KELOMPOK I
Disusun oleh:
Makalah ini akan membahas pengertian, aspek-aspek kajian, dan manfaat mempelajari
filsafat pendidikan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak H. Moh. Ali Yusron, M.Ag. selaku Rektor IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk.
2. Bapak Dr. H. Soim, M.Pd.I. selaku Dekan IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk.
3. Bapak Dr. Suhartono, M.Pd. selaku Kaprodi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk.
4. Bapak Hanes Puji Pangestu, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu mata kuliah Fiksafat
Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sampai selesainya
penulisan makalah ini.
Tak dapat dipungkiri, keterbatasan penulis dalam menyusun makalah ini, masih jauh dari
sempurna, banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritikan dari berbagai
pihak sangat diharapkan. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk kepentingan kemajuan
dunia pendidikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..….1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………3
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………..11
B. Saran…………………………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...12
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika berbicara pendidikan maka kita akan berbicara mengenai
definisi pendidikan. Pendidikan merupakan aktivitas rasional yang membedakan
manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih
ditentukan oleh instingnya. Manusia belajar dengan otaknya melalu rangkaian
kegiatan menuju pendewasaan untuk mencapai kehidupan yang lebih berarti.
Pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia
dan masyarakat bangsa tertentu. Karena itu diperlukan sejumlah landasan dan
asas-asastertentu dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan
pendidikan yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan
pendidikan adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, Selanjutnya landasan
ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.
Selain itu, pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua manusia, manusia yang
melupakan pendidikan bagaikan orang buta yang berjalan tanpa tongkat di tangannya.
Pendidikan memberikan banyak arti bagi kehidupan manusia di dalam kehidupannya.
Karena itulah manusia mempelajari filsafat pendidikan, landasan filsafat
pendidikan perlu di kuasai oleh para pendidik, karena pendidikan bersifat normative.
Selain itu, pendidikan tidak hanya di pahami melalui pendekatan ilmiah yang
bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang secara holistik, adapun
kajian pendidikan secara holistik dapat dilakukan melalui pendekatan filosofis.
Ada berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme, Realisme,
Pragmatisme dan sebagainya. Pemahaman tentang filsafat pendidikan ini akan
membantu kita agar tidak terjerumus ke dalam filsafat lain yang menjerumuskan kita,
disamping itu, dengan mempelajari filsafat pendidikan berguna memperkokoh
landasan filsafat pendidikan kita. Oleh karena itu akan kami bahas lebih dalam tentang
filsafat pendidikan, latar belakang dan seluk beluknya.
1
2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis menemukan permasalahan yang di hadapi saat
ini berupa:
1. Apakah filsafat pendidikan itu ?
2. Apa saja aspek aspek filsafat pendidikan ?
3. Apa saja manfaat setelah mempelajari filsafat pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu filsafat pendidikan
2. Untuk mengetahui aspek-aspek filsafat pendidikan
3. Untuk mengetahui manfaat filsafat pendidikan
BAB 2
PEMBAHASAN
Filsafat pendidikan terdiri dari dua kata filsafat dan pendidikan. Filsafat secara
etimologi terdiri dari dua kata, yaitu “philare” yang berarti suka, senang atau cinta dan
“sophia” yang berarti kebenaran hakiki atau kebijakan. 1
Sedangkan secara umum pendidikan didefinisikan sebagai upaya sistematis
untuk mendewasakan manusia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, ayat 1 menegaskan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Imam Barnadib menjelaskan bahwa filsafat pendidikan adalah ilmu pendidikan
yang bersentuhan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha memikirkan atau
memecahkan masalah pendidikan.2 Sementara itu, Muhmidayeli menjelaskan bahwa
filsafat pendidikan mengandung makna berpikir kritis, sistematis, dan radikal tentang
berbagai masalah pendidikan untuk menemukan konsep atau teori agar mampu
mengarahkan manusia agar pendidikan yang dilaksanakan dapat menjawab kebutuhan
masyarakat.3
1
Amsal Amri, Studi Filsafat Pendidikan, Banda Aceh, Yayasan PeNA, 2017
2
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, Yogyakarta, Ombak, 2013
3
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, Bandung, Refika Aditama, 2017
3
4
Pendidikan Ber-Islam
Pendidikan ber-Islam merupakan jawaban pertama atas persoalan ontologis
dalam Pendidikan Islam. Ber-Islam berarti menyerahkan diri sepenuhnya dan
menerima seluruh konsekuensi secara sempurna dalam ajaran Islam. Pendidikan
ber-Islam berarti mengupayakan pembimbingan, pendidikan dan pembinaan dalam
mengenalkan Islam secara keseluruhan kepada peserta didik.
Ajaran Islam menurut Imam Suprayogo, memperkenalkan konsep
keselamatan, kedamaian, keadilan, kesejahteraan, kebersamaan, saling berkasih
sayang, saling memahami dam memaafkan, menghargai, menghormati dan bahkan
juga memuliakan. Islam mengajarkan pemeluknya untuk menjauhkan diri dari
perbuatan yang merusak diri sendiri, merusak keluarga, lingkungan, masyarakat,
dan bahkan bangsa dan negara. Sebagai bagian dari upaya menjauhkan dari
kerusakan itu, Islam mengajarkan dalam mendapatkan rizki agar selektif, yakni
1
Purwanto. (2007). “Pluralisme Agama dalam Prespektif Nurcholish Madjid”, Religio: Jurnal Studi Agama-Agama,
http://jurnalfuf.uinsby.ac.id/index.php/religio/ article/download/277/223.
5
hanya mengambil yang baik, yang halal, dan yang tidak merugikan orang atau
pihak lain.2
Pendidikan Ber-Iman
Jawaban kedua atas persoalan ontologis adalah pendidikan beriman, yakni
mengajarkan peserta didik untuk mempercayai seluruh ajaran Islam yang dibawa
oleh Rasulullah Saw., merupakan pedoman hidup bagi manusia untuk mengabdi
kepada Allah swt. Amir Hamzah Lubis menyatakan bahwa salah satu aspek
kepribadian manusia adalah unsur spiritual yang sedang mengalami perkembangan,
sehingga diperlukan ajaran tentang keimanan agar potensi beriman anak dapat
terarah sesuai dengan keimanan yang diajarkan Islam. 3 Q.S. Az-Zariat/51: 56
ِ ْ َو َما َخلَ ْقت ْال ِجن َو
َ اْل ْن
س اِْل ِليَ ْعبد ْو ِن
Terjemahnya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.”4
Pendidikan Ber-Ihsan
Jawaban ketiga atas persoalan ontologis adalah pendidikan ber-Ihsan.
Menurut Mamluatul Inayah, dalam memahami makna ihsan dengan pendekatan
semantik, ihsan termasuk kata yang ringkas tetapi mengandung pengertian yang
luas (Jawamii’al kalim) ihsan berarti isyarat terhadap pengawasan dan ketaatan
2
Suprayogo, Imam. (2010). “Ber-Islam Seharusnya Menjadi Yang Terbaik”, https://uinmalang.ac.id/ r/161001/ber-
islam-seharusnya-menjadi-yang-terbaik.html.
3
Lubis, Amir Hamzah. (2016). “Pendidikan Keimanan dan Pembentukan Kepribadian Muslim”, Jurnal Darul ‘Ilmi
Vol. 04, No. 01 Januari 2016, http://jurnal.iainpadangsidimpuan.ac.id/index.php/ DI/article/download/426/398.
4
Departemen Agama R.I. (2002). al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Darus Sunnah.
5
Lubis, Amir Hamzah. (2016). “Pendidikan Keimanan dan Pembentukan Kepribadian Muslim”, Jurnal Darul ‘Ilmi
Vol. 04, No. 01 Januari 2016, http://jurnal.iainpadangsidimpuan.ac.id/index.php/ DI/article/download/426/398
6
yang baik.6 Peserta didik yang merasa diawasi atau dijaga Allah maka amalnya
akan baik. Ihsan dalam konteks pendidikan berarti menanamkan keyakinan agar
suasana hati dan perilaku peserta didik senantiasa merasa dekat dengan Tuhan
sehingga tindakannya sesuai dengan aturan Allah.
Imam al Ghazali, sebagaimana dikutip oleh Mamluatul Inayah menyatakan
bahwa makna Ihsan bermakna muraqabah (merasa diawasi oleh Allah), muraqabah
adalah pengawasan yang dilakukan oleh pengawas dan kembalinya beban hati
kepadanya. Yakni, kondisi hati yang dihasilkan oleh pengetahuan. Kondisi itu
membuahkan berbagai amal perbuatan pada anggota badan dan didalam hati,
kemudian tentang pengawas berkaitan dengan amal perbuatannya ada dua cara
pandang, pertama, pandangan sebelum amal perbuatan dan kedua, pandangan
ketika dilakukan amal perbuatan. Pandangan sebelum amal perbuatan hendaknya
melihat kepada keinginan dan gerakannya, jika karena Allah hendaknya diteruskan
tetapi jika karena nafsu dan mengikuti syetan hendaknya merasa malu kepada Allah
dan berhenti melakukannya kemudian mencela diri sendiri karena hasrat dan
kecenderungan seperti itu. 7
Ihsan menurut Muhammad Arif Ihwanto, Anwar Sutoyo, dan Sudarmin
sebagai salah satu nilai di dalam pendidikan yang mampu untuk meredam unsur
kekerasan dan menumbuhkan kedamaian tidak hanya dalam Islam namun untuk
seluruh alam. Hubungan antara nilai, sikap dan perilaku bergantung pada konteks,
lebih jauh bahwa nilai-nilai konservatif, keterbukaan, transendensi, dan
peningkatan diri tidak dapat sepenuhnya dipahami dan diukur maknanya tanpa
mengacu pada sikap dan perilaku yang mengungkapkannya dalam hal ini di
kehidupan sehari-hari dan situasi sekolah. 8
2. Persoalan Epistemologi Pendidikan dalam Kajian Filsafat Pendidikan Islam
Persoalan kedua adalah persoalan epistemologi. Epistemologi merupakan ilmu
yang membahas tentang hal-hal yang bersangkutan dengan pengetahuan baik itu
“bagaimana cara mendapatkan”, “bagaimana alur/seluk beluk”, atau “bagaimana metode”
dalam mendapat sebuah ilmu pengetahuan dalam pendidikan. Sekaitan dengan pendidikan
Islam, kajian epistemologi menekankan pada upaya, cara, atau langkah-langkah untuk
mendapatkan pengetahuan pendidikan Islam. Aktivitas berfikir dalam epistemologi adalah
aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreatifitas keilmuan ke-Islaman dibanding
ontologi dan aksiologi.
6
Inayah, Mamluatul. (2015). “Konsep Ihsan Sebagai Pendidikan Karakter dalam Pemikiran Sachiko Murata dan
William C Chittick”, Tesis: Program Magister Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015, h.16.
7
Inayah, Mamluatul. (2015). “Konsep Ihsan Sebagai Pendidikan Karakter dalam Pemikiran Sachiko Murata dan
William C Chittick”, Tesis: Program Magister Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015, h.16.
8
Ihwanto, Muhammad Arif dkk,. (2017). “Desain Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Ihsan bagi Siswa MI NU
Salafiyah Kudus”, Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology IJCET 6 (1) (2017): 1 – 10,
7
Sistem pendidikan merupakan rangkaian dari sub sistem-sub sistem atau unsur-
unsur pendidikan yang saling terkait dalam mewujudkan keberhasilannya. Ada tujuan,
kurikulum, materi, metode, pendidik, peserta didik, sarana, alat, dan pendekatan. 9
Keberadan satu unsur membutuhkan keberadaan unsur yang lain, tanpa keberadaan salah
satu di antara unsur-unsur itu proses pendidikan menjadi terhalang, sehingga mengalami
kegagalan. Ketika kita berbicara dalam tataran sistem pendidikan Islam, maka sub sistem
atau ruang lingkupnya adalah tujuan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam, materi
pendidikan Islam, metode pendidikan Islam, pendidik, peserta didik, sarana pendidikan
Islam, alat pendidikan Islam, dan pendekatan pendidikan Islam.
Persoalan epistemologis pendidikan dalam kajian filsafat pendidikan Islam tidak
cukup dengan jawaban yang strategis sebab secara aktual persoalan epistemologis selalu
berkembang menjadi masalah-masalah yang harus segera diselesaikan oleh para intelektual
muslim melalui analisis dan metodologi yang tepat. Persoalan epistemologis pendidikan
yang menjadi masalah aktual juga mengkondisikan dengan tantangan perubahan zaman di
setiap generasi yang salah satunya adalah teknologi informasi.
9
Hidayat, Rahmat dan Henny SN,. (2018). Filsafat Pendidikan Islam; Membangun Konsep Pendidikan Islam, Cet.
1; Medan: LPPI
10
Sarjono. (2005). “Nilai-Nilai Dasar Pendidikan Islam”, Jurnal Pendidikan Agama Islam.
11
Frimayanti, Ade Imelda. (2017). “Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan Agama Islam”, Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8 No. II 2017
8
a. Nilai yang bersumber dari sifat-sifat Allah sebanyak 99 yang tertuang dalam “al-Asmaul
Husna” yakni nama-nama yang indah. Nama-nama itu pada hakikatnya telah menyatu pada
potensi dasar manusia yang selanjutnya disebut fitrah; dan
b. Nilai yang bersumber dari hukum-hukum Allah, baik berupa Quraniyah maupun
kauniyah.
Menurut Tobroni sebagaimana dikutip oleh Indah Husnul Khotimah, nilai-nilai yang akan
diajarkan dalam pendidikan Islam dituntut mampu membentuk dasar moral dan etis kehidupan
berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan (iman). Nilai moral absolut hanya pada Allah Yang Maha Kekal
dan tidak terikat pada ruang dan waktu. Allah senatiasa menghendaki hamba-Nya menegakkan
keadilan dan kebenaran, kasih sayang, kesucian karena Allah itu Maha Adil, Maha Benar, Maha
Pengasih, Penyayang, dan Maha Suci. 12
Nilai spiritual keilahian manusia melekat erat pada pendidikan, maka hakikat pendidikan
adalah masalah manusia dalam kesejatian dirinya sebagai makhluk Tuhan. Dengan sifat spiritual
keilahian, manusia justru mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan dan
pengembangan dirinya sebagai manusia melalui seluruh rangkaian kegiatan pendidikan berhakikat
memanusiakan manusia sebagai makhluk Tuhan. Nilai-nilai dan prinsip umum yang kekal (extend)
dalam perspektif Islam adalah wahyu, sesuai dengan salah satu firman Allah Swt.
Nilai Insaniyah
Nilai Insaniyah tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup dan berkembang dari peradaban
manusia. Nilai ini bersifat dinamis. Sedangkan keberlakuan dan kebenarannya relatif (nisbi) yang
dibatasi oleh ruang dan waktu. Nilai-nilai Insaniyah yang kemudian melembaga menjadi tradisi
yang diwariskan turun temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya. Karena
kecenderungan tradisi tetap mempertahankan diri terhadap kemungkinan perubahan tata nilai,
kenyataan ikatan-ikatan tradisional sering menjadi penghambat perkembangan peradaban dan
kemajuan manusia.
Sesuai dengan namanya, filsafat pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu kajian
filsafat yang mengurusi tentang pendidikan. Filsafat pendidikan biasanya akan anda pelajari
apabila anda mengambil spesialisasi mengenai bidang pendidikan, seperti program keguruan,
psikologi pendidikan, dan juga semacamnya.
12
Khotimah, Indah Husnul. (2015). “Dimensi Aksiologis Pendidikan Islam”,
https://www.researchgate.net/profile/Indah_Husnul_Khotimah/publication/32952810 5
9
Seseorang yang sedang menuntut ilmu pendidikan dituntut untuk memikirkan masalah-
masalah hakiki mengenai pendidikan. Pemikiran mengenai masalah-masalah pendidikan baik
dalam lingkup luas maupun mengerucut akan lebih terasa melalui filsafat pendidikan. Hal tersebut
membuat pelajar atau mahasiswa maupun praktisi pendidikan lebih kritis dalam memandang
persoalan pendidikan.
Di samping itu, mahasiswa yang mempelajari dan merenungkan masalah-masalah hakiki
pendidikan akan memperluas cakrawala berpikir mereka sehingga dapat lebih arif dalam
memahami problem pendidikan Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pendidik atau tenaga
kependidikan sudah sewajarnya bila mereka dituntut untuk berpikir reflektif dan bukan sekedar
berpikir teknis di dalam memecahkan problem-problem dasar kependidikan dengan menggunakan
kebebasan intelektual dan tanggung jawab sosial yang melekat padanya.
Selain itu, mempelajri filsafat Pendidikan mempunyai manfaat sebagai beriku:
2. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-
persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun
untuk ilmu pengetahuan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya. 13
3. Menjadi landasan untuk berkarya dan juga mengabdi dalam bidang pendidikan.
4. Menentukan kurikulum dan juga materi yang akan diajarkan dalam bidang Pendidikan.
13
Amk, filsafat Pendidikan,(sidoarjo: nizamia learning center),hal 26
10
6. Membuat para pelaku di bidang Pendidikan mampu memberikan materi Pendidikan lebih baik
lagi.
8. Membuat para peserta didik dapat memahami apa saja yang sebenarnya harus diketahui dan
juga di pelajari selama menempuh jalur Pendidikan.
tujuan mempelajari filsafat Pendidikan adalah mengantarkan para calon guru, para kepala
sekolah, para pengawas, para konseler, dan para ahli kurikulum menuju kontak langsung dengan
pertanyaan-pertanyaan besar yang mendasari makna tujuan hidup dan Pendidikan. Untuk
memahami pertanyaan-pertanyaan itu, para pelajar (pengkaji) harus bergumul dengan isu-isu,
semisal hakikat realitas, makna dan sumber pengetahuan dan struktur nilai. Filsafat Pendidikan
tentunya membawa pelajar pada posisi dimana ia dapat secara “cerdas” menilai (mengevaluasi)
tujuan-tujuan akhir alternatif, mengaitkan tujuannya dengan tujuan-tujuan yang di inginkan, dan
menyeleksi metode-metode pengajaran yang sesuai tujuannya,
kemudian tugas utama filsafat Pendidikan adalah membantu para pendidik secara bermakna
tentang totalitas Pendidikan dan proses hidup sehingga merekan berada di dalam posisi yang lebih
baik untuk bisa mengembangkan sebuah program yang konsisten dan kompehensif yang
membekali para pelajar mereka dalam meraih yang di inginkan. 14
14
Mahmud arif, filsafat Pendidikan, gama media, 2007, hal. 5
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Filsafat Pendidikan
filsafat pendidikan adalah ilmu yang mengkaji secara kritis, sistematis, radikal, dan
komprehensif tentang berbagai masalah pendidikan untuk menemukan konsep yang mampu
mengarahkan pelaksanaan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b. Aspek – Aspek Filsafat Pendidikan
Aspek ontology
Aspek epistemology
Aspek aksiologi
c. Manfaat Filsafat Pendidikan
1. Filsafat menolong mendidik
2. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan
persoalan dalam kehidupan sehari-hari
3. Filsafat memiliki pandangan yang luas
4. Filsafat merupakan latihan untuk berfikir sendiri
5. Filsafat memberikan dasar-dasar baik untuk hidup kita sendiri
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, masih
terdapat banyak kesalahan, baik dalam tata bahasa, materi dan penyusunannya. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan
makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Amri Amsal, Studi Filsafat Pendidikan. Banda Aceh: Yayasan PeNA, 2017
Ihwanto, Muhammad Arif dkk,. (2017). “Desain Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Ihsan
bagi Siswa MI NU Salafiyah Kudus”, Innovative Journal of Curriculum and Educational
Technology IJCET 6 (1) (2017): 1 – 10
Inayah, Mamluatul. (2015). “Konsep Ihsan Sebagai Pendidikan Karakter dalam Pemikiran
Sachiko Murata dan William C Chittick”, Tesis: Program Magister Pendidikan Agama Islam,
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015, h.16
12