PENDIDIKAN
LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnya
apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmu
atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang
filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif
sebagai
bagian
yang
sangat
penting
dalam
menentukan
keberhasilan
adanya
aliran
seperti
idealisme,
realisme,
materialisme,
BAB II
LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan merupakan terapan dari ilmu filsafat secara umum. Dalam
mempelajari filsafat terdapat beberapa aliran pemikiran: Idealism, Realism, Perennialism,
Essensialism, Pragmatism, Progressivism dll. Aliran Idealisme dan Realisme adalah dua
aliran klasik dari barat yang masih bertahan hinga kini. Karena filsafat pendidikan merupakan
terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat
pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran. Brubacher (1950) mengelompokkan
filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu:
1. Filsafat pendidikan Konservatif
Didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan
supernaturalisme atau realisme religius.
2. Filsafat pendidikan Progresif
Di antaranya didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantic, naturalisme
dari Roousseau, Progressivisme, dan sebagainya.
Dalam keseharian saat mengajar maka praktisi pendidikan akan menemui berbagai
permasalahan. Bagaimana kita memandang dan menyelesaikan permasalahan tersebut
seringkali mencerminkan pandangan filosofi kita. Peraturan dan prosedur yang digunakan
sekolah untuk menyelesaikan masalah dalam pendidikan seringkali juga mencerminkan
filsafat yang mendasarinya. Dengan mempelajari berbagai aliran filosofi ini kita dapat
mengembangkan pandangan kita dalam memandang permasalahan bidang pendidikan.
Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts)
atau bahan ajar esensial.
2.
Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial)
yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
3.
4.
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga
pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4
menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
Landasan Filosofis Pendidikan.
Ada aliran utama filsafat di dunia sampai sekarang (Laboratorium Pancasila IKIP
MALANG, hal.14): Materialisme: mengajarkan bahwa hakikat realitas semesta, termasuk
mahluk hidup, manusia, hakikatnya ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi
dan terikat oleh hukum alat: sebab akibat yang bersifat obyektif. Idealisme/Spiritualisme:
mengajarkan bahwa ide atau spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia,
subyek manusia sadar atas realitas dirinya dan semesta, karena ada akal budi dan kesadaran
rohani. Hakikat diri adalah akal dan budi (ide, spirit). Realisme: mengajarkan bahwa
materialisme dan idealisme tidak sesuai dengan kenyataan: tidak realistis. Realitas
kesemestaan, terutama kehidupan bukan materi semata-mata. Realita adalah perpaduan
materi dan non materi (spiritual, ide, rohani); terutama pada manusia nampak adanya gejala
daya pikir, cipta, dan budi. Jadi realisme merupakan sintesis jasmani dan rohani, materi dan
non materi.
2.2 Idealisme
Idealisme berasal dari kata ideal dengan tambahan sufiks/akhiran -isme
yang berasal dari bahasa Yunani kuno -(-ismos) yang memiliki fungsi
membentuk
kata
benda
abstrak
terhadap
suatu
tindakan,
keadaan,
suatu hal yang bersifat pemikiran. Idealisme menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia memiliki arti:
1. Suatu aliran di ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satusatunya hal yang benar, yang dapat dirasakan dan dipahami .
2. Hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita (yaitu menurut suatu patokan
atau pedoman yang dianggap sempurna).
3. Sas aliran yg mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan
dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dng kenyataan.
Idealisme merupakan sistem filsafat yang telah dikembangkan oleh para filsuf di Barat
maupun di Timur. Di Timur, idealisme berasal dari India Kuno, dan di Barat idealisme berasal
dari Plato, yaitu filsuf Yunani yang hidpu pada tahun 427-347 sebelum Masehi. Dalam
pengertian filsafati, idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya
keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat
kebendaan atau material. Pandangan-pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf
idealisme, yaitu:
1. Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup.
2. Hakikat akhir alam semesta pada dasarnya adalah nonmaterial.
Menurut paham Idealisme bahwa yang sesungguhnya nyata adalah ruh, mental atau
jiwa. Alam semesta ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada manusia yang punya
kecerdasan dan kesadaran atas keberadaannya. Materi apapun ada karena diindra dan
dipersepsikan oleh otak manusia. Waktu dan sejarah baru ada karena adanya gambaran
mental hasil pemikiran manusia. Dahulu, sekarang atau nanti adalah gambaran mental
manusia. Ludwig Noir berpendapat "The only space or place of the world is the soul," and
"Time must not be assumed to exist outside the soul.
Keunikan manusia terletak dalam fakta bahwa manusia memberikan makna- makna
simbolik bagi tindakan-tindakan mereka. Manusia menciptakan rangkaian gagasan dan citacita yang rinci dan menggunakan konstruk mental ini dalam mengarahkan pola perilaku
mereka. Berbagai karakteristik pola perilaku yang berbeda- beda dalam masyarakat yang
berbeda dilihat sebagai hasil serangkaian gagasan dan cita- cita yang berbeda pula. Paham
idealisme memandang bahwa cita-cita (yang bersifat luhur) adalah sasaran yang harus dikejar
dalam tindakan manusia. Manusia menggunakan akalnya untuk bertindak dalam kehidupan
sehari-hari baik untuk dirinya dan masyarakat.
Para idealis menganggap esensi jiwa adalah kekal sedangkan jasad adalah fana. Lebih
lanjut penganut idealisme transendental menganggap bahwa alam semesta atau makro
kosmos ini tidak ada. Karena sesungguhnya yang ada hanyalah Allah yang menciptakannya.
Diri manusia atau mikro kosmos adalah makhluk spiritual yang merupakan bagian dari
substansi spiritual alam semesta.
Apa yang harus diketahui sesungguhnya sudah ada dalam jiwa. Tugas pendidik adalah
membuat pengetahuan yang tersimpan dalam hati ini menjadi kesadaran. Para mendidik
berusaha agar murid mencapai keadaan kesempurnaannya. Untuk mencapai manusia
sempurna ini seperangkat kurikulum disusun secara terstruktur (bertingkat) dengan
berdasarkan warisan pemikiran terbaik generasi demi generasi. Paling tinggi tingkatannya
adalah ilmu umum tentang filosofi dan theologi. Kedua hal ini bersifat abstrak. Matematika
menjadi alat yang sangat berguna untuk memahami ilmu atau logika yang bersifat abstrak.
Sejarah dan literatur mempunyai posisi yang tinggi karena ia mewariskan nilai moral, model
budaya dan kepahlawanan maupun contoh kehidupan. Ilmu alam dan sain menjadi prioritas
berikutnya karena menyediakan penjelasan tentang hubungan sebab akibat.
Di samping siswa memahami literatur, Idealisme menganggap perlu terbentuknya
manusia yang baik. Untuk itu siswa tidak hanya didorong untuk mengembangkan skill dan
akal pikiran, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebaikan yg secara naluri sudah ada. Bagi
idealist maka nilai-nilai mencerminkan kebaikan yang terkandung pada alam semesta. Nilainilai ini bersifat absolut, universal dan tidak berubah. Tindakan etis muncul dari warisan
budaya. Pendidik mengajarkan kepada murid-muridnya akan nilai- nilai unggul dari
mahakarya manusia yang bertahan dari masa ke masa.
Pertanyaan mendasar seperti: Apa itu pengetahuan? Jawabnya: Pengetahuan adalah
sesuatu yang menyangkut tentang prinsip-prinsip spiritual yang mendasari realitas.
Pengetahuan tentang realitas ini membentuk ide-ide atau gagasan. Pendidikan adalah proses
intelektual membawa gagasan atau ide kepada kesadaran para pembelajar.
Pertanyaan tentang: Apakah itu sekolah? Jawabnya: Sekolah adalah agen sosial di
mana siswa berusaha mencari, mengungkap dan mendapatkan kebenaran. Sekolah adalah
institusi dimana guru dan murid mencari jawab atas pertanyaan mendasar seperti: Apakah
kebenaran itu? Apakah yang dinamakan keindahan itu? Apakah kehidupan yang baik itu?
Semua orang berhak mendapatkan pegetahuan ini. Sehingga semua orang berhak sekolah.
Meski demikian tidak setiap orang mempunyai kemampuan intelektual yang sama. Murid
yang cerdas perlu mendapatkan tantangan yang lebih dari guru. Tujuan pembelajaran adalah
memupuk kreatifitas.
Bagaimana cara pembelajaran dilakukan? Methode yang paling sesuai adalah metode
dialog Socrates. Siswa dipancing dengan pertanyaan yang dapat membangkitkan kesadaran.
Aspek lain yang penting dalam padangan idealits adalah pemberian contoh teladan. Guru
harus mempunyai wawasan luas tentang warisan budaya.
Dalam bidang masalah kualitas maka guru idealist menerapkan standar nilai yang
tinggi bagi siswa-siswanya. Dalam Platos Republic, misalnya, standar nilai ini ditetapkan
sedemikian tinggi sehingga hanya sedikit siswa yang mampu mencapainya dan menjadi raja
filsafat.
2.3 Realisme
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu
adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut
aliran realisme adalah:
(1) Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah
kenyataan fisik
2.4 Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan
(perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal. Perenialisme
berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan
yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji.
Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya.
Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat
manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
1. Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan
akal (Plato)
2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat
untuk mencapainya ( Aristoteles)
3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif
atau nyata. (Thomas Aquinas)
Adapun norma fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta kebenaran,
cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta
kerjasama.
2.5 Esensialisme
Esensialisme adalah aliran pendidikan yang mengutamakan pelajaran
teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial. Landasan dasar esensialisme
merupakan pandangan yang sifatnya sentralistik pada pendidikan dan ranah
kognitif. Hal ini kurang cocok di terapkan pada pendidikan kita karena aliran ini
menekankan pada guru (pendidik) untuk menyampaikan suatu ajaran-ajaran,
namun tidak di imbangi dengan respon-respon dari peserta didiknya.
Contohnya,
seorang
pendidik
hanya
memberikan
suatu
materi
tanpa
potensial
mampu
merespon
tantangan
global.
mengimplementasikan
kedua
filosofi
itu,
empat
pilar
pendidikan
yaitu; learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to
be, merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia. Maksudnya, pembelajaran tidak hanya memperkenalkan
pengetahuan (learning to know), tetapi juga harus bisa membangkitkan penghayatan dan
mendorong penerapan nilai-nilai tersebut (learning to do) yang dilakukan secara kolaboratif
(learning to live together) dan menjadi peserta didik yang percaya diri dan menghargai
dirinya (learning to be). Keempat pilar ini harus ada mulai dari kurikulum, guru, proses
belajar-mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai pada penilaiannya.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi peserta didik agar potensi itu
menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,
kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat
1. Pragmatisme
selalu
bersifat
pribadi
dan
bukan
merupakan
fakta-fakta
umum. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan.
Dengan
demikian,
filsafat
pragmatisme
tidak
mau
direpotkan
dengan
ilmu
pengetahuan
maupun
teknologi.Pragmatisme
telah
berhasil
membumikan filsafat dari corak sifat yang Tender Minded yang cenderung
berfikir metafisis, idealis, abstrak, intelektualis, dan cenderung berfikir hal-hal
yang memikirkan atas kenyataan, materialis, dan atas kebutuhan-kebutuhan
dunia, bukan nnati di akhirat. Dengan demikan, filsafat pragmatisme
mengarahkan aktivitas manusia untuk hanya sekedar mempercayai (belief) pada
hal yang sifatnya riil, indriawi, dan yang memanfaatnya bisa di nikmati secara
praktis-pragmatis dalam kehidupan sehari-hari.
Pragmatisme telah berhasil mendorong berfikir yag liberal, bebas dan selalu
menyangsikan segala yang ada. Barangkali dari sikap skeptis tersebut,
pragmatisme telah mampu mendorong dan memberi semangat pada seseorang
untuk berlomba-lomba membuktikan suatu konsep lewat penelitian-penelitian,
pembuktian-pembuktian dan eksperimen-eksperimen sehingga munculllah
temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu mendorong
secara dahsyat terhadap kemajuan di badang sosial dan ekonomi.
Sesuai dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak mudah percaya pada
kepercayaan yang mapan. Suatu kepercyaan yang diterim apabila terbukti
kebenarannya lewat pembuktian yang praktis sehingga pragmatisme tidak
mengakui adanya sesuatu yang sakral dan mitos, Dengan coraknya yang
terbuka,
kebanyakan
kelompo
pragmatisme
merupakan
pendukung
dalam
masyarakat
modern.
2) Kelemahan Pragmatisme
Karena pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan
kebenaran absolute(kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabilaa
terbukti secara alamiah, dan percaya bahwa duna ini mampu diciptakan oleh
manusia sendiri, secara tidak langsung pragmatisme sudah mengingkari sesuatu
yang transendental(bahwa Tuhan jauh di luar alam semesta). Kemudian pada
perkembangan lanjut, pragmatisme sangat mendewakan kemepuan akal dalam
mencapai kebutuhan kehidupan, maka sikap-sikap semacam ini menjurus
kepada ateisme.
Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah
sesuatu yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh
manusia, maka pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis.
Manusia berusaha secara keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
bersifat ruhaniah. Maka dalam otak masyarakat pragmatisme telah di hinggapi
oleh penyakit matrealisme.
Untuk mencapai matrealismenya, manusia mengejarnya dengan berbagai cara,
tanpa memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota dari masyarakat
sosialnya. Ia bekerja tanpa mengenal batas waktu sekedar memenuhi
kebutuhan materinya, maka dalam struktur masyarakatnya manusipa hidup
semakin egois individualis. Dari sini, masyarakat pragmatisme menderita
penyakit humanisme.
2.Progresivisme
Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.
Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar
di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru
atau bidang muatan.
Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan
bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi
masalah yang menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Aliran Progressivisme
mengakui dan berusaha mengembangakan asas Progressivisme dalam semua realitas,
terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia,
harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya. Berhubungan dengan itu
progressivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang
timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang.
Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mempunyai kesulitan untuk
mencapai tujuan, karena kurang menghargai dan memberikan tempat semestinya kepada
kemampuan-kemampuan tersebut dalam proses pendidikan. Pada hal semuanya itu ibaratkan
motor penggerak manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan atau progress.
Oleh karena itu kemajuan atau progress ini menjadi inti perhatian progressivisme,
maka, beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang oleh
progresivisme merupakan bagian-bagian utama dari kebudayaan. Progresivisme dinamakan
instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia
sebagai alat untuk hidup, kesejahteraan, mengembangkan kepribadian manusia. Dinamakan
eksperimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan mempraktekkan asa eksperimen
yang
merupakan
untuk
menguji
kebenaran
suatu
teori.
Sedangkan
dinamakan
aliran filsafat yg
pahamnya
berpusat
pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa
memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya
bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang
eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu
bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi
filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu
dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme
adalah melulu soal kebebasan. Apakah kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas
itu? dan sesuai dengan doktrin utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak mentahmentah bentuk determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.
Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat Jean-Paul
Sartre, yang terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be free", manusia dikutuk
untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulah kemudian manusia bertindak. Pertanyaan
yang paling sering muncul sebagai derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana
kebebasan tersebut bebas? atau "dalam istilah orde baru", apakah eksistensialisme mengenal
"kebebasan yang bertanggung jawab"? Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satusatunya universalitas manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiap individu adalah
kebebasan individu lain.
Namun, menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi seorang yang laindaripada-yang-lain, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang berada diluar
kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang unik ataupun yang baru yang menjadi
esensi dari eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar
akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah inti dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau
tidak mau kita akan terjun ke berbagai profesi seperti dokter, desainer, insinyur, pebisnis dan
sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleh eksistensialisme adalah, apakah kita menjadi
dokter atas keinginan orang tua, atau keinginan sendiri.
BAB VIII
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan
kajian
yang
telah
dikemukakan
dalam
pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwijoyo, Harun, Dr. 2002. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Jakarta: Kanisius.
Maksum, Ali.2009. Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik Hingga Postmoderenisme.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Ridwan, M.Drs.Dkk. 2000. Kamus Ilmiah Populer . Surabaya: Citra Pelajar Group.
Bakry, Hasbullah. 1970. Sitematik Filsafat. Yogyakarta: Widjaya.
Idris, H. Sahara dan Jamal, H Lisman.1992.Pengantar Pendidikan.Jakarta : Grasindo
Sumitro, Dkk. 2001. Pengantar Ilmu Pendidikan. IKIP Yogyakarta
Sadullah, Uyah.2001. Pengantar Filsafat Pendidikan.Yogyakarta : Alfabet.
Situs Web:
www.library.usu.ac.id/download/s/sejarah-mohammad .pdf.
http://www.radicalacademy.com/amphilosophy7.htm
http://sucipto.guru.fkip.uns.ac.id/2010/01/06/landasan-dan-asas-asas-pendidikan/
http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/rsbeng/5.html/FilosofiPendidikan
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/1947159/filosofipendidikan/#ixzz1IFQ
ugpaq