KOMPONEN-KOMPONEN
PENDIDIKAN
Disusun
O
H
NAMA : Agung setiawan jusuf
Kelas : PTI A
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Banyak
kajian dari berbagai negara, pendidikan sangat erat hubungannya dengan tingkat
perkembangan suatu bangsa yang ditunjukkan oleh berbagai indikator ekonomi
dan sosial budaya.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan diri dan
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komponen pendidikan ?
2. Bagaimana teori-teori komponen pendidikan ?
3. Bagaimana menerapkan komponen pendidikan?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan komponen pendidikan
2. Mengetahui teori-teori komponen pendidikan
3. Mengetahui penerapan komponen pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
a. Nativisme
b. Empirisme
Teori ini hampir sama dengan aliran nativisme di atas, karena keduanya
sama-sama berasumsi bahwa anak terlahir sudah memiliki pembawaan. Teori
naturalisme dipelopori oleh J.J. Rousseau (1712-1778) yang berpendapat bahwa
anak sejak lahir sudah membawa potensi baik. Adapun akhirnya ia menjadi jahat
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh negative dari masyarakat yang memang sudah
rusak atau jahat.
d. Konvergensi
sabagai suatu perkembangan yang bertahap dari berfikir intelektual konkrit dan
abstrak”.
organisme yang satu dengan organisme yang lain. Adaptasi terhadap lingkungan
langsung menyatu dengan struktur mental yang sudah dimiliki seseorang. Adapun
berfikir anak bukan sekedar pada hasilnya, (2) Menekankan pada pentingnya peran
kecil.
Uraian diatas menunjukan teori piaget mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan pengenalan waktu, karena disajikan kepada anak didik berupa suatu proses
bukan sebagai barang yang jadi yang siap disajikan. Selain itu sangat
oleh guru.
proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Ada tiga proses yang terjadi
ketepatan pengetahuan.
Pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak maka
kognitif anak yang meliputi tahap enactive, iconic, dan symbolic. Selanjutnya,
ketiga tahap perkembangan kognitif ini oleh bruner disebut sebagai model dalam
(1) Penyajian enactive adalah penyajian yang dilakukan melalui tindakan, memiliki
karakter manipulasi yang tinggi. Penyajian seperti ini sangat diperlukan oleh anak-
imajinasinya atau kata-kata. Ia akan dapat memahami sesuatu dari berbuat atau
seseorang untuk memikirkan proporsi dibandingkan obyek, pada tahap ini anak
dapat memanipulasi symbol-symbol secara langsung dan tidak lagi ada kaitannya
dengan obyek-obyek.
waktu harus berperan aktif, terlibat secara mental yaitu dengan mencari hubungan-
masalah konsektual.
Inti teori belajar dari ausubel ialah belajar bermakna. Menurutnya, belajar
konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Suatu konsep mempunyai
arti bila sama dengan ide yang telah dimiliki yang ada dalam struktur kognitifnya.
Agar konsep-konsep yang diajarkan berarti harus ada sesuatu didalam kesadaran
anak yang biasa disamakan. Sesuatu itu adalah “struktur kognitif “. Belajar
bermakna adalah belajar yang disertai pengertian. Belajar bermakna akan terjadi
apabila informasi yang baru diterima anak mempunyai kaitan erat dengan konsep
waktu adalah belajar bermakna yang disertai pengertian bukan Cuma hafalan,
dalam hal ini anak menyelesaikan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri,
1. Pembiasaan.
Pengertiannya di sini adalah menanamkan kebiasaan pada peserta didik agar dapat
membentuk watak baik bagi mereka. Agar hasilnya optimal maka harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mulailah pembiasaan ini sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu memiliki
kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
b. Pembiasaan itu hendaknya berulang-ulang atau terus menerus dijalankan secara
teratur hingga akirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. Karena hal inilah
dibutuhkan adanya pengawasan.
c. Pendidikan hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap
pendirian yang telah diambil. Jangan memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan.
d. Pembiasaan yang mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang
disertai kata hati peserta didik itu sendiri.
2. Pengawasan.
Pembiasaan yang baik memerlukan pengawasan. Demikian pula aturan-aturan dan
larangan-larangan dapat berjalan dan ditaati dengan baik jika disertai dengan
pengawasan yang terus menerus. Tanpa pengawasan berarti membiarkan peserta
didk untuk berbuat sekehendak hatinya hingga ditakutkan bila mereka menjadi
manusia yang tidak dapat membedakan baik-buruk, pantas-tidak, boleh dilakukan-
tidak boleh dilakukan dan hal-hal sejenis itu.
3. Perintah.
Perintah pada prinsipnya bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang dan
harus dikerjakan oleh orang lain tetapi juga berupa peraturan-peraturan umum
yang haarus ditaati oleh peserta didik. Tiap peraturan dalam pendidikan
mengandung norma-norma susila jadi bersifat memberi arah atau mengandung
tujuan ke arah perbuatan susila. Agar perintah dapat ditaati maka harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
• Perintah hendaknya jelas dan singkat hingga mudah dimengerti peserta didik.
• Perintah hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan peserta didik berdasarkan
kemampuan dan tingkat usia.
• Sekali waktu perlu mengubah nada perintah menjadi permintaan terutama kepada
anak yang lebih besar.
• Diupayakan untuk tidak melebih-lebihkan perintah agar tidak ditentang oleh
peserta didik.
• Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah diperintahkan, artinya
perintah berlaku untuk semua peserta didik.
• Perintah yang bersifat mengajak umumnya lebih ditaati dan dilaksanakan dengan
gembira oleh peserta didik.
4. Larangan.
Larangan biasanya dikeluarkan bila peserta didik melakukan sesuatu yang tidak
baik hingga dapat merugikan dan membahayakan dirinya sendiri.
5. Ganjaran.
Ganjaran adalah bentuk penghargaan dari pendidik karena peserta didik telah
melakukan sesuatu yang baik, hingga diharapkan lebih giat untuk mempertinggi
atau mencapai prestasi yang telah dicapai. Ganjaran dapat berupa bahasa tubuh
atau mimik wajah dari pendidik yang menunjukkan apresiasi terhadap hal positif
yang telah dilakukan peserta didik. Bahkan dapat pula berupa benda-benda yang
menyenangkan seperti : kembang gula, alat tulis dan lainnya.
Yang harus di perhatikan adalah : ganjaran itu berbeda dengan upah. Upah
merupakan sesuatu yang dihargai dengan nilai sebagai ganti rugi dari suatu
pekerjaan atau jasa. Upah adalah sebagai pembayar tenaga, pikiran, atau pekerjaan
yang telah dilakukan oleh seseorang. Besar kecilnya upah biasanya disesuaikan
dengan berat ringnnya suatu pekerjaan atau sedikit banyaknya hal yang telah
dicapai.
6. Hukuman.
Hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh
seseorang (orangtua, pendidik, dan lainnya)setelah terjadi suatu pelanggaran,
kejahatan atau kesalahan. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa hukuman harus
ada hubungannya dengan kesalahan, hubungan harus disesuaikan dengan
kepribadian anak dan harus diberikan dengan adil. Pendidik harus sanggup
memberikan maaf setelah hukuman dijalankan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Komponen pendidikan merupakan suatu bagian-bagian di dalam sistem pendidikan yang saling
berhungungan erat satu sama lain, dimana komponen-komponen tersebutlah yang akan
menetukan ada atau tidaknya / berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan.
Ada dua belas macam komponen pendidikan menurut P.H. Combs diantaranya yaitu tujuan
pendidikan, peserta didik, pendidik, fasilitas pendidikan, alat bantu dan metode belajar,
struktur dan jadwal waktu, penelitian, pengawasan mutu, biaya(ongkos pendidikan), isi dan
bahan pengajaran, teknologi, dan manajemen atau pengelolaan.
Komponen-komponen diatas berguna untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Teori komponen komponen pendidikan telah dikemukakan oleh beberapa ahli baik Charlotte
Buhler,Piaget dan sebagainya
3. Berbagai macam komponen komponen pendidikan dapat diterapakan secara
langsung dalam dunia pendidikan,dimana penerapan tersebut dapat diterapkan
dengan alat pendidikan yang nantinya digunakan untuk merapkannya,yaitu :
1.Pembiasaan.
2. Pengawasan.
3. Perintah.
4. Larangan.
5. Ganjaran.
6.Hukuman.
DAFTAR PUSTAKA