tidak ada, yang ada adalah jiwa perubahan,

relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah dan perbuatan nyata. Menurut

filsafat ini tidak ada tujuan yang pasti, demikian pula tidak ada kebenaran

yang pasti. Tujuan dari kebenaran bersifat relative. Apa yang sekarang

dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, belum tentu tahun depan

masih tetap benar. Ukuran kebenaran adalah berguna bagi kehidupan

manusia hari ini.

14
Yang dipentingkan dalam pendidikan adalah mengembangkan peserta

didik untuk melatih berpikir. Metode pembelajaran yang tepat adalah

pemecahan masalah. Pendidikan berpusat kepada anak dan perbedaan

individual peserta didik sangat diperhatikan. Untuk mempercepat proses

pengembangan peserta didik, maka dengan cara menanamkan prinsip

mendisiplinkan diri sendiri, sosialisasi dan demokratisasi. Filsafat ini

merupakan gerakan pendidikan progresif yang bertujuan mengembangkan

teori pendidikan, antara lain : (1) anak harus bebas untuk berkembang

secara wajar, (2) pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk

merangsang minat belajar. (3) guru harus menjadi seorang peneliti dan

pembimbing kegiatan belajar. (4) sekolah progresif harus merupakan suatu

laboratorium untuk melakukan reformasi pedagogis dan eksperimental.

4. Filsafat eksistensialisme

Eksistensialisme yaitu manusia bukan hanya ada tetapi mengada : aktif

untuk tidak dikuasai oleh kodrat. Filsafat ini berrpendapat bahwa

kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia

itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan

menjadi terserap karena adanya manusia. Manusia adalah makhluk bebas.

Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya

sendiri. Oleh karena itu kurikulum tidak boleh besifat statis tetapi dinamis.

Dari yang mudah sampai yang sukar sampai terus menerus.

15
Menurut filsafat ini, kebenaran adalah relative bergantung kepada

keputusan masing-masing, begitu pula pada nilai-nilai ditentukan oleh

setiap individu. Pendidikan menurut filsafat ini berrtujuan

mengembangkan kesadaran individu, memberikan kebebasan untuk bebas

memilih etika, mendorong pengembangan pengetahuan dirri sendiri,

bertanggung jawab sendiri, baik dalam bekerja individual maupun

kelompok. Materi yang dipelajari ditekankan pada kebutuhan langsung

dalam kehidupan manusia. Peserta didik perlu mendapat pengalaman

sesuai dengan teknik mengajar secara tidak langsung.

5. Filsafat rekonstruksionisme

Filsafat ini ingin merombak tata susunan kebudayaan lama dan

membangun tata susunan hidup dengan kebudayaan yang sama sekali baru

dan mencita-citakan terwujudnya suatu dunia baru dengan satu

kebudayaan dibawah satu kedaulatan dunia dalam control mayoritas umat

manusia.

Rekonstruksionisme merupakan variasi filsafat progresivisme yang

menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki dan

bercita-cita merekonstuksi kehidupan manusia secara total. Semua bidang

kehidupan harus diubah dan dibuat baru. Mereka berusaha secara ekstrim

merombak tata susunan masyarakat lama dan membangun tata susunan

hidup yang baru sama sekali melalui lembaga dan proses pendidikan.

Proses belajarr dari segala sesuatu yang bertalian dengan pendidikan tidak

banyak berbeda dengan filsafat pogresivisme.

16
6. Pedagogik kritis

Pedagogi kritis dapat dimaknai dengan pendidikan kritis, yaitu

pendidikan yang selalu mempertanyakan mengkritisi pendidikan itu

sendiri dalam hal-hal fundamental tentang pendidikan baik dalam tataran

filosofis, teori, sistem, kebijakan maupun dalam implementasinya. Dalam

pemikiran filsafat ini berpikir kritis diartikan sebagai suatu proses berpikir

reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang diyakini untuk

diperbuat. Hal ini berarti di dalam berpikir kritis diarahkan kepada

rumusan-rumusan yang memenuhi criteria tertentu untuk diperbuat.

Singkatnya pedagogic kritis adalah pedagogic yang menggunakan

pendekatan sosio-politik, dan membudayakan peserta didik.

Tujuan dari proses pendidikan pedagogik kritis adalah menyadarkan

akan keberadaan dan peranan peserta didik di dalam kehidupan sosial

politik, ekonomi dan budaya masyarakat. Berpikir kritis dipandang

memiliki peran penting dalam pendidikan, yaitu: (1) sebagai upaya

memberikan penghargaan bagi peserta didik sebagai pribadi untuk

mengembangkan kepribadiannya (2) sebagai tujuan ideal berpikir kritis

dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk berkembang menjadi

dewasa (3) berpikir kritis merupakan cita-cita tradisional untuk mencapai

apa yang diinginkan peserta didik dan (4) berpikir kritis sangat dibutuhkan

dalam kehidupan yang demokratis, baik dalam lapangan politik, sosial

maupun ekonomi.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang

pendidikan merumuskan kaidah-kaidah norma dan atau ukuran tingkah laku

perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan

kehidupannya. Ruang lingkup filsafat pendidikan ialah semua aspek yang

berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat

pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan

pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti

yang dicita-citakan.

Filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat

sekali dan tak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang

amat penting dalam sistem pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah

dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan

landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.

B. Saran

Sebagai calon guru sudah sepantasnya kita memilih filsafat yang baik

untuk kita terapkan dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari supaya kita

menjadi insan yang memahami akan makna kehidupan ini dan supaya bisa

menjadi uswatun hasanah (suri tauladan) bagi peserta didik kita.

18
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Syuaiban. 2013. Bahan Ajar Landasan Pengembangan Kurikulum.

Jakarta: Uhamka Press

Noor Syam, Mohammad. 1986. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat

Kependidikan Pancasila.Surabaya: Usaha Nasional

Pudjosumedi dan Sugeng Riadi. 2012. Pengantar Pedagogik Transformatif. Jakarta:

Uhamka Press

Zaprulkkan. 2013. Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik. Jakarta: Rajawali

Press

19

Anda mungkin juga menyukai