Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
Pendidikan Inklusi dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah dengan pembahasan “Esensi Keberagaman Peserta Didik dan


Konteks Kebutuhan Khusus ABK” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak.
Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik pada
Pendidikan Inklusi. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut
pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah mengenai Pendidikan Inklusi ini masih memerlukan


penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran
pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Pendidikan
Inklusi ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Bandung, 5 Oktober 2020

Penyusun

0 0
DAFTAR ISI

PRAKATA i
DAFTAR ISI ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah2
C. Tujuan 2
BAB II: ISI PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Keberagaman Peserta Didik 3
1.2 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus 3
2.1 Karakteristik Peserta Didik 4
2.2 Karakter Anak Berkebutuhan Khusus 5
3.1 Macam-macam Peserta Didik 12
3.2 Macam-macam Anak Berkebutuhan Khusus 14
4.1 Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus 17
5.1 Esensi Keberagaman Peserta Didik 20
BAB III: PENUTUP
Kesimpulan 21
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23

0 0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mengatur agar difabel
dapat dilayani di sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya.
Tanpa harus dikhususkan kelasnya, siswa dapat belajar bersama dengan aksesibilitas
yang mendukung untuk semua siswa tanpa terkecuali difabel.Keberagaman peserta
didik dalam belajar terbagi dalam 8 (delapan) jenis, diantaranya meliputi kecerdasan
linguistik, kecerdasan logis matematik, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan
kecerdasan naturalis (Gardner, 1983).Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat
istilah anak luar biasa yang kini disebut sebagai anak berkebutuhan khusus masih
disalah tafsirkan, yaitu anak luar biasa selalu diartikan sebagai anak berkemampuan
unggul atau yang berprestasi yang luar biasa. Padahal pengertian anak luar biasa juga
mengacu pada pengertian yaitu anak yang menglami kelainan atau ketunaan.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik. Namun masyarakat masih keliru dalam menafsirkan pengertian anak
berkebutuhan khusus, faktor penyebab sehingga anak menjadi anak berkebutuhan
khusus dan karakteristik dari masing-masing jenis anak yang mengalami kekhususan.
Dalam dunia pendidikan anak luar biasa diartikan sebagai anak luar ketika
membutuhkan perhatian khusus dan layanan pendidikan yang bersifat khusus oleh
guru pendidik atau pembimbing khusus yang berlatar belakang disiplin ilmu
pendidikan luar biasa atau disiplin ilmu lainnya yang relevan dan memiliki sertifikasi
kewenangan dalam mengajar, mendidik, membimbing dan melatih anak luar biasa.
Oleh karena itu kami akan membahas mengenai keberagaman peserta didik juga
anak berkebutuhan khusus meliputi pengertian dua hal tersebut, karakteristik, macam-
macam jenis nya juga esensi. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak
orang khususnya yang masih belum paham mengenai dua hal tersebut.

0 0
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Keberagaman Peserta Didik dan Anak Berkebutuhan Khusus?
2. Apa saja karakteristik dari Peserta Didik dan Anak Berkebutuhan Khusus?
3. Apa saja macam-macam peserta didik dan anak berkebutuhan khusus?
4. Bagaimana cara menangani anak berkebutuhan khusus?
5. Apa saja esensi dari keberagaman peserta didik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keberagaman peserta didik dan ABK.
2. Untuk mengetahui karakteristik peserta didik dan ABK.
3. Untuk mengetahui macam-macam peserta didik dan ABK.
4. Untuk mengetahui cara menangani ABK.
5. Untuk mengetahui esensi keberagaman peserta didik.

0 0
BAB II
ISI PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Keberagaman Peserta Didik


Keragaman adalah beragam, banyak jenis, rupa-rupa dan sebagainya. Sedangkan
yang dimaksud dengan Peserta didik yaitu siswa pada suatu lembaga yang disebut
dengan sekolah. Maka dapat disimpulkan bahwa keragaman peserta didik merupakan
rupa-rupa peserta didik yang dibentuk oleh pribadi dan lingkungan
sekolah.Keragaman (diversity) yang dimaksud adalah ciri-ciri yang melekat pada
kelompok atau individu tertentu. Pengelompokkan ini dapat ditinjau dari aspek jenis
kelamin, jasmaniah, status sosial ekonomi, etnis-ras, budaya, bahasa, agama, kondisi
mental, perilaku, intelektualitas, dan seterusnya. Misalnya terdapat perbedaan antara
kelompok siswa laki-laki dengan kelompok siswa perempuan atau pun kelompok
siswa dari status sosial ekonomi rendah dengan status sosial ekonomi yang lebih
tinggi. Pada sisi lain, terdapat variasi antar individu di mana masing-masing siswa
memiliki perbedaan yang disebut sebagai keunikan individu (individual differences).

1.2 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat,
anak dengan gangguan kesehatan, dan kesulitan bersosialisasi. istilah lain bagi anak
berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan
hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang
disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra
mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille (tulisan timbul)
dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat (bahasa tubuh).

0 0
2.1 Karakteristik Keberagaman Peserta Didik

Peran guru dalam proses pendidikan memang sangat penting, dalam menciptakan
suasana belajar yang efektif dan menghasilkan output yang berkualitas. Tapi pada
fakta lapangan masih banyak guru yang belum memahami hal tersebut, karena
masih banyak siswa yang belum bisa menerapkan hasill pendidikannya kedalam
kehidupan masyarakat. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional maka seorang
guru mesti memperhatikan beberapa hal, salah satunya adalah karakteristik
masing-masing peserta didik. Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo ada dua fase
karakteristik peserta didik yaitu:

Karakter anak pada masa kelas rendah SD.

1) Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi


sekolah.
2) Sikap tunduk kepada peraturan permainan-permainan tradisional.
3) Ada kecenderungan menuju diri sendiri.
4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain sehingga ada
kecenderungan meremehkan orang lain.
5) Jika tidak dapat menyelesaikan suatu hal maka soal itu dianggap tidak
penting.
6) Pada masa ini anak menghendaki nilai rapor yang baik tanpa mengingat
apakah prestasinya pantas diberi nilai baik atau tidak.

Karakteristik anak pada masa kelas tinggi SD

1) Adanya minat minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.


2) Amat realistis, ingin tahu, dan ingin belajar.
3) Menjelang akhir ini ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus.
4) Pada masa ini melihat nilai rapor sebagai ukuran yang tepat mengenai
prestasi sekolah.

Dengan kebaragaman dan karakteristik siswa yang berbeda-beda setiap


individunya maka menjadi sebuah tantangan bagi seorang pendidik dalam
mengatur peserta didik di dalam maupun diluar lingkungan sekolah. Agar materi

0 0
yang disampaikan kepada peserta didik berjaln dengan efektif dan memenuhi
tujuan pendidikan nasional maka cara-cara untuk menghadapi keberagaman
karakteristik siswa, sebagai berikut:

1) Memilihi metode pembelajaran yang tepat, karena karakteristik peserta


didik yang beragam maka pemilihan metode mesti diperhatikan dalam
proses belajar dan mengajar, sehingga dengan metode pembelajaran yang
tepat dan benar proses pendidikan akan berjalan dengan efektif.
2) Memperlakukan peserta didik secara adil, bila peserta didik diperlakukan
dengan tidak adil maka timbul permasalahan dalam kelas tersebut dimana
akan terjadinya ketidak nyamanan oleh peserta didik yang dibelakukan
secara tidak adil. Sehingga seorang pendidik mesti bersikap adil kepada
setiap peserta didik dalam kelas.
3) Memberikan motivasi yang tepat, dengan motivasi yang tepat sasaran
peserta didik secara tidak langsung akan mengembangkan dirinya dengan
segala potensi yang mereka miliki karena dampak dari motivasi yang
diberikan oleh pendidik cukup besar.
4) Berinteraksi secara tepat, pendidik mesti memiliki cara berinteraksi yang
baik dengan muridnya, sehingga dalam kelas tersebut menciptakan
komunikasi yang baik antara pendidik dan peserta didik.

2.2 Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

ABK mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dan lainnya. Anak
berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang mengalami penyimpangan atau
perbedaan dari rata-rata anak normal lainnya. Pada proses pertumbuhan atau
perkembangannya terjadi kelainan seperti kelainan fisik, mental, sosial dan emosi. Anak
berkebutuhan khusus ini pun memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dan lainnya
atau memiliki perbedaan sesuai dengan jenis kelainan yang dialami oleh anak.Menurut
Mulyono (ahli anak) ia menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah
seorang anak yang masuk dan tergolong cacat atau yang menyandang disabilitas. Dalam
perkembangannya sekarang ini anak disabilitas berubah menjadi bekelainan luar biasa

0 0
atau berkebutuhan khusus. Namun dalam golongannya, ada beberapa tingkatan yang bisa
di mengerti. Berikut karakteristik umum anak berkebutuhan khusus:

1. Sulit Komunikasi

Ketika ada anak mengalami maka perilaku beradaptasi akan mengalami gangguan
terutama ketika mereka berkomunikasi. Dimana ABK seringkali memiliki hambatan
berbicara dan sulit bicara meskipun usianya sudah dewasa. Ucapan dan pilihan kata
mereka pun yang sering didengar saja bukan dan bukan menggunakan kata yang tepat.

Komunikasi memang masalah banyak orang, bahkan ketika manusia mendapatkan


masalah maka komunkasi adalah hal pertama yang mudah terganggu. Untuk itu
komunikasi bisa jadi alt jitu mendeteksi apakah anak anda ABK atau tidak.

2. Kesulitan Belajar

Anak dengan kesulitan belajar merupakan individu yang memiliki gangguan pada satu
atau lebih kemampuan dasar psikologis. Tak hanya itu biasanya gelombang otaknya juga
terganggu sehingga menyebabkan anak tersebut mengalami IQ yang hanya rata-rata
ataupun diatas rata-rata sedikit. Biasanya ABK dikategorikan sedang, berat atau ringan
dari IQ yang dimilikinya.

3. Kelainan Fisik

Secara fisik dan medis, umunya beberapa ada kondisi fisik dan medis yang sangat
berbeda dengan anak kebanyakan. Misalnya jika ia mengalami kebutuhan khusus maka ia
akan mengalami komplikasi dengan bagian organ tubuh lainnya. Hal ini seringkali
terjadi, mengingat anak-anak tersebut sering terjadi karena kurang sempurnya
pembelahan ketika kehamilan. Kelainan fisik bisa cacat fisik bisa juga sakit dalam bentuk
komplikasi.

4. Bersikap membangkang

Jangan heran jika anak-anak berkebutuhan khusus sering membangkang. Cara


Menghilangkan Sifat Egois pada anak saja sulit apalagi pada anak-anak berkebutuhan
khusus yang sulit membedakan bahaya atau tidak, salah atau tidak dan lain sebagainya.

0 0
Penyebab Kenakalan Anak sangat banyak terjadi, namun untuk anak ABK itu sudah
menjadi ciri khasnya.

5. Emosional

Emosional anak-anak ABK bukan hanya tempramen dan mudah marah melainkan terjadi
hal lainnya. Jika dilihat secara emosional, mereka seringkali terperosok dalam kondisi
kesepian, depresi dan juga hal-hal layaknya putus asa, merasa sendiri dan kesal pada
orang lain tanpa sebab jika moodnya sedang buruk. Disinilah peran keluarga dan orang
tua untuk bisa mengendalikannya. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak yang
berkebutuhan khusus harus lebih ekstra lagi.

6. Sulit Menulis atau Membaca

Untuk beberapa kasus anak ABK ada yang sulit mengekspresikan pikiran mereka dengan
tulisan dan tidak bisa membaca. Sulit memegang bolpoin ataupun pensil yang digunakan
dengan benar. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir
menempel dengan kertas dan seringkali mengalami masalah ketika membaca buku atau
tulisan, ini merupakan contoh anak yang berkebutuhan khusus dengan Ciri-Ciri Disleksia.

7. Tidak Mengerti Arah

Anak berkebutuhan khusus sulit mencerna logika sendiri. Terkadang mengalami


disorientasi, seperti disorientasi waktu ataupun arah. Si anak seringkali bingung saat
ditanya jam berapa sekarang, kemungkinan ia hanya mengingat bahasa yang diajarkan
seperti pukul 6 petang ia sebut petang atau sore, namun pukul 4 ketika matahari terbenam
ia tidak akan menyebut pukul 4 melainkan tetap sore. Ia juga tidak mampu membaca dan
memahami peta atau petunjuk arah dengan baik.

8. Bersikap Sesuai Kebiasaan

Anak ABK khususnya mereka yang autisme sangat perhatian dengan urutan atau
rutinitasataupun kebiasaan sehari-hari. Ketika ritual mereka berubah misalnya setelah
makan menjadi mandi atau dibalik setelah makan ia harus berolahraga dulu baru mandi,
maka ia akan menjadi gelisah, cemas jika rutinitas tersebut berubah atau terganggu. Anak
autis merasa ada yang salah dalam hal tersebut dan seringkali itu tidak disukai mereka.

0 0
9. Senang Meniru
7
Senang meniru atau membeo (echolalia) merupakan salah satu karakteristik ABK.
Psikologi Abnormal menjelaskan bahwa banyak sekali ciri yang bisa dimengerti atau
dipahami oleh orang tua untuk bisa menilai apakah anaknya mengalami ABK atau tidak.
Salah satunya adalah meniru. Semua anak memang senang meniru, namun ada beberapa
anak ABK yang bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut
tanpa mengerti artinya. Ia tidak tahu apa yang dinyanyikan atau dibicarakan selama ia
suka dan ingat maka ia akan terus melakukannya.

10. Berbicara Tanpa Henti

Beberapa anak ABK senang mengoceh tanpa arti berulang-ulang. Akan bahaya jadinya
jika pembicaraan ini termasuk kedalam bahasa yang tidak boleh diucapkan atau dilarang.
Karena anak-anak seperti ini seringkali membantah dan tidak mau menuruti perintah
larangan. Ada juga yang menggunakan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain.
Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi namun untuk kepuasan mereka.

11. Bertindak Gugup

Ketika anak berkebutuhan khusus merasa cemas maka ia akan melakukan perbuatan-
perbuatan aneh, sama halnya seperti orang normal hanya saja mereka lebih random.
Seperti gerakan pada mulut seperti meyedot jari dan juga gigit jari dan menjulurkan lidah.
Gerakan aneh disekitar rambut seperti, mengusap-usap rambut, mencabuti atau mencakar
rambut tanpa mereka sadari.

12. Iri pada Orang Lain

Anak berkebutuhan khusus masih berpikir dan berperasaan layaknya anak balita. Sikap
iri hati yang selalu merasa kurang senang ketika orang lain senang atau mendapatkan
sesuatu yang menguntungkan. Terutama jika hal tersebut adalah hal yang ia sukai, maka
sebagai orang lainnya akan dikejar olehnya tanpa ampun.

0 0
ABK membutuhkan segala sesuatu yang benar-benar spesifik dan juga jelas. Cobalah
untuk membahas topik yang spesifik dengan mereka dan jangan mengambang karena
mereka tidak bisa mengerti dan anda tidak bisa menggali cara komunikasi mereka dengan
baik. Seperti contoh, jika kamu ingin berbincang mengenai film maka fokus saja pada
film judul apa ceritanya seperti apa jangan menyatukan keduanya.
8
13. Sensitifitas Tinggi

Mereka memang tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan atau perintah umum yang
tidak bisa mereka jalankan. Namun ABK bisa menjadi sangat sensitif atau tidak sensitif
terhadap hal-hal yang merangsang seperti sentuhan, cahaya, atau suara (misalnya, tidak
menyukai suara keras atau hanya merespons ketika suara yang sangat keras, disebut juga
gangguan integrasi sensorik). Ada juga bahkan yang merasa terganggu jika temannya
hanya tepuk tangan, itu karena sensitifitas yang tinggi.

14. Trigered Tanpa Alasan

Menangis marah, tertawa, atau tertawa tanpa alasan yang diketahui atau pada waktu yang
salah merupakan langgananan anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka sulit
mengendalikan emosi sehingga mengeluarkan begitu saja ekspresi yang seharusnya tidak
digunakan seperti halnya marah tanpa alasan, tidak jelas, mood yang buruk yang akhirnya
mempengaruhi semua dan lainnya.

15. Introvert

Ketika lingkungan yang menyenangkan dan memanjakan didapatkan oleh anak ABK,
yang ada mereka akan merasa nyaman dan tidak berkembang dengan baik. Mereka dapat
terpengaruh sehingga terjadi ketidakmampuan dalam penyesuaian mental dan emosi.
Selain itu ada beberapa anak berkebutuhan khusus yang memang menunjukan kondisi
yang lebih neurotik, misalnya saja ia mengalami masalah ketika berada di lingkungan
ramai atau banyak orang asing dan bisa jadi ia menjadi orang dengan sifat introvert.

16. Berprasangka

Anak berkebutuhan khusus memang tidak bisa berpikir rumit namun mereka bisa
berprasangka. Beberapa dari mereka suka menafsirkan secara negatif, adanya rasa

0 0
cemburu dan prasangka karena tidak diperlakukan dengan adil sehingga memicu
kemarahan random mereka yang tidak diprediksi dan kurang mampu dalam
mengendalikan emosinya. Padahal bisa jadi itu hanya prediksi mereka saja atau
prasangka mereka saja.

17. Melukai Diri Sendiri

Kenapa anak-anak berkebutuhan khusus harus ditemani, karena mereka tidak mengerti
mana bahaya atau tidak bahaya. Ada sebagian perilaku melukai diri sendiri ketika anak
berusia lebih kecil. Meskipun tingkatannya tidak tinggi seperti mencakar atau memukul
diri sendiri dan untuk Anak praremaja dan remaja bisa mengiris kulitnya atau membakar.

Jika hal ini terjadi maka orang tua harus mengawasi anaknya secara serius dan 24 jam.
Jangan sering mengabaikan perilaku tersebut, meskipun mereka anak berkebutuhan
khusus namun tidak dibenarkan untuk melakukan hal tersebut.

Karakteristik khusus anak-anak berkebutuhan khusus meliputi:

 Karakteristik Tunanetra, adanya kelainan pada indera penglihatan, Kemampuan


akademik anak tunanetratidak berbeda dengan anak normal
padaumumnya.Motorik, kurang dapat melakukan mobilitas secara umum dan
Sosial-emosional, mudah tersinggung dan bersifat verbalism yaitu dapat bicara
tetapi tidak tahu nyatanya.
 Karakteristik Tunarungu, pada fisik anak yang mengalami gangguan pada organ
pendengarannya , pada saat lahir tidak menampakan adanya kelainan pada anak,
Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan keadaan anak-anaknormal pada
umumnya. Seringkali anak tunarungu kurang memiliki keseimbangan motorik
dengan baik.Sosial-emosional, sering memperlihatkan rasa curiga yang
berlebihan, mudah tersinggung.
 Karakteristik Tunadaksa pada fisik anak tunadaksa, jelas menampakkan adanya
kelainan baik fisik, maupun motorik.Kemampuan akademik, untuk tunadaksa
ringan tidak berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya. Sedangkan untuk
tunadaksa berat terutama bagai anak yang mengalami gangguan neuro-muscular
sering disertai dengan keterbelakangan mental.Motorik, banyak tunadaksa yang

0 0
mengalami gangguan motorik baikmotorik kasar maupun motorik halus.Sosial-
emosional, anak tunadaksa memiliki kecenderungan rasa rendah diri (minder)
dalam pergaulan dengan orang lain.
 Karakteristik anak Tunagrahita secara umum menurut James D. Page(Amin,
1995:34-37) dicirikan dalam hal: kecerdasan, sosial, fungsi mental, dorongan dan
emosi, kepribadian serta organisme. Dalam pencapaian tingkat kecerdasan bagi
tunagrahita selalu dibawah rata-rata dengan anak yang seusia sama, demikian juga
perkembangan kecerdasan sangat terbatas. Mereka hanya mampu mencapai
tingkat usia mental setingkat usia mental anak usia mental anak Sekolah Dasar
kelas IV, atau kelas II, bahkan ada yang mampu mencapai tingkat usia mental
setingkat usia mental anak pra sekolah. Dalam hal belajar, sukar memahami
masalah. Masalah yang bersifat abstrak dan cara belajarnya banyak secara rote
learning bukan dengan pengertian. Selain itu Mereka mengalami kesukaran dalam
memusatkan perhatian, jangkauan perhatiannya sangat sempit dan cepat beralih
sehingga kurang tangguh dalam menghadapi tugas. Pelupa dan mengalami
kesukaran mengungkapkan kembali suatu ingatan, kurang mampu membuat
asosiasi serta sukar membuat kreasi baru. Dalam Kemampuan bahasa sangat
terbatas perbendaraaan kata terutama kata yang abstrak. Pada anak yang
ketunagrahitaannnya semakin berat banyak yang mengalami gangguan bicara
disebabkan cacat artikulasi dan problem dalam pembentukan bunyi.Kepribadian
anak tunagrahita dari berbagai penelitian oleh Leahy, Balla, dan Zigler (Hallahan
& Kauffman, 1988:69) bahwa anak yang merasa retarded tidak percaya terhadap
kemampuannya, tidak mampu mengontrol dan mengarahkan dirinya sehingga
lebih banyak bergantung pada pihak luar (external locus of control). Mereka tidak
mampu untuk mengarahkan diri sehingga segala sesuatu yang terjadi pada dirinya
bergantung pengarahan dari luar.
 Karakteristik yang menonjol dari anak-anak berbakatsebagaimana diungkapkan
Mulyono (1994), dalamini adalah: 1. Karakteristik Intelektual, cepat dalam
belajar, rasa ingin tahunya tinggi, daya konsentrasinya cukup lama, memiliki daya
kompetetif tinggi,2. Karakteristik Sosial-emosional, mudah bergaul atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, memiliki sifat kepemimpinan

11

0 0
(leadership) terhadap teman sebayanya, bersifat jujur, dan memiliki tenggang rasa
serta mampu mengontrol emosi,3. Karakteristik Fisik-kesehatan, berpenampilan
menarik, memiliki daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit, dapat
memelihara penampilan fisik yang bersih dan rapi.
 Karakteristik atau ciri-ciri khusus yang muncul pada anak-anak berkesulitan
belajar, umumnya baru terdeteksi setelah anak usia 8 – 9 tahun atau kelas 3 – 4
SD masuk pada kelompok kesulitan belajar akademik, hal ini dikarenakan
sulitnya mengenal karakteristik anak sejak dini. Adapun karakteristik yang dapat
diamati adalah adanya kesenjangan (discrepancy) antara potensi anak dengan
prestasi (akademik) dan perkembangan yang dicapai, kesenjangan ini minimal 2
level akademik atau 2 tahun perkembangan. Memiliki kesulitan pada satu bidang
akademik/perkembangan yang tertinggal dibandingkan dengan bidang
akademik/perkembangan lain yang dimiliki anak (perbedaan intra individual).

3.1 Macam-macam Keberagaman Peserta Didik

Peserta Didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya, peserta didik
mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya. Perubahan tersebut ada yang diarahkan
ke dalam diri sendiri, ada juga berupa penyesuaian diri terhadap
lingkungan.Perkembangan peserta didik merupakan bagian dari pengkajian atau
penerapan psikologi perkembangan dalam bidang pendidikan. Peserta didik pada usia
sekolah, sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, memerlukan pendidikan,
bimbingan dan pengarahan yang tepat untuk mencapai tingkat perkembangan yang
optimal sesuai dengan bakat dan minatnya.

Berikut macam-macam keberagaman peserta didik:

1. Intelegensi
David Wechsler (dalam Schaefer, R.T. & Lamm, 1998), Inteligensi adalah
kapasitas keseluruhan atau global individu untuk bertindak, berpikir rasional, dan
menangani lingkungan secara efektif. Istilah keseluruhan atau global digunakan
karena terdiri dari elemen atau kemampuan yang meskipun tidak sepenuhnya
independen, namun secara kualitatif terdiferensialkan.

0 0
2. Kepribadian & Tempramen
Sedangkan pengertian kepribadian menurut Schaefer dan Lamm (1998:97) adalah 12

sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas, dan perilaku seseorang.
Menurut Allport (1937) temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat
emosi individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi,
kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala
cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada
faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan.
berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atau baku, berlaku terus-menerus
secara konsisten dalam menghadapi situasi yang dihadapi. Pola perilaku dengan
demikian juga merupakan perilaku yang sudah baku, yang cenderung ditampilkan
seseorang jika ia dihadapkan pada situasi kehidupan tertentu
3. Status Sosial Ekonomi
Status ekonomi adalah kelompok orang berdasarkan karakteristik ekonomi,
individual, dan pekerjaannya. Kelas sosial menunjukkan lebih dari sekedar tingkat
penghasilan dan pendidikan. Bersama kelas sosial terdapat seperangkat perilaku,
harapan, dan sikap yang ditemukan dimana-mana, yang saling bersinggungan
dengan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya lainnya. Asal kelas sosial siswa
mempunyai efek yang sangat besar terhadap sikap dan perilaku di sekolah.
4. Kultur/ Budaya
Kultur adalah pola perilaku, keyakinan, dan semua produk dari kelompok orang
tertentu yang diturunkan dari generasi ke generasi lainnya.Etnisitas adalah pola
umum karakteristik seperti warisan kultural, nasionalitas, ras, agama, dan bahasa.
Kultur sangat mempengaruhi pengajaran dan pembelajaran. Banyak aspek budaya
mempunyai andil bagi identitas dan konsep diri pelajar dan mempengaruhi
keyakinan dan nilai, sikap, dan harapan, hubungan sosial, penggunaan bahasa,
dan perilaku lain pelajar.

0 0
3.2 Macam-macam Anak Berkebutuhan Khusus
13
Anak berkebutuhan khusus atau yang pada masa lampau disebut anak cacat,
memiliki karakteristik khusus dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak pada
umumnya. Tipe anak berkebutuhan khusus bermacam-macam dengan penyebutan yang
sesuai dengan bagian diri anak yang mengalami hambatan baik telah ada sejak lahir
maupun karena kegagalan atau kecelakaan pada masa tumbuh-kembangnya.Karakteristik
anak berkebutuhan khusus dan hambatan yang mereka alami seringkali menyulitkan
mereka mengakses layanan publik, seperti fasilitas di tempat umum yang tidak aksesibel
bagi mereka, hingga layanan tumbuhkembang dan pendidikan yang relatif membutuhkan
usaha dan biaya ekstra.

Layanan untuk anak berkebutuhan khusus berusaha menjembatani hambatan yang


dialami anak dan memanfaatkan potensi anak untuk dapat mengakses kesempatan hidup
sebesar-besarnya.Layanan diberikan dengan berorientasi pada prinsip
mempertimbangkan kesamaan masing-masing tipe anak berkebutuhan khusus dan juga
perbedaan individual dari masing-masing tipe tersebut, menjaga sikap optimis untuk
dapat memberi layanan baik pendidikan, medis, psikologis, maupun upayaupaya
pencegahan, mengedepankan potensi anak daripada fokus pada hambatan mereka, dan
memandang bahwa kebutuhan khusus bukanlah hambatan melainkan kurangnya
kesempatan anak untuk melakukan sesuatu yang orang lain pada umumnya mampu
lakukan, baik dalam hal tingkat kematangan (emosi, mental, dan atau fisik), kesempatan
yang diberikan masyarakat kepada mereka untuk hidup ‘normal’, dan pengajaran atau
pendidikan sesuai hak yang seharusnya mereka dapatkan (Hallahan & Kauffman, 2006).

Terdapat beberapa macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, secara singkat
masing-masing jenis kelainan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan;


Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya,
berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi

0 0
pertolongan dengan alat-alat bantu khusus masih tetap memerlukan
pelayanan khusus.

2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran;


Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya 14
pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara
verbal dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar
masih tetap memerlukan pelayanan khusus.
3. Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan;
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap
pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga
memerlukan pelayanan khusus.
4. Berbakat/memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa;
Anak berbakat adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan
(inteligensi), kreativitas, dan tanggungjawab terhadap tugas (task
commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk
mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata memerlukan pelayanan
khusus.
5. Tunagrahita (retardasi mental);
Tunagrahitaadalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan
keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata sedemikian
rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik,
komunikasi maupun sosial.
6. Lamban belajar (slow learner)
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi
intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita.
Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir,
merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik
dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang
normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulangulang untuk
dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik.

0 0
7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik;
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus , terutama dalam
hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika.
Permasalahan tersebut diduga disebabkan karena faktor disfungsi
neurologis, bukan disebabkan karena faktor inteligensi (inteligensinya
normal bahkan ada yang di atas normal). Anak berkesulitan belajar 15

spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan


belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia),
sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang
berarti.
8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi;
Anak yang mengalami gangguan komunikasi adalah anak yang mengalami
kelainan suara, artikulasi (pengucapan), atau kelancaran bicara, yang
mengakibatkan terjadi penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa, atau
fungsi bahasa, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak
yang mengalami gangguan komunikasi ini tidak selalu disebabkan karena
faktor ketunarunguan.
9. Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku;
Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga
merugikan dirinya maupun orang lain.
10. ADHD/GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas)
ADHD/GPPH adalah sebuah gangguan yang muncul pada anak dan dapat
berlanjut hingga dewasa dengan gejala meliputi gangguan pemusatan
perhatian dan kesulitan untuk fokus, kesulitan mengontrol perilaku, dan
hiperaktif (overaktif). Gejala tersebut harus tampak sebelum usia 7 tahun
dan bertahan minimal selama 6 bulan.
11. Autisme;

0 0
Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks, meliputi
gangguan komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imaginatif, yang
mulai tampak sebelum anak berusia tiga tahun, bahkan anak yang
termasuk autisme infantil gejalanya sudah muncul sejak lahir.

4.1 Cara penanganan ABK

1. Orang Tua Harus Lebih Terbuka Pemikirannya 16

Sebelum menangani anak, tentunya pihak orang tua sendiri haruslah lebih terbuka
pemikirannya mengenai anak-anak berkebutuhan khusus ini. Sikap keterbukaan ini
tentunya harus orang tua tunjukkan dari rasa menerima segala kondisi anak. Dari sikap
keterbukaan ini lah orang tua bisa mencari usaha dan cara yang tepat untuk mendidik
anak. Tanamkan ke dalam diri orang tua jika anak berkebutuhan khusus bukanlah aib
yang harus ditutupi. Jika hal ini dilakukan hanya akan memperparah kondisi anak ketika
sudah dewasa.

2. Lakukan Pengawasan Sedari Dini

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, anak-anak kebutuhan khusus tentunya


membutuhkan pengawasan yang lebih dibandingkan anak-anak pada umumnya, Untuk
itu pentingnya pengawasan sedari dini terkait tumbuh kembang anak. Cara ini dilakukan
agar orang tua dapat mengetahui setiap tahap perkembangan anak. Sehingga nantinya
bisasedikit waspada bila terjadi pertumbuhan fisik dan mental yang tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.

3. Berikan Motivasi, Perhatian dan Bimbingan

Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus tentunya membutuhkan motivasi, perhatian,


serta bimbingan yang lebih dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Dengan perhatian
dan motivasi yang besar dan intens tentunya membantu anak bisa berkembang menjadi
lebih baik lagi. Tentu butuh kesabaran yang ekstra bagi orang tua yang menangani anak-
anak berkebutuhan khusus namun semua ini demi perkembangan anak yang lebih
maksimal.

0 0
4. Adaptasi Dengan Anak

Dibutuhkan adaptasi antara pengasuh, orang tua, serta anak-anak kebutuhan khusus
sendiri. Jika adaptasi tersebut tidak berjalan dengan lancar, tentu segala cara yang
dilakukan tidak akan membantu perkembangan anak. Ketika proses adaptasi bisa berjalan
dengan baik, tentu membuat segala proses selanjunya berjalan dengan mudah. Adaptasi
yang baik tentu akan membantu orang tua memahami kondisi serta potensi anak.

5. Meningkatkan Kedekatan Emosional Dengan Anak 17

Kedekatan emosional menjadi salah satu bagian penting yang harus ada ketika keluarga
menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Kedekatan emosional ini dibutuhkan agar
anak anak bisa percaya serta menjadi dekat dengan orang tuanya. Ketika sudah terjalin
kedekatan emosional yang tinggi tentunya anak akan merasa aman dan terbuka dengan.

6. Ajari Anak Untuk Mengeksplor Ketrampilannya

Orang tua dengan anak-anak berkebutuhan khusus tentunya membutuhkan energi


ekstraketika mendidik anak-anaknya. Meskipun anak-anak memiliki kebutuhan khusus
namun sudah menjadi sebuah kewajiban bagi orang tua untuk mendampingi dan
mendidiknya. Orang tua seharusnya bisa mengisi waktu luangnya untuk rekreasi atau
membuat ketrampilan yang dapat membantu fokus serta kosentrasi anak. Dari hal-hal
semacam ini, orang tua bisa mengetahui potensi yang dimiliki anak sehingga membuat
anak menjadi lebih produktif.

7. Tanamkan Kemandirian Sedari Dini

Pada dasarnnya anak-anak kebutuhan khusus sama saja seperti anak-anak umum lainnya.
Sehingga orang tua tak perlu memanjakan anak terlalu berlebihan. Tanamkan
kemandirian pada anak sedari dini sehingga anak bisa bertahan di lingkungannya. Ajari
anak-anak kebutuhan khusus ketrampilan-ketrampilan dasat seperti makan, mandi,
berangkat sekolah, dan lainnya. Jika hal-hal seperti ini terus diajarkan kepada anak-anak
orang tua tentunya bukan tidak mungkin jika anak kebutuhan khusus dapat hidup
selayaknya anak lainnya.

8. Lakukan Kerjasama Dengan Sekolah

0 0
Menjalin kerja sama dengan pihak sekolah menjadi hal penting yang harus orang tua
perhatikan. Sehingga sangat disarankan bagi pihak orang tua untuk bersikap proaktif serta
bisa menjalin kerja sama yang baik dengan pihak sekolah. Hal ini dilakukan agar
membantu untuk mengetahui perkembangan mental, sikap, serta karakter anak. Sehingga
nantinya bisa lebih mudah mengetahui cara yang tepat menangani anak-anak dengan
kebutuhan yang khusus.
18

9. Lakukan Pembiasaan Mengenai Sanksi dan Hukuman

Anaka-anak kebutuhan khusus juga perlu diajarkan tentang aturan dan norma yang
berlaku serta kesalahan yang dilakukannya. Sehingga ketika anak melakukan sebuah
kesalahan tentu harus memberitahu anak jika hal tersebut merupakan perbuatan yang
salah. Namun sebisa mungkin hindari hal-hal yang bersifat kekerasan dan usahakan untuk
memberikan pengertian kepada anak. Jika hal ini bias dilakukan dengan baik, maka
tentunya memudahkan anak untuk memahami hal mana yang salah dan benar.

10. Pelajari Kebiasaan dan Kebutuhan Anak

Tentunya karena kondisinya yang berbeda, anak-anak kebutuhan khusus memiliki


kebutuhan dan kebiasaan yang berbeda. Sehingga sebagai orang tua penting untuk
mengetahui kedua hal tersebut. Dengan memahami kebutuhan dan kebiasaan anak
tentunya membuat orang tua semakin terbiasa menghadapi anak-anak dengan kebutuhan
khusus.

11. Ikuti Saran-Saran Pakar

Bagi orang tua yang tidak terlalu memahami dengan baik cara tepat untuk menangani
anak-anak kebutuhan khusus. Keluarga bisa mencoba untuk meminta saran dari pakar,
entah dari guru, ahli psikologi, ataupun ahli-ahli lainnya di bidang tersebut. Sehingga
nantinya bisa mendapatkan cara yang tepat untuk menangani anak-anak anda.

12. Pilihlah Sekolah Yang Tepat

Anak-anak kebutuhan khusus tentunya bisa mengalami resiko bullying karena kondisi
nya yang berbeda dari anak-anak pada umumnya. Sehingga pemilihan sekolah

0 0
merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Hal ini karena sekolah menjadi
pendukung dari perkembangan anak agar dapat lebih berkembang.

13. Ikutkan Anak Pada Terapi-Terapi Yang Ada

Banyak sekali terapi-terapi penyembuhan yang memang ditujukan untuk anak-anak 19

kebutuhan khusus. Untuk itu sebisa mungkin bawalah anak-anak untuk rutin mengikuti
terapi-terapi yang ada. Bisa jadi terapi yang rutin tersebut dapat membantu anak untuk
hidup selayaknya anak-anak lainnya.

5.1 Esensi Keberagaman Peserta Didik

Penting bagi guru memiliki kesadaran tentang keberagaman peserta didik yang
ada disekolahnya. Karena pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran yang
memperhatikan kebutuhan peserta didiknya. Pembelajaran yang dilakukan disekolah
umum maupun sekolah khusus peserta didik diajar oleh seorang guru berdasarkan
kurikulum yang sama dan pembelajaran yang sama juga. Tetapi dengan dilakukannya
proses pembelajaran seperti itu dirasa kurang efektif karena peserta didik yang lambat
akan mengalami kesulitan dan mudah merasa bosan saat dilakukannya proses
pembelajaran.

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika guru memahami adanya keberagaman


peserta didik dan melakukan pembelajaran tidak hanya berdasarkan karakteristik peserta
didik yang umum tetapi juuga memperhatikan karakteristik peserta didik yang
membutuhkan kebutuhan khusus. Maka dari itu karena adanya keberagaman dan
karakteristik dari peserta didik yang berbeda maka penggunaan kurikulum dan
pembelajran yang sama merupakan sisitem pembelajran yang tidak efektif. Dikarenakan
sistem pembelajaran yang adil itu dimana peserta didik memperoleh layanan belajar yang
sesuai dengan kebutuhannya.

0 0
BAB III
PENUTUP
20
A. Kesimpulan
Peserta didik berkebutuhan khusus sebagai bagian dari peserta didik pada
umumnya berhak untuk memperoleh pendidikan yang sama. Kesempatan
memperoleh pendidikan tidak terbatas hanya di sekolah khusus atau sekolah luar
biasa, akan tetapi juga di sekolah umum atau sekolah reguler, terutama sekolah yang
terdekat dengan tempat tinggalnya. Setiap anak mempunyai kelebihan dan
kekurangannya sendiri, memiliki cita-cita dan harapannya sendiri, sehingga memiliki
hak untuk mendapatkan pendidikan. Sistem pendidikan bukanlah memisahkan antara
peserta didik berkebutuhan khusus dengan peserta didik umumnya yang tidak
berkebutuhan khusus, melainkan sistem pendidikan yang dapat menampung
kebutuhan setiap anak dalam satu lembaga pendidikan yang dipersatukan.
Pendidikan inklusif memberikan kesempatan yang sama antara peserta didik
berkebutuhan khusus dengan peserta didik umumnya untuk menerima pendidikan
dengan kualitas yang sama dalam satu kegiatan pembelajaran dalam satu kelas.
Sebagai sebuah pendekatan yang berhubungan dengan pengembangan yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan belajar seluruh peserta didik, pendidikan inklusif
mengakomodasi semua peserta didik tanpa memandang kondisi fisik, intelektual,
sosial, emosi, bahasa atau kondisi lainnya. Pendidikan inklusif didasarkan pada
persamaan hak untuk mendapat pendidikan tanpa diskriminasi. Pendidikan inklusif
dengan pandangannya telah memberi peluang bagi peserta didik berkebutuhan khusus
untuk mendapatkan apa yang menjadi hak mereka. Dengan demikian pendidikan
inklusif memberi keuntungan bagi peserta didik berkebutuhan khusus untuk
mendapat pengetahuan dan kesempatan untuk hidup secara alami dalam masyarakat,
hidup dalam kepatutan dan menghargai hidup, menerima mereka sebagai bagian

0 0
seutuhnya dalam anggota masyarakat dan memberi sumbangan secara aktif dalam
pembangunan.

B. Saran
Keberagaman peserta didik juga ABK menjadi sebuah tantangan bagi seorang
pendidik dimana keberagaman dalam peserta didik ini mesti diperhatikan dan dikaji 21

lebih mendalam guna proses pembelajaran yang efektif bagi para peserta didik,
sehingga tujuan dari pendidikan nasional tercapai dengan baik dan menghasilkan
output lulusan berkualitas sangat baik. Karena pada fakta lapangan banyak seorang
pendidik yang kurang melek akan keberagaman ini dan ini sangat berpengaruh
terhadap perkembangan peserta didik dan kami rasa sistem pemebelajaran seperti itu
tidak adil dan tidak efektif digunakan di lembaga pendidikan.
Dan diharapkan setiap masyarakat dapat memahami mengenai peserta didik
khususnya ABK yang memang berbeda dari peserta didik biasa atau membutuhkan
perhatian lebih karena keterbatasan yang dimilikinya.

0 0
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1994. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:


22
Rineka Cipta

Allport, Gordon Williard. (1937). Personality: A Psychological Interpretation. USA : H.


Holt [ dapat diakses secara online:
https://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus ]

Amin, Mohammad. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Direktorat Jendral


Pendidikan inggi Depdikbud

Deputi Bidang Perlindungan Anak (2012). Buku Saku Anak Berkebutuhan Khusus,
Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia.

Erika Untari Dewi dan Mira Ratna Sari. 2013. Gambaran Pola Asuh Orang Tua yang
Memiliki Anak Autis di SLB Negeri Gedangan. Surabaya: Akper William Booth
Surabaya.

Hallahan, D. P and Kauffman, J. M. (1988). Exceptional Children: Introduction to Special


Education. New Jersy: Prentice Hall, Inc.

Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (2006). Exceptional Learners: Introduction to Special
Education 10th ed. USA: Pearson.

Khanza Savitra. 13 Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus. [ dapat diakses secara
online: https://dosenpsikologi.com/cara-menangani-anak-berkebutuhan-khusus ]
Diakses pada 6 Oktober 2020 pukul 12.52

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan AnakRepublik Indonesia


Jakarta, 2013

0 0
Schaefer, R.T. & Lamm, R.P. (1998). Sociology. 6th .ed. New York: McGraw Hill.

Sugarmin, M. Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Dalam Perspektif Pendidikan Inklusif. [


dapat diakses secara online:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195405271987031-
MOHAMAD_SUGIARMIN/artikel_untuk_dies_natalis.pdf ]

23

0 0

Anda mungkin juga menyukai