Anda di halaman 1dari 3

Nama : Khoirotun Nisa’

NIM : 201501012160
Kelas: Pasca Sarjana MPI 2
Tugas : UAS Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat Pendidikan Islam

Filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya merupakan konsep berpikir tentang kependidikan
yang bersumber atas ajaran-ajaran agama Islam. Di dalamnya terdapat pembahasan tentang hakikat
kemampuan muslim untuk dapat dibina, dikembangkan serta dibimbing sehingga menjadi manusia
yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam. Mengenai persoalan pendidikan, perlu
penyederhanaan dalam memaknai filsafat. Adanya tipologi dalam semua aspek pemikiran
berimplikasi pada penyederhanaan terhadap berbagai persoalan yang kompleks. Hal ini tentu terjadi
pada tipologi wacana filsafat pendidikan Islam di Indonesia. Dengan demikian upaya
penyederhanaan terhadap sesuatu yang kompleks dapat terwujud.

Dialektika pemikiran filsafat pendidikan Islam di Indonesia dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang. Pertama, dari sumber pemikiran, berasal dari ajaran murni agama yakni tertuang dalam Al-
Quran, al-Sunnah dan pendapat para ulama, dari ideologi berbangsa dan bernegara, dari sosio-
kultural yang berkembang di masyarakat dan tuntutan modernitas yang dihdapi. Kedua, dari sisi
dasar pemikiran menurut Fazlur Rahman selain menggunakan dasar filsafat Islam juga menggunakan
dasar filsafat Yunani atau ilsafat Barat yang pada akhirnya bermuara pada aliran-aliran filsafat
pendidikan seperti Perenialisme, Esensialisme, Eksistensialisme, Progressifisme dan
Rekonstruksionisme. Ketiga, dari sisi pendekatan pemikiran selain menggunakan pendekatan
doktriner normatif juga menggunakan pendekatan adopsi atau pragmatis. Keempat, dari sisi pola
pemikiran menggunakan pemikiran spekulatif-rasionalistik juga menggunakan pemikiran spekulatif-
intuitif. Kelima, dari sisi wilayah jangkauan filsafat yang bersifat universal yang dapat diaplikasikan
untuk semua keadaan dan zaman serta bersifat lokal yang khusus untuk tempat dan zaman tertentu.
Keenam, dari sisi wacana pemikiran yang berkembang yang berkaitang dengan tinjauan filosofis
tentang komponen-komponen pokok aktivitas pendidikan Islam seperti tujuan, pendidik, peserta
didik, kurikulum, metode dan lingkungan.

Terdapat pendapat dari para ahli mengenai pengertian filsafat pendidikan Islam. Menurut
Muzayyin Arifin mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berpikir
tentang kependidikan yang besumber dari ajaran-ajaran Islam tentang hakikat kemampuan manusia
untuk dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi Muslim yang pribadinya dijiwai oleh ajaran
agama Islam. Dalam hal ini bahwa filsafat pendidikan Islam mengkaji tentang berbagai masalah yang
ada hubungannya dengan pendidikan seperti manusia sebagai subjek dan objek pendidikan,
kurikulum, guru dan sebagainya. Bedanya dengan filsafat pendidikan pada umumnya bahwa di
dalam filsafat pendidikan Islam semua masalah kependidikan tersebut selalu didasarkan kepada
ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan kata lain bahwa kata Islam yang
mengiringi kata filsafat pendidikan itu menjadi sifat, yakni sifat dari filsafat pendidikan tersebut.

Fungsi filsafat pendidikan Islam menurut Umar Muhammad al-Taomi al-Syaibani yakni sebagai
berikut:1

1
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Gaya Media Pratama 2005), hal. 19
a. Filsafat pendidikan dapat memudahkan para perancang pendidikan dan orang-orang yang
melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap siste
pendidikan. Selain itu filsafat pendidikan dapat menolong tujuan-tujuan dan fungsi-
fungsinya serta meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan, peningkatan,
tindakan dan keputusan termasuk rancangan-rancangan pendidikan. Selain itu, filsafat
pendidikan juga berguna untuk memperbaiki peningkatan pelaksanaan pendidikan serta
kaidah dan cara mereka mengajar yang mencakup penilaian bimbingan dan penyuluhan.
b. Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti
menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap persoalan yang perlu bagi setiap
pengajaran yang baik. Meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah,
institusi-institusi secara umum untuk mendidikan angkatan baru dan warga negara dan
segala yang berkaitan dengan itu
c. Filsafat pendidikan akam membantu dalam memberikan pendalaman pemikiran bagi
faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi dan politik di negara kita.

Dengan berpedoman kepada filsfat pendidikan, setiap masalah pendidikan dapat dipecahkan
secara komprehensif, integrated dan tidak parsial. Al-Syaibani mengatakan seharusnya filsafat
pendidikan, amaliah pendidikan dan pengajaran mendapat penghargaan dari pihak-pihak pengajar,
para guru dan orang-orang yang berkiprah dalam bidang pendidikan. Penghargaan dalam arti
memanfaatkan jasa filsafat pendidikan dengan sebaik-baiknya, mereka akan memiliki sandaran dan
ujukan intelektual yang berguna untuk membela tindakan-tindakannya dalm bidang pendidikan dan
pengajaran.

Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Filsafat
Praktik Pendidikan dan 2) Filsafat Ilmu Pendidikan. Filsafat Praktik Pendidikan adalah analisis kritis
dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselengggarakan dan dilaksanakan
dalam kehidupan manusia. Filsafat Praktik Pendidikan dapat dibedakan menjadi dua: filsafat proses
pendidikan atau biasa disebut filsafat pendidikan dan filsafat sosial pendidikan. Filsafat proses
pendidikan adalah kehidupan manusia yang biasanya membahas tiga masalah pokok, 1) Apakah
sebenarnya pendidikan itu?, 2) Apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya?, dan 3) Dengan cara
apakah tujuan pendidikan dapat dicapai?. 2

Urgensi filsafat pendidikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan persoalan


hidup dan kehidupan manusia dan seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah proses
pendidikan. Sebagai persoalan hidup, maka pendidikan dalam pengembangan konsep-konsepnya
perlu menggunakan sistem pemikiran filsafat yang berkaitan dengan metafisika, epistimologi,
aksiologi dan logika karena problem yang ada dalam lapangan pendidikan juga berada dalam
lapangan pendidikan tersebut. Karena itu, hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat.
Dengan demikian, berfilsafat dan mendidik adalah dua tahap kegiatan tapi dalam satu usaha.
Berfilsafat yakni memikirkan dengan seksama nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan
mendidik ialah usaha merealisasi nilai-nilai dan cita-cita itu dalam kehidupan dan dalam kepribadian
manusia.

Oleh karena itu, hubungan antara filsafat dan pendidikan merupakan keharusan, terutama
dalam menjawa persoalan-persoalan pokok dan mendasar yang dihadapi oleh pendidikan. Dikutip

2
Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar (Jakarta: Rosda Karya 200) hal. 6
oleh Ozmon dan Craver dari John S Burbacher menyarankan agar persoalan-persoalan yang
mendasar tentang pendidikan dibahas dan dipecahkan menurut teori filsafat. Jika tidak
mengikutsertakan filsafat pendidikan dalam pelaksanaan sistem pendidikan, maka dikhawatirkan
akan terjadi: (1) pendidikan akan terapung-apung (tanpa tujuan); (2) tujuan-tujuan pendidikan akan
samar-samar (meragukan); (3) ukuran-ukuran dasar pendidikan menjadi sangat longgar; (4)
ketidakmenentuan peranan pendidikan dalam suatu masyarakat; (5) sekolah-sekolah akan
memberikan banyak kebebasan kepada peserta didik dan tidak mampu memupuk apresiasi terhadap
otoritas dan kontrol; dan (6) sekolah akan menjadi sangat sekuler dan mengabaikan agama.

Menurut Muhaimin, tipologi pemikiran filsafat pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai
berikut: Pertama, kontruksi filosofis tipologi Perenial-Esensial Salafi. Kedua, kontruksi filosofis
tipologi Perential-Esensialis Mazhabi. Ketiga, konstruksi filososif dari tipologi modernis. Keempat,
konstruksi filosofis dari tipologi Perenial-Esensialis Kontekstual-Falsifikatif. Kelima, konstruksi
filosofis dari tipologi Rekonstruksi sosial dalam konteks pengembangan pendidikan di Indonesia.

Implikasi tipologi filsafat pendidikan Islam dan pengembangan kurikulum. Barnadib


menyatakan bahwa: oleh karena Islam bersifat universal dan berlaku bagi seluruh umat manusia,
maka ajaran-ajarannya memberikan landasan konseptual bagi pendidikan dan pendidikan nasional.
Lebih-lebih bagi Indonesia, yang dalam gerak pelaksanaan pembangunan menghendaki rida Tuhan
Yang Maha Esa, dapatlah dikembangkan konsep pendidikan nasional menurut Islam. Di sisi lain,
posisi pendidikan Islam, sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, menjadi semakin kuat, yang secara implisit menunjukkan pengakuan bangsa
terhadap sumbangan besar pendidikan Islam dalam upaya mendidik dan mencerdaskan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai