Anda di halaman 1dari 16

Makalah

KOMPONEN-KOMPONEN
PENDIDIKAN
Disusun
O

H
NAMA : Agung setiawan jusuf

Jurusan: Teknik Informatika

Kelas : PTI A
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Banyak
kajian dari berbagai negara, pendidikan sangat erat hubungannya dengan tingkat
perkembangan suatu bangsa yang ditunjukkan oleh berbagai indikator ekonomi
dan sosial budaya.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan diri dan
masyarakat.

Dalam proses pendidikan, sangat diprlukan adanya komponen-komponen


pendidikan. Komponen itu sendiri berarti bagian-bagian dari sistem proses
pendidika yang saling kait mengait dan saling mempengaruhi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komponen pendidikan ?
2. Bagaimana teori-teori komponen pendidikan ?
3. Bagaimana menerapkan komponen pendidikan?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan komponen pendidikan
2. Mengetahui teori-teori komponen pendidikan
3. Mengetahui penerapan komponen pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Komponen Pendidikan


Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan. jadi, sistem
terdiri dari komponen-komponen yang masing-masingnya memiliki fungsi
khusus untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Komponen pendidikan adalah bagian-bagian dari sistem proses pendidikan,
yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses
pendidikan. jadi, komponen pendidikan harus ada dalam proses pendidikan agar
dapat tercapai tujuan pendidikan.

Macam-macam Komponen Pendidikan


Ada tujuh komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan
diantaranya yaitu tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, alat dan fasilitas
pendidikan, metode pendidikan, isi pendidikan, dan lingkungan pendidikan.

Sedangkan menurut P.H. Combs (1982) mengemukakan ada 12 komponen


pendidikan, diantara yaitu:
a. Tujuan dan Prioritas
Semua aktivitas pasti memiliki tujuan yang akan dicapai. Fungsi komponen
ini adalah untuk mengarahkan kegiatan sistem. Hal ini merupakan informasi
tentang apa yang hendak dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan
pelaksanaannya.
Tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar
yaitu :
 Tujuan Nasional, tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa seperti yang
tercantum dalam UUD 1945
 Tujuan Institusional, tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga
pendidikan
 Tujuan Kurikuler, tujuan yang ingin dicapai oleh tiap bidang study
pelajaran/ mata kuliah
 Tujuan Instruksional, tujuan yang ingin dicapai oleh suatu standar
kompetensi dan kompetensi dasar
b. Peserta didik
Berkembangnya konsep pendidikan, berpengaruh pada pemikiran masyarakat
terhadap pengertian peserta didik. Dahulu orang berpikir peserta didik terdiri
dari anak-anak usia sekolah, namu sekarang peserta didik bisa jadi orang
dewasa.
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
kemampuan/ potensi/ bakat yang ada pada dirinya melalui proses
pembelajaran yang disediakan oleh lembaga pendidikan dan pada jalur,
jenjang dan jenis pendidikan yang sesuai dengan usianya.
Peserta didik memiliki fungsi untuk belajar dan di didik. Diharapkan Peserta
didik mengalami proses perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan sistem
pendidikan.
c. Manajemen atau Pengolaan
Komponen ini memiliki fungsi untuk mengkoordinasikan, mengarahkan, dan
menilai sistem pendidikan. komponen ini bersumber pada sistem nilai dan
cita-cita yang merupakan informasi tentang pola kepemimpinan dalam
pengelolaan sistem pendidikan. misalnya pemimpin yang mengelola sistem
pendidikan itu bersifat otoriter, demokratis, atau laissez-faire.
d. Struktur dan Jadwal Waktu
Komponen ini memiliki fungsi mengatur waktu pembagian waktu dan
kegiatan. Misalnya pembagian waktu ujian, kegiatan belajar mengajar, dll.
e. Isi dan Bahan Pengajaran
Komponen ini berfungsi untuk menggambarkan seberapa luas dan dalamnya
ilmu yag atau bahan pelajaran yang akan dipelajari dan harus dikuasai peserta
didik. Selain itu juga berfungsi untuk mengarahkan dan mempolakan
kegiatan-kegiatan dalam proses pendidikan. Misalnya isi bahan pelajaran
untuk setiap mata pelajaran.
f. Guru dan Pendidik
Guru atau pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam
pendidikan. Secara Akademis pendidik adalah tenaga kependidikan yakni
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat pada lembaga
tertentu yang berkualitas.
Salah satunya yaitu guru, guru merupakan pendidik yang ada di Sekolah
dimana guru tersebut secara langsung maupun tidak langsung ditugasi oleh
orang tua maupun masyarakat untuk melaksanakan pendiidikan. Oleh karena
itu, untuk menjadi seorang guru haus memiliki persyarakat. Mulai dari
persyratan tingkah laku, emosional, intelegensi, dan sikap. Karena guru akan
memberikan contoh kepada peserta didik yang di didik.
Guru memiliki fungsi sebagai penyedia bahan pelajaran sekaligus
menyelenggarakan proses belajar untuk peserta didik.
g. Alat Bantu Belajar dan Metode Pendidikan
Komponen ini memiliki fungsi untuk memungkinkan terjadinya pproses
pendidikan yang lebih menarik dan lebih bervariasi. Misalnya film, buku,
papan tulis, dll.
Selain itu guru juga harus memiliki dan menerapkan metode pembelajaran.
karena guru diharapkan mampu menguasai keadaan kelas sehingga tercipta
suasan yang menyenangkan. Metode yang digunakan juga harus sesuai
dengan karakteristik peserta didik yang diajar.
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu:
 Metode Ceramah, metode mengajar dengan cara menyampaikan
informasi atau materi secara lisan
 Metode Diskusi, metode mengajar dengan cara melibatkan dua orang
peserta atau lebih untuk berinteraksi dan saling bertukar pendapat/ide
dalam memecahkan masalah
 Metode Demonstrasi, metode yang dilakukan oleh seorang guru dengan
cara memperlihatkan bagaimana cara menggerjakan sesuatu atau alat
h. Fasilitas
Fungsinya untuk tempat terselenggaranya proses pendidikan. Misalnya
gedung, laboratorium, toilet, dll.
i. Teknologi
Fungsi teknologi yaitu untuk memperlancar dan meningkatkan hasil guna
proses pendidikan. Yang dimaksud teknologi di sini adalah semua teknik
yang digunakan sehingga sistem pendidikan berjalan dengan efisien dan
efektif. Misalnya pola komunikasi satu arah, artinya guru menyampaikan
pelajaran dengan berceramah, peserta didik mendengarkan dan mencatat.
j. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu berfungsi membina peraturan-peraturan dan standar
pendidikan. Misalnya peraturan tentang penerima peserta didik dan staf
pengajar, peraturan ujian, dan penilaian.
k. Penelitian
Penilitian ini berfungsi untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan penampilan sistem pendidikan. Misalnya sebelum tahun
1980-an kebanyakan perguruan tinggi di Indonesia belum melaksanakan
sistem Satuan Kredit Semester, tapi sekarang seluruh perguruan tinggi telah
melaksanakannya.
l. Biaya (Ongkos Pendidikan)
Biaya akan melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk tentang
tingkat efisiensi sistem pendidikan. Misalnya sekarang biaya pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, pemerintah, dan
masyarakat.
B. Teori-Teori Komponen Pendidikan

Dari berbagai macam komponen pendidikan terdapat beberapa teori yang


dikemukakan para ahli

menurut Charlotte Buhler Ada  beberapa teori dengan orientasi beragam


tentangperkembangan peserta didik.

a. Nativisme

Teori nativisme dipelopori oleh Schopenhauer (1788-1860) yang berpendapat


bahwa bayi manusia sejak lahir sudah dikaruniai bekal baik dari potensi baik dan
buruk. Dari potensi inilah yang akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan
manusia tersebut. Nativisme berasal dari kata native yang berarti adalah terlahir.
Teori nativisme merupakan teori yang menganggap bahwa pertumbuhan dan
perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh factor pembawaannya yaitu
aneka potensi.

b. Empirisme

Teori empirisme bertolak dari tradisi Lockean yang lebih mementingkan


stimulasi eksternal dalam perkembnagan manusia termasuk dalam proses
pendidikan. Teori yang dipelopori oleh John Locke ini berpendapat bahwa
perkembangan anak tergantung dari pengalamannya, sedangkan pembawaannya
tidak penting. John Loce merintis aliran baru yang dikenal dengan teori “Abula
Rasa” yang beranggapan babhwa anak terlahir ke dunia ini bagaikan kertas putih.
Istilah lain dari empirisme adalah environmentalisme, sebab aliran ini menekankan
pengalaman empiris yang berupa rangsangan-rangsangan yang berasal dari
lingkungan (environment).
c. Naturalisme

Teori ini hampir sama dengan aliran nativisme di atas, karena keduanya
sama-sama berasumsi bahwa anak terlahir sudah memiliki pembawaan. Teori
naturalisme dipelopori oleh J.J. Rousseau (1712-1778) yang berpendapat bahwa
anak sejak lahir sudah membawa potensi baik. Adapun akhirnya ia menjadi jahat
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh negative dari masyarakat yang memang sudah
rusak atau jahat.

d. Konvergensi

Teori ini  mencoba untuk mensintesiskan teori-teori yang telah disebut di


atas. Teori yang dipelopori oleh William Stern(1871-1939) ini beranggapan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan individu disamping dipengaruhi oleh factor-faktor
internal yaitu potensi yang dibawa sejak lahir juga dipengaruhi oleh pengalaman.

Piaget adalah salah satu tokoh penting dalam bidang psikologi


perkembangan. Teori-teorinya yang mengutamakan unsur kesadaran(kognitif)
masih dianut banyak orang sampai sekarang. Ketertarikannya menyelidiki peran
genetik dan perkembangan anak, akhirnya menghasilkan teori perkembangan
kognitif ( Theory of Cognitive Development) atau teori perkembangan intelektual
(Theory of Intellectusl Development).

Dalam teori perkembangan intelektual, dikemukakan bahwa tahap-tahap


yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses
berfikir formal. Dan setiap tahap perkembangan dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu
dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Pengetahuan yang didapat peserta didik
akan dibangun dalam pikiran melalui proses asimilasi dan akomodasi.

a.         Teori Piaget


Piaget (Hudojo,1998:45), berpendapat bahwa “proses berfikir manusia

sabagai suatu perkembangan yang bertahap dari berfikir intelektual konkrit dan

abstrak”.

Lebih lanjut menurut piaget (Dahar, 1988 : 181), menyatakan bahwa :

perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan

adaptasi. Organisasi memberikan organisme kemampuan untuk mensistematikan

atau mengorganisasi proses-proses fisik atau proses-proses psikologi menjadi

system-system yang teratur dan hubungan. Sedangkan adaptasi berbeda antara

organisme yang satu dengan organisme yang lain. Adaptasi terhadap lingkungan

dapat dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang

langsung menyatu dengan struktur mental yang sudah dimiliki seseorang. Adapun

akomodasi adalah proses menstrukturkan kembali mental sebagai akibat adanya

informasi dan pengalaman yang baru tadi.

Anderson (Idar, 2004 : 27-28 ) menjelaskan bahwa “ teori perkembangan

intelektual piaget menggambarkan tentang kontruktivisme. Piaget memandang

perkembangan kognitif (intelektual) sebagai suatu proses dimana anak secara

berkesinambungan dengan melakukan asimilasi dan akomodasi terhadap

informasi-informasi baru yang diterima”.


Kulas (Hijriati, 2004:18) mengemukakan implikasi teori Piaget dalam

pembelajarannya yaitu sebagai berikut: (1) Memusatkan perhatian pada proses

berfikir anak bukan sekedar pada hasilnya, (2) Menekankan pada pentingnya peran

anak dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatannya secara aktif dalam

pembelajaran, (3) Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

perkembangan intelektualnya, sehingga guru harus melakukan upaya untuk

mengatur kegiatan kelas dalam bentuk individu-individu atau kelompok-kelompok

kecil.

Uraian diatas menunjukan teori piaget mempunyai kaitan yang sangat erat

dengan pengenalan waktu, karena disajikan kepada anak didik berupa suatu proses

bukan sebagai barang yang jadi yang siap disajikan. Selain itu sangat

mengutamakan keaktifan anak,dalam hal ini bebas untuk mengeluarkan

pendapatnya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahanyang diberikan

oleh guru.

b.      Teori Bruner

Menurut Bruner pada dasarnya belajar merupakan proses belajar merupakan

proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Ada tiga proses yang terjadi

dalam belajar,yaitu (1) Proses perolehan informasi baru, (2) Proses

mentrasformasikan informasi yang diterimah dan, (3) Menguji relevansi dan

ketepatan pengetahuan.
Pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak maka

materi pembelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan

kognitif anak yang meliputi tahap enactive, iconic, dan symbolic. Selanjutnya,

ketiga tahap perkembangan kognitif ini oleh bruner disebut sebagai model dalam

menyajikan pelajaran. Ketiga model penyajian ini digambarkan sebagai berikut:

(1) Penyajian enactive adalah penyajian yang dilakukan melalui tindakan, memiliki

karakter manipulasi yang tinggi. Penyajian seperti ini sangat diperlukan oleh anak-

anak yang dapat memahami beberapa aspek realita/kejadian tanpa menggunakan

imajinasinya atau kata-kata. Ia akan dapat memahami sesuatu dari berbuat atau

melakukan sesuatu, (2) Penyajian iconic dapat dilakukan melalui serangkaian

gambar-gambar atau grafik yang menggambarkan suatu konsep tetapi tidak

mendefinisikannya. Penyajian ini bergantung pada visual organisasi sensorik anak,

(3) Penyajian symbolik, penyajian symbolik ini dibuktikan oleh kemampuan

seseorang untuk memikirkan proporsi dibandingkan obyek, pada tahap ini anak

dapat memanipulasi symbol-symbol secara langsung dan tidak lagi ada kaitannya

dengan obyek-obyek.

Sebagaimana yang dikemukakan diatas, peserta didik dalam belajar konsep

waktu harus berperan aktif, terlibat secara mental yaitu dengan mencari hubungan-

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur pengenalan waktu yang

dipelajari, yang menekankan pada keaktifan anak dalam mengkonstrusikan sendiri


pengetahuan mereka, yang berawal dari pemahaman masalah hingga penyelesaian

masalah konsektual.

c.       Teori Ausubel

Inti teori belajar dari ausubel ialah belajar bermakna. Menurutnya, belajar

bermakna merupakan proses mengaitkan informasi suatu materi baru dengan

konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Suatu konsep mempunyai

arti bila sama dengan ide yang telah dimiliki yang ada dalam struktur kognitifnya.

Agar konsep-konsep yang diajarkan berarti harus ada sesuatu didalam kesadaran

anak yang biasa disamakan. Sesuatu itu adalah “struktur kognitif “. Belajar

bermakna adalah belajar yang disertai pengertian. Belajar bermakna akan terjadi

apabila informasi yang baru diterima anak mempunyai kaitan erat dengan konsep

yang sudah ada/diterima sebelumnya dan tersimpan dalam struktur kognitifnya.

Menurut teori Ausubel diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konsep

waktu adalah belajar bermakna yang disertai pengertian bukan Cuma hafalan,

dalam hal ini anak menyelesaikan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri,

guru memotivasi mereka untuk menyelesaikan masalah dengan memberikan

persetujuan dan saran dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep.


C.Penerapan Komponen Pendidikan

Berbagai macam komponen komponen pendidikan dapat diterapakan secara


langsung dalam dunia pendidikan,dimana penerapan tersebut dapat diterapkan
dengan alat pendidikan yang nantinya digunakan untuk merapkannya,yaitu :

1. Pembiasaan.
Pengertiannya di sini adalah menanamkan kebiasaan pada peserta didik agar dapat
membentuk watak baik bagi mereka. Agar hasilnya optimal maka harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mulailah pembiasaan ini sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu memiliki
kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
b. Pembiasaan itu hendaknya berulang-ulang atau terus menerus dijalankan secara
teratur hingga akirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. Karena hal inilah
dibutuhkan adanya pengawasan.
c. Pendidikan hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap
pendirian yang telah diambil. Jangan memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan.
d. Pembiasaan yang mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang
disertai kata hati peserta didik itu sendiri.
2. Pengawasan.
Pembiasaan yang baik memerlukan pengawasan. Demikian pula aturan-aturan dan
larangan-larangan dapat berjalan dan ditaati dengan baik jika disertai dengan
pengawasan yang terus menerus. Tanpa pengawasan berarti membiarkan peserta
didk untuk berbuat sekehendak hatinya hingga ditakutkan bila mereka menjadi
manusia yang tidak dapat membedakan baik-buruk, pantas-tidak, boleh dilakukan-
tidak boleh dilakukan dan hal-hal sejenis itu.

Pengawasan hendaknya makin dikurangi intensitasnya sejalan makin tumbuhnya


kedewasaan peserta didik. Makin dewasa peserta didik mulai diberikan kebebasan,
karena pada dasarnya tujuan mendidik adalah membentuk anak agar akhirnya
dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas hal-hal yang telah diperbuat.

3. Perintah.
Perintah pada prinsipnya bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang dan
harus dikerjakan oleh orang lain tetapi juga berupa peraturan-peraturan umum
yang haarus ditaati oleh peserta didik. Tiap peraturan dalam pendidikan
mengandung norma-norma susila jadi bersifat memberi arah atau mengandung
tujuan ke arah perbuatan susila. Agar perintah dapat ditaati maka harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
• Perintah hendaknya jelas dan singkat hingga mudah dimengerti peserta didik.
• Perintah hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan peserta didik berdasarkan
kemampuan dan tingkat usia.
• Sekali waktu perlu mengubah nada perintah menjadi permintaan terutama kepada
anak yang lebih besar.
• Diupayakan untuk tidak melebih-lebihkan perintah agar tidak ditentang oleh
peserta didik.
• Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah diperintahkan, artinya
perintah berlaku untuk semua peserta didik.
• Perintah yang bersifat mengajak umumnya lebih ditaati dan dilaksanakan dengan
gembira oleh peserta didik.

4. Larangan.
Larangan biasanya dikeluarkan bila peserta didik melakukan sesuatu yang tidak
baik hingga dapat merugikan dan membahayakan dirinya sendiri.
5. Ganjaran.
Ganjaran adalah bentuk penghargaan dari pendidik karena peserta didik telah
melakukan sesuatu yang baik, hingga diharapkan lebih giat untuk mempertinggi
atau mencapai prestasi yang telah dicapai. Ganjaran dapat berupa bahasa tubuh
atau mimik wajah dari pendidik yang menunjukkan apresiasi terhadap hal positif
yang telah dilakukan peserta didik. Bahkan dapat pula berupa benda-benda yang
menyenangkan seperti : kembang gula, alat tulis dan lainnya.

Yang harus di perhatikan adalah : ganjaran itu berbeda dengan upah. Upah
merupakan sesuatu yang dihargai dengan nilai sebagai ganti rugi dari suatu
pekerjaan atau jasa. Upah adalah sebagai pembayar tenaga, pikiran, atau pekerjaan
yang telah dilakukan oleh seseorang. Besar kecilnya upah biasanya disesuaikan
dengan berat ringnnya suatu pekerjaan atau sedikit banyaknya hal yang telah
dicapai.
6. Hukuman.
Hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh
seseorang (orangtua, pendidik, dan lainnya)setelah terjadi suatu pelanggaran,
kejahatan atau kesalahan. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa hukuman harus
ada hubungannya dengan kesalahan, hubungan harus disesuaikan dengan
kepribadian anak dan harus diberikan dengan adil. Pendidik harus sanggup
memberikan maaf setelah hukuman dijalankan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
1. Komponen pendidikan merupakan suatu bagian-bagian di dalam sistem pendidikan yang saling
berhungungan erat satu sama lain, dimana komponen-komponen tersebutlah yang akan
menetukan ada atau tidaknya / berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan.
Ada dua belas macam komponen pendidikan menurut P.H. Combs diantaranya yaitu tujuan
pendidikan, peserta didik, pendidik, fasilitas pendidikan, alat bantu dan metode belajar,
struktur dan jadwal waktu, penelitian, pengawasan mutu, biaya(ongkos pendidikan), isi dan
bahan pengajaran, teknologi, dan manajemen atau pengelolaan.
Komponen-komponen diatas berguna untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Teori komponen komponen pendidikan telah dikemukakan oleh beberapa ahli baik Charlotte
Buhler,Piaget dan sebagainya
3. Berbagai macam komponen komponen pendidikan dapat diterapakan secara
langsung dalam dunia pendidikan,dimana penerapan tersebut dapat diterapkan
dengan alat pendidikan yang nantinya digunakan untuk merapkannya,yaitu :
1.Pembiasaan.
2. Pengawasan.
3. Perintah.
4. Larangan.
5. Ganjaran.
6.Hukuman.
DAFTAR PUSTAKA

Ihsan F. (2003). Dasar-Dasar KependidikanKomponen mkdk. Jakarta: Rineka


Cipta
Purwanto, Ngalim, Drs.MP,2009, Ilmu Pendidikan Toritis Praktisi, Bandung:
Rosda
Tirtaraharja, Umar, Prof Dr, 2005, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai