Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian filsafat Pendidikan


a. Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany (1979: 30) adalah: “pelaksanaan pandangan
falsafah dalam bidang pendidikan. Falsafah ini mencerminkan satu segi dari segi
pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan
kepercayaankepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan
masalah-masalah pendidikan secara praktis.”
b. Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan
dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir Mas’ud Muhammadiah 116
(intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju tabiat manusia. Sementara
menurut Thopmson, filsafat artinya melihat suatu masalah secara total dengan tanpa ada
batas atau implikasinya; ia tidak hanya melihat tujuan, metode atau alat-alatnya, tetapi juga
memiliki dengan sama hal-hal yang dimaksud. Keseluruhan masalah yang dipikirkan oleh
filsuf tersebut merupakan suatu upaya untuk menemukan hakikat masalah, sedangkan
suatu hakikat itu dapat dibakukan melalui proses kompromi (Arifin, 1993: 2).
c. Menurut Imam Barnadib (1993: 3), filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada
hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan
baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi suatu analisis filosofis terhadap bidang
Pendidikan.
d. Zanti Arbi (1988) berpendapat bahwa filsafat pendidikan juga bisa diartikan sebagai kaidah
filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspekaspek pelaksanaan falsafah
umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang
menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan
pendidikan secara praktis.Pendapat Arbi bisa dirangkum dalam empat poin sebagai berikut;
1. menginspirasi, yang dapat diartikan mampu memberikan inspirasi bagi para pendidik
untuk menjalankan berbagai ide dalam pengembangan pendidikan,
2. menganalisis, yang dapat diartikan mampu memeriksa secara detail setiap bagian dari
pendidikan hingga validitas dari pendidikan itu sendiri dapat diketahui secara jelas, Mas’ud
Muhammadiah 118
3. memperspektifkan, yaitu mengenai upaya memberi pengarahan dan penjelasan kepada
pendidik mengenai pendidikan secara lebih luas dan mendalam, dan
4. menginvestigasi, yaitu meneliti dan memeriksa tingkat kebenaran dari berbagai teori yang
ada di dunia Pendidikan

2. Batasan Filsafat Pendidikan


Dalam memahami dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan pendidikan perlu dipahami pola
dan sistem pemikiran kefilsafatan pada umumnya. Pola dan sistem pemikiran kefilsafatan
sebagai suatu ilmu adalah:
1.pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti berpikir logis dan rasional tentang
hakikat masalah yang dihadapi;
2. tinjauan permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut
persoalanpersoalan mendasar samapai keakar-akarnya;
3.ruang lingkup pemikirannya bersifat universal artinya persoalan-persoalan yang dipikirkannya
bersifat menyeluruh;
4.meskipun pemikiran-pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, namun didasari oleh
nilai-nilai yang obyektif.

Pola dan sistem berpikir filosofis yang demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang
menyangkut bidangbidang sebagai berikut:
1.kosmologi yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam
semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, serta
proses kejadian-kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata, dan
2.ontology yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari Berkenalan
dengan Filsafat Pendidikan 121 mana dan kearah mana proses kejadiannya. Secara makro
(umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau
permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran
filsafat pendidikan.
Namun secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan meliputi;
1. merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature Of Education),
2. merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan (The Nature Of
Man),
3. merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan
kebudayaan,
4. merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan,
5. merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik
pendidikan (sistem pendidikan), dan
6. merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan
pendidikan.

Dari uraian tersebut diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi obyek filsafat
pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan
memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan
pendidikan dan bagaimana tujuan Mas’ud Muhammadiah pendidikan itu dapat dicapai seperti
yang dicita-citakan (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2002: 24-25).

3. Objek Kajian Filsafat Pendidikan


Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan
tentang pendidikan terutama pendidikan, maka perlu diikuti pola dan pemikiran kefilsafatan
pada umumnya. Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah:

Realitas-realitas pendidikan yang menjadi objek kajian filsafat pendidikan antara lain:
a. hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempurnaan
b. tujuan pendidikan sebagai arah pengembangan model pendidikan,
c. pemahaman dan pelaksanaan kurikulum dalam pendidikan,
d. nilai dan pengetahuan sebagai aspek penting dalam pengajaran.
Pada dasarnya filsafat pendidikan membicarakan tiga masalah pokok; apakah
sebenarnya pendidikan itu?, apakah tujuan pendidikan yang sejati?, dan dengan metode
atau cara apakah tujuan pendidikan dapat tercapai(https://id.wikipedia.org/wiki)

4. Dasar pendidikan suatu aktifitas untuk mengembangkan dalam bidang pendidikan dan
pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan memerlukan landasan kerja untuk memberi arah
bagi programnya. Di Indonesia secara formal pendidikan mempunyai dasar atau landasan yang
kuat yaitu Pancasila yang menjadi dasar dari segala kegiatan bangsa Indonesia.

Ada 3 unsur – unsur esensial dalam landasan filsafat diantaranya adalah


a. Landasan ontologis Pendidikan
Landasan ontologis atau sering juga disebut landasan metafisik merupakan landasan
filsafat yang menunjuk pada keberadaan atau substansi sesuatu. Misalnya, pendidikan
secara ilmiah ditujukan untuk mensistematisasikan konsep-konsep dan praktik
pendidikan yang telah dikaji secara metodologis menjadi suatu bentuk pengetahuan
tersendiri yang disebut ilmu pendidikan.
b. Landasan epistomologis Pendidikan
Epistemologi adalah cabang filsafat yang disebut juga teori mengetahui dan
pengetahuan. Epistemologi sangat penting bagi para pendidik. Epistemologi membahas
konsep dasar dan sangat umum dari proses mengetahui, sehingga erat kaitannya
dengan metode pengajaran dan pembelajaran. Sebagai contoh, seorangyang berpaham
idealisme berpegang pada keyakinan bahwa proses mengetahui atau proses kognitif
sesungguhnya adalah proses memanggil kembali ide-ide yang telah ada dan bersifat
laten dalam pikiran manusia.
c. Landasan aksiologis Pendidikan
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas teori-teori nilai dan berusaha
menggambarkan apa yang dinamakan dengan kebaikan dan perilaku yang baik. Bagian
dari aksiologi adalah etika dan estetika. Etika menunjuk pada kajian filsafat tentang nilai-
nilai moral dan perilaku manusia. Estetika berkaitan dengan kajian nilainilai keindahan
dan seni. Metafisika membahas tentang hakikat kenyataan terdalam, sedangkan
aksiologi menunjuk pada preskripsi perilaku moral dan keindahan. Para pendidik selalu
memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pembentukan nilai-nilai dalam
diri para subjek didik dan mendorong kearah perilaku yang bernilai (Gutek, 1988: 3).

Tujuan filsafat Pendidikan


Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan dapat membawa anak kearah tingkat
kedewasaan. Artinya membawa anak didik agar dapat berdiri sendiri(mandiri) Mas’ud
Muhammadiah 140 dalam hidupnya ditengah-tengah masyarakat. Ada empat macam tujuan
pendidikan yang tingkatan dan luasnya berlainan yaitu;

a. Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu membangun kualitas manusia yang bertakwa


kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai warga negara yang berjiwa Pancasila,
mempunyai semangat dan kesadaran yang tinggi, berbudi pekerti luhur dan
berkepribadian yang kuat, cerdas, terampil dan dapat mengembangkan dan
menyuburkan pikiran dan timdakan demokratis, dapat memelihara hubungan yang
baik antara sesama manusia dan dengan lingkungannya, sehat jasmani, mampu
mengembangkan daya estetika, dan sanggup membangun diri dan masyarakatnya,
b. Tujuan Intitusional adalah perumusan secara umum pola perilaku dan pola
kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga pendidikan,
c. Tujuan Kurikuler yaitu untuk mencapai pola perilaku dan pola kemampuan serta
keterampilan yang harus dimiliki oleh lulusan suat lembaga, yang sebenarnya
merupakan tujaun intitusional dari lembaga pendidikan tersebut, dan
d. Tujuan Instruksional adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai
oleh siswa dan anak didik sesudah ia melewati kegiatan instruksional yang
bersangkuatan dengan berhasil.

Peranan dan fungsi filsafat Pendidikan


a. Peranan filsafat Pendidikan
Peran filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya Pendidikan

b. Fungsi filsafat Pendidikan


 fungsi spekulatif, yaitu filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan
persoalan pendidikan dan mencoba merumuskannya dalam satu gambaran
pokok sebagai pelengkap, bagi data-data yang telah ada dari segi dunia,
 fungsi normatif yakni sebagai penentu arah pedoman untuk apa pendidikan
itu. Asas ini tersimpul dalam tujuan pendidikan, jenis masyarakat apa yang
ideal yang akan kita bina.Khususnya norma moral yang bagaimana
sebaiknya yang manusia cita-citakan
 fungsi kritik yakni terutama untuk memberi dasar bagi pengertian kritis
rasional dalam pertimbangan danmenafsirkan data-data ilmiah, misalnya
data pengukuran analisa evaluasi baik kepribadian maupun achievement
(prestasi). Fungsi kritik berarti pula analisis dan aparatif atas sesuatu, untuk
mendapatkan kesimpulan,
 fungsi teori bagi praktek yakni semua ide, konsepsi, analisa,dan kesimpulan-
kesimpulan filsafat pendidikan adalah berfungsi teori. Teori ini adalah dasar
bagi pelaksanaan/praktik pendidikan. Filsafat memberikan prinsipprinsip
umum bagi suatu praktek, dan
 fungsi integratif yakni mengingat fungsi filsafat pendidikan sebagai asas
korohanian atau rohnya pendidikan, maka fungsi interaktif filsafat
pendidikan adalah wajar. Artinya sebagai pemandu fungsional semua nilai
dan Berkenalan dengan Filsafat Pendidikan 143 asas normatif dalam ilmu
pendidikan sebagai ilmu normative.

5. Kebutuhan Filsafat Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut
pandang kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai pewaris nilai nilai budaya.

Anda mungkin juga menyukai