Anda di halaman 1dari 18

Tugas Makalah  

. Dosen Pengampu       .
Pendidikan Psikologi Mahdar Ernita M.Ed

MAKALAH

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5:
ANGGA YUDHA
APRIANSYAH H ARAHAP

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukurnya kami panjatkan kepada ALLAH SWT, yang atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Adapun tugas ini untuk memenuhi tugas Study Masyarakat Indoeisa. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebanyak banyaknya kepada
dosen mata kuliah Pengantar ilmu ekonomi yang telah memberikan tugas terhadap
kami. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,
maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga
makalah ini dapat berguna bagi saya khususnya dan pihak lain nya.

Pekanbaru, 09 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................1
C. Rumusan Masalah ................................................................................1
BAB II PRODUKSI........................................................................................2
A. Perbedaan Individu...............................................................................2
B. Karakteristik Individu...........................................................................5
C. Perbedaa Individu.................................................................................5
D. Perbedaan Kemampuan........................................................................7
E. Perbedaan Minat...................................................................................9
F. Perbedaan Sikap....................................................................................9
BAB III PEUTUP...........................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................13
DAFTAR ISI...................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGANTAR
Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam factor, yang faktor
yang lain dengan satunya memiliki andil dalam pendidikan. Salah satu tugas
yang diemban oleh para pendidik adalah memahami akan berbagai faktor
pendukung pendidikan tersebut. Diantara berbagai faktor tersebut adalah
bagaimana para pendidik bisa memahami akan situasi dan kondisi, baik
lingkungan maupun peserta didik itu sendiri.
Peserta didik sebagai obyek dari pendidikan sangat urgen untuk
diperhatikan dari berbagai faktor. Faktor tersebut yang harus diperhatikan
adalah tahap perkembangan dari peserta didik tersebut. Diantara
perkembangan perserta didik tersebut adalah bagaimana dari individu dan
karakteriststiknya.
Dari paparan singkat diatas, maka kami akan mencoba menyajikan
dalam tulisan ini apakah itu sebenarnya individu dan karakteristiknya. Sebab
dalam dunia pendidikan kita perlu untuk mengetahui segala perkembangan
peserta didik termasuk dari individu-individu dan karakteristik peserta didik
tersebut.

B. TUJUAN PENULISAN        
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami
perbedaan-perbedaan yang terdapat pada setiap individu, baik dari segi
kemampuan, minat, maupun sikapnya.
C. Rumusan Masalah
1. Apa itu induvidu?
2. Bagaimana perbedaan yang terjadi pada setiap individu?
3. Bagaimana perbedaan setiap individu dalam hal kemampuan?
4. Bagaimana perbedaan setiap individu dalam hal minatnya?
5. Bagaimana perbedaan setiap individu dalam hal sikapnya?

1
BAB II
PEMBAHASAN

Kegiatan belajar mengajar dikelas bukanlah hanya sebuah kegiatan


transfer ilmu semata, tapi lebih jauh lagi dalam hal penyiapan dan
pembentukan generasi yang lebih kompenten pada bidang yang pilihnya.
Dibutuhkan dukungan dari semua aspek yang menjadi faktor penentu
keberhasilan kegiatan belajar mengajar disekolah dan salah satunya adalah
tingkat kemampuan guru dalam menemukan dan melayani perbedaan
individu siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Dalam upaya meningkatkan pelayanan pendidikan terhadap siswa
yang masing-masing individunya berbeda, maka seorang guru yang
profesional harus memiliki kemampuan untuk mengatasi hal-hal yang dapat
menghambat tercapainya tujuan pembelajaran.

A. PENGERTIAN INDIVIDU

Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu adalah kata


benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk
anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang
dimilikinya dan akan membawaperubahan-perubahan apa saja yang
diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai
kebutuhan-kebutuhan. Pada awal kehidupannya bagi seorang bayi
mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa saja
yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Dalam perkembangan selanjutnya maka ia akan mulai mengenal
lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan
teman, keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak tersebut semakin
banyak kebutuhan non fisik atau psikologis yang dibutuhkannya.

2
Dari bahasa bemacam-macam aspek perkembangan individu,
dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu:
i. Semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam
pola perkembangannya.
ii. Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk
warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu
mempunyai kecenderungan berbeda.
Setiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan
apakah ia berada di dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut
individu. Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang
perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan
dengan orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual
perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain.
Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual.
Maka “perbedaan” dalam “perbedaan individual” menurut Landgren
(1980: 578) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik
maupun psikologis.
Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa-
siswa yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang berada di dalam
sebuah kelas, tidak terdapat seorang pun yang sama. Mungkin sekali dua
orang dilihatnya hampir sama atau mirip, akan tetapi pada kenyataannya
jika diamati benar-benar antara keduanya tentu terdapat perbedaan.
Perbedaan yang segera dapat dikenal oleh seorang guru tentang siswanya
adalah perbedaan fisiknya, seperti tinggi badan, bentuk badan, warna kulit,
bentuk muka, dan semacamnya. Dari fisiknya seorang guru cepat
mengenal siswa di kelasnya satu per satu. Ciri lain yang segera dapat
dikenal adalah tingkah laku masing-masing siswa, begitu pula suara
mereka. Ada siswa yang lincah, banyak gerak, pendiam, dam sebagainya.
Ada siswa yag nada suaranya kecil dan ada yang besar atau rendah, ada
yang berbicara cepat dan ada pula yang pelan-pelan. Apabila ditelusuri

3
secara cermat siswa yang satu dengan yang lain memiliki sifat psikis yang
berbeda-beda.
Upaya pertama yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan
individu, sebelum dilakukan pengukuran kapasitas mental yang
mempengaruhi penilaian sekolah, adalah menghitung umur kronologi.
Seorang anak memasuki sekolah dasar pada umur 6 tahun dan ia
diperkirakan dapat mengalami kemajuan secara teratur dalam tugas-tugas
sekolahnya dilihat dalam kaitannya dengan faktor umur. Selanjutnya ada
anggapan bahwa semua anak diharapkan mampu menangkap/ mengerti
bahan-bahan pelajaran yang mempunyai kesamaan materi dan
penyajiannya bagi semua siswa pada kelas yang sama. Ketidakmampuan
yang jelas tampak pada siswa untuk menguasai bahan pelajaran umumnya
dijelaskan dengan pengertian faktor-faktor seperti kemalasan atau sikap
keras kepala. Penjelasan itu tidak mendasarkar, kenyataan bahwa para
siswa memang berbeda dalam hal kemampuan mereka untuk menguasai
satu atau lebih bahan pelajaran dan mungkin berada dalam satu tingkat
perkembangan.
Telah disadari bahwa perbedaan-perbedaaan antara satu dengan
lainnya dan juga kesamaan-kesamaan di antara mereka merupakan ciri-ciri
dari semua pelajaran pada suatu tingkatan belajar. Sebab-sebab dan
pengaruh perbedaan individu ini dan sejauh mana tingkat tujuan
pendidikan, isi dan teknik-teknik pendidikan ditetapkan, hendaknya
disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut, tampaknya hal ini telah
mendapat banyak perhatian dari para ahli ilmu jiwa dan petugas sekolah.
Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap
lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf
intreligensinya semakin baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu
bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang
dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian
pula sebaliknya .Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang

4
tinggi akan meningkatkan prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka
konsep dirinya akan berubah (Syaiful, 2008).
Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan
orang lain terhadap dirinya. Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi
konsep diri seseorang. Penerimaan lingkungan terhadap seseorang
cenderung didasarkan pada status sosial ekonominya. Maka dapat
dikatakan individu yang status sosialnya tinggi akan mempunyai konsep
diri yang lebih positif dibandingkan individu yang status sosialnya rendah.
Hal ini didukung oleh penelitian Rosenberg terhadap anak-anak dari
ekonomi sosial tinggi menunjukkan bahwa mereka memiliki konsep diri
yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari status
ekonomi rendah. Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi tinggi
mempunyai konsep diri yang tinggi. Dan hanya 38 % anak dari tingkat
ekonomi rendah memiliki tingkat konsep diri yang tinggi.

B. KARAKTERISTIK INDIVIDU
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan
(heredity) dan karakteristik yang memperoleh dari pengaruh lingkungan.
Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki
sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial
psikologis.
Natur dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk
menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental,
dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Seorang bayi yang baru
lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah
dan garis keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi
kehidupan yang baru, maka secara berkesinambungan dipengaruhi oelh
bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang.

C. PERBEDAAN INDIVIDU

5
Makna “perbedaan” dan “perbedaan individual” menurut Lindgren
(1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik
maupun psikologis.
Adapun bidang-bidang dari perbedaannya yakni:
1. Perbedaan kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan
dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Setiap orang
memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu
obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti pada
dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan
secara sistematik untuk menjadi miliknya.
2. Perbedaan kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat
penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa
berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang
untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan
kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbaha
sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta
faktor fisik (organ bicara).
3. Perbedaan Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan
kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang
dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.

4. Perbedaan Latar Belakang


Perbedaaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing
dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi
individu untuk menguasai bahan.
5. Perbedaan Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir.
Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan

6
rangsangan dan pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak
berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk
berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang
menyentuhnya.
6. Perbedaan Kesiapan Belajar
Perbedaan latar belakang, yang mliputi perbedaan sisio-ekonomi
sosio cultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya
anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan
yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas. Setiap
individu siswa berbeda satu dengan lainnya, hal ini pengaruhi banyak
faktor yang membentuk kepribadian setiap siswa. Perbedaan individu
siswa dapat dikelompokan menjadi:
Perbedaan vertikal yaitu perbedaan pada segi fisik setiap individu,
misal; tinggi - sedang - pendek, gemuk - sedang - kurus, seha - tidak sehat
dan lain sebagainya.
Perbedaan horizontal yaitu perbedaan pada segi psikis dan sosial
setiap individu, misal; kemampuan, bakat, minat, emosi, hasil belajar dan
lain sebagainya.
Perbedaan individu diatas dipengaruhi oleh :
(1) Faktor Keturunan (Bakat)
(2) Faktor Lingkungan.
Perbedaan ini merupakan hal penting yang harus diketahui oleh
guru karena perbedaan ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan
metode belajar yang tepat dalam proses belajar mengajar dikelas. Guru
haruslah teliti dalam mencari dan menemukan perbedaan yang ada pada
siswa, terutama perbedaan-perbedaan yang menonjol. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan dalam proses belajar mengajar dan dalam memberikan
pelayanan terhadap siswa agar mampu menemukan dan mengembangkan
potensi yang ada dimiliki oleh siswa.
D. PERBEDAAN KEMAMPUAN

7
Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah penilaian
terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Tidak semua siswa memiliki
kemampuan yang sama dalam menerima materi yang diajarkan oleh seorang
guru. Guru hendaknya memberikan perhatian khusus terhadap siswa-siswa
yang memiliki tingkat kemampuan rendah dengan berusaha menemukan dan
mengatasi kesulitan belajar siswa dengan men-diagnosis kesulitan belajar
siswa tersebut. Dan jika tingkat kesulitan belajarnya sangat sulit diidentifikasi
maka tidak ada salahnya kita meminta bantuan guru lain atau guru yang
berkompeten dalam hal ini dan ini biasanya guru bimbingan dan penyuluhan.
Setelah guru menemukan perbedaan-perbedaan dari setiap individu,
maka langkah berikutnya adalah melakukan perencanaan dan pelaksanaan
program pengajaran yang disesuaikan dengan perbedaan tersebut agar setiap
individu mampu berkembang sesuai dengan kemampuan dan kecepatan yang
dimiliki oleh masing-masing individu siswa. Mengajar siswa dengan
kemampuan belajar cepat akan berbeda dengan mengajar siswa dengan
kemampuan belajar kurang/lambat. Kemampuan yang berbeda dari setiap
individu memerlukan pelayanan tersendiri bagi guru dalam upaya penyesuaian
program pengajaran yang akan dibuat dan dilaksanakan.
Tetapi hal ini tidaklah mudah bahkan sangat sulit dilaksanakan bagi
mereka yang belum terbiasa dalam upaya pelayanan terhadap perbedaan
individu siswa. Kesulitan-kesulitan yang paling mudah kita temukan dalam
lingkungan disekitar kita misalnya; terbatasnya waktu yang disediakan oleh
sekolah dalam suatu pertemuan pembelajaran di kelas akan membuat guru
tidak maksimal dalam menemukan dan melayani siswa sesuai dengan
perbedaan setiap individu walaupun hal ini sudah direncanakan dalam
program pengajaran yang akan atau sedang dilaksanakan.
Jika kesulitan-kesulitan yang dihadapi ini memang sangat sulit
dipecahkan maka guru tidak perlu memaksakan diri sampai diluar batas
kemampuannya. Minimal guru mampu melaksanakan pada tahap yang dapat
dilaksanakannya, misal; terhadap siswa yang memiliki kemampuan cepat

8
dalam menyerap materi pelajaran maka guru bisa saja memberinya materi atau
tugas tambahan untuk dikerjakannya diluar sekolah, sedangkan siswa yang
memiliki kemampuan kurang maka guru dapat memberinya materi yang
sesuai untuknya. Siswa yang memiliki bakat menonjol bisa di beri kesempatan
atau di beri fasilitas untuk mengembangkannya sedangkan siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar maka perlu dibantu agar siswa tersebut
dapat mengatasi kesulitannya. Dan silahkan kembangkan menurut keadaan
dan kemampuan dilingkungan sekolahnya masing-masing.

E. PERBEDAAN MINAT
Minat adalah seberapa besar seorang individu merasa suka atau tidak
kepada suatu rangsangan. Minat adalah dorongan yang kuat bagi seseorang
untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi keinginannya. Minat
merupakan faktor yang dapat mengarahkan bakat dan keberadaannya
merupakan faktor utama dalam pengembangan bakat.
Bakat merupakan kondisi atau kualitas yang dimiliki seseorang, yang
memungkinkan seseorang tersebut akan berkembang pada masa mendatang.
Bakat bisa diartikan sebagai kemampuan bawaan yang berupa potensi
(potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Bakat
merupakan potensi bawaan yang masih membutuhkan latihan agar dapat
terwujud secara nyata. Bakat merupakan potensi terpendam dalam diri
seseorang. Agar bakat dapat muncul perlu digali, ditemukan, dilatih, dan
dikembangkan. Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi
dalam bidang tertentu, akan tetapi harus ditunjang dengan minat, latihan,
pengertian, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan. Bakat tidak selalu
identic disertai minat. Bakat yang tidak disertai minat, maupun minat yang
tidak disertai bakat, akan menimbulkan gap. Bila orang tua tidak cukup cermat
dengan hal ini akan berdampak buruk bagi anak. Atas dasar bakat yang
dimilikinya, maka seseorang akan mampu menunjukkan kelebihan dalam
bertindak dan menguasai serta memecahkan masalah dibandingkan orang lain.

9
Seseorang yang memiliki bakat akan cepat dapat diamati karena kemampuan
yang ia miliki akan berkembang dengan pesat.

F. PERBEDAAN SIKAP

Menurut Prasetyo dalam bukunya Psikologi Pendidikan


mengemukakan bahwa: Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Indogen
Faktor indogen adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak
yang datang dari dalam dirinya sendiri. Faktor pada diri anak itu sendiri seperti
faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati. Dalam hal ini dapat dibedakan
menjadi tiga faktor yaitu:
a) Faktor Sugesti
Sugesti adalah proses seorang individu didalam berusaha menerima
tingkah laku maupun prilaku orang lain tanpa adanya kritikan terlebih dahulu.
Sehubungan dengan hal ini pula baik tidaknya sikap sosial anak dipengaruhi oleh
sugestinya, artinya apakah individu tersebut mau menerima tingkah laku maupun
prilaku orang lain, seperti perasaan senang, kerjasama. Dapat dikatakan sugesti
dapat mempengaruhi sikap sosial seseorang sedangkan anak yang tidak
mampu bersugesti cenderung untuk tidak mau menerima keadaan orang lain,
seperti tidak merasakan penderitaan orang lain, tidak bisa bekerjasama dengan
orang lain dan sebagainya.
b) Faktor Identifikasi
Identifikasi dilakukan kepada orang lain yang dianggapnya ideal atau
sesuai dengan dirinya. Anak yang mengidentifikasikan dirinya dirinya seperti
orang lain akan mempengaruhi perkembangan sikap sosial seseorang, seperti
anak cepat merasakan keadaan atau permasalahan orang lain yang mengalami
suatu problema. Selanjutnya dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa:
“Anak yang menggangap keadaan dirinya seperti persoalan orang lain ataupun
keadaan orang lain seperti keadaan dirinya akan menunjukkan prilaku sikap
sosial yang positif, mereka lebih mudah merasakan keadaan orang sekitarnya,

10
sedangkan anak yang tidak mau mengidentifika-sikan dirinya lebih cenderung
menarik diri dalam bergaul sehingga lebih sulit untuk merasakan keadaan orang
lain” (Sarwono, 1997 : 88).
Seseorang yang berusaha mengidentifikasikan diri dengan keadaan
orang lain akan lebih mampu merasakan keadaan orang lain, daripada seorang
anak yang tidak mau mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain yang
cenderung mampu merasakan keadaan orang lain.
c) Faktor Imitasi
Imitasi dapat mendorong seseorang untuk berbuat baik. Sikap
seseorang yang berusaha meniru bagaimana orang yang merasakan keadaan
orang lain maka ia berusaha meniru bagaimana orang yang merasakan sakit,
sedih, gembira, dan sebagainya. Hal ini penting didalam membentuk rasa
kepedulian sosial seseorang. Anak-anak yang meniru keadaan orang lain, akan
cenderung mampu bersikap sosial, daripada yang tidak mampu meniru
keadaan orang lain. Imitasi dapat mempengaruhi sikap sosial seseorang,
dimana seseorang yang berusaha meniru (imitasi) keadaan orang lain akan
lebih peka dalam merasakan keadaan orang lain, apakah orang sekitarnya itu
dalam keadaan susah, senang ataupun gembira.
2. Faktor Eksogen
Faktor eksogen adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak
dari luar dirinya sendiri. Dalam hal ini menurut Soetjipto dan Sjafioedin dalam
bukunya Metodologi Ilmu Pengetahuan Sosial dijelaskan bahwa ada tiga faktor
yang mempengaruhi sikap sosial anak yaitu: faktor yang berasal dari
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah.

a) Faktor Lingkungan Keluarga


Keluarga   merupakan lingkungan yang pertama dari anak dari keluarga
pulalah anak menerima pendidikan karenanya keluarga mempunyai peranan
yang sangat penting didalam perkembangan anak. Keluarga yang baik akan
memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan anak, demikian pula
sebaliknya. Anak yang tidak mendapatkan kasih sayang, perhatian, keluarga

11
yang tidak harmonis, yang tidak memanjakan anak-anaknya dapat mem-
pengaruhi sikap sosial bagi anak-anaknya. Keharmonisan dalam keluarga, anak
yang mendapatkan kasih sayang serta keluarga yang selalu memberikan
perhatian kepada anak-anaknya merupakan peluang yang cukup besar didalam
mempengaruhi timbulnya sikap sosial bagi anak-anaknya.
b) Faktor Lingkungan Sekolah
Keadaan sekolah seperti cara penyajian materi yang kurang tepat serta
antara guru dengan murid mempunyai hubungan yang kurang baik akan
menimbulkan gejala kejiwaan yang kurang baik bagi siswa yang akhirnya
mempengaruhi sikap sosial seorang siswa. Ada beberapa faktor lain disekolah
yang dapat mempengaruhi sikap sosial siswa yaitu tidak adanya disiplin atau
peraturan sekolah yang mengikat siswa untuk tidak berbuat hal-hal yang
negatif ataupun tindakan yang menyimpang. Faktor lingkungan sekolah yang
dapat mempengaruhi sikap sosial siswa adalah cara penyajian materi, prilaku
maupun sikap dari para gurunya, tidak adanya disiplin atau peraturan-peraturan
sekolah yang betul-betul mengikat siswa.
c) Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan tempat berpijak para remaja
sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan
diri dari masyarakat. Anak dibentuk oleh lingkungan masyarakat dan dia juga
sebagai anggota masyarakat, kalau lingkungan sekitarnya itu baik akan berarti
sangat membantu didalam pembentukkan keperibadian dan mental seorang
anak, begitu pula sebaliknya kalau lingkungan sekitarnya kurang baik akan
berpengaruh kurang baik pula terhadap sikap social seorang anak, seperti tidak
mau merasakan keadaan orang lain.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah guru menemukan perbedaan-perbedaan dari setiap
individu, maka langkah berikutnya adalah melakukan perencanaan dan
pelaksanaan program pengajaran yang disesuaikan dengan perbedaan
tersebut agar setiap individu mampu berkembang sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan yang dimiliki oleh masing-masing individu
siswa. Mengajar siswa dengan kemampuan belajar cepat akan berbeda
dengan mengajar siswa dengan kemampuan belajar kurang/lambat.
Kemampuan yang berbeda dari setiap individu memerlukan pelayanan
tersendiri bagi guru dalam upaya penyesuaian program pengajaran yang
akan dibuat dan dilaksanakan.

B. SARAN
Perbedaan individu merupakan hal penting yang harus diketahui
oleh guru karena perbedaan ini dapat digunakan oleh guru untuk
menentukan metode belajar yang tepat dalam proses belajar mengajar
dikelas. Guru haruslah teliti dalam mencari dan menemukan perbedaan
yang ada pada siswa, terutama perbedaan-perbedaan yang menonjol. Hal
ini dilakukan untuk memudahkan dalam proses belajar mengajar dan

13
dalam memberikan pelayanan terhadap siswa agar mampu menemukan
dan mengembangkan potensi yang ada dimiliki oleh siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Dalyono. M. 2007. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta Jakarta.

Depoter, Bobbi & Mike Hernachi 1999, Quantum Learning Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan, Kaifa, Bandung

Hartono S., 1999. Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta, Jakarta

Makmun.S.A. 2003. Psikologi Pendidikan. Rosda Karya Remaja. Bandung

Nawawi, Hadori. 2000. Intereksi Sosial. Jakarta: Gunung Agung.

Purwanto, N. 1998. Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1997. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi

Semiawan C, 1977. Perspektif Pendidikan Anak Berbaka., Grasindo Jakarta

Soetjipto dan Sjaefieoden,.1994. Metodologi Ilmu Sosial. Jakarta

Suryabrata, S. 2010.Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Utami Munandar. U, 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:


Rineka Cipta

Jakarta

14
15

Anda mungkin juga menyukai