Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Oleh:
1806101040019
Unit: A/01
Dosen Pembimbing:
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “Makna Konsep
Filsafat dalam Pelaksanaan Pendidikan”. Shalawat beserta salam, kita sampaikan kepada Nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran dan sunnah
untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupkakan salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan. Selanjutnya, saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. M. Yusuf Harun, M.Pd,
selaku pembimbing mata kuliah Filsafat Pendidikan dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………..…1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….……1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................2
D. Pembatasan Masalah…………………………………………………………………....2
A. Kesimpulan………………………………………………………………………........10
B. Saran………………………………………………………………………………...…10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...…11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mothers of sciences) yang mampu
menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan
dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematia dan kehidupannya.
Diantara permasalahan yang tidak dijawab oleh filsafat adalah permasalahan yang ada
dilingkungan pendidikan. Padahal menurut John Dewey, seorang filosof Amerika, filsafat
merupakan teori umum dan landasan pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan
pengalaman yang terdapat dalam pengalaman pendidikan. Apakah yang dikatakan John Dewey
memang benar. Dan karena itu filsafat dan pendidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal
balik, berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalan-
persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban secara filosofis.
B. Rumusan Masalah
1. Filsafat pendidikan harus dapat menjawab pertanyaan konsep pendidikan secara menyeluruh:
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah memberi pengetahuan kepada pembaca
khususnya mahasiswa FKIP Geografi tentang filsafat pendidikan.
D. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan ini, penulis memberi pembatasan agar tidak terlalu luas yaitu hanya
membahas tentang konsep filsafat pendidikan, yaitu: pengertian filsafat pendidikan, peranan
filsafat pendidikan dan fungsi filsafat pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Istillah filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang dalam perkembangan
berikutnya dikenal di dalam bahasa lain yaitu philosophie (Jerman, Belanda, danPerancis);
philosophy (inggris); philosophia (latin); danfalsafah (arab).
Berbagai pengertian filsafat pendidikan telah di kemukakan oleh para ahli. Menurut al-Syaibani
(1979:36), filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur, yang menjadikan filsafat
sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan. Artinya,
filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan
untuk pengalaman kemanusiaan faktor-faktor yang integral.
Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang pendidikan
yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan pada
pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam
memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
Menurut John Dewey (1957), filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan
dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan
(emosional), maupun tabiat manusia. Menurut Imam Barnadit (1993: 3) filsafat pendidikan
merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam
bidang pendidikan. Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisis filosofis
terhadap bidang pendidikan. Sedangkan menurut ahli filsafat Amerika, Brubachen
(MuzayyinArifin, 1993: 3) filsafat pendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta di depan
seekor kuda, dan filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan.
Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas dengan memperoleh keuntungan. Kendati kaitan ini
tidak penting, tetapi yang terjadi ialah suatu keterpaduan antara pandangan filosofis dengan
filsafat pendidikan, karena filsafat sering diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tahap.
Dalam hubungan antara filsafat (umum) dan filsafat pendidikan, filsafat pendidikan memiliki
beberapa batasan. (1) filsafat pendidikan merupakan pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah
filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut pendidikan. Maka, filsafat
pendidikan berusaha untuk menjelaskan dan menerangkan supaya pengalaman bermanusia ini
sesuai kehidupan baru. Filsafat pendidikan mengandung upaya untuk mencari konsep-konsep
yang menempatkan manusia di tengah-tengah gejala yang bervariasi dalam proses pendidikan.
Kemudian dapat pula upaya menjelaskan berbagai makna yang menjadi dasar dari konsep-
konsep pendidikan dengan aspek-aspek tumpuan perhatian manusia. (2) mempelajari filsafat
pendidikan karena adanya kepercayaan bahwa kajian itu sangat penting dalam upaya
memperbaiki keadaan pendidikan. Persoalan pendidikan yang berhubungan dengan bimbingan,
penilaian, metode dan lain-lain merupakan tanggung jawab filsafat pendidikan yang sangat
bergantung pada usaha bimbingan tingkah laku anak didik dan sikap mereka terhadap
masyarakat. (3) filsafat pendidikan memiliki prinsip-prinsip, kepercayaan, konsep, andaian yang
terpadu antara satu sama lainnya. Prinsip-prinsip yang di maksudkan ialah kepercayaan-
kepercayaan, andaian-andaian terhadap masalah pendidikan. Hal itu diungkapkan agar menjadi
dasar pernyataan, rancangan, program, kurikulum dan kaidah-kaidah pengajaran, yang tentunya
diharapkan dapat menemukan solusi atas persoalan-persoalan pendidikan.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan dapat dilakukan gejala macam
dan bentuk pendidikan, termasuk pendidikan islam, dengan menentukan prinsip-prinsip dan
kepercayaan-kepercayaan yang bersumber dari ajaran islam atau sesuai dengan nilai-nilai ajaran
islam yang mengandung kepentingan pelaksanaan dan bimbingan dalam pendidikan. Mengingat
antara filsafat dan pendidikan mempunyai keterkaitan erat dan kokoh, maka tugasnya pun
seiring, yakni berupaya bersama dalam memajukan hidup umat manusia (Muzayyin Arifin,
1993; 2)
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara
bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang
kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori
pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau
ilmu den seni mengajar materi sunyek terkait, agar tidak terjadi salah kinsep atau meskonsepsi
pada diri peserta didik.
Scope dan peranan pendidikan dalam arti luas seperti dimaksud diatas, dilukiskan oleh
Prof.Richey dalam buku “Planning for Teaching. An Intriduction to Education”, antara lain
sebagai berikut: Istilah “pendidikan” berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan
perbaikan kehidupan suatu masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penuaian kewajiban dan
tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas
daripada proses yang berlangsung di dalam masyarakattetap ada dan berkembang. Di dalam
masyarakat yang kompleks/modern, fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi
informal di luar sekolah. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para
perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja didalamnya. Hal tersebut akan mewarnai
perbuatan mereka secara arif dan bijaksana, menghubungkan usaha-usaha pendidikan akan
menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam
menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.
a. Apakah pendidikan itu bermanfaat, atau mungkin berguna membina kepribadian manusia
atau tidak. Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian ataukah faktor-faktor
luar (alam sekitar dan kepribadian)
b. Mengapa anak yang potensinya hereditas relatif baik, tanpa pendidikan dan lingkungan
yang baik mencapai perkembangan kepribadian sebagaimana yang diharapkan.
Sebaliknya, mengapa seorang abnormal, potensi-hereditas rendah, meskipun di didik
dengan positif dan lingkungan yang baik, tak akan berkembang normal
c. Apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya. Apakah pendidikan itu berguna untuk
individu sendiri, atau untuk kepentingan sosial, apakah pendidikan itu dipusatkan untuk
pembinaan manusia pribadi, apakah itu masyarakat.
d. Apakah hakikat masyarakat itu, dan bagaimana kedudukan individu di dalam masyarakat
apakah pribadi itu independent atau dependent di dalam masyarakat.
e. Apakah hakikat pribadi itu, manakah yang utama untuk dididik, apakah ilku, intelek atau
akalnya, ataukah kemauannya.
f. Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik, sentralisasi atau desentralisasu
dan otonomi, oleh negara ataukah oleh swasta. Apakah dengan kepemimpinan yang
insruktif ataukah secara demokratis.
g. Bagaimana metode pendidikan yang efektif untuk membina kepribadian.
Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek
kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan
menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejala kependidikan yang tertentu
pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu.
Analisa fillsafat berusaha untuk menganalisis dan memberikan arti terhadap data-data
kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori
pendiikan yang realiisits dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik).
Filsafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh
para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai
relevansi dengan kehidupan nyata, artinya mengarah agar teori-teori dan pandangan filsafat
pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kkependidikan
sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Di
samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidu dengan pandangan
filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan
sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan
filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga
merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan
pandangan hidup dari masyarakat.
Peranan pendidikan di dalam kehidupan manusia, lebih-lebih zaman modern ini, di akui
sebagai sesuatu kekuatan yang menentukan pprestasi dan produktivitas seseorang. Tidak ada
suatu fungsi di dalam masyarakat tanpa melalui proses pendidikan. Seluruh aspek kehidupan
memerlukan proses pendidikan dalam arti demikian, terutama berlangsung di dalam berlangsung
di dalam dan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal (sekolah, unversitas). Akan tetapi scope
pendidikan lebih daripadanya hanya pendidikan formal itu. Di dalam masyarakat keseluruhan
terjadi pula proses pendidikan kembangan kepribadian manusia. Proses pendidikan yang
berlangsung di dalam kehidupan sosial yang disebut pendidikan informal ini, bahkan
berlangsung sepanjang kehidupan manusia
Meskipun pengaruh pendidkan informasi ini tak terukur dalam perkembangan pribadi,
tapi tetap diakui adanya. Secara sederhana misalnya, orang yang tak pernah mengalami
pendidikan formal, namun mereka tetap dapat hidup dan melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang
sederhana. Alam dan lingkungan sosial serta kondisi dan kebutuhan hidup telah mendidik
mereka. Akan tetapi, yang paling diharapkan ialah pendidikan formal yang relatif baik,
dilengkapi dengan suasana pendidikan informal yang relatif baik pula. Ini ternyata dari usaha
pemerintah, pendidik dan para orang tua untuk membina masyarakat sebagai satu kehidupan
yang sehat lahir dan batin. Sebab, krisis apapun yang terjadi di dalam masyarakat akan
berpengaruh negatif bagi manusia, terutama anak-anak, generasi muda.
Brubacher secara terperinci menyatakan bahwa fungsi filsafat pendidikan sebagai berikut:
1. Fungsi Spekulatif
2. Fungsi Normatif
Fungsi filsafat pendidikan ialah sebagai penentu arah, pedoman untuk merealisasikan
pendidikan. Asas ini tersimpul dalam tujuan pendidikan, yakni membina masyarakat ideal dan
membentuk norma-norma yang dicita-citakan. Filsafat pendidikan memberikan norma-norma
dan pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan normative dan kenyataan-kenyataan ilmiah untuk
membentuk kebudayaan.
3. Fungsi Kritik
Fungsi filsafat pendidikan untuk memberi dasar pengertian kritis rasional dalam
mempertimbangkan dan menafsirkan data-data ilmiah. Misalnya, data pengukuran analisis
evaluasi, baik kepribadian maupun achievement (prestasi). Fungsi kritik berarti pula analisis dan
komparatif atas sesuatu untuk mendapat kesimpulan. Dalam hal ini, filsafat pendidikan dapat
menetapkan klasifikasi prestasi secara tepat dengan data-data objektif (angka-angka, statistik). Di
samping itu, filsafat pendidikan mampu menetapkan asumsi atau hipotesis yang lebih baik
reasonable. Filsafat harus kompeten mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan oleh
bidang ilmiah dan melengkapinya dengan data dan argumentasi yang tak didapatkan dari data
ilmiah.
Semua ide, konsepsi, analisis, dan kesimpulan-kesimpulan filsafat pendidikan berfungsi sebagai
teori. Teori ini adalah dasar bagi pelaksanaan/praktik pendidikan. Filsafat memberikan prinsip-
prinsip umum bagi suatu praktik.
5. Fungsi Integratif
Filsafat pendidikan memiliki fungsi integratif yang didasarkan atas pemahaman bahwa filsafat
pendidikan sebagai asas kerohanian atau rohnya pendidikan. Dengan arti lain, filsafat pendidikan
sebagai pemadu fungsional semua nilai dan asas normatif dalam ilmu kependidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam hubungan antara filsafat (umum) dan filsafat pendidikan, filsafat pendidikan
memiliki beberapa batasan. (1) filsafat pendidikan merupakan pelaksanaan pandangan
filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut pendidikan.
(2) mempelajari filsafat pendidikan karena adanya kepercayaan bahwa kajian itu sangat
penting dalam upaya memperbaiki keadaan pendidikan. (3) filsafat pendidikan memiliki
prinsip-prinsip, kepercayaan, konsep, andaian yang terpadu antara satu sama lainnya.
4. Brubacher secara terperinci menyatakan bahwa fungsi filsafat pendidikan yaitu: fungsi
spekulatif, normatif, kriik, teori bagi praktik, integratif.
B. Saran